Anda di halaman 1dari 18

STUDI REKLAMASI MENGENAI RENCANA TATA GUNA

LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh
HASTASARI PERDANI
NPM : 112100042

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2013
A. JUDUL : STUDI REKLAMASI MENGENAI RENCANA TATA
GUNA LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya
batubara dalam jumlah yang cukup besar. Sumber daya alam merupakan salah
satu modal dasar dalam pembangunan nasional, oleh karena itu harus
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup sekitarnya.
Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam adalah kegiatan
penambangan batubara. Hingga saat ini, sektor pertambangan batubara masih
memiliki peran yang vital dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian negara.
Hampir disetiap tahapan kegiatan penambangan batubara memiliki dampak
terhadap lingkungan dan kehidupan sosial baik positif ataupun negatif. Oleh
karena itu, penambangan yang berwawasan lingkungan wajib untuk dilaksanakan
agar dampak positif yang muncul dapat dikembangkan sedangkan dampak negatif
dapat ditekan sekecil mungkin.
Salah satu bentuk penanganan dari berbagai dampak negatif kegiatan
penambangan adalah melakukan reklamasi yang terencana. Yang dimaksud
dengan reklamasi ialah setiap pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi
tanah yang telah berubah kemanfaatannya akibat usaha-usaha penambangan.
Reklamasi dilakukan agar lahan dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukannya setelah kegiatan penambangan selesai dilakukan.
Dalam melaksanakan reklamasi tidak terlepas dari pertimbangan tata guna
lahan yang telah ditentukan oleh Pemda atau Dinas Pertanian setempat guna
kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaannya kegiatan reklamasi tidak terlepas dari
pertimbangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan
oleh pemerintah daerah setempat.
Dengan adanya kegiatan reklamasi diharapkan lahan bekas penambangan
dapat dimanfaatkan kembali sebagai lahan pertanian, perkebunan dan lain-
lain.Oleh karena itu reklamasi yang berkaitan tentang rencana tentang tata guna
lahan bekas tambang perlu diperhatikan dan dirancang secara seksama.
C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan penataan lahan
yang akan dilakukan agar lahan bekas penambangan dapat berfungsi dan berdaya
guna sesuai peruntukannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merencanakan cara dan waktu
penataan lahan bekas penambangan yang terdiri dari penimbunan, pengaturan
tanah pucuk dan penanaman.

D. PERUMUSAN MASALAH
Sistem penambangan batubara yang dilakukan menggunakan system
tambang terbuka (surface mining) yang secara garis besar, kegiatan penambangan
tersebut meliputi :
1. Pembersihan lahan (land clearing)
2. Pengupasan lapisan tanah penutup (stripping)
3. Penggalian (loosening)
4. Pemuatan dan Pengangkutan (hauling)
5. Reklamasi
6. Pemasaran (marketing)
Kegiatan penambangan yang mempengaruhi lingkungan diawali dengan
kegiatan pembersihan lahan dimana lahan pada awalnya masih terdapat berbagai
jenis vegetasi termasuk pepohonan dirubah menjadi lahan lapang tanpa
pepohonan, diikuti oleh kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup. Kegiatan ini
menjadikan lahan tersebut tidak lagi dapat ditanami. Adapun pengupasan lapisan
tanah penutup tersebut merupakan tujuan kedepan untuk kegiatan reklamasi.
Kemudian pada kegiatan penggalian dan peledakan mengakibatkan kondisi
geologi daerah tersebut mengalami perubahan yang sangat berarti karena
terbentuk beberapa cekungan dan timbunan tanah. Dari beberapa kegiatan
penambangan tersebut mengakibatkan perubahan kondisi geologi daerah antara
lain berupa :
1. Kondisi tanah
Dampak yang terjadi akibat penambangan batubara adalah kerusakan
profil tanah, struktur tanah dan penurunan tingkat kesuburan tanah.
Pengupasan dan penimbunan lapisan tanah akan menyebabkan bercampurnya
lapisan tanah atas yang banyak mengandung unsur hara, dengan lapisan
bawah berupa tanah lapuk yang tidak subur mengakibatkan sifat fisik dan
kimia berubah dan mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.
2. Air permukaan dan air bawah tanah
Pola aliran air permukaan berubah akibat aktivitas penambangan karena
adanya pengupasan dan penimbunan tanah penutup pada saluran penyaliran
(drainage) alami serta terjadinya genangan-genangan pada dataran yang lebih
rendah (cekungan - cekungan) terutama pada waktu hujan.
3. Pencemaran udara
Debu dapat terjadi sebagai akibat dari kegiatan peledakan, penggalian
dan pengangkutan, terutama pada saat tidak hujan atau musim kemarau.
4. Stabilitas lereng
Lereng pada dataran yang lebih tinggi akan dapat menyebabkan erosi bila
lereng tersebut dibiarkan gundul tanpa penanganan yang tepat. Lereng
tersebut juga dapat terganggu kestabilannya. Erosi pada lahan bekas
penambangan menjadi intensif dan menimbulkan sedimentasi pada daerah
bawahan.
5. Lahan Bekas Penambangan
Penambangan batubara dilakukan dengan sistem tambang terbuka
(surface mining) yang akibat dari penambangan tersebut terbentuk lahan
bekas penambangan yang kondisinya sangat berbeda dengan keadaan
sebelumnya, dimana di lahan bekas penambangan tersebut telah terjadi
kerusakan topografi, hilangnya tanah pucuk (top soil), tanah longsor, adanya
genangan air, tanah menjadi gersang dan berbatu, penurunan permukaan air
tanah, serta terbentuknya cekungan-cekungan yang berukuran besar di lahan
bekas penambangan sehingga sukar untuk dimanfaatkan kembali.

