PENDAHULUAN
1
Gangguan salah satu dari ketiganya maupun salah satunya akan mengakibatkan
ketidakseimbangan hemostasis.2
Prognosis ITP bergantung pada penyakit primernya, bila penyakit primernya
ringan 90 % akan sembuh secara spontan. ITP menahun prognosisnya kurang baik
terutama pada stadium praleukemia. ITP menahun yang bukan stadium
praleukemia bila displenektomi pada waktunya angka remisi sekitar 90 %.2
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Lahir pada tanggal : 02 April 2012
Usia : 5 tahun 9 bulan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bali
Nama Ayah : Tn. K, Usia : 41 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : S1
Nama Ibu : Ny. W, Usia : 40 tahun
Pekerjaan : URT
Pendidikan terakhir : SMP
Alamat : Mamuju
Tanggal masuk ruangan/jam : 10 Januari 2018/11.09 Wita
Tanggal keluar ruangan/jam : 17 Januari 2018
Jumlah hari perawatan : 7 hari
Ruangan perawatan : Perkutut
Diagnosis : ITP
Anamnesis diberikan oleh : Kedua orang tua pasien
3
FAMILY TREE
A. ANAMNESIS
4
kantong trombosit , menjadi 64. Tidak didapatkan demam (-), sesak (-), muntah (-
), BAK dan BAB lancar.
Riwayat kehamilan ibu G2P2A0, ANC rutin, saat hamil ibu tidak pernah sakit dan
tidak mengkomsumsi obat-obatan selain vitamin, bayi lahir cukup bulan di rumah
sakit, lahir spontan. Bayi lahir ditolong oleh dokter dengan berat badan lahir 3300
gram, panjang badan lahir tidak diketahui, bayi lahir langsung menangis.
Membalik : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
5
Tertawa : 2 bulan
Berceloteh : 6 bulan
Memanggil papa : 12 bulan
Riwayat Imunisasi :
BCG : 1 kali pemberian (1 bulan)
Polio : 4 kali pemberian (Lahir – 2 bulan – 4 bulan – 6 bulan)
DPT : 3 kali pemberian (2 bulan – 4 bulan – 6 bulan)
Hep. B : 3 kali pemberian (Lahir – 1 bulan – 6 bulan)
Campak: 1 kali pemberian (9 bulan)
6
Gambar 2. Imunisasi
7
Ikhtisar Perjalanan penyakit
Seorang anak perempuan, umur 5 tahun masuk rumah sakit diantar oleh
ibunya dengan keluhan bintik bintik kemerahan pada wajah, awalnya pasien
dirujuk dari RS mamuju. Ibu pasien mengatakan bahwa awal keluhan anaknya
saat berumur 4 tahun , keluhan berupa memar- memar di seluruh tubuh yang
penyebabnya tidak jelas. Memar tidak terasa nyeri sehingga ibu pasien hanya
menganggap itu hal yang biasa. Setelah 6 bulan kemudian saat memar bertambah
banyak dan anaknya sering mengalami perdarahan pada gusinya meskipun sedang
tidak melakukan apa apa serta sering muncul bintik kemerahan di daerah wajah ,
badan dan tangan akhirnya ibu pasien membawa anaknya berobat ke dokter anak
di bali. Saat di lakukan pemeriksaan , didapatkan trombositnya hanya 5 setelah
ditranfusi 3 kantong trombosit , menjadi 64. Tidak didapatkan demam (-), sesak (-
), muntah (-), BAK dan BAB lancar.
Sebelumnya pasien juga pernah masuk rumah sakit anutapura sekitar 2 bulan
yang lalu dengan diagnosis ITP
Dari hasil anamnesis didapatkan anak tersebut lahir tanggal 02 April 2012
Riwayat kehamilan ibu G2P2A0, ANC rutin, saat hamil ibu tidak pernah sakit dan
tidak mengkomsumsi obat-obatan selain vitamin, bayi lahir cukup bulan di rumah
sakit, lahir spontan. Bayi lahir ditolong oleh dokter dengan berat badan lahir 3300
gram, panjang badan lahir tidak diketahui, bayi lahir langsung menangis.
Riwayat kepandaian dan kemajuan bayi, anak mulai membalik usia 3 bulan,
tengkurap pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6 bulan, merangkak dan berceloteh
usia 8 bulan, mulai berdiri usia 12 bulan dan berjalan usia 15 bulan
Usia 0 sampai 6 bulan anak mendapat ASI, pada usia 7 sampai 10 bulan pasien
mendapat ASI, susu formula, bubur sun dengan campuran wortel, kentang, telur
atau ikan. Pada usia 11 sampai 12 bulan anak diberi bubur saring dicampur
dengan wortel. Pada usia 1 tahun sampai sekarang anak sudah diberikan nasi,
sayur dan lauk pauknya.
Riwayat imunisasi pasien usia mendapat imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali,
imunisasi polio sebanyak 4 kali, BCG 1 kali, DTP sebanyak 3 kali dan campak
sebanyak 1 kali.
8
Rumah pasien dilengkapi dengan plafon, berlantai tegel dan dinding rumah
beton. Ayah pasien memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sedangkan ibu pasien
memiliki pekerjaan sebagai seorang IRT. Pasien tinggal di Kota Mamuju. Dalam
rumah terdiri dari 4 orang yaitu ayah pasien, ibu pasien dan 1 orang saudara
pasien. Status sosial ekonomi anak masuk dalam kategori mampu.
B. PEMERIKSAAN FISIK
9
- BB = BB x 100% = 20 x 100% = 117 %
TB TB 17
Kesan : (Gizi Lebih)
10
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Peteqie (+) wajah dan 4 ekstremitas
Pigmentasi :-
Jaringan parut :-
Lapisan lemak :-
Lain-lain :-
Turgor : Baik
Tonus : Baik
Oedema : (-)
Kepala
- Bentuk : Normosefal
- Ubun-ubun besar : Tertutup
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata :
Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan Lensa : Jernih
Konjungtiva : Anemia -/- Fundus : tidak dilakukan
Sklera : Ikterik -/- Visus : tidak dilakukan
Refleks Kornea : Tidak dilakukan Palpebra : Udem (-)
Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)
11
Tenggorokan : Hyperemia (-) Tonsil : T1 /T1 hiperemis (-)
Pharynx: hiperemia (-)
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-)
- Palpasi : Vokal fremitus ki=ka, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi basah halus (-),
Wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada SIC V
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, linea midklavikularis
sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal
dextar
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
12
Batas jantung kiri : SIC VI line midclavicula
- Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-), bising
jantung (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen datar, simetris, ikut gerak napas
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
- Perkusi : Timpani (+), Ascites (-)
Anggota gerak
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (+)
R. Patologis : - -
- -
13
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama : An. N Tgl. Pemeriksaan : 10 Januari 2018
Usia : 5 tahun Jenis Spesimen : Darah
D. RESUME
Pasien perempuan umur 5 tahun masuk rumah sakit diantar oleh ibunya
dengan keluhan bintik bintik kemerahan pada wajah, awalnya pasien dirujuk dari
RS mamuju. Ibu pasien mengatakan bahwa awal keluhan anaknya saat berumur 4
tahun , keluhan berupa memar- memar di seluruh tubuh yang penyebabnya tidak
jelas. Memar tidak terasa nyeri sehingga ibu pasien hanya menganggap itu hal
yang biasa. Setelah 6 bulan kemudian saat memar bertambah banyak dan anaknya
sering mengalami perdarahan pada gusinya meskipun sedang tidak melakukan apa
apa serta sering muncul bintik kemerahan di daerah wajah , badan dan tangan
akhirnya ibu pasien membawa anaknya berobat ke dokter anak di bali. Saat di
lakukan pemeriksaan , didapatkan trombositnya hanya 5 setelah ditranfusi 3
kantong trombosit , menjadi 64. Keluhan lain seperti demam (-), mual (-), muntah
(-), anoreksia (+), malaise (+). BAK dan BAB lancar.
14
Pemeriksaan klinis ditemukan status gizi baik, denyut nadi 92 x/menit,
respirasi 22 x/menit, suhu 37,4oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Peteqie (+)
pada wajah dan 4 ekstremitas, hematom (+) di ke 2 ekstremitas bawah,
perdarahan gusi (-) organomegali (-). Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan leukosit (25,8 x106/mm3), trombosit (51 x 106/mm3), hemoglobin (13,5
g/dL) dan hematokrit (39,4%).
E. DIAGNOSIS KERJA
ITP Kronik (Immune Thrombocytopenic Purpura Kronik )
F. TERAPI
- IVFD asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv
- Metylprednisolon 16 mg/kgbb/hari: 1/2 tablet, 1/4 tablet, 1/4 tablet
(tappering Off)
G. ANJURAN
- Darah Lengkap
- ADT
15
H. FOLLOW UP
Follow up : (Perawatan Hari-1)
Tanggal : 12 Januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (+), batuk (-),
flu (-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik.
BAB biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 100 x/menit SB = 36o
RR = 22 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (+) 4 ekstremitas
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Wajah : Moon Face
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
16
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (+)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
Pemeriksaan Penunjang
Nama : An. N Tgl. Pemeriksaan : 11 Januari 2018
Usia : 5 Tahun Jenis pemeriksaan : Darah Lengkap
17
HCT 40,1 37,0-54,0 %
18
Follow up : (Perawatan Hari-2)
Tanggal : 13 januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (+), batuk (-),
flu (-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik.
BAB biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 110 x/menit SB = 370
RR = 20 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (+) wajah
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Wajah : moon face
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
19
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (+)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
20
Follow up : (Perawatan Hari-3)
Tanggal : 14 Januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (+) berkurang,
batuk (-), flu (-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu
makan baik. BAB biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 104 x/menit SB = 36,50
RR = 22 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (+) wajah
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Wajah : moon face
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
21
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (+)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
22
Follow up : (Perawatan Hari-4)
Tanggal : 15 januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (-), batuk (-), flu
(-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik. BAB
biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 100 x/menit SB = 36,40
RR = 20 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (-)wajah dan 4 ekstremitas
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
23
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (-)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
Pemeriksaan Penunjang
Nama : An. N Tgl. Pemeriksaan : 15 januari 2018
Usia : 5 Tahun Jenis pemeriksaan : Darah Lengkap
24
HCT 43,7 37,0-54,0 %
25
Follow up : (Perawatan Hari-5)
Tanggal : 16 januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (-), batuk (-), flu
(-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik. BAB
biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 104 x/menit SB = 360
RR = 20 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (-)wajah dan 4 ekstremitas
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
26
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (-)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
A : ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura )
P:
- IVFD Asering 10 tpm
- Inj. Cefotaxime 500 mg / 8 jam / iv (h-6)
- Metylprednisolon 8 mg/kgBB/hari 1 tablet, 1/2 tablet, 1/2 tablet
- Transfusi TC 3 unit
27
Follow up : (Perawatan Hari-6)
Tanggal : 17 januari 2018
S : Demam (-), gusi berdarah (-), memar pada kedua kaki (-), batuk (-), flu
(-), muntah (-), sesak (-), nyeri menelan (-) nafsu makan baik. BAB
biasa dan BAK biasa
O :
Tanda vital : HR = 110 x/menit SB = 36,40
RR = 20 x/menit
KU : Sakit sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Peteqie (-)wajah dan 4 ekstremitas
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik (baik)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL +/+
RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Gusi berdarah (-), bibir Kering (-), Lidah kotor (-),
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)),
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa, vocal fremitus (D=S).
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
28
Jatung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Abdomen
I : Bentuk datar (+), simetris
A : Peristaltik (+), kesan normal
P : Timpani, kesan normal
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Perempuan : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-), Hematom (-)
Otot-otot : Eutrofi
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
29
Pemeriksaan Penunjang
Nama : An. N Tgl. Pemeriksaan : 17 januari 2018
Usia : 5 Tahun Jenis pemeriksaan : Darah Lengkap
30
BAB III
DISKUSI
31
kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau
virus yang masuk ke dalam tubuh.(1,2,3)
Pada anamnesis pasien pernah masuk dengan keluhan yang sama sekitar 1
tahun yang lalu dengan diagnosis ITP, Berdasarkan etiologi ITP dibagi menjadi 2
yaitu primer (idiopatik) dan sekunder. Berdasarkan awitan penyakit dibedakan
tipe akut bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi
pada anak-anak) dan kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang
dewasa), sehingga pasien dikategorikan sebagai ITP Kronik (2)
Ada 2 tipe ITP.Tipe pertama umumnya menyerang kalangan anak-anak,
sedangkan tipe lainnya menyerang orang dewasa. Anak-anak berusia 2 hingga 4
tahun yang umumnya menderita penyakit ini. Sedangkan ITP untuk orang dewasa,
sebagian besar dialami oleh wanita muda, tapi dapat pula terjadi pada siapa saja.
ITP bukanlah penyakit keturunan.
32
Secara fisiologis, trombosit berada dalam keadaan seimbang mulai dari
hari, hingga akhirnya trombosit tua akan dibuang oleh makrofag di limpa dan hati.
ITP berawal dari kelainan sel limfosit T-regulator (T-reg) sehingga fungsi
toleransi terhadap diri sendiri menjadi hilang dan menjadi suatu autoimun. Oleh
sebab itu, autoantibody (paling sering berupa IgG) akan menempel pada antigen
kasus.1
33
penghancuran terhadap trombosit yang diselimuti antibodi (antibody-coated
platelets) oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial
lainnya. Megakariosit dalam sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada
terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis
antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme
dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri/virus atau pada
Pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun
34
tipe ini disebut dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk
massa tiga-dimensi yang disebut hematoma.(2,3)
Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Ada darah pada
urin dan feses.Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi
tanda ITP.Termasuk menstruasi yang berkepanjangan pada wanita.Pendarahan
pada otak jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan
tingkat keparahan penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri,
fatigue (kelelahan), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang lain. (2,3)
35
tetapi masa pembekuan normal, retraksi bekuan abnormal dan prothrombin time
memendek. Pemeriksaan lainnya normal..(4)
36
>50.000/mm3 setelah 10 hari terapi awal, dan terhentinya perdarahan. Apabila
berespon baik, terapi dilanjutkan sampai 1 bulan, kemudian tapering off.
Selain itu dapat diberikan Imunoglobulin intravena, guna menghambat
ikatan autoantibodi dengan trombosit yang bersikulasi. Diberikan dengan dosis
1gr/KgBB/hari selama 2-3 hari berturut-turut. Imunoglobin digunakan bila terjadi
perdarahan internal, adanya purpura yang progresif, serta kadar trombosit
<5.000/mm3 walaupun sudah mendapat terapi kortikosteroid dalam beberapa hari.
Pada pasien yang tidak membaik dengan terapi standar kortikosteroid,
dapat diberikan pilihan terapi lini kedua, yaitu steroid dosis tinggi,
immunoglobulin intravena dosis tinggi, anti-D intravena, alkaloid vinka
(vinkristin, vinblastin), danazaol, obat imunosupresif (azatriopin, siklofosfamid),
dapson, serta golongan agonis reseptor trombopoietin/TPO (romiplastim,
eltrombopag). 1
Pada pasien ini di lakukan transfusi trombosit, dengan melihat menurunya
jumlah trombosit (2 x 103/mm3). Indikasi pemberian trombosit pada pasien ITP
bila didapatkan jumlah trombosit kurang dari 5 x 103/mm3 dengan cara diberikan
sebanyak 3 unit/kantong menggunakan rumus Trombosit konsentrat yaitu TC =
BB/13 x 2-4 Unit, yang setiap pemberian dipantau kembali jumlah trombosit
dengan pemeriksaan darah lengkap, selain itu perlu diberikan antibiotik golongan
sefalosporin yaitu ceftriaxone 400 mg/12 jam/iv yang digunakan karena terdapat
kecurgaan infeksi dengan jumlah leukosit 15.500/mm3
Adapun tindakan pencegahan berupa menghindari aktivitas fisis yang
berlebihan untuk mencegah trauma, terutama trauma kepala dan menghindari
penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi trombosit.
Respon terapi standar kortikosteroid berkisar antara 50-70%. Namun pada ITP
kronis, hanya sebagian kecil yang mengalami remisi spontan. Perdarahan
intrakranial umumnya merupakan penyebab kematian pada ITP. 1
Komplikasi dari ITP yang paling sering terjadi adalah perdarahan.
Apabila perdarahan terjadi di otak (perdarahan intrakranial), efeknya bisa
mematikan. Sedangkan komplikasi dari ITP kronis dan parah akan muncul
sebagai akibat dari pengobatan yang dilakukan. Meskipun kortikosteroid cukup
37
efektif dalam mengobati ITP, obat ini berpotensi menyebabkan efek samping yang
berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Contohnya
adalah osteoporosis, katarak, dan kadar gula tinggi yang bisa menyebabkan
diabetes tipe 2. Pada kasus ini belum ditemukannya tanda-tanda terjadinya
komplikasi, dan pemberian prednisone sebagai golongan kortikosteroid tetap
mendapat pemantauan waktu konsumsinya untuk menceah terjadinya efek
samping yang tidak di inginkan.4
Prognosis pada pasien ini baik dimana pada pasien menunjukkan
perbaikan dengan pemberian obat-obatan dalam seminggu terjadi peningkatan
jumlah trombosit menjadi 155.000/mm3, juga penatalaksanaan yang sesuai dengan
gejala klinis yang ada pada pasien.
38
DAFTAR PUSTAKA
3. Hassan R, Alatas H. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta: FKUI
; 2007
4. Permono B, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti E, Abdulsalam M. Buku ajar
hematologi-onkologi anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI ; 2012
5. Tom, L,. Avroy, F. At a Glance Neonatologi. Erlangga Medical Series. 2009.
39