Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

Purpura Trombositopenia Idiopatik kronik merupakan suatu kelainan


didapat yang berupa gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia
oleh karena adanya penghancuran trombosit secara dini dalam sistem
retikuloendotel akibat adanya autoantibodi terhadap trombosit yang biasanya
berasal dari Immunoglubolin G (IgG) yang bersirkulasi dalam darah.1
Berdasarkan awitan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang
atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila
lebih dari 6 bulan (umumnya terjadi pada orang dewasa).
Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan gangguan pada
sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor
koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis
normal. Gejala ini timbul setelah suatu peradangan atau infeksi saluran nafas
bagian atas akut. Kelainan paling sering ialah petichie dan ekimosis yang dapat
tersebar diseluruh tubuh, dapat juga ditemui pada selaput lendir terutama hidung
dan mulut sehingga terjadi epistaksis dan perdarahan gusi dan dapat dapat timbul
tanpa kelainan kulit.2
Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan
sekunder. Diperkirakan insidensi PTI terjadi pada 100 kasus per 1 juta penduduk
per tahun, dan kira-kira setengahnya terjadi pada anak-anak dengan usia puncak 5
tahun, dimana jumlah kasus pada anak laki-laki dan perempuan sama
perbandingannya. Pada anak-anak itu biasanya merupakan tipe akut, yang sering
mengikuti suatu infeksi, dan sembuh dengan sendirinya (self limited). 1,2,3
Trombosit, antithrombin III, dan d dimer memiliki fungsinya masing-
masing dalam pembekuan darah. Trombosit memiliki nama lain keping darah
yang berfungsi dalam pendarahan. Antithrombin adalah inhibitor yang potensial
dari kaskade koagulasi. D dimer merupakan hasil dari pemecahan fibrin.

1
Gangguan salah satu dari ketiganya maupun salah satunya akan mengakibatkan
ketidakseimbangan hemostasis.2
Prognosis ITP bergantung pada penyakit primernya, bila penyakit primernya
ringan 90 % akan sembuh secara spontan. ITP menahun prognosisnya kurang baik
terutama pada stadium praleukemia. ITP menahun yang bukan stadium
praleukemia bila displenektomi pada waktunya angka remisi sekitar 90 %.2

2
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. N
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Lahir pada tanggal : 02 April 2012
 Usia : 5 tahun 9 bulan
 Kebangsaan : Indonesia
 Agama : Islam
 Suku Bangsa : Bali
 Nama Ayah : Tn. K, Usia : 41 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : S1
 Nama Ibu : Ny. W, Usia : 40 tahun
Pekerjaan : URT
Pendidikan terakhir : SMP
 Alamat : Mamuju
 Tanggal masuk ruangan/jam : 10 Januari 2018/11.09 Wita
 Tanggal keluar ruangan/jam : 17 Januari 2018
 Jumlah hari perawatan : 7 hari
 Ruangan perawatan : Perkutut
 Diagnosis : ITP
 Anamnesis diberikan oleh : Kedua orang tua pasien

3
FAMILY TREE

Gambar 1. Pohon keluarga

A. ANAMNESIS

Keluhan utama : bintik kemerahan

Riwayat Penyakt Sekarang

Pasien perempuan masuk rumah sakit diantar oleh ibunya dengan


keluhan bintik bintik kemerahan pada wajah, awalnya pasien dirujuk dari RS
mamuju. Ibu pasien mengatakan bahwa awal keluhan anaknya saat berumur 4
tahun , keluhan berupa memar- memar di seluruh tubuh yang penyebabnya tidak
jelas. Memar tidak terasa nyeri sehingga ibu pasien hanya menganggap itu hal
yang biasa. Setelah 6 bulan kemudian saat memar bertambah banyak dan anaknya
sering mengalami perdarahan pada gusinya meskipun sedang tidak melakukan apa
apa serta sering muncul bintik kemerahan di daerah wajah , badan dan tangan
akhirnya ibu pasien membawa anaknya berobat ke dokter anak di bali. Saat di
lakukan pemeriksaan , didapatkan trombositnya hanya 5 setelah ditranfusi 3

4
kantong trombosit , menjadi 64. Tidak didapatkan demam (-), sesak (-), muntah (-
), BAK dan BAB lancar.

Riwayat penyakit sebelumnya


Anak N sebelumnya pernah masuk rumah sakit di Bali sekitar 1 tahun yang lalu
dengan diagnosis ITP.

Anamnesis antenatal dan riwayat persalinan

Riwayat kehamilan ibu G2P2A0, ANC rutin, saat hamil ibu tidak pernah sakit dan
tidak mengkomsumsi obat-obatan selain vitamin, bayi lahir cukup bulan di rumah
sakit, lahir spontan. Bayi lahir ditolong oleh dokter dengan berat badan lahir 3300
gram, panjang badan lahir tidak diketahui, bayi lahir langsung menangis.

Penyakit yang sudah pernah di alami :

 Morbili : tidak ada


 Varicella : tidak ada
 Pertussis : tidak ada
 Diare : tidak ada
 Cacing : tidak ada
 Batuk / pilek : +
 Lain – lain : ITP (1 tahun lalu)

Kemampuan dan kemajuan bayi :

 Membalik : 3 bulan
 Tengkurap : 4 bulan
 Duduk : 6 bulan
 Merangkak : 8 bulan
 Berdiri : 11 bulan
 Berjalan : 12 bulan

5
 Tertawa : 2 bulan
 Berceloteh : 6 bulan
 Memanggil papa : 12 bulan

Anamnesis Makanan Terperinci Sejak Bayi Sampai Sekarang :


Usia Riwayat makanan
0 sampai 6 bulan ASI
7 bulan sampai 8 bulan ASI + Susu formula + bubur sun dengan
campuran wortel, kentang, telur atau ikan.
9 bulan sampai 10 bulan ASI + Susu formula + bubur sun dengan
campuran wortel, kentang, telur atau ikan
11 bulan sampai 12 bulan Bubur saring dicampur dengan wortel
1 tahun sampai sekarang Anak sudah bisa makan nasi + sayur + lauk
pauknya (makan sendiri)

Riwayat Imunisasi :
 BCG : 1 kali pemberian (1 bulan)
 Polio : 4 kali pemberian (Lahir – 2 bulan – 4 bulan – 6 bulan)
 DPT : 3 kali pemberian (2 bulan – 4 bulan – 6 bulan)
 Hep. B : 3 kali pemberian (Lahir – 1 bulan – 6 bulan)
 Campak: 1 kali pemberian (9 bulan)

6
Gambar 2. Imunisasi

Riwayat penyakit keluarga


Ibu dari pasien : tidak memiliki penyakit apapun dan juga tidak memiliki keluhan
yang sama dengan pasien.
Ayah dari pasien : tidak memiliki penyakit apapun dan juga tidak memiliki
keluhan yang sama dengan pasien
Kakek dari Pasien : Memiliki penyakit hipertensi, tetapi tidak memiliki keluhan
yang sama dengan pasien.
Nenek dari pasien : Tidak memiliki penyakit apapun dan juga tidak memiliki
keluhan yang sama dengan pasien

Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan:


Rumah pasien dilengkapi dengan plafon, berlantai tegel dan dinding rumah
beton. Ayah pasien memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sedangkan ibu pasien
memiliki pekerjaan sebagai seorang IRT. Pasien tinggal di Mamuju. Dalam rumah
terdiri dari 4 orang yaitu ayah pasien, ibu pasien dan 1 orang saudara pasien.
Status sosial ekonomi anak masuk dalam kategori mampu.

7
Ikhtisar Perjalanan penyakit
Seorang anak perempuan, umur 5 tahun masuk rumah sakit diantar oleh
ibunya dengan keluhan bintik bintik kemerahan pada wajah, awalnya pasien
dirujuk dari RS mamuju. Ibu pasien mengatakan bahwa awal keluhan anaknya
saat berumur 4 tahun , keluhan berupa memar- memar di seluruh tubuh yang
penyebabnya tidak jelas. Memar tidak terasa nyeri sehingga ibu pasien hanya
menganggap itu hal yang biasa. Setelah 6 bulan kemudian saat memar bertambah
banyak dan anaknya sering mengalami perdarahan pada gusinya meskipun sedang
tidak melakukan apa apa serta sering muncul bintik kemerahan di daerah wajah ,
badan dan tangan akhirnya ibu pasien membawa anaknya berobat ke dokter anak
di bali. Saat di lakukan pemeriksaan , didapatkan trombositnya hanya 5 setelah
ditranfusi 3 kantong trombosit , menjadi 64. Tidak didapatkan demam (-), sesak (-
), muntah (-), BAK dan BAB lancar.
Sebelumnya pasien juga pernah masuk rumah sakit anutapura sekitar 2 bulan
yang lalu dengan diagnosis ITP
Dari hasil anamnesis didapatkan anak tersebut lahir tanggal 02 April 2012
Riwayat kehamilan ibu G2P2A0, ANC rutin, saat hamil ibu tidak pernah sakit dan
tidak mengkomsumsi obat-obatan selain vitamin, bayi lahir cukup bulan di rumah
sakit, lahir spontan. Bayi lahir ditolong oleh dokter dengan berat badan lahir 3300
gram, panjang badan lahir tidak diketahui, bayi lahir langsung menangis.

Riwayat kepandaian dan kemajuan bayi, anak mulai membalik usia 3 bulan,
tengkurap pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6 bulan, merangkak dan berceloteh
usia 8 bulan, mulai berdiri usia 12 bulan dan berjalan usia 15 bulan
Usia 0 sampai 6 bulan anak mendapat ASI, pada usia 7 sampai 10 bulan pasien
mendapat ASI, susu formula, bubur sun dengan campuran wortel, kentang, telur
atau ikan. Pada usia 11 sampai 12 bulan anak diberi bubur saring dicampur
dengan wortel. Pada usia 1 tahun sampai sekarang anak sudah diberikan nasi,
sayur dan lauk pauknya.
Riwayat imunisasi pasien usia mendapat imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali,
imunisasi polio sebanyak 4 kali, BCG 1 kali, DTP sebanyak 3 kali dan campak
sebanyak 1 kali.

8
Rumah pasien dilengkapi dengan plafon, berlantai tegel dan dinding rumah
beton. Ayah pasien memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sedangkan ibu pasien
memiliki pekerjaan sebagai seorang IRT. Pasien tinggal di Kota Mamuju. Dalam
rumah terdiri dari 4 orang yaitu ayah pasien, ibu pasien dan 1 orang saudara
pasien. Status sosial ekonomi anak masuk dalam kategori mampu.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang


Kesadaran : Kompos mentis (E4M6V5)
Suhu : 37,40 C
Sianosis : (-)
Keadaan Mental : Baik
Anemia : (-/-)
Ikterus : (-/-)
Respirasi : 22 kali / menit Kejang : (-)
Nadi : 92 kali / menit reguler Tipe : (-)
Lamanya : (-)
Berat Badan : 20,5 kg
Panjang Badan : 105 cm
Gizi : Gizi baik
CDC:
Status gizi :
- BB = BBS x 100 % = 20 x 100% = 111 %
U BB pada P50 18
Kesan : (overweight)

- TB = TB X 100 % = 105 x 100 % = 98 %


U TB pada P50 107
Kesan : (normal )

9
- BB = BB x 100% = 20 x 100% = 117 %
TB TB 17
Kesan : (Gizi Lebih)

10
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Peteqie (+) wajah dan 4 ekstremitas
Pigmentasi :-
Jaringan parut :-
Lapisan lemak :-
Lain-lain :-
Turgor : Baik
Tonus : Baik
Oedema : (-)

Kepala
- Bentuk : Normosefal
- Ubun-ubun besar : Tertutup
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata :
Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan Lensa : Jernih
Konjungtiva : Anemia -/- Fundus : tidak dilakukan
Sklera : Ikterik -/- Visus : tidak dilakukan
Refleks Kornea : Tidak dilakukan Palpebra : Udem (-)
Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)

Telinga : Otore (-)


Hidung : Rinore (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut :
Bibir : Kering (-), kebiruan (-) Selaput mulut : Stomatitis (-)
Lidah : Kotor (-) Gusi : Perdarahan (-)
Gigi : Normal Bau napas : (-)

11
Tenggorokan : Hyperemia (-) Tonsil : T1 /T1 hiperemis (-)
Pharynx: hiperemia (-)

Leher Trachea : Letak ditengah


Kelenjar : Pembesaran parotis (-/-)
Kaku kuduk : Tidak ada
Lain-lain : Pembesaran Tiroid (-/-)

Thorax Bentuk : Simetris bilateral


Rachitis rosary : - xiphosternum : -
Ruang intercostals : - Harrion’s groove: -
Precordial bulging: - Pernafasan paradoxal : -
Lain-lain :- Retraksi : (-)

Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-)
- Palpasi : Vokal fremitus ki=ka, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi basah halus (-),
Wheezing (-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada SIC V
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, linea midklavikularis
sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal
dextar
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra

12
Batas jantung kiri : SIC VI line midclavicula
- Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-), bising

jantung (-)

Abdomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen datar, simetris, ikut gerak napas
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
- Perkusi : Timpani (+), Ascites (-)

Genitalia : Normal (tidak ditemukan kelainan)


Kelenjar : Tidak ada pembesaran

Anggota gerak
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (+)

Tulang-belulang : Tidak ada kelainan

Otot-otot : Eutrofi, kesan normal


REFLEKS :
R. Fisiologis : ++ ++
++ ++

R. Patologis : - -
- -

13
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama : An. N Tgl. Pemeriksaan : 10 Januari 2018
Usia : 5 tahun Jenis Spesimen : Darah

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 25,8 4,8-10,8 103/ µl

RBC 4.62 4,7-6,1 103/ µl

HGB 13,5 14-18 103/ µl

HCT 39,4 42-52 103/ µl

MCV 85,0 80-99 %

MCH 29,1 27-31%

MCHC 34,2 33-37 g/dl

PLT 51 150-450 103/ µl

D. RESUME
Pasien perempuan umur 5 tahun masuk rumah sakit diantar oleh ibunya
dengan keluhan bintik bintik kemerahan pada wajah, awalnya pasien dirujuk dari
RS mamuju. Ibu pasien mengatakan bahwa awal keluhan anaknya saat berumur 4
tahun , keluhan berupa memar- memar di seluruh tubuh yang penyebabnya tidak
jelas. Memar tidak terasa nyeri sehingga ibu pasien hanya menganggap itu hal
yang biasa. Setelah 6 bulan kemudian saat memar bertambah banyak dan anaknya
sering mengalami perdarahan pada gusinya meskipun sedang tidak melakukan apa
apa serta sering muncul bintik kemerahan di daerah wajah , badan dan tangan
akhirnya ibu pasien membawa anaknya berobat ke dokter anak di bali. Saat di
lakukan pemeriksaan , didapatkan trombositnya hanya 5 setelah ditranfusi 3
kantong trombosit , menjadi 64. Keluhan lain seperti demam (-), mual (-), muntah
(-), anoreksia (+), malaise (+). BAK dan BAB lancar.

14
Pemeriksaan klinis ditemukan status gizi baik, denyut nadi 92 x/menit,
respirasi 22 x/menit, suhu 37,4oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Peteqie (+)
pada wajah dan 4 ekstremitas, hematom (+) di ke 2 ekstremitas bawah,
perdarahan gusi (-) organomegali (-). Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan leukosit (25,8 x106/mm3), trombosit (51 x 106/mm3), hemoglobin (13,5
g/dL) dan hematokrit (39,4%).

E. DIAGNOSIS KERJA
ITP Kronik (Immune Thrombocytopenic Purpura Kronik )

F. TERAPI
- IVFD asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv
- Metylprednisolon 16 mg/kgbb/hari: 1/2 tablet, 1/4 tablet, 1/4 tablet
(tappering Off)

G. ANJURAN
- Darah Lengkap
- ADT

15
H. FOLLOW UP
Follow up : (Perawatan Hari-1)
Tanggal : 12 Januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (+), batuk (-),
flu (-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik.
BAB biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 100 x/menit SB = 36o
RR = 22 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (+) 4 ekstremitas
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Wajah : Moon Face
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

16
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (+)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)

Pemeriksaan Penunjang
Nama : An. N Tgl. Pemeriksaan : 11 Januari 2018
Usia : 5 Tahun Jenis pemeriksaan : Darah Lengkap

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 18,9 4,0-10,0 103/ µl

RBC 4,72 3,80-6,50 106/µl

HGB 14,3 11,5-17 g/dl

17
HCT 40,1 37,0-54,0 %

PLT 14 150-500 103/µl

Jenis Pemeriksaan : ADT


Eritrosit : Anisositosis, normositik normokrom, benda inklusi tidak
ditemukan , normoblast tidak ditemukan.
Leukosit : jumlah meningkat , PMN > limfosit , granulasi toksik ditemukan
(+1), hipersegmentasi ditemukan (+1), sel muda tidak ditemukan.
Trombosit : jumlah menurun , Giant trombosit ditemukan (+1)
Kesan : Leukositosi dengan tanda infeksi disertai Trombositopenia
Saran : IgM dan IgG anti dengue , tes malaria , HbSAg
A : ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura )
P:
- IVFD Asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv (h-2)
- metylprednisolon 8 mg/kgBB/hari 1 tablet, 1/2 tablet, 1/2 tablet

18
Follow up : (Perawatan Hari-2)
Tanggal : 13 januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (+), batuk (-),
flu (-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik.
BAB biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 110 x/menit SB = 370
RR = 20 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (+) wajah
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Wajah : moon face
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

19
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (+)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)

A : ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura )


P:
- IVFD Asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv (h-3)
- Metylprednisolon 8 mg/kgBB/hari 1 tablet, 1/2 tablet, 1/2 tablet

20
Follow up : (Perawatan Hari-3)
Tanggal : 14 Januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (+) berkurang,
batuk (-), flu (-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu
makan baik. BAB biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 104 x/menit SB = 36,50
RR = 22 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (+) wajah
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Wajah : moon face
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

21
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (+)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)

A : ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura )


P:
- IVFD Asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv (h-4)
- Metylprednisolon 8 mg/kgBB/hari 1 tablet, 1/2 tablet, 1/2 tablet

22
Follow up : (Perawatan Hari-4)
Tanggal : 15 januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (-), batuk (-), flu
(-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik. BAB
biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 100 x/menit SB = 36,40
RR = 20 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (-)wajah dan 4 ekstremitas
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

23
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (-)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)

Pemeriksaan Penunjang
Nama : An. N Tgl. Pemeriksaan : 15 januari 2018
Usia : 5 Tahun Jenis pemeriksaan : Darah Lengkap

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 20,2 4,0-10,0 103/ µl

RBC 4,67 3,80-6,50 106/µl

HGB 14,6 11,5-17 g/dl

24
HCT 43,7 37,0-54,0 %

PLT 15 150-500 103/µl

A : ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura )


P:
- IVFD Asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv (h-5)
- Metylprednisolon 8 mg/kgBB/hari 1 tablet, 1/2 tablet, 1/2 tablet

25
Follow up : (Perawatan Hari-5)
Tanggal : 16 januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (-), batuk (-), flu
(-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik. BAB
biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 104 x/menit SB = 360
RR = 20 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (-)wajah dan 4 ekstremitas
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

26
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (-)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
A : ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura )
P:
- IVFD Asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv (h-6)
- Metylprednisolon 8 mg/kgBB/hari 1 tablet, 1/2 tablet, 1/2 tablet
- Transfusi TC 3 unit

27
Follow up : (Perawatan Hari-6)
Tanggal : 17 januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (-), batuk (-), flu
(-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik. BAB
biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 110 x/menit SB = 36,40
RR = 20 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (-)wajah dan 4 ekstremitas
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

28
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (-)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)

29
Pemeriksaan Penunjang
Nama : An. N Tgl. Pemeriksaan : 17 januari 2018
Usia : 5 Tahun Jenis pemeriksaan : Darah Lengkap

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 16,3 4,0-10,0 103/ µl

RBC 4,40 3,80-6,50 106/µl

HGB 13,8 11,5-17 g/dl

HCT 41,1 37,0-54,0 %

PLT 155 150-500 103/µl

A : ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura )


P:
- IVFD Asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv (h-5)
- Metylprednisolon 8 mg/kgBB/hari 1 tablet, 1/2 tablet, 1/2 tablet

Tanggal 18 januari 2018


Pasien dipulangkan dan diminta kontrol kembali 3 hari pasca perawatan di
poli untuk tappering off

30
BAB III

DISKUSI

Pada kasus ini, diagnosis ITP kronik dapat ditegakan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis diperoleh pasien perempuan umur 5 tahun datang dengan
keluhan bintik bintik kemerahan pada wajah yang hilang timbul, awalnya pasien
dirujuk dari RS mamuju. Ibu pasien mengatakan bahwa awal keluhan anaknya
saat berumur 4 tahun , keluhan berupa memar- memar di seluruh tubuh yang
penyebabnya tidak jelas. Memar tidak terasa nyeri sehingga ibu pasien hanya
menganggap itu hal yang biasa. Setelah 6 bulan kemudian saat memar bertambah
banyak dan anaknya sering mengalami perdarahan pada gusinya meskipun sedang
tidak melakukan apa apa serta sering muncul bintik kemerahan di daerah wajah ,
badan dan tangan akhirnya ibu pasien membawa anaknya berobat ke dokter anak
di bali sekitar setahun yang lalu dan ddiagnosis ITP, sehingga anak ini di
diagnosis Idiopatik Trombositopenia Kronik.
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) adalah suatu gangguan autoimun
yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka trombosit darah
perifer kurang dari 150.000/µL) akibat autoantibodi yang mengikat antigen
trombosit menyebabkan destruksi prematur dari trombosit dalam sistem
retikuloendotel terutama di limpa. Purpura Trombositopenia Idiopatik (ITP)
adalah suatu gangguan autoimun yang ditandai dengan jumlah trombosit yang
rendah dan perdarahan mukokutan.1
Penyebab ITP ini tidak diketahui. Tetapi dapat dikemukakan berbagai
kemungkinan diantaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah,
morbili, varisela dan sebagainya), intoksikasi makanan atau obat (asetosal, PAS,
fenilbutason, diamox, kina, sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi,
panas), kekurangan faktor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi
intravascular diseminata (KID), autoimun seseorang yang menderita ITP, dalam
tubuhnya membentuk antibodi yang mampu menghancurkan platelet. Dalam

31
kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau
virus yang masuk ke dalam tubuh.(1,2,3)
Pada anamnesis pasien pernah masuk dengan keluhan yang sama sekitar 1
tahun yang lalu dengan diagnosis ITP, Berdasarkan etiologi ITP dibagi menjadi 2
yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan awitan penyakit dibedakan
tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi
pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang
dewasa), sehingga pasien dikategorikan sebagai ITP Kronik (2)
Ada 2 tipe ITP.Tipe pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak,
sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa. Anak-anak berusia 2 hingga 4
tahun yang umumnya menderita penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa,
sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat pula terjadi pada siapa saja.
ITP bukanlah penyakit keturunan.

Pengamatan ITP Akut ITP Kronik


Umur 2-4th 20-40th
Rasio JK P:W 1:1 P:W 1:2
Presentasi Mendadak Terselubung
Jumlah trombosit awal <20.000 30-100ribu
Penyakit penyerta Jarang Keganasan
Lama Penyakit 2-4minggu Beberapa tahun
Tabel 1. Perbandingan ITP akut Dan ITP Kronik

32
Secara fisiologis, trombosit berada dalam keadaan seimbang mulai dari

produksi oleh megakariosit di sumsum tulang, lalu bertahan di sirkulasi selama 10

hari, hingga akhirnya trombosit tua akan dibuang oleh makrofag di limpa dan hati.

Sepertiga dari jumlah trombosit akan tersekuestrasi di limpa. 1

ITP berawal dari kelainan sel limfosit T-regulator (T-reg) sehingga fungsi

toleransi terhadap diri sendiri menjadi hilang dan menjadi suatu autoimun. Oleh

sebab itu, autoantibody (paling sering berupa IgG) akan menempel pada antigen

trombosit (GpIIb/IIIa dan/atau GpIb-IX). Hal tersebut berdampak pada

peningkatan destruksi trombosit oleh makrofag dihepar dan limpa, Sekaligus

penurunan respon kompensasi megakariosit (produksi menurun) akibat

autoantibody. Akan tetapi, autoantibodi hanya dapat dideteksi pada 40-80%

kasus.1

Mekanisme terjadinya trombositopenia pada ITP ternyata lebih kompleks dari

yang semula diduga. Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody

terhadap glikoprotein yang terdapat pada membrane trombosit. Sehingga terjadi

33
penghancuran terhadap trombosit yang diselimuti antibodi (antibody-coated

platelets) oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial

lainnya. Megakariosit dalam sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada

ITP. Sedangkan kadar trombopoietin dalam plasma yang merupakan progenitor

proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti,

terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis

antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme

patofisiologi terjadinya trombositopenia di antara keduanya. Pada ITP akut, telah

dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibodi yang

dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri/virus atau pada

pemberian imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit.

Mediator-mediator lain yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap

infeksi, dapatberperan dalam terjadinya penekanan terhadap produksi trombosit.

Pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun

seperti pada penyakit otoimun lainnya, yang berakibat terbentuknya antibodi

spesifik terhadap trombosit. 2

Pada Pemeriksaan klinis didapatkan denyut nadi 100 x/menit, respirasi 22


x/menit, suhu 37,4oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Peteqie (+) pada wajah
dan 4 ekstremitas, hematom di ke 2 ekstremitas bawah .
Dari pemriksaan fisik tersebut bila dikaitkan dengan teorinya di dapatkan
gejala seperti Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki), seringnya
bergerombol dan menyerupai rash. Bintik tersebut dikenal dengan petechiae,
disebabkan karena adanya pendarahan dibawah kulit. Memar atau daerah kebiruan
pada kulit atau membran mukosa (seperti di bawah mulut) disebabkan pendarahan
di bawah kulit.Memar tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas Memar

34
tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk
massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.(2,3)
Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada
urin dan feses.Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi
tanda ITP.Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita.Pendarahan
pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan
tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri,
fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang lain. (2,3)

Gambar 1. Petheciae dan Purpura pada ekstremitas inferior (Dalam: Cines


DB, Blanchette VS, Chir B. Immune Thrombocytopenic Purpura. N Engl J
Med. 2002 March 28; 346:995-1008)

Dari hasil pemeriksaan laboratorium Trombosit (2 x 106/mm3), Faal


hemostasis Prothrombin time : 15,4, APTT : 37,2. Hal ini sesuai dengan teori
ITP yang mana dalam pemeriksaan laboratorium ditemukan
trombositopenia(3,4,5). Jumlah trombosit dapat mencapai <10.000 m3. Anemia
biasanya normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang hilang.(4)
Sumsum tulang biasanya memberikan gambaran yang normal, tetapi
jumlah dapat pula bertambah, banyak dijumpai megakariosit muda berinti,
sitoplasma lebar dan granulasi sedikit jarang ditemukan, sehingga terdapat
maturation arrest pada stadium megakariosit.(4)
Selain kelainan hematologis diatas mekanisme pembekuan memberikan
kelainan berupa masa perdarahan memanjang, rumple-leede umumnya positif,

35
tetapi masa pembekuan normal, retraksi bekuan abnormal dan prothrombin time
memendek. Pemeriksaan lainnya normal..(4)

Gambar 2.Satu limfosit plasma. Pada Apusan Darah ITP (100x)

Gambar 3.Dua masa nuclear megakariosite. Pada ITP sumsum tulang


(100x)

Penatalaksanaan pada kasus ini meliputi pemberian kortikosteroid dan


penatalaksanaan sesuai gejala klinis yang ada. Pada kasus diberikan cairan asering
10 tpm, transfusi trombosit sebanyak 3 unit/bag:
Transfusi Trombosit (sediaan 50 cc/unit)
TC = BB/13 x 2-4 Unit
= 20/13 x 2 unit
= 2,15  3 unit/bag
Pemberian kortikosteroid yaitu metylprednisolon 8 mg/kgbb/hari : 1 tablet, ½
tablet, ½ tablet namun bisa juga diberikan prednison 5 mg/kgbb/hari –> 70
mg/hari: 4 tablet, 4 tablet, 4 tablet, hal ini sesuai dengan teori penatalaksanaan ITP
yaitu pemberian Prednisone dosis 5 mg/KgBB/hari per oral selama 2 minggu.
Tanda adanya respon baik ialah peningkatan trombosit >30.000/mm3, trombosit

36
>50.000/mm3 setelah 10 hari terapi awal, dan terhentinya perdarahan. Apabila
berespon baik, terapi dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian tapering off.
Selain itu dapat diberikan Imunoglobulin intravena, guna menghambat
ikatan autoantibodi dengan trombosit yang bersikulasi. Diberikan dengan dosis
1gr/KgBB/hari selama 2-3 hari berturut-turut. Imunoglobin digunakan bila terjadi
perdarahan internal, adanya purpura yang progresif, serta kadar trombosit
<5.000/mm3 walaupun sudah mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari.
Pada pasien yang tidak membaik dengan terapi standar kortikosteroid,
dapat diberikan pilihan terapi lini kedua, yaitu steroid dosis tinggi,
immunoglobulin intravena dosis tinggi, anti-D intravena, alkaloid vinka
(vinkristin, vinblastin), danazaol, obat imunosupresif (azatriopin, siklofosfamid),
dapson, serta golongan agonis reseptor trombopoietin/TPO (romiplastim,
eltrombopag). 1
Pada pasien ini di lakukan transfusi trombosit, dengan melihat menurunya
jumlah trombosit (2 x 103/mm3). Indikasi pemberian trombosit pada pasien ITP
bila didapatkan jumlah trombosit kurang dari 5 x 103/mm3 dengan cara diberikan
sebanyak 3 unit/kantong menggunakan rumus Trombosit konsentrat yaitu TC =
BB/13 x 2-4 Unit, yang setiap pemberian dipantau kembali jumlah trombosit
dengan pemeriksaan darah lengkap, selain itu perlu diberikan antibiotik golongan
sefalosporin yaitu ceftriaxone 400 mg/12 jam/iv yang digunakan karena terdapat
kecurgaan infeksi dengan jumlah leukosit 15.500/mm3
Adapun tindakan pencegahan berupa menghindari aktivitas fisis yang
berlebihan untuk mencegah trauma, terutama trauma kepala dan menghindari
penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi trombosit.
Respon terapi standar kortikosteroid berkisar antara 50-70%. Namun pada ITP
kronis, hanya sebagian kecil yang mengalami remisi spontan. Perdarahan
intrakranial umumnya merupakan penyebab kematian pada ITP. 1
Komplikasi dari ITP yang paling sering terjadi adalah perdarahan.
Apabila perdarahan terjadi di otak (perdarahan intrakranial), efeknya bisa
mematikan. Sedangkan komplikasi dari ITP kronis dan parah akan muncul
sebagai akibat dari pengobatan yang dilakukan. Meskipun kortikosteroid cukup

37
efektif dalam mengobati ITP, obat ini berpotensi menyebabkan efek samping yang
berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Contohnya
adalah osteoporosis, katarak, dan kadar gula tinggi yang bisa menyebabkan
diabetes tipe 2. Pada kasus ini belum ditemukannya tanda-tanda terjadinya
komplikasi, dan pemberian prednisone sebagai golongan kortikosteroid tetap
mendapat pemantauan waktu konsumsinya untuk menceah terjadinya efek
samping yang tidak di inginkan.4
Prognosis pada pasien ini baik dimana pada pasien menunjukkan
perbaikan dengan pemberian obat-obatan dalam seminggu terjadi peningkatan
jumlah trombosit menjadi 155.000/mm3, juga penatalaksanaan yang sesuai dengan
gejala klinis yang ada pada pasien.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Chrysilla, C., Nadia, A, M. Purpura Trombositopenia Idiopatik. Kapita

Selekta Kedokteran Edisi 4. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 2014

2. Bagus, S. 2004. Purpura Trombositopenik Idiopatika Pada Anak. Sari

Pediatri, Volume 6, Nomor 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-TDC UNAIR

RS. Dr. Soetomo. Surabaya. 2004.

3. Hassan R, Alatas H. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta: FKUI
; 2007
4. Permono B, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti E, Abdulsalam M. Buku ajar
hematologi-onkologi anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI ; 2012
5. Tom, L,. Avroy, F. At a Glance Neonatologi. Erlangga Medical Series. 2009.

39

Anda mungkin juga menyukai