E. DASAR TEORI
Menurut “The Commission on Mining and Environment” di Inggris, kegiatan
perbaikan (repaire) dan pengembalian kondisi tanah kepada keadaan tertentu
dapat dibedakan menjadi :
1. Restorasi, merupakan suatu usaha menciptakan kembali area yang telah
digunakan pada suatu kegiatan tertentu menjadi seperti keadaan semula.
2. Rehabilitasi, merupakan suatu usaha menciptakan kondisi yang baru untuk
memberikan manfaat yang lebih pada area bekas suatu kegiatan tertentu.
3. Reklamasi, merupakan suatu usaha menata dan memperbaiki kondisi lahan
yang rusak pada suatu tambang untuk beberapa kegunaan tertentu seperti yang
direncanakan.
Rehabilitasi yang dimaksud diatas bertujuan mengubah bentuk dan kegunaan
lahan sehingga keuntungan global yang diperoleh lingkungan lebih besar
dibandingkan dengan hasil yang dicapai bilamana dikembalikan mendekati
kondisi semula, misalnya mengubah lahan bekas penambangan menjadi lokasi
obyek wisata, lahan perikanan, perkebunan, pemukiman dan lain-lain.
Sedangkan reklamasi terhadap suatu lahan bekas penambangan umumnya
bertujuan mengembalikan keadaan tanah dan nilai ekologi seperti keadaan
sebelum dilaksanakan kegiatan penambangan, dimana tumbuhan dapat hidup
tanpa perawatan. Upaya tersebut adalah tidak mungkin bila kembali kepada
keadaan semula. Tetapi segala upaya yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi
tanah mendekati pada kondisi semula dimana tumbuhan dapat hidup tanpa
perawatan.
Landasan hukum yang dipakai sebagai acuan dalam peninjauan studi
lingkungan antara lain, adalah :
1. UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pasca
Tambang
3. Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Reklamasi dan
Pasca Tambang
4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.4 – Menhut-2011 Tentang Pedoman
Reklamasi Hutan
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003
Tentang Baku mutu Air Limbah Bagi Usaha dan Atau Kegiatan Pertambangan
Batubara
F. PENYELESAIAN MASALAH
Dalam mencari pemecahan masalah-masalah tersebut, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain :
1. Kondisi Tanah
Untuk melaksanakan reklamasi, maka terlebih dahulu perlu diketahui
keadaan tanah di lokasi tambang, mengenai kondisi kesuburannya. Reklamasi
dapat dilakukan setelah kegiatan penambangan berakhir atau bersamaan
dengan operasi penambangan. Keuntungan reklamasi yang bersamaan dengan
operasi penambangan adalah :
 Kondisi tanah penutup apabila belum terlalu lama ditimbun tanahnya
belum terlalu padat, sehingga memudahkan dalam penanganan.
 Tanah pucuk dan tanah penutup terhindar dari erosi.
Untuk dapat merencanakan reklamasi yang baik perlu diketahui
keadaan tanah di lokasi penambangan yang berupa keadaan tanah di lokasi
tambang dan keadaan
di lokasi pembuangan. Keadaan tanah tersebut meliputi :
a. Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah ini sangat penting ditinjau dari pengolahan dan
pengelolaannya, dari warna, tekstur dan konsistennya kita telah dapat
menggambarkannya secara kasar. Sifat fisik yang pertama kita lihat
adalah warna tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor :
o Bahan organik, pada tanah organosol, tanah berwarna hitam, gelap
coklat.
o Mangan, tanah berwarna gelap.
o Ferum, pada tanah berwarna merah jingga, kuning coklat.
o Garam-garam, pasir kwarsa, kaolin dan garam-garam karbonat akan
memperlihatkan warna puth/pucat pada tanah.
Selain dari faktor-faktor di atas derajat dari warna tanah juga
dipengaruhi oleh kandungan air. Melihat warna tanah haruslah dalam
keadaan lembab. Warna tanah dapat dipakai untuk :
o Menaksir kandungan bahan organik, dimana makin gelap warna tanah
makin besar kandungan bahan organiknya.
o Menilai drainase/pembuangan air yang berlebihan dari tanah, dimana
warna merah menandakan drainase yang baik, sedang warna
kelabu/pucat menandakan drainase yang jelek.
o Menaksir derajat pelapukan atau lamanya pembentukan tanah.
o Sebagai dasar dalam klasifikasi tanah.
o Menaksir kandungan besi dalam tanah, warna coklat/kemerahan
menunjukkan kadar besi tinggi.
b. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah meliputi susunan kimia tanah, reaksi-reaksi dalam
tanah, ketersediaan unsur hara bagi tanaman, pH atau keasaman tanah
dalam kandungan bahan organik.
Unsur hara adalah unsur-unsur kimia dalam tanah yang diperlukan
sebagai makanan bagi tanaman untuk menunjang pertumbuhannya.
Unsur hara terdiri dari unsur makro yang diperlukan dalam jumlah yang
banyak yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, dan unsur makro yang
diperlukan dalam jumlah sedikit yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si,
Na, dan Co. Kandungan unsur hara dinyatakan dalam kriteria sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Selain itu ketersediaan
unsur hara sangat ditentukan oleh keadaan pH atau keasaman tanah.
c. Ketebalan top soil tanah
Top soil merupakan lapisan tanah bagian atas, tebalnya antara 15 -
45 cm atau lebih, lapisan tanah ini merupakan bagian yang teramat
penting, pada lapisan inilah banyak terdapat unsur-unsur hara yang
dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk hidup.
Humus atau bahan-bahan organik serta variabel zat-zat hara mineral
yang sangat diperlukan bagi tanaman terdapat dalam lapisan tanah ini.
Mikroflora dan demikian pula mikrofauna atau jazad renik biologis
(bakteri, cacing tanah, serangga tanah) hidup berpadu dalam lapisan top
soil ini menyuburkan tanah dalam lingkungannya, sehingga tanaman
dapat tumbuh dengan baik.
d. Kelembaban tanah
Kelembaban tanah terjadi akibat kandungan air setempat yang tinggi.
Air di dalam tanah tergantung pada keadaan tekstur dan struktur, semakin
halus liat tanah semakin besar air yang dapat diikat oleh tanah liat. Liat
lebih halus permukaannya daripada tanah pasir, semakin besar ukurannya
makin sedikit air yang diikat pada satu satuan yang sama.
Pada keadaan lembab tanah dalam keadaan baik untuk ditanami,
agar supaya jangan sampai kering maka evaporasi harus diperhatikan.
e. Kedalaman Tanah (solumn)
Kedalaman tanah atau solumn tanah sangat penting diketahui
terutama pada lahan-lahan yang memiliki kemiringan. Bagi kepentingan
pertanian apabila solumn tanah cukup tebal terutama lapisan top soilnya
maka lebih mudah ditanami dan lebih mudah dalam perawatan atau
pemeliharaan terhadap tanah tersebut.
f. Tekstur tanah
Tanah itu terdiri dari bahan padat, bahan cair, gas dan jasad hidup.
Bahan padat itu terdiri dari organik dan anorganik, yang anorganik
terdapat dalam bermacam-macam bentuk dan ukuran. Berdasarkan besar
ukurannya dibagi dalam beberapa fraksi atau golongan : Fraksi batu > 10
mm, kerikil 2-10 mm, pasir 0,05-2 mm, debu 0,02-0,05 mm, liat < 0,02
mm. Pasir, debu, dan liat merupakan fraksi utama.
Fraksi-fraksi tanah itu biasanya dinyatakan dalam persen, untuk
menentukan golongan tekstur tanah berdasarkan kandungan pasir, debu
dan liat tanah dapat dibagi dalam tiga golongan atau kelas dasar :
o Tanah berpasir (sandy soil) yaitu tanah dimana kandungan pasirnya >
70% yang dalam keadaan lembab tanah berpasir terasa kasar dan
tidak lekat
o Tanah berlempung (loamy soil) yaitu tanah dimana kandungan debu-
liat relatif sama, tanah demikian tidak terlalu lepas dan juga tidak
terlalu lekat. Sepanjang tidak ada penggaraman tanah demikian
sangat baik untuk penanaman.
o Tanah liat, yaitu tanah dimana kandungan liatnya > 35%. Tanah liat
sangat lekat dan apabila kering menjadi sangat keras.
Dalam melaksanakan persiapan reklamasi tahap awal yang perlu
diperhatikan adalah cara melakukan penimbunan tanah penutup. Dalam
penimbunan tanah penutup dan perataan tanah perlu dicegah adanya erosi.
Untuk itu diperlukan pertimbangan-pertimbangan dan pengetahuan tentang
erosi.
Erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya
merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan
air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat
tindakan manusia. Sehubungan dengan itu kita dapat mengenal beberapa
macam erosi, antara lain :
a. Normal (geological erosion)
Yaitu erosi yang berlangsung secara alamiah, terjadi normal di alam
melalui tahap-tahap :
 Pemecahan agregat-agregat tanah atau bongkah-bongkah tanah ke
dalam partikel-partikel tanah yaitu butiran-butiran tanah yang kecil.
 Pemindahan partikel-partikel tanah tersebut baik dengan melalui
penghanyutan ataupun karena kekuatan angin.
 Pengendapan partikel-partikel tanah yang terpindahkan atau terangkut
tadi di tempat-tempat yang lebih rendah atau di dasar-dasar sungai.
Erosi secara alamiah dapat dikatakan tidak menimbulkan musibah
yang hebat bagi kehidupan manusia atau keseimbangan lingkungan dan
kemungkinan kerugiannya pun hanya kecil, ini dikarenakan banyaknya
partikel-partikel tanah yang dipindahkan atau terangkut seimbang dengan
banyaknya tanah yang terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah.
b. Accelerated Erosion
Yaitu proses-proses terjadinya erosi tersebut dipercepat akibat
tindakan-tindakan dan atau perbuatan-perbuatan manusia yang bersifat
negatif ataupun telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi menurut
D. D. Baver (dan W.H. Gardner dan W. R. Gardner) dalam bukunya “Soil
Physics” terjadinya erosi tanah sangat tergantung pada sifat-sifat hujan,
kemiringan lereng jaringan aliran air, vegetasi dan kemampuan tanah
untuk menahan penyebaran air dan selanjutnya mengisapnya dan
menginfiltrasikan ke lapisan-lapisan tanah bagian dalam. Faktor iklim
yang berpengaruh terhadap erosi antara lain hujan, temperatur, angin,
kelembaban, dan radiasi matahari. Dari kelima faktor iklim tersebut hujan
merupakan faktor terpenting dalam proses erosi tanah. Sifat-sifat hujan
berupa curah hujan, intensitas, dan distribusi air hujan mempunya
kemampuan yang besar untuk menghancurkan butiran tanah serta jumlah
dan kecepatan limpasan permukaan. Di Indonesia umumnya curah hujan
cukup tinggi dan data yang diperoleh dari alat ombrometer berupa data
jumlah hujan.
Laju erosi juga sangat tergantung pada : ketahanan tanah terhadap
daya rusak dari luar (baik oleh pukulan air hujan maupun limpasan
permukaan), kemampuan tanah untuk menyerap air hujan (untuk
menentukan volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut
hancuran tanah).
Untuk menanggulangi berbagai perubahan yang bersifat negatif
tersebut perlu dilaksanakan kegiatan reklamasi yang terencana dengan
baik agar dalam pelaksanaannya dapat tercapai sesuai dengan target yang
dikehendaki. Adapun hal-hal yang perlu direalisasikan antara lain :
 Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum lahan tersebut akan
dirubah fungsinya menjadi lokasi penambangan.
 Luas area yang akan direklamasi sama dengan luas daerah yang akan
dirubah tata guna lahannya selama kegiatan penambangan.
 Memindahkan dan menempatkan tanah penutup termasuk tanah pucuk
pada tempat tertentu serta mengaturnya sedemikian rupa untuk
keperluan vegetasi.
 Mengendalikan atau memperbaiki kandungan (kadar) bahan beracun
sampai tingkat yang aman bagi makhluk hidup sebelum dibuang ke
suatu tempat pembuangan.
 Setelah kegiatan penambangan, maka pada lahan bekas tambang yang
diperuntukkan bagi revegetasi, segera dilakukan penanaman kembali
dengan jenis tanaman yang sesuai dengan rencana rehabilitasi.
 Memantau dan mengelola areal reklamasi hingga sesuai dengan
kondisi yang diharapkan.
2. Pengawetan Tanah
Dalam kegiatan reklamasi tidak dapat terlepas dari masalah hilangnya
lapisan tanah akibat terpaan air hujan. Oleh karena itu perlu adanya usaha
untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan reklamasi
dengan cara mekanis yang meliputi :
 pembuatan jalur-jalur bagi pengaliran air dari tempat-tempat tertentu ke
tempat-tempat pembuangan,
 pembuatan teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air dapat
terhambat sehingga daya angkut atau hanyutnya berkurang,
 pembuatan selokan dan parit pada tempat-tempat tertentu.
 melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar garis dengan
garis kontur.
Usaha pengendalian erosi secara mekanis ini pada pokoknya adalah untuk
mengurangi atau menghalangi aliran air di permukaan (run off) sehingga daya
pengikisan-pengikisannya terhadap tanah akan berkurang. Aliran air
disalurkan dengan baik dan kecepatannya dikurangi sampai tidak
menyebabkan erosi.
Sistim pembuatan teras dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu :
a. Sistim pembuatan teras datar
Teras datar biasanya dibuat pada tempat-tempat dengan curah hujan yang
rendah, kemiringan tanah paling besar 3% dan mudah menyerap air.
b. Sistim pembuatan teras kredit
Teras kredit umumnya diterapkan pada tempat-tempat yang tanahnya sulit
menyerap air, dengan kemiringan 3-10% dan curah hujannnya tinggi.
c. Sistem pembuatan teras guludan
Teras guludan dibuat pada tempat-tempat dengan kemiringan tanah 15%
dilengkapi dengan saluran pembuangan air di sepanjang bagian atas
guludan.
d. Sistim pembuatan teras bangku
Teras bangku dibuat pada tanah-tanah dengan kemiringan 15 - 50%.
Memiliki bidang polah yang miring kurang lebih 0,1% ke arah dalam yang
juga dilengkapi dengan saluran pembuangan air.
Keadaan air yang terkandung dalam lapisan tanah sangat perlu untuk
diketahui terutama tentang kedalaman dari permukaan air tanah baik secara
musiman ataupun bulanan. Tentang kedalaman permukaan air tanah bisa
ditentukan melalui sumber-sumber air setempat, juga melalui pengeboran air.
Secara umum air tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu : air tanah dangkal
dan air tanah dalam.
a. Air tanah dangkal, debit dan volumnya sangat dipengaruhi oleh intensitas
curah hujan dan letaknya dekat dengan permukaan bumi.
b. Air tanah dalam, debit dan volumnya hampir tidak terpengaruh oleh
intensitas curah hujan sehingga debit dan volumnya hampir konstan baik
di musim hujan maupun di musim kemarau. Letaknya jauh di dalam tanah
dan biasanya terletak di atas batuan/tanah yang permiabel atau
batuan/tanah yang kedap air.
3. Perkiraan Waktu dan Biaya Reklamasi
Hal ini penting untuk diperkirakan agar pelaksanaan reklamasai dapat
berjalan sesuai dengan rencana. Salah satu hal penting dalam perisapan
reklamasi adalah perataan tanah. Untuk itu perlu diketahui waktu perataan
tanah. Untuk menghitung angka rata-rata dari data waktu edar yang ada dapat
menggunakan teori statistik, yaitu dengan membuat tabel distribusi frekuensi
dari data yang ada. Rumus yang digunakan untuk menghitung distribusi
frekuensi adalah :
k = 1 + 3,32 log n
R = (Xmax – Xmin) / k
k = fi x Xi / n
Keterangan :
k = jumlah kelas interval
n = jumlah data yang angka rata-ratanya
Xmax = angka terbesar dari data yang terkumpul
Xmin = angka terkecil dari data yang terkumpul
R = rentang dari setiap interval
fi = frekuensi data dari setiap kelas interval
Xi = angka tengah dari setiap kelas interval
Dengan adanya perhitungan waktu pelaksanaan waktu reklamasi
maka memudahkan untuk memperkirakan besarnya biaya reklamasi.
Karena dengan adanya perkiraan waktu tersebut maka dapat dihitung
perkiraan biaya terutama untuk ongkos pekerja. Biaya-biaya lain seperti
bibit tanaman, pupuk, dan biaya lain sudah ada harga pastinya.

G. METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam melaksanakan studi reklamasi mengenai upaya untuk memperbaiki
fungsi tanah terhadap lahan bekas penambangan batubara, penulis
menggabungkan antara teori dengan data-data yang ada di lapangan, sehingga dari
keduanya didapat pendekatan penyelesaian masalah.
Adapun urutan-urutan pekerjaan penelitian adalah :
1. Studi literatur
Studi leteratur ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang, yang diperoleh dari :
 Instansi yang terkait dalam permasalahan
 Perpustakaan
 Brosur-brosur dan peta
2. Penelitian di lapangan
Penelitian di lapangan ini lebih difokuskan pada pencarian data mengenai
kondisi tanah, air permukaan dan air bawah tanah, pencemaran udara dan
terhadap lahan bekas penambangan itu sendiri. Adapun dalam memperoleh
data tersebut dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :
 Observasi lapangan, dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap proses yang terjadi dan mencari informasi pendukung yang terkait
dengan permasalahanyang akan dibahas.
 Menentukan lokasi pengamatan dan mengambil data-data yang diperlukan
untuk penyelesaian masalah.
 Mencocokan dengan perumusan masalah, yang bertujuan agar penelitian
yang dilakukan tidak meluas serta yang diambil dapat digunakan secara
efektif.
3. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara :
 Melakukan pengamatan terhadap lahan-lahan yang akan direklamasi
 Mempelajari berbagai kegiatan reklamasi yang sedang berlangsung
 Mencatat kejadian yang terjadi, melakukan pemotretan dan wawancara
seperlunya.
4. Akuisi Data
Akuisi data ini bertujuan untuk :
 Mengumpulkan dan mengelompokkan data untuk memudahkan analisa
nantinya.
 Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek pengamatan.
 Mengetahui keakuratan data, sehingga kerja menjadi efisien.
5. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan
penggambaran. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel, grafik-grafik
atau rangkaian perhitungan dalam penyelesaian suatu proses tertentu.
6. Analisa Hasil Pengelompokan Data
Analisa hasil pengolahan data dilakukan dengan tujuan memperoleh
kesimpulan sementara dan selanjutnya diolah dalam bagian pembahasan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan koreksi antara hasil pengolahan
data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini
merupakan suatu hasil akhir dari semua aspek dari semua yang telah dibahas.
H. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Affany M. R. (1990), Panduan Analisa Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah,


UPN “Veteran” Yogyakarta.

2. Arsyad S. (1989), Konservasi Tanah dan Air, IPB Press Bogor.

3. Kartasapoetra A. G., Ir., dkk. (2000), Teknologi Konservasi Tanah & Air, PT
Rineka Cipta, Jakarta.

4. Partanto P. (1992), Penanganan Masalah Lingkungan Dalam Industri


Pertambangan Bahan Galian Industri, Simposium Pertambangan, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

5. Saperstein L. W. (1990), Reclamation in Surface Mining Handbook for


Mining, Metallurgy and Exploration Inc., Town Colorado

6. UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

7. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan Pasca


Tambang

8. Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Reklamasi dan


Pasca Tambang

9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.4 – Menhut-2011 Tentang Pedoman


Reklamasi Hutan

10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003
Tentang Baku mutu Air Limbah Bagi Usaha dan Atau Kegiatan Pertambangan
Batubara
I. RENCANA DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PETA
BAB I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN UMUM
A. Lokasi dan Kesampaian Daerah
B. Keadaan Geologi
C. Stratigrafi dan Topopgrafi
D. Sifat-sifat Batubara
E. Iklim dan Curah Hujan
F. Hidrogeologi dan Tata Guna Lahan
III. KEGIATAN PENAMBANGAN BATUBARA
A. Keadaan Lingkungan Awal di Daerah Penambangan
B. Kegiatan Penambangan
C. Dampak Akibat Kegiatan Penambangan
IV. RENCANA REKLAMASI DI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN
A. Landasan Hukum Reklamasi
B. Kondisi Daerah Bekas Penambangan
C. Persiapan Reklamasi
D. Pelaksanaan reklamasi
V. PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Daerah Bekas Tambang
B. Perbaikan Cara Pengupasan dan Penimbunan Tanah
C. Perkiraan Waktu dan Biaya Reklamasi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai