Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER 5

PERUBAHAN SOSIAL DAN DINAMIKA PEMERINTAHAN

“Analisis Perubahan Sosial dan Dinamika Pemerintahan Mengenai Pemerintahan


Dinasti Bupati Kediri”

Dosen Pengampu :

Dr. Dra. Alifiulahtin Utaminingsih, M.Si

Disusun Oleh :

Dewi Fortuna Sari/155120600111022

ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara harfiah dinasti politik dapat dipahami sebagai strategi politik untuk tetap
menjaga kekuasaan dengan cara mewariskan kekuasaan yang telah digenggam kepada orang
lain yang masih memiliki ikatan keluarga maupun ikatan kekerabatan. Adapun gejala yang
mendasari terbentuknya suatu dinasti dapat dilihat dari dua hal, yakni kurangnya kaderisasi
partai politik dalam merekrut calon kepala daerah, sehingga menciptakan pragmatisme politik
dengan mendorong kalangan kelurga atau kerabat untuk menjadi pejabat publik. Kedua,
konteks masyarakat yang menjaga adanya kondisi status quo di daerahnya yang
menginginkan kepala daerah untuk berkuasa dengan cara mendorong kalangan keluarga atau
kerabat kepala daerah. Kedua gejala umum tersebut menimbulkan adanya sikap pro dan
kontra dalam pemahaman dinasti politik tersebut.

Adanya sikap pro dan kontra terhadap kemunculan dinasti politik tersebut sangat erat
kaitannya dengan budaya politik yang berkembang di masyarakat. Budaya politik sendiri
berkaitan dengan preferensi kekuasaan yang dibangun baik dari segi penerimaan publik
maupun pembangunan rezim. Fenomena dinasti politik mulai muncul dalam ranah lokal
seiring dengan diberlakukannya pemilukada langsung pertama kali di Indonesia paa tahun
2005 maupun adanya implementasi otonomi daerah sejak 2001. Seiring dengan berjalannya
kedua proses tersebut sebagai wujud demokratisasi di ranah lokal, berbagai elit bermunculan
di daerah untuk mengkoopatsi kedua proses tersebut.

Adanya permberlakuan otonomi daerah dimanfaatkan oleh kelompok elit lokal untuk
berkuasa secara penuh di daerahnya baik berkonsentrasi untuk menjadi elit pemenang
maupun berkerjasama satu sama lain yang pada umumnya disatukan melalui jalur
perkawinan. Perkembangan suatu dinasti politik didahului dengan menguatnya kekuatan
informal dalam masyarakat yang secara perlahan menguasasi jalnnya pemerintahan. Hal
terpenting dalam membahas dinasti politik bukanlah dimaknai dari hasil akhirnya saja.
Namun kemudian bagaimana menempatkan dinasti politik sebagai bagian dari proses transisi
demokrasi yang tidak sempurna. Adapun yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaiman
sumber-sumber kekuasaan dinasti politik tersebut dibangun melalui kekuatan keluarga
sehingga dapat berkembang menjadi kartel politik yang besar. Dalam hal ini terdapat tiga
karakteristik mendasar dalam menganilisi dinasti politik. Pertama, fungsi partai politik yang
melemah di ranah lokal karena terkooptasi oleh para elit daerah. Pada akhirnya timbul sikap
pragmatisme dari partai politik dengan cenderung mengangkat elit dan keluarganya menjadi
pejabat publik daerah. Kedua, adanya revitalisasi kekuatan tradisional dalam arena politik.
Ketiga, biaya politik yang mahal dalam setiap pemilukada meredksi partisipasi politik aktif
dari masyarakat.

