Anda di halaman 1dari 4

FISIKA

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).Fisika merupakan mata pelajaran yang
dapat menumbuhkan kemampuan berpikir peserta didik yang berguna untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Fisika juga merupakan bagian
dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam pada benda-benda mati secara
empiris, logis, sistematis, dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah.

Pembelajaran Fisika adalah erat kaitannya denngan sains dan logika.


Pembelajaran fisika hendaknya mengedepankan pada logika yang berbasis pada
fenomena nyata. Ciri khas inilah yang menyebabkan pembelajaran Fisika seolah-olah
menjadi pelajaran yang sulit. Sehingga sampai saat ini pun sebagian besar siswa
masih menganggap bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran sulit, bahkan
membosankan.

Persepsi siswa tersebut ternyata berdampak pada prestasi belajar. Jika


dibandingkan dengan mata pelajaran lain, maka hampir dapat dipastikan prestasi
belajar fisika siswa lebih rendah dibandingkan dengan prestasi belajar pelajaran
lainnya.Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya rata-rata hasil belajar siswa,
salah satunya adalah adanya kesulitan belajar yang dialami siswa pada proses
belajarnya. Kesulitan belajar ini dapat ditandai dengan beberapa hal, salah satunya
adalah melakukan kesalahan-kesalahan dalam menjawab soal. Seperti yang
dikemukakan Atin Supriyatin(2007 : 156). Selain dengan melakukan kesalahan dalam
menjawab soal, kesulitan belajar juga dapat digambarkan dari ketuntasan belajar
siswa.

Menurut Wiwik Chrisnajanti(2002 : 82), standar normal pencapaian


ketuntasan belajar adalah 85% dari populasi siswa harus menguasai sekurang-
kurangnya 75% dari tujuan intruksional yang hendak dicapai. Dengan kata lain, siswa
akan dikatakan tuntas apabila mampu mencapai nilai 75. Selanjutnya, sebuah kelas
dikatakan mencapai ketuntasan belajar apabila jumlah siswa yang tuntas minimal
85% dari populasi yang ada. Jika hal tersebut tidak mampu dicapai, maka dapat
dikatakan bahwa siswa atau kelas tersebut mengalamai kesulitan belajar.

Sampai saat ini ketuntasan belajar masih sangat sulit dicapai siswa, terutama bagi
siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) . Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
peneliti di SMAN Kebakkramat Karanganyar, masih banyak siswa yang belum
mampu mencapai ketuntasan belajar. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata hasil
belajar mereka yang kurang dari nilai 75 yangmenjadi standar ketuntasan di sekolah
tersebut. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya untuk mereduksinya, salah satunya
dengan remediasi pembelajaran.

Pembelajaran ulang (remediasi pembelajaran) merupakan layanan pendidikan yang


diberikan kepada siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai
kriteria ketuntasan yang ditetapkan. "Remedial teaching bertujuan untuk
meningkatkan nilai siswa yang kurang hingga siswa tersebut memiliki nilai di atas
standar yang ditetapkan" (Cece Wijaya. 2007). Pelaksanaan remediasi pembelajaran
diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah kesulitan belajar siswa,
sehingga meningkatkan hasil belajarnya. Mampu meningkatkan siswa lebih mampu
mengingat dan memahami mata pelajaran yang diberikan oleh guru, dirasa perlu bagi
guru untuk mampu menggunakan/menerapkan suatu model pembelajaran yang
berbeda sari model sebelumnya dalam pelaksanaan pembelajaran ulang (Remedial
teaching). Selain itu juga dibutuhkan Model pembelajaran yang inovatif yang
membuat siswa cenderung tidak cepat merasa bosan dan mampu memfasilitasi
terjadinya peningkatan prestasi belajar siswa. Salah satunya menggunakan Model
pembelajaran guide discovery learning.

Model pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning) merupakan


salah satu model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student centre).
Bertujuan agar siswa aktif dalam kegiatan belajar, melatih belajar sendiri dan
menemukan sendiri konsep-konsep yang menjadi objek, membantu siswa dalam
proses penemuannya, serta menjadi sumber informasi apabila dibutuhkan siswa. Pada
pelaksanaannya siswa hanya diberikan gambaran dan langkah-langkah secara garis
besar mengenai materi. Selanjutnya siswa mengolah, mengukur, dan
mendiskusikannya sehingga menemukan kesimpulan sendiri dari apa yang
dipelajarinya. Hal tersebut akan mempermudah siswa dalam meningkatkan hasil
belajar.(Yanti,2014: 15)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perlu diterapkannya


pembelajaran remediasi dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning
sebagai upaya untuk mencapai ketuntasan belajar siswa pada aspek kognitif. Hal ini
dimaksudkan agar dapat membantu guru dan siswa dalam meningkatkan pencapaian
kompetensi belajar siswa terhadap materi Fisika. Berkaitan dengan hal tersebut, judul
yang diambil dalam penelitian ini adalah “Remidiasi Pembelajaran Fisika dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) untuk
Membantu Siswa Mencapai Ketuntasan Belajar pada Aspek Kognitif Fisika Materi
Teori Kinetik Gas Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Teras”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut: Apakah remediasi pembelajaran Fisika dengan model
pembelajran Guided Discovery Learning dapat membantu siswa mencapai ketuntasan
belajar pada aspek kognitif Fisika pada materi Momentum dan Impuls kelas X MIA
SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
Remediasi Pembelajaran Fisika dengan model pembelajaran Guided Discovery
Learning untuk membantu siswa mencapai ketuntasan belajar pada aspek kognitif
Fisika pada materi Momentum dan Impuls kelas X MIA SMA Negeri Kebakkramat
Tahun Pelajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi
berbagai pihak antara lain:

1. Bagi siswa.
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan hasil belajar Fisika
siswa yang terlibat dalam kegiatan penelitian.
2. Bagi guru.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru untuk
memperkaya model pembelajaran yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI.
3. Bagi sekolah.
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan positif bagi pengembangan
sekolah, utamanya untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai