Anda di halaman 1dari 28

Laporan Pendahuluan

Anatomi dan Fisiologi Lensa


a. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebal
sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula
Zinnii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humos
aquos dan disebelah posterior terdapat viterus.Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi
kurang elastic. Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa dari
pada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.

Gambar 1. Anatomi Lensa ³

Page 1
Anatomi Lensa ³

b. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat
zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya
refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan
usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi
refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik
kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

Page 2
c. Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion
Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar
melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam
oleh Ca-ATPase.
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP
shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah
glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.

d. Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm
permukaan pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan diri
dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam batas-batas
dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan, maka sel-sel
bagian posterior memanjang dan menutupi bagian yang kososng. Pada stadium ini, kapsul
hialin dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah
ekuator dan tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan ke
belakang di bawah kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura lentis,
yang berbentuk huruf Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di
posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan penghidupan foetal. Inilah yang
membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan
proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus selama hidup tetapi lebih lambat,
karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-lambat. Kemudian terjadi kompresi dari
serat-serat tersebut dengan disusul oleh proses sklerosis.

Page 3
2.2. Definisi Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti
tertutup air tejun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-
duanya.Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. 4

2.3 Klasifikasi
Katarak diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, seperti usia, saat munculan
dan tempat terjadinya. Klasifikasi tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Klasifikasi katarak berdasarkan usia:


1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun.

Klasifikasi katarak berdasarkan saat munculan :


1. Katarak yang didapat (99% dari keseluruhan kasus katarak), terbagi lagi menjadi :
a. Katarak Senilis ( > 90 % katarak), berkaitan dengan penyakit sistemik, yakni
diabetes mellitus, galaktosemia, insufisiensi ginjal, mannosidosis, penyakit Fabry,
sindrom Lowe, penyakit Wilson, distrofi miotonik, tetani, dan penyakit kulit.

b. Katarak sekunder dan komplikata, yakni katarak dengan heterokromia, iridosiklitis


kronik, vaskulitis retinal, dan retinitis pigmentosa.

Page 4
c. Katarak post-operatif, paling sering terjadi pada kasus vitrektomi dan tamponade
silikon retina, dan operasi filter
d. Katarak traumatik, karena kontusi atau perforasi, radiasi infra merah, sengatan
listrik, radiasi ion.
e. Katarak toksik, yakni katarak diinduksi kortikosteroid (paling sering), dank arena
obat lain seperti klorpromazin, agen miotik, atau busulfan.

2. Katarak Kongenital (kurang dari 1 % kasus katarak), terdiri dari :


a. Katarak herediter, dapat autosomal dominan, autosomal resesif, sporadik, atau terikat
kromosom X
b. Katarak yang disebabkan oleh kerusakan saat masa embrionik dini (via
transplasental), karena infeksi rubella (40-60%), mumps (10-22%), hepatitis (16%),
dan toksoplasmosis (5%).

Katarak berdasarkan lokasinya terdiri dari:


1. Katarak nuklear, insidennya 30 % dari keseluruhan kasus katarak senilis

Gambar Katarak nuclear

2. Katarak subkapsular, lokasinya di anterior dan posterior, dengan insidennya 50 % dari


keseluruhan kasus katarak senilis.

Page 5
Gambar Katarak subkapsular anterior dan posterior

Gambar Katarak subkapsular posterior yang disebabkan oleh pemakaian prednison

3. Kortikal dengan insidennya 20 % dari keseluruhan kasus katarak senilis

Gambar Katarak Kortikal

Page 6
KATARAK SENILIS
Definisi
Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak
senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui
penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 40 tahun.

Katarak senelis

Epidemiologi
Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Insidensi katarak di
dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya. Di Afrika katarak senile merupakan
penyebab utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan
dapat dikatakan sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya usia
penderita. Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60 tahun
menderita katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia 60
tahun mempunyai kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pada pemeriksaan slitlamp. Di
negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain
kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi
kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan
meningkat 1,47%. 4,5

Page 7
Etiologi dan Patofisiologi
Sejalan dengan usia, lensa bertambah berat, padat dan daya akomodasinya menurun.
Dengan terbentuknya lapisan baru dari serat kortikal nucleus lensa menjadi terkompresi dan
memadat (nuclear sklerosis). Modifikasi kimia dan proteolisis dari kristalin(protein lensa)
menghasilkan formasi agregat protein berat molekul besar. Agregat ini cukup besar untuk
menyebabkan terjadinya fluktuasi mendadak dalam indeks refraktif lokal lensa sehingga
menghamburkan cahaya dan menurunkan transparansi.
Modifikasi kimia dari protein nuclear lensa juga meningkatkan pigmentasi, seperti
lensa menjadi kuning atau kecoklatan sejalan dengan pertambahan usia. Hubungan dengan
usia lainnya adalah menurunnya konsentrasi dari glutation dan kalium dan meningkatnya
konsentrasi natrium dan kalsium dalam sitoplasma sel lensa. Penyebab paling sering
gangguan penglihatan pada orang tua adalah katarak senilis, patogenesisnya multifaktorial
dan belum sepenuhnya dimengerti.

Faktor resiko terjadinya katarak senilis adalah :


1. Herediter
Herediter memiliki peran yang perlu dipertimbangkan, usia mulai timbulnya katarak
berbeda pada keluarga yang berbeda.
2. Paparan Ultraviolet
Berdasarkan studi epidemiologi, paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan
timbulnya katarak pada usia yang lebih awal dan maturasi yang lebih cepat pada katarak
senilis.
3. Faktor diet
Defisiensi zat makanan berupa protein tertentu, asam amino, vitamin (riboflavin, vit E,
Vit C) dan elemen-elemen esensial berperan dalam terjadinya dan matangnya katarak
pada usia yang lebih awal.
4. Krisis dehidrasi
Ditemukan juga hubungan cepatnya usia kemunculan dan kematangan katarak dengan
krisis dehirasi yang terjadi pada seorang individu (seperti: diare, kolera, dan lain-lain)
5. Merokok
Merokok telah dilaporkan memeiliki beberapa efek terhadap usia munculnya katarak.
Rokok menyebabkan akumulasi dari pigmen molekul -3 hydroxykynurinine dan

Page 8
chompores yang menyebabkan kekuningan. Sianat pada rokok meyebabkan
carbamylation dan denaturasi protein.

Terdapat beberapa teori konsep penuaan menurut Ilyas sebagai berikut:


Teori putaran biologik (“A biologic clock”).
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali → mati.
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel.
- Teori mutasi spontan.
- Teori ”A free radical”
 Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.
 Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.
 Free radical dapat dinetrralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
- Teori “A Cross-link”.
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein
sehingga mengganggu fungsi.

Perubahan lensa pada usia lanjut :


1. Kapsul
- Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
- Mulai presbiopia
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular
2. Epitel → makin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa:
- Lebih iregular
- Pada korteks jelas kerusakan serat sel
- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus
(histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklet protein
lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.

Page 9
- Korteks tidak berwarna karena:
· Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
· Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut biasanya mulai terjadi
pada usia lebih dari 60 tahun.

Klasifikasi Katarak Senilis


Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear,
kortikal dan subkapsularis posterior.

1. Katarak Nuklear
Beberapa tingkat sklerosis nuclear dan kekuningan pada lensa adalah normal pada pasien
dewasa yang telah melewati usia pertengahan. Secara umum, kondisi ini hanya
mempengaruhi fungsi visual secara minimal. Penghamburan cahaya dan kekuningan
yang parah disebut sebagai katarak nuklear, yang menyebabkan opasiti sentral. Nukleus
cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning
sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya
lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Meskipun biasanya
bilateral, namun biasanya asimetris. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik
yang disebut juga sebagai second sight., sulit menyetir pada malam hari. Perubahan
kekuningan dan kecoklatan yang progresif pada lensa menyebabkan diskriminasi warna
yang buruk, khususnya terhadap spectrum warna biru sehingga penderita mengalami
kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.

Katarak Nuklear

Page 10
2. Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai
timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Katarak kortikal biasanya
bilateral tetapi sering asimetris. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau
gambaran seperti ruji. Banyak pada penderita DM.Keluhan yang biasa terjadi yaitu
penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.

3. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis


Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis
posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan
katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya
cepat. Pada keadaan awal, katarak subkapsular posterior adalah salah satu dari tipe utama
katarak yang berhubungan dengan penuaan. Bagaimanapun, ini bisa juga terjadi sebagai
akibat dari trauma, penggunaan kortikosteroid jangka panjang (sistemik, topical, atau
intraokuler), inflamasi, paparan radiasi ion, dan alkholisme. Katarak ini menyebabkan
kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.

Page 11
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam empat stadium yaitu insipien, imatur,
matur dan hipermatur :

1. Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada
katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada
katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur,tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk geligi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan ini pada
awal nya hanya tampak jika pupil dilebarkan.

2. Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh atau katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Jika mengambil air lensa akan
menjadi intumesen. Pada katarak intumesen terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan
lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia

Page 12
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak imatur

3. Katarak Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.

KATARAK MATUR

Page 13
4. Katarak Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras
atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga
lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai
dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni.

Page 14
Tabel Perbedaan Stadium Katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air


masuk) keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam


depan
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test - + - Pseudopsitif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis +


Glaukoma

Manifestasi Klinis
Penglihatan yang berangsur-angsur memburuk atau berkurang dalam beberapa bulan
atau tahun merupakan gejala utama dari katarak. Beberapa orang hanya merasakan
penglihatan redup pada satu mata. Dapat saja keluhan ini seakan-akan melihat melalui film
(tabir) yang menutupi mata, keluhan berupa silau ditempat terang, atau penglihatan kurang
bila mengendarai kendaraan menghadapi sinar yang datang dimalam hari. Mata tidak
merasakan sakit, gatal, atau merah sedikitpun.
Secara umum dapat digambarkan gejala katarak adalah sebagai berikut :
a. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
b. Perubahan daya lihat warna.
c. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
d. Lampu dan matahari sangat mengganggu.
e. Sering minta ganti resep kaca mata.
f. Melihat ganda
g. Bias melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetrop).

Page 15
Tanda dan gejala
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang lengkap. Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan penglihatan yang progresif atau berangsur-
angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajun dengan pin hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana tingkat
kesilauan berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar
belakang yang terang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau
terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada
malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifits terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan
tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optic dan uji ini diketahui
lebih bagus dari pada menggunakan bagan snellen untuk mengetahui kepastian fungsi
penglihatan, namun uji ini bukanlah indicator spesifik hilangnya penglihatan yang
disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak ada awalnya dapa meningkatkan kekuatan dioprtri lensa, biasanya
menyebabkan derajat myopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien
presbiopia pada kaca mata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami
penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya
kualitas lensa rasa nyaman ini berlangsung menghilang dan diikuti dengan terjadinya
katarak sklerotik nuclear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata akan
menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi dan cendrung diatasi dengan
ektraksi katarak.
5. Variasi diurnal penglihatan
Pada katarak sentral kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun ada
siang hari atau pada keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya penderita
katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan penglihatan lebih baik pada sinar
terang dibanding pada sinar redup.

Page 16
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul atau
bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling
sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glukoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monokuler, yang dibedakan dengan diplopia binokuler
dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi warna
yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding warna
sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreus yang
sering bergerak-gerak.

Pemeriksaan fisik
1. Penurunan ketajaman penglihatan
Katarak seringkali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan,
baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat lebih sering menurun
jika dibandingkan dengan ketajaman penglihatan jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya
daya kontriksi pupil yang kuat. Penglihatan menurun tergantung pada derajat katarak.
Katarak imatur dari sekitar 6/9 sampai 1/60, pada katarak matur hanya 1/300 sampai 1/~.
2. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya di dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat myopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien
presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan
kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa, rasa
nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuclear.

Page 17
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata akan menyebabkan anisometropia
yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cendrung diatasi dengan ekstraksi katarak.

Diagnosis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium diminta sebagai bagian dari proses screening pra operasi untuk
mendeteksi penyakit yang menyertai, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit
jantung. Penyakit seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif.
Dengan demikian deteksi dini harus dilakukan sebelum operasi.
Pemeriksaan pencitraan pada mata seperti USG, CT SCAN, dan MRI diperlukan jika
dicurigai terdapat kelainan pada bagian posterior dan penglihatan yang kabur akibat katarak.
Hal ini bermanfaat dalam pengelolaan pembedahan dan untuk memberikan prognosis
pemulihan penglihatan pasien pasca operasi.
Stadium katarak senilis ditentukan berdasarkan ketajaman penglihatan pasien. Pasien
yang visusnya kurang dari 20/200 dikatakan menderita katarak matur. Jika lebih dari 20/200,
kataraknya dikatakan imatur. Katarak insipien ditemukan pada pasien masih bisa membaca
pada 20/20 , akan tetapi kejernihan dari lensa dapat diperiksa dengan slit lamp.
Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva, kornea,
iris, pupil, dan COA dalam keadaan normal. Pada lensa pasien katarak, didapatkan lensa
keruh. Selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium pada
penyakit katarak senilis.

Diagnosis Banding
1. Katarak traumatik : Harus setelah mengalami trauma. Kontusi pada bola mata tanpa
perforasi dapat menyebabkan katarak dan timbul beberapa hari/minggu satelah kontusio
2. Uveitis Kronik : Merupakan radang uvea yang mengenai hanya bagian depan jaringan
uvea atau selaput pelangi dengan gejala mata merah nyeri tekan disertai spasme iris,
fotofobia dan lakrimas bila terkena sinar kuat, visus menurun, kornea edem,dalam BMD
terdapat penimbunaan protein, fibrin, dan sel radang yang memberikan gambaran flare,
iris edem, pupil,miosis dan reflek pupil lemah.

Page 18
Manajemen dan Penatalaksanaan Katarak Senilis
Manajemen katarak
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok.
1. Indikasi optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam
penglihatan pasien telah menurun hingga menggangu kegiatan sehari-hari maka operasi
katarak bisa dilakukan
2. Indikasi medis
Pada beberapa keadaan dibawah ini, katarak perlu dioperasi segera bahkan jika prognosis
kembalinya penglihatan kurang baik:
 katarak hipermatur
 Glaukoma sekunder
 Uveitis sekunder
 dislokasi lensa
 Benda asing intra – lentikuler
 Retinopati diabetic
 ablasio retina.
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus opticus, namun
kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien muda,
maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuan puil tampak hitam
meskipun penglihatan tidak akan kembali.

Penatalaksanaan Teknik Pembedahaan


Katarak senilis hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan
mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang
keruh.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno
hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi

Page 19
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah
glukoma, mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata
sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina,
mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada
saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
2. Intra Capsular Cataract Extraction ( ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh
lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata
melalui insisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya
pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

ICCE ECCE

Pengangkatan lensa Lensa diangkat in toto Neukleus Lensa diangkat dari


kapsul
Kapsula posterior dan Diangkat Utuh
zonula zinii
Insisi Lebih Besar ( 10 Mm ) Lebih kecil
Iridektomi perifer Dilakukan Tidak dilakukan
Waktu operasi Lebih Lama Lebih Cepat
Lokasi IOL Anterior Chamber Posterior Chamber
Keahlian Teknih lebih mudah Teknik lebih sulit

Page 20
Komplikas yang Prolaps Vitreus, chystoid macular Katarak Sekunder
muncul edema, endhopthalmitis, aphalic
glukoma
Biaya Lebih Murah Lebih Mahal
Kompilkasi yang dapat Katarak sekunder Komplikasi pada ICCE
di hilangkan
Indikasi Dislokasi lensa, subluksasi lensa, Dapat untuk semua jenis
Chronic lens induced uveitis, katarak kecuali dengan
Intra-lenticular, foreign bodies. kontraindikasi

Kontra indikasi Pasien muda ( < 35 tahun ) yang Dislokasi lensa, subluksasi
vitreus dan lensa nya masih lensa
memiliki penempelan yang kuat

3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa.
Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran
ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra
Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil
maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini
bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik
ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil
agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering
digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti
itu.

Page 21
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh dan murah.

5. YAG Laser
Melubangi kapsul posterior sehingga terdapat lubang. Prosedur ini kerjanya cepat dan
tidak sakit. Indikasi: Opasifikasi kapsul posterior pada katarak sekunder, Perifer
Iridotomy pada penderita glaukoma sudut tertutup akut, pan retinal photocoagulation
pada penderita diabetic retinopathy.

Page 22
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
a. Kacamata afakia yang tebal lensanya
b. Lensa kontak
c. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat
pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat.

Kekuatan implan lensa intraokuler yang akan digunakan dalam operasi dihitung
sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea.
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.
Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.
Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan.

Perawatan pasca bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak
dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar
satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama

Page 23
beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung
seharian. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul beberapa jam setelah
hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna.
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.
Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain :
1. Jangan menggosok mata
2. Jangan menggendong yang berat
3. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
4. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
5. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
Komplikasi Pembedahan
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka
serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
a. COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang
keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema stroma

Page 24
dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea perifer dengan
daerah sentral yang bersih paling sering)
b. Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
c. Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak adekuat
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang tidak
sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
d. Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.
3. Komplikasi lambat pasca operatif
a. Ablasio retina
b. Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah yang
terperangkap dalam kantong kapsuler
c. Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa
intraokuler, jarang terjadi.

Rehabilitasi Visual Pasca Operasi Katarak


Pengangkatan lensa pada operasi katarak menimbulkan afakia, yang menyebabkan :
1. Hipermetropia tinggi
2. Astigmatisma
3. Hilangnya daya akomodasi
4. Berkurang nya persepsi warna

Karena itu diperlukan rehabilitasi visual pasca operasi, dengan menggunakan beberapa alat
bantu, yaitu :
1. IOL
Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia saat ini aman,
tidak mahal dan memiliki kualitas optik yang baik. ImplantasiIOL dapat dilakukan setelah
pengangkatan lensa pada saat operasi. Meskipun memiliki banyak keuntungan, IOL tidak
dapat mengatasi masalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi pasca operasi, dan pasien
tetap harus menggunakan alat bantu saat melihat dekat /membaca.

Page 25
2. Kacamata
Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatansebesar +10D .
Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi fisik dan optik. Dan masalahnya
akan semakin berat bila mata yang afakia unilateral (mata yang lain normal). Masalah yang
biasa timbul akibat pemakaian kacamata antara lain :
 Masalah fisik Kacamata yang berat dan tebal akan terasa tidak nyaman saat dipakai. IOL
tidak menimbulkan masalah ini
 Diplopia
 Roving Sign Scotoma
 Jack in the box phenomenon. Keadaan ini membuat lapang pandang perifer terganggu
Pin Cushion Effect Objek terlihat tertarik ke sudut, pada tepi objek yang dilihat terlihat
lebih besar.
 Aberasi Spheris Objek yang dilihat akan tampak tidak fokus.
 Aberasi kromatisDifraksi saat melihat cahaya, dan saat melihat objek warna putih akan
terlihat warna pelangi.
Masalah ini dapat diatasi dengan membuat beberapa modifikasi pada lensa seperti:
 Aspherical lenses
 High index lenses
 Lenticular lenses

Page 26
3. Lensa kontak
Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi masalah afakia
unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk pasien berusia lanjut kurang efektif.
Komplikasi katarak senilis
Yang tersering adalah glaucoma yang terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
1. Fakolitik
 Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka subtansi lensa akan keluar yang akan
menumpuk disudut kamera okuli anterior terutuma bagian kapsul lensa.
 Dengan keluarnya subtansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpu
pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi mereabsorbsi subtansi lensa
tersebut.
 tumpukan akan menutu sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glukoma.
2. Fakotopik
 Berdasarkan posisi lensa
 Oleh karena proses intumesensi, iris terdorong kedepan sudut kamera okuli anterior
menjadi sempit sehingga aliran humor aquos tidak lancar sedangkan produksi berjalan
terus, akibatnya tekanan intra okuler akan meningkat dan timbul glukoma.
3. Fakotoksik
 Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(autotoksik)
 Terjadi reaksi antigen antibody sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi
glaucoma.
Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak senilis dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat
yang tepat maka prognosis pada katarak umumnya baik.
Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah
oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhadap
sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat.

Page 27
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. 2008-2009. Lens and Cataract. San


Fransisco:AAO
2. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand MG. 2001. “Surgery of Cataract” in Lens and
Cataract. Section 11. USA. The Foundation of The American Academy of
Ophthalmology.96-99.
3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika,
2000.
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2005.
5. http://www.medicastore.com/: Katarak kongenital.
6. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal,
Jakarta, 1993 : 190-196.
7. Bashour M. Cataract Congenital. Diakses dari
www.emedicine.Com/oph/TopicCataractCongenital . 2006.
8. American Academy of Opthalmology . Pediatric and Strabismus, Basic and Clinical
Science Course, Section 6. The Foundation of The AAO . San Francisco. 2004 : 21-
32, 96-37, 153-154 , 282

Page 28

Anda mungkin juga menyukai