Munculnya dinasti politik di wilayah pemerintahan daerah mendorong perubahan


sosial di masyarakat dimana masyarakat akan terpengaruh untuk mengikuti proses
penempatan kekuasaan oleh dinasti tersebut. Artinya, masyarakat akan selalu cenderung
untuk selalu memilih kepala daerah yang berasal dari suatu dinasti. hal ini dimaksudkan
bahwa dinasti tersebut sudah membangun kepercayaan kepada masyarakat terhdapa
kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan melalui dinasti sebelumnya sehingga masyarakat
akan tetap memilih dinasti tersebut untuk tetap berkuasa. Dari uraian diatas, penulis akan
membahas mengenai analisis perubahan sosial di masyarakat mengenai pemerintahan dinasti
di Kabupaten Kediri, dimana pemerintahan Kabupaten Kediri berhasil dipimpin oleh satu
dinasti sejak tahun 1999.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan sosial yang terjadi di masyarakat terhadap adanya pemerintahan


dinasti di Kabupaten Kediri ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui perubahan sosial yang terjadi di masyarakat terhadap adanya pemerintahan


dinasti di Kabupaten Kediri
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teoritis

1. Perubahan Sosial

Banyak dari ahli filsafat dan sosiolog berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya
perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup
manusia. Ada yang berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan
dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, misalnya perbahan
dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Ada pula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non periodik. Pendapat-
pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingaran
kejadian-kejadian.

Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya


suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan
berhasil baik. 1Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran perubahan-perubahan sosial
tersebut. Akan tetapi, perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah
lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan tersebut barulah
akan dapat diperoleh suatu generalisasi.

Sedangkan William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologi dari kondisi-


kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan disamping aspek ekonomi,
geografis, dan biologis. Ada beberapa ahli pula yang menyatakan bahwa semua kondisi
tersebut sama pentingnya , satua atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan sosial.

Perubahan sosial merupakan proses perkembangan unsur sosio,


budaya dari waktu ke waktu yang membawa perbedaan yang berarti dalam struktur dan
fungsi masyarakat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. 2 Hal ini terjadi sebagai akibat
dari suatu perubahan yang datang, baik dari kemajuan berpikir manusia maupun dari
perubahan lingkungan dan teknologi.

1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet 43, 2010
2
Utang Suwaryo, Jurnal Governance,”Perubahan Sosial dan Dinamika Pemerintahan”.Vol. 1 No.1 2010. Hlm.22
Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat, ia akan selalu membutuhkan dan
dibutuhkan oleh sesamanya. Dalam suatu kehidupan, manusia membentuk suatu kelompok
tertentu yang merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan unik sifatnya. Sebagai suatu
sistem, masyarakat terdiri dari sub-sub sistem yang saling interaktif. Setiap sub sistem dengan
peranannya dapat dipandang mutlak adanya, oleh karena hakikat kesatuan itu sesungguhnya
merupakan sesuatu yang terpecahpecah dan terbagi-bagi, namun keberadaannya saling
mengokohkan satu samalain.

Secara abstrak masyarakat yang terdiri dari pranata-pranata sosial,


struktur-struktur sosial, sistem nilai, norma, aturan, maupun kebiasaan itu
akan mewujudkan tatanan kongkrit seperti: sub sistem politik, sub sistem
ekonomi, sub sistem sosial, sub sistem budaya maupun sub sistem lainnya.
Perubahan masyarakat akan selalu terjadi dan dapat meliputi aspek-aspek
kehidupan masyarakat. Inti dari proses perubahan masyarakat itu sendiri
adalah adanya perubahan norma-norma atau adanya pergeseranpergeseran nilai-nilai dalam
masyarakat. Dengan adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat itu, maka
anggota-anggotanya (warga masyarakat) akan berusaha mengatur strategi
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial dalam


masyarakat :

a. Perubahan kondisi geografis

b. Kebudayaan materiil

c. Komposisi penduduk

d. Perubahan ideologi maupun karena difusi ataupun penemuan-peneuan baru dalam


masyarakat

Bertambahnya penduduk yang terlalu cepat akan menyebabkan


terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat yang menyangkut
lembaga-lemabaga kemasyarakatan yang selanjutnya akan mempengaruhi
lembaga pemerintahan itu sendiri. Pertumbuhan penduduk yang cepat di
daerah perkotaan selain disebabkan oleh natalitas juga oleh urbanisasi, modernisasi dan
industrialisasi yang cepat berkembang.
2. Politik Dinasti

Dinasti politik dalam dunia politik modern dikenal sebagai elit olitik yang berbasiskan
pertalian darah atau perkawinan atau bisa disebut sebagai politik oligarki. Dalam konteks
Indonesia, kelompok elit adalah kelompok yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
proses pembuatan keputusan politik sehingga dapat dengan mudah untuk memperebutkan
kekuasaan. Sebelum munculnya politik dinasti, kelompok elit tersebut digabungkan kedalam
elit partai politik, elit militer dan polisi, elit pengusaha, elit agama, elit aktifis.3

Familisme sebagai budaya politik diartikan sebagai ketergantungan yang teerhadap


adanya ikatan keluarga, yang melahirkan adanya hubungan keluarga maupun ikatan
kekerabatan pada kedudukan yang lebih tinggi daripada kepentingan lainnya. Dalam
pengertian lainnya, familisme juga dipahami sebagai new social order, yakni dorongan
psikologis bagi seseorang untuk dapat meraih dua kekuasaan yakni publik sebagai birokrat
dan privat sebagai komporat swasta.

Dalam hal ini, terdapat tiga macam familisme dalam kaitannya dengan kajian dinasti
politik. Pertama, familisme (familism), yakni dinasti politik yang didasarkan secara murni
pada hubungan darah langsung dalam keluarga dan hubungan perkawinan dengan klan
lainnya. Bagi keluarga politik yang lebih lemah posisinya akan menguntungkan dengan
keluarga politik yang lebih kuat karena akan menjamin eksistensi keluarga politik yang
lemah. Adapun terbentuknya suatu dinasti politik dalam bentuk familisme biasanya
didasarkan pada klan untuk menjaga keistimewaan politik yang didapat. Loyalitas,
kepatuhan, maupun solidaritas keluarga merupakan tiga poin penting familisme dalam
mempengaruhi corak dinasti politik.

Kedua, quasi-familisme, yakni model yang didasarkan pada sikap afeksi dan solidaritas dari
anggota keluarga dalam strukktur kekuasaan. Adapun afeksi yang dimaksudkan secara
harfiah tidak dimaknai sebagai kasih sayang, namun sebagi bentuk orientasi politik keluarga
didasarkan pada regionalisme lingkungan. Artinya dimensi dinasti politik ini tidak lagi berada
dalam ranah keluarga inti saja, tetapi juga telah bercabang dengan keluarga lainnya yang
tidak satu keturunan darah, namun memiliki sistem kekerabatan berbasis artifisial. Ketiga,
egoisme-familisme, yakni model dinasti politik didasarkan pada pemenuhan aspek
fungsionalisme dibanding hanya menuruti garis keturunan maupun ikatan darah. Konteks

3
Alim Bathoro, Jurnal FISIP UMRAH,“Perangkap Dinasti Politik dalam Konsolidasi Demokrasi”, Vol.2 No.2 2011.
Hlm.115
egosime dapat dipahami dari kepala daerha pada dasarnya sama dengan konsepsi teori
mengenai kecenderungan mendahulukan kelurga daripada publik dalam pengisian posisi
jabatan publik maupun pemerintahan. Kepala daerah yang digatikan masih memiliki
pengaruh terhadap penggantinya. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengamankan program
program kebijakan maupun proses penganggaran yang telah dilakukan. Adapun sisi
masyarakat, egoisme ditunjukan dengan kecenderungan untuk menjaga agar famili tertentu
tetap mendapatkan kekuasaan. Hal tersebut terjadi karena penguasa berhasil membina dan
memperkuat kohesi sosial dengan masyarakat melalui serangkaian program yang telah
dilaksanakan.

2.2 Kajian Empiris

Politik dan kekuasaan dapat diibaratkan sebagai koi dua sisi koin yang tidak dapat
dpisahkan. Dimina kedua hal ini selalu berdampingan bersama dan tidak dapat dipisahkan.
Politik dan kekuasaan dapat diibaratkan sebagai dua sisi koin yang selalu berdampingan.
Keduanya juga tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Maka dari itu sudah menjadi
hal yang tidak tabu lagi di masyarakat bahwa esensi dari politik adalah untuk mendapatkan
atau melanggengkan kekuasaan. Sejak diberlakukannya pemilu langsung, sudah banyak elit-
elit politik yang ingin melanggengkan kekuasaanya baik di level nasional hingga level
daerah. Pada level daerah pun sudah menjadi panggung politik untuk berbagai elit politik
melanggengkan kekuasaanya. Adanya otonomi daerah yang membuat pemerintahan daerah
menjadi desentralisasi juga membuat semakin leluasanya elit politik di daerah untuk terus
melanggengkan kekuasaanya. Fenomena politik yang terjadi ini merupakan benuk sebuah
praktik politik dinasti. Adanya politik dinasti ini berdampak negatif pada kemunduran
demokrasi.

Praktik politik dinasti ini sudah banyak terjadi di Indonesia, salah satuya ada di
wilayah Kabupaten Kediri. Bahkan dinasti plotik yang terjadi di Kabupaten Kediri
merupakan dinasti poltik pertama dan terlama di Indonesia. Dinasti poltik ini diawali dengan
kepemiminan Sutrisno yang menjabat sebagai bupati Kediri selama dua periode sejak 1999
sampai 2009. Kemudian selah berakhirnya masa jabatan Sutrisno yang telah menjadi bupati
selama dua periode, tongkat kekuasaan Kabupaen Kediri berlanjut ke istri pertama Sutrisno,
Haryanti. Dalam pertarungan di Pilkada 2009, pun terjadi persaingan antara Hariyanti dengan
Nurlaila sebagai istri kedua Sutrisno yang juga ikut mencalonkan saat itu. Model politik
dinasti dapa disebut juga dengan model dinasti regenerasi dimana dinasti politik ini
dilakukan secara bergilir tanpa jeda. terdapat indikasi bahwa majunya Haryanti tidak luput
dari dorongan dan pengaruh sang suami untuk tetap mempertahankan kekuasaan.
Dalam banyak kasus pemilukada, motif mempertahankan kekuasaan ini biasanya secara
positif terkait dengan arah pembangunan yang telah dijalankan dan secara negatif
terkait dengan upaya untuk menutupi penyimpanganpenyimpangan yang terjadi.

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Departemen Ilmu Politik FISIP UNAIR,
disebutkan bahwa ada dua hal yang menjadi modal bagi Haryanti untuk meju sebagai bupati
Kabupaten Kediri yakni modl sosial dan modal politik.4 Modal sosial dan politik inilah yang
mejadi kunci kesuksesan Haryanti menjabat menjadi bupati Kabupaten Kediri selama dua
periode. Modal sosial utama Haryanti adalah di mana Haryanti merupakan istri sah dari dari
bupati Kabupaten Kediri seblumnya yakni Sutrisno. Haryanti menjadi lebih dikenal oleh
masyarakat Kabupaten Kediri berkat suaminya yang merupakan bupati terdahulu. Di samping
itu, melalui aktivitas organisasinya selama menjadi istri bupati sebagaimana disebutkan
diatas, khususnya sebagai Ketua Tim Penggerak PKK, Haryanti cukup aktif bergerak di
masyarakat kalangan menengah ke bawah di lingkungan Kediri. Dalam aktivitas PKK itu,
Haryanti cukup sering berkeliling dari desa ke desa dan ini sedikit banyak mampu
membangun citranya di mata masyarakat.

Kemudian modal poltik yang dimiliki Haryanti saat maju di dalam pemilukada
tergolong masih minim dan masih di bawah dari lawan politiknya yakni Nurlaila. Sebenarnya
Haryanti dan Nurlaila ini merupakan sama-sama istri dari Sutrisno, dimana Haryanti
merupakan istri pertama dan Nurlaila merupakan istri kedua. Namun status Haryanti yang
merupakan istri sah bupati incumbent menjadi modal politik yang sangat berarti
bagi Haryanti. Sebagai kader PDIP sejak masa Orde Baru, membuat Haryanti tidak susah
mendapatkan dukungan dari PDIP yang merupakan partai pengusungnya. Disamping itu,
Sutrisno yang saat itu juga menjabat sebagai ketua DPD PDIP Kabupaten Kediri membuat
Haryanti memiliki modal poltik yang signifikan untuk menang dalam pilkada Kabupaten
Kediri. Ditamah pula tidak susah bagi Haryanti untuk mencari partai politik yang mau
berkoalisi denganya, tercatat ada beberapa parpol yang ikut berkoalisi dengan Haryanti yakni
PPP, Hanura dan PKNU.

4
Tim Peneliti Departemen Ilmu Politik FISIP UNAIR, “PEREMPUAN DALAM PEMILUKADA
Kajian Tentang Kandidasi Perempuan di Jawa Timur dan Sulawesi Utara,” Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan di Indonesia, Jakarta: 2011, hal: 101.
Potensi Hryanti untuk memenangi pilkada saat itu sangat besar berdasarkan beberapa
kali survei yang telah dilakukan ke masyarakat Kabupaten Keidiri sebelum pilkada dilakukan
menujukkan bahwa Haryanti masih tetap dominan di masyarakat. Masyarakat lebih mengenal
Haryanti ketimbang lawn politiknya. Selain itu di dalam strategi politiknya, Haryanti berusaa
untuk menakin mendekatkan dirinya kepada masyarakat yakni dengan memperbaiki sarana
umum seperti jalan raya, jembatan, dan saluran air. Popularitasnya sebagai sebagai istri dari
Sutrisno inilah yang membuah Haryanti banyak dikenal di masyarakat dan menjadi salah satu
faktor penentu kemenanan Haryanti sebagai bupati Kabupaten Kediri

Dengan terpilihanya Haryanti sebagai bupati Kabupaten Kediri maka politik dinasti
keluarga Sutrisno akan berlangsung selama dua dasawarsa. Dinasti keluarga besar Sutrisno
tidak hanya dalam lingkup eksekutif saja, sejak Haryanti terpilih menjadi bupati pada tahun
2010, suaminya juga menjabat sebagai ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Kediri. Selain itu, Sulkani yang
merupakan adik ipar bupati Haryanti menjabat sebagai ketua DPRD Kabupaten Kediri. Tidak
hanya itu, menantu Haryanti, Rachmadi Yogiantoro sekarang ini menjabat sebagai ketua
umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kabupaten Kediri. Dari fakta yang ada, sudah
jelas bahwa hampir semua jabatan pemerintahan yang strategis di tempati oleh keluarga besar
Sutrisno.

Dinasti politik yang terjadi di Kabupaten Keidiri ini tidak bisa dilarang, karena hal ini
menyangkut hak asasi setiap orang untuk menjadi pemimpin dan sebagai bentuk dari
mengekpresikan demokrasi. Namun, politik dinasti yang terjadi di Kediri ini untuk
melanggengkan kekuasaan berdampak buruk pada masyarakat Kabupaten Kediri sejatinya.
Hal ini rawan menimbulkan KKN shingga dapat merusak tatanan sosial serta terjadinya
kemaceta demorasi dimana tidak adanya regenerasi kepemimpinan. Disamping itu di dalam
politik dinasti terdapat ketidakadilan, peluang penyalahgunaan kekuasaan, dan rawan
melahirkan aneka macam penyelewengan ekonomi. Maka dari itu bukan hal yang tidak
mungkin juga apabila pemerintahan di Kabupaten Kediri ini juga memiliki potensi yang
rawan utnuk terjadinya hal – hal seperti di atas yang nantinya juga akan merugikan
masyarakat sendiri,
2.3 Analisis Kritis

Secara tidak langsung, adalanya politik dinasti ini akan berdampak pada kemunduran
demokrasi. Dimana dengan adanya politik dinasti ini akan menutup kesempatan bagi
masyarakat yang memiliki kemampuan surta kualitas untuk layak menjadi kepala daerah.
Disamping itu juga menimbulkan sulit terciptanya clean and good governence. Adanya
kekuasaan yang terlalu besar pada suatu kelompok juga akan menimbulkan berbagai
penyimpangan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jika dalam suatu pemerintahan sudah
dipenuhi oleh keluarganya sendiri, maka sangat sulit untuk mendahulukan kepentingan
umum.

Kembali terpilihnya Haryanti menjadi bupati Kabupaten Kediri ini membat politik
dinasti keluarga besar Sutrisno bertahan hingga dua dasawarsa. Kekuasaanyang terlalu lama
ini juga bisa berakibat pada semakin besar resiko timbulnya korupsi, kolusi dan neotisme di
lingkungan pemerintahan Kabupaten Kediri. Terus berkembangnya politik dinasti di
Kabupaten Keidiri ini menunjukkan kesaran politik serta nilai – nilai demokrasi di
masyarakat Kabupaten Kediri masih belum optimal. Kondisi masyarakat Kediri yang
paternalistikini membuat mereka tidak mudah menolak kepemimpinan yang bersifat dinastik
ini. Di sinilah letak rawannya korupsi, jika jago yang diusung membutuhkan pendanaan yang
banyak, maka petahana menciptakan “kreativitas” yang bisa memperkaya diri dan
keluarganya. Dengan memiliki kuasa, pendanaan model apa pun mudah dilakukan, termasuk
cenderung menggunakan pendanaan ilegal melalui korupsi.

Sepatutnya masyarakat Kabupaten Kediri mulai mengkritisi politik dinasti yang


terjadi di Kabupaten Keidri. Haryanti yang notabenenya di dalam kontestasi pilkad karena
didongkrak oleh kekuasaan Sutrisono demi melanggengkan kekuasaan ini pantas untuk
dikrtitisi lebih dalam. Adakah agenda tersembunyi yang dibawa oleh Haryanti untuk tetap
berkuasa meneruskan kekuasaan suaminya. Fenomena dinasti politik yang terjadi di
Kabupaten Kediri saat ini seharusnya membuat masyarkat Kabupaten Kediri harus sadar
sejak dini bahwasanya sentralisasi kekuasaan yang terpusat pada satu keluarga tidak dapat
dilihat dalam aspek politik saja namun juga bagaimana dampak sosiologis yang akan terjadi
dalam realitas masyarakat. bahkan menjadi kekhawatiran kekuasaan tersebut tidak mampu
membawa perubahan sosial maupun ekonomi untuk masyarakat banyak. Sehingga
kedepannya dapat menciptkakan budaya korupsi dan terbukanya angka pengangguran
disebabkan kekuasaan hanya dikuasai oleh beberapa orang dalam satu keluarga tanpa
memberi ruang kepada pihak lain untuk ikut berpartisipasi.

Dsamping itu, politik dinasti di Kabupaten Kediri ini juga menyebabkan terputusnya
regenerasi dalam kepemimpinan di sebabkan penguasa terus memperjuangkan kekuasaannya.
Penguasaan kekuasaan hanya berputar pada saudara, istri, anak bahkan keluarga. Sehingga
banyak generasi yang hilang kesempatan dalam menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam
mengabdi kepada bangsa dan Negara. Bukan hal yang tidak mnungkin apabila sebnarnya di
lingkungan masyarakat Kabupaten Kediri ini terdapat masyarakat yang lebih layak dan
mumpuni untuk menjadi bupati Kabupaten Kediri.

Politik dinasti maupun bentuk dinasti politik bukanlah suatu yang salah meskipun
tidak sesuai dengan cita – cita demokrasi. Namun kesalahan dari politik dinasti ini ialah
apabila kepemimpinan dipegang oleh tangan pemimpin yang tidak memiliki kualitas dan
tanggung jawab dalam memimpin. Alangkah bainya apabila msayrakat Kabupaten Kediri
untuk kedepannya lebih meningkatkan kesadran politiknya agar lebih memahami cita – cita
demokrasi sehingga politik dinasti tidak akan berkembang lagi di Kabupaten Kediri nantinya.
Maka dari itu untuk meningkatkan kesarn politik msyarakat Kabupaten Kediri, diperlukan
peran aktif dari berbagai LSM serta akademisi untuk membeikan sosialisasi serta penyuluhan
kepada masyarakata mengenai pentingnya kesadaran politik serta pemahanam nilai – nilai
demokrasi. Jika sebagian besar masyarakat Kabupaten Kediri sudah sadar dan mengerti
betapa bahanyanya politik dinasti, kedepannya tidak akan berkembang lagi politik dinasti
seperti ini di Kabupaten Kediri. Masyarakat akan memilih calon pemimpin yang lebih baik
dan tidak oligarki. Dengan begitu, diharapkan cita-cita desentralisasi dan demokrasi lokal
akan tercapai di Kabupaten Kediri.
BAB 3

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai