Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat-Nya yang selalu dan senantiasa memberikan hikmat,pengetahuan dan anugrah akal
budi kepada insan yang berharap kepada-Nya untuk berkreasi dan berkarya,sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul: “Sistem Pembiayaan Pelayanan
Kesehatan di Aceh” ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa selama penulisan makalah ini,begitu banyak kekurangan,
kelemahan baik pengetahuan, ketrampilan, bahkan materi serta hambatan lain yang dialami.
Namun atas kerja keras, ketekunan dan dukungan dari berbagai pihak,maka penulisan
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
mengucapkan terimah kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Lhokseumawe, 29 Januari 2018

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang prima membutuhkan pembiayaan yang besar,namun
pembiayaan pelayanan kesehatan di Aceh ditanggung oleh pemerintah Aceh,yaitu gubernur
provinsi Aceh.
Sistem pembiayaan yang dipengang oleh masyarakat Aceh melalui jamkesda (jaminan
kesehatan daerah) yaitu melalui program jaminan kesehatan Aceh (JKA) merupakan strategi
reformasi sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di Aceh. JKA di mulai 1 Juni 2010. Sejak
saat itu semua penduduk dari segala strata sosial praktis dibebaskan dari beban finansial saat
mengakses fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
kabupaten/kota, RSUD Provinsi Aceh, dan juga RS Pusat Rujukan di dalam dan luar Aceh.
Meski usia JKA baru 19 bulan—periode 1 Juni 2010 s/d 31 Desember 2011—namun
telah melayani tak kurang dari 2.812.862 kasus, yang meliputi Rawat Jalan Tingkat Pertama,
Rawat Inap Tingkat Pertama, Rawat Jalan Tingkat Lanjut, Rayat Inap Tingkat Lanjut, obat-
obatan dan Bahan Habis Pakai, pelayanan ambulance, tranfusi darah, implant, hemodialysis
dan hemodialysis set, layanan laboratorium, dan termasuk layanan Ante Natal care,
Persalinan, dan Post Natal Care, sebelum ada kebijakan Jaminan Persalinan. Semua
biayanya dijamin pemerintah Aceh sebesar Rp 241,9 milyar (anggaran 2010) dan Rp 400
milyar (anggaran 2011). Untuk kesinambunganya, Pemerintah Aceh mempersiapkan sekitar
Rp 419 milyar untuk penyelenggaraan JKA Tahun 2012.
2. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui bagaimana sistem pembiayaan kesehatan di Aceh.
2) Untuk mengetahui sistem pembiayaan kesehatan Aceh berupa JKA.
3) Untuk mengetahui dasar hukum pembiayaan kesehatan di Aceh.
4) Untuk mengetahui mekanisme pengorganisasian pembiayaan kesehatan Aceh.
5) Untuk mengetahui mekanisme program pembiayan kesehatan Aceh berupa JKA.
6) Untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar keperawatan 1.

BAB II
KEPUSTAKAAN

1. Sistem Pembiyaan Pelayanan Kesehatan di Aceh


Sistem pembiayaan pelayanan kesehatan Aceh mengacu pada Pemerintah Propinsi Aceh
yang menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) pada 1 Juni 2010.
Program ini menjangkau hingga seluruh penduduk Propinsi Aceh(universal health
coverage).
Gubernur Provinsi Aceh, dr.H. Irwandi Yusuf M.Sc., menempatkan program JKA sebagai
salah satu upaya meningkatkan sumber daya manusia di Provinsi Aceh. Program JKA
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, mendorong kreatifitas, dan produktifitas
masyarakat Aceh untuk menggapai visi Aceh 2015 “Aceh Sehat yang
Islami,Mandiri,Berkeadilan,dan Sejahtera”.
Program JKA menjembatani masyarakat Aceh untuk mengakses pelayanan kesehatan.
JKA menghilangkan kendala biaya ketika masyarakat Aceh berobat.Fasilitas kesehatan
pemerintah tidak lagi memungut biaya administrasi maupun biaya pelayanan kesehatan,
sejak program ini dilaksanakan.
Dengan JKA, masyarakat Aceh dapat mengakses sarana pelayanan kesehatan berkualitas
yang dibangun lebih baik pasca-rehabilitasi dan rekonstruksi. Puskesmas-puskesmas di Aceh
nyaris setara dengan rumah sakit tipe D di daerah lain di Indonesia. Begitu pula dengan
pelayanan kesehatan rujukan, saat ini masyarakat Aceh bebas biaya berobat di RSUD
Kabupaten/Kota, rumah sakit rujukan tertinggi di Aceh, yakni RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh, dan bahkan pelayanan kesehatan rujukan lanjutan di berbagai RS Pemerintah di
Jakarta.
Penyelenggaraan JKA mengacu pada 9 prinsip yaitu:
1) Prinsip kegotong-royongan.
2) Prinsip keadilan dan jaminan yang sama.
3) Prinsip nirlaba.
4) Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.
5) Prinsip portabilitas.
6) Prinsip cakupan semesta.
7) Prinsip pelayanan yang menyeluruh (komprehensif).
8) Prinsip pelayanan berkualitas;dan
9) Prinsip pelayanan terstruktur dan berjenjang.

Tujuan umum program JKA adalah mewujudkan jaminan kesehatan bagi seluruh
penduduk Aceh yang berkeadilan, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, jenis
kelamin dan usia dalam rangka meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan.
Sedangkan tujuan khusus program JKA yaitu:
1) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan merata bagi seluruh
penduduk Aceh;
2) Menjamin akses pelayanan bagi seluruh penduduk dengan mencegah terjadinya
beban biaya kesehatan yang melebihi kemampuan bayar penduduk

2. Dasar Hukum Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di Aceh


Jaminan Kesehatan Aceh (JKA)
1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H (1); 34(1).
2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
4) Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5) Qanun Aceh No. 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan
6) Peraturan Gubernur Aceh No. 56 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Aceh.
7) Perjanjian Kerjasama (PKS) Tahun 2011 antara Gubernur Aceh dengan PT. Askes
(Persero) No. 05/PKS/2011dan No.100/KTR/0411 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan Aceh.

3. Mekanisme Pengorganisasian Sistem Pembiyaan Pelayanan Kesehatan di Aceh


Pergub Aceh No. 56 Tahun 2011 menetapkan pengorganisasian dalam Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) terdiri dari:Dinas Kesehatan Aceh, Tim Koordinasi
tingkatPropinsi dan Kabupaten/Kota, Tim Pengawas tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan. Sementara Badan Penyelenggara program JKA adalah PT. ASKES (Persero)
sebagaimana diputuskan dalam surat Gubernur Aceh perihal Penugasan PT. Askes (Persero)
sebagai BPJKA dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Pemerintah Aceh dengan PT. Askes
(Persero).

1) Dinas Kesehatan Aceh


Dinas Kesehatan Aceh merupakan pelaksana teknis JKA sebagai Satuan Kerja Perangkat
Aceh bidang Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Gubernur Aceh.

2) Tim Koordinasi
(1) Provinsi
Tugas Tim Koordinasi Provinsi adalah sebagai berikut:
 Melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Tim Pengawas dan Badan
Penyelenggara;
 Merumuskan dan mengusulkan kebijakan terkait Penyelenggaraan JKA;
 Memberikan solusi dalam mengatasi hambatan dan masalah yang terjadi terhadap
Penyelenggaraan program JKA;
 Melakukan evaluasi penyelenggaraan JKA dan melakukan analisis utilisasi dan
kajian kecukupan dana untuk perhitungan anggran tahun berikutnya dengan
membentuk tim evaluasi/konsultan ahli;
 Melakukan pengaturan tarif dan prosedur pelayanan bersama PT. Askes,
ahli/konsultan asuransi, dokter spesialis dan asosiasi tenaga kesehatan di wilayah
Aceh;dan
 Melakukan validasi atas laporan tim pengawas.
Tabel 1: Susunan Tim Koordinasi Propinsi

Sumber: Dinas Kesehatan Provinisi Aceh, 2013

(2) Kabupaten/Kota
Tugas Tim Koordinasi Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
 Melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Tim Pengawas dan Badan
Penyelenggara;
 Merumuskan dan mengusulkan kebijakan terkait Penyelenggaraan JKA;
 Memberikan solusi dalam mengatasi hambatan dan masalah yang terjadi terhadap
Penyelenggaraan program JKA di tingkat Kabupaten/Kota;dan
 Mengkonsultasikan permasalahan yang tidak bisa diselesaikan ke Tim Koordinasi
tingkat Provinsi.
Tabel 2: Susunan Tim Koordinasi Kabupaten/Kota
Sumber: Dinas Kesehatan Provinisi Aceh, 2013

3) Tim Pengawas
(1) Provinsi
Tim pengawas tingkat propinsi diangkat oleh gubernur. Tugas dan tanggungjawab Tim
Pengawas Propinsi:
 Melakukan pengawasan terhadap implementasi pedoman pelaksanaan (Manlak)
Program JKA dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta;
 Melakukan pengawasan manajemen kepesertaan, manajemen pengobatan, dan
penanganan keluhan atas pelayanan kepada peserta;
 Mendapatkan laporan pelaksanaan program JKA dari pihak pelaksana program secara
berkala;
 Memberikan saran dan bantuan teknis kepada pihak pelaksana program guna
memperlancar dan meningkatkan mutu pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi
peserta;
 Melakukan pertemuan dan konsultasi dengan DInas Kesehatan Aceh, PT. Askes
(Persero), Pihak RSU Zainoel Abidin, RSU Daerah, RSU Swasta dan para pelaksana
lainnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan Program JKA;dan
 Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Gubernur Aceh pertriwulan dan
laporan tahunan para pihak yang berkepentingan.
Tabel 3: Susunan Tim Pengawas Propinsi

Sumber: Dinas Kesehatan Provinisi Aceh, 2013


(2) Kabupaten/Kota
Tim pengawas tingkat kabupaten/kota diangkat berdasarkan SK Bupati/Walikota. Tugas dan
tanggung jawab Tim Pengawas Kabupaten/Kota:
 Melakukan pengawasan terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada peserta;
 Melakukan pengawasan manajemen kepesertaan, penanganan keluhan tentang
pelayanan kesehatan kepada peserta;
 Tim Pengawas Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Gubernur Aceh melalui
bupati/walikota setempat;
 Memberikan umpan balik atas pelaksanaan Program JKA berdasarkan hasil
pengawasan ataupun pemantauan di lapangan;dan
 Menyampaikan pelaporan hasil pengawasan kepada tim koordinasi dan PT. Askes
(Persero) cabang setempat sebagai pertanggung jawaban.
Tabel 4: Susunan Tim Pengawas Kabupaten/Kota

Sumber: Dinas Kesehatan Provinisi Aceh, 2013


(3) Kecamatan
Tim pengawas tingkat kecamatan diangkat berdasarkan SK Bupati/Walikota. Tugas dan
tanggung jawab Tim Pengawas Kecamatan:
 Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pelayanan kesehatan peserta JKA di
Puskesmas;
 Menampung aspirasi/keluhan baik petugas maupun masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan JKA;
 Melakukan pengawasan terhadap administrasi dan manajemen pelayanan kesehatan
di Puskesmas;
 Membantu petugas mengatasi permasalahan pelayanan kesehatan yang timbul dalam
masyarakat;
 Membantu petugas dalam memberikan informasi pelayanan JKA kepada masyarakat;
 Membuat laporan pertanggung jawaban kegiatan pengawasan.
 Menyampaikan hasil pengawasan kepada tim pengawas Kab/Kota;
 Tim pengawas kecamatan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui camat
setempat;dan
 Memberikan pelaporan pelaksanaan kegiatan tim pengawas kecamatan sebagai
pertanggung jawaban ke PT. Askes (Persero) cabang setempat setiap kali melakukan
kegiatan pengawasan.

4) Badan Penyelenggara Program


Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) dilaksanakan oleh PT. Askes
(Persero). Tugas dan fungsi PT. Askes (Persero) sebagai pengelola Program Jaminan
Kesehatan Aceh (JKA) tertuang dalam Perjanjian Kerjasama antara Gubernur Aceh dengan
PT. Askes (Persero) tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Aceh nomor 05/PKS/2011
dan nomor 100/KTR/0411.

4. Mekanisme Program Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Aceh berupa JKA


1) Kepesertaan
Pergub Aceh nomor 56 tahun 2011 pasal 4 menyebutkan peserta JKA adalah seluruh
penduduk Aceh, tidak termasuk:
(1) Peserta Program Askes Sosial PT Askes (Persero) termasuk pejabat negara yang
iurannya dibayar pemerintah, Pemerintah Aceh, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
(2) Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek.
(3) Penduduk Aceh adalah masyarakat yang berdomisili di Aceh dan memiliki KTP
Aceh atau KK Aceh atau surat keterangan penduduk yang dibuat oleh kepala
desa berdasarkan persetujuan camat setempat.
(4) Peserta JKA digolongkan menjadi dua jenis kesepertaan yaitu:
 Peserta JKA Jamkesmas: peserta yang dibiayai oleh dana APBN diperuntukkan bagi
penduduk miskin sesuai kriteria yang ditetapkan pemerintah pusat. Peserta JKA
Jamkesmas juga berhak mendapatkan JKA melalui integrasi pembiayaan kesehatan
antara APBN dan APBA.
 Peserta JKA Non Jamkesmas: peserta yang dibiayai oleh dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Aceh (APBA) diperuntukkan bagi penduduk yang tidak dijamin oleh
program asuransi kesehatan sosial PT. Askes dan JPK Jamsostek.

2) Iuran
(1) Pada tiga tahun pertama (2010-2012) Pemerintah Provinsi Acehmenggangarkan
setiap tahun sejumlah Rp241,9 M (tahun 2010), Rp 399 M (tahun 2011) dan Rp
419 M (tahun 2012) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA).
Dana JKA tersebut digunakan untuk pembayaran kapitasi di fasilitas kesehatan
dasar (puskesmas dan jaringannya) dan untuk pembayaran klaim rumah sakit.
(2) Tahun 2014 dan selanjutnya, Pemerintah Daerah Aceh merencanakan
pembatasan subsidi iuran bagi penduduk miskin dan hampir miskin. Penduduk
Aceh yang bekerja mandiri dan memiliki kemampuan ekonomi wajib mengiur.
3) Tata Laksana Pelayanan Kesehatan

(1) Manfaat jaminan kesehatan yang diberikan kepada peserta adalah dalam bentuk
pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan
kebutuhan medis sesuai dengan standar pelayanan medis.
(2) Pelayanan kesehatan dalam Program JKA menerapkan pelayanan terstruktur dan
berjenjang.
(3) Pelayanan rawat inap tingkat lanjut diberikan diruang rawat inap kelas III.
(4) Pemberian pelayanan kepada peserta oleh fasilitas kesehatan harus dilakukan
secara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali
mutu.
4) Manfaat
Pelayanan kesehatan berlaku di wilayah Propinsi Aceh dan wilayah lain dalam yurisdiksi
Negara Kesatuan RI.Manfaat program JKA adalah sebagai berikut:
(1) Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama:
 Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP):
 Pelayanan promotif dan preventif (penyuluhan kesehatan).
 Konsultasi dan pengobatan ke dokter dan perawat.
 Pemeriksaan laboratorium sederhana.
 Tindakan medis sesuai kapasitas dan kompetensi.
 Obat dan bahan habis pakai.
 Perawatan dan pengobatan gigi dasar.
 Pelayanan imunisasi dasar.
 Pemeriksaan dan pengobatan bayi dan balita.
 Pelayanan gawat darurat.
 Pelayanan kesehatan jiwa.
 Pelayanan pemberian rujukan atas indikasi medis.
 Pelayanan transportasi rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan khusus pasien
gawat darurat dan peserta Jamkesmas.

 Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP):


 Perawatan, pengobatan, tindakan, akomodasi dan bahan alat habis pakai pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama.
 Pelayanan kuretase atas indikasi medis oleh dokter umum dengan
sertifikasi/kompetensi.
(2) Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan:
 Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL):
 Konsultasi medis dan pemeriksaan fisik oleh dokter spesialis termasuk obat dan
bahan habis pakai;
 Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi medis (kriteria rujukan termasuk
rujukan laboratorium);
 Pemeriksaan penunjang diagnostik lain;
 Tindakan medis yang membutuhkan pembiusan lokal atau pembiusan tanpa rawat
inap;
 Pemeriksaan dan pengobatan gigi oleh dokter gigi/dokter gigi spesialis di rumah
sakit;
 Pelayanan obat dan bahan habis pakai;
 Pelayanan Darah;
 Pelayanan Dialisa;
 Pelayanan kesehatan jiwa;
 Pelayanan rehabilitasi medis.
 Rawat Jalan Lanjutan (Spesialistik).
 Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) meliputi:
 Pemeriksaan konsultasi medis dan perawatan oleh dokter spesialis;
 Asuhan keperawatan oleh perawat dan tanaga kesehatan lainnya;
 Pelayanan laboratorium sesuai kebutuhan medis yang tersedia di RS tersebut atau
laboratorium yang bekerjasama dengan PT. Askes (Persero);
 Penunjang diagnostik sesuai kebutuhan medis dan sesuai dengan peralatan yang
tersedia di RS tersebut atau telah diatur penggunaan bersama dengan RS lainnya;
 Tindakan medis operatif kecil, sedang, besar, dan khusus sesuai kebutuhan medis;
 Obat-obatan dan bahan habis pakai sesuai kebutuhan medis;
 Pelayanan darah;
 Pelayanan dialisa;
 Pelayanan kesehatan jiwa;
 Pelayanan rehabilitasi medik;
 Pelayanan intensive care (ICU, ICCU, NICU, PICU);
 Pelayanan transportasi rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi baik dalam
emergency maupun tidak emergency bagi peserta JKA Jamkesmas
(3) Pelayanan Gawat Darurat (emergency)
 Pelayanan diberikan di seluruh fasilitas kesehatan di wilayah NRI, baik yang
termasuk dalam jaringan fasilitas kesehatan PT ASKES maupun tidak.
 Layanan gawat darurat diberikan sesuai kasus dan ditetapkan oleh dokter pemeriksa.

(4) Pelayanan Rujukan


 Biaya transportasi rujukan gawat darurat dan pemulangan jenazah dengan
menggunakan ambulans:
 Jarak tempuh 0 km – 10 km dibayar Rp. 40.000,-
 Jarak tempuh lebih dari 10 km dihitung maksimal Rp.4.000,-/km dengan
penghitungan dari tempat keberangkatan ke tempat tujuan.
 Penetapan jarak tempuh mengacu pada ketentuan pihak berwenang (Dinas
Perhubungan)
 Jika kondisi geografis sulit, dibenarkan menggunakan transportasi selain
ambulans seperti bus, kapal ferry dan pesawat dan dibayarkan sesuai harga tiket
untuk 1 orang pasien dan 1 orang pendamping keluarga.

(5) Pelayanan Darah


 Diberikan sesuai kebutuhan medis pasien
 Penggantian biaya per kantong Rp. 250.000,-.
 Bagi peserta Jamkesmas, JKA menanggung penggantian darah sebesar selisih tarif
peserta Jamkesmas.
(6) Pelayanan Penunjang Alat Khusus
 Pelayanan diberikan sesuai indikasi medis atau SOP (Standard Operational
Procedure) yang ditetapkan oleh direktur RS.

(7) Pelayanan Alat Kesehatan


 Alat bantu hidrosephalus/VP Shunt;
 Kacamata, maksimal 1 (satu) kali dalam 2 (dua) Tahun dengan ketentuan ukuran :
Lensa Spheris minimal 0,5 D dan Lensa Cylindris 0,25 D
 IOL/ intra oculer lens;
 Alat bantu dengar, maksimal 1 (satu) kali dalam 5 (lima) Tahun;
 Prothese gigi, maksimal 1 (satu) kali dalam 2 (dua) Tahun;
 Prothese mandibula, maksimal 1 (satu) kali dalam 2 (dua) Tahun;
 Vitrektomi set.
 Leher: Penyangga leher/Collar neck.
 Dada; Jaket penyangga patah tulang belakang/corset.
 Perut;
 Mesh;
 DJ stent;
 Anus buatan/colostomi/pesarium.
 Vaskuler
 Double lumen kateter untuk CAPD;
 Triple lumen kateter untuk CAPD;
 Vaskuler graft.
 Extramitas Atas/Bawah dengan penggantian paling cepat dalam waktu 2 tahun, yaitu:
 Pen/Screw;
 Prothese alat gerak;
 Tulang buatan;
 Sendi buatan;
 Kruk;
 Kursi roda.
 Pencernaan; Colon set.
 Saluran kencing; DJ Stan.
 Alat kesehatan seperti implant orthopedic, bedah syaraf, dan jantung yang disediakan
oleh fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia yang ditunjuk.
 Alat kesehatan lain yang tidak diatur, nilai ganti ditetapkan oleh direktur rumah sakit
yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga (penyedia
barang/jasa) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Pelayanan yang tidak dijamin
 Pelayanan yang tidak melalui rujukan kecuali emergency;
 Pelayanan yang tidak melalui prosedur yang telah ditetapkan;
 Pelayanan yang sudah ditanggung dalam program JAMPERSAL; kecuali tambahan
jasa medis terhadap layanan JAMPERSAL di rumah sakit.
 Bahan, alat, dan tindakan bertujuan kosmetika;
 Pengobatan gangguan kesehatan akibat perilaku yang meningkatkan risiko sakit
seperti konsumsi alkohol dan akibat penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (NAPZA).
 Pengobatan alternatif yang dilakukan diluar fasilitas kesehatan pemerintah.
 Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya memperoleh
keturunan termasuk bayi tabung
 Pelayanan kesehatan dalam kondisi bencana alam yang dijamin dengan sumber dana
lain.
 Pelayanan kesehatan dalam rangka bakti sosial.

5) Prosedur

(1) Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


 Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) diberikan di Puskesmas dan beserta
jejaringnya atau Dokter keluarga/Dokter Gigi Keluarga yang ditunjuk oleh PT.Askes
(Persero);
 Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) diberikan di Puskesmas;
 Peserta wajib menunjukkan kartu JKA atau identitas peserta JKA (KTP dan atau KK).
(2) Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
 Pelayanan diberikan di RS yang bekerjasama dengan PT. Askes (Persero);
 Peserta menunjukkan identitas peserta JKA;
 Peserta wajib membawasurat rujukan dari Puskesmas atau Dokter keluarga/Dokter
Gigi Keluarga;
 Peserta wajib mengajukan permintaan surat jaminan pelayanan dari Askes Center -
PT ASKES (Persero) di rumah sakit;
 Askes Center menerbitkan surat jaminan pelayanan:

 Peserta JKA- Jamkesmas akan memperoleh Surat Keabsahan Peserta (SKP)


Jamkesmas
 Peserta JKA-Non Jamkesmas akan memperoleh Surat Jaminan Pelayanan (SJP) JKA.
(3) Pelayanan Tranfusi Darah
 Pelayanan diberikan di RS yang bekerjasama dengan PT. Askes (Persero);
 Peserta menunjukkan identitas peserta JKA;
 Peserta wajib membawa surat permintaan darah dari dokter yang merawat; dan
 Peserta wajib membawa surat jaminan perawatan yang dilegalisasi oleh petugas
Askes Center- PT ASKES (Persero) di rumah sakit.
(4) Pelayanan Spesimen dan Diagnostik Lain
 Pelayanan diberikan di RS yang bekerjasama dengan PT. Askes (Persero);
 Peserta menunjukkan identitas peserta JKA;
 Peserta wajib membawa surat permintaan dari dokter yang memeriksa/merawat
sesuai indikasi medis.
(5) Pelayanan Gawat Darurat
 Pelayanan gawat darurat dapat diberikan tanpa surat rujukan dari fasilitas kesehatan
dasar;
 JIka pasien memerlukan rawat inap, identitas pasien harus dilengkapi dalam waktu
3x24 jam dan tidak ada beban biaya sebelum identitas pasien jelas;
 Jika pelayanan gawat darurat dilakukan di fasilitas kesehatan bukan jaringan JKA:

 fasilitas kesehatan wajib melaporkan kepada PT. Askes (Persero) setempat dalam
waktu 2x24 jam untuk penjaminan palayanan kesehatan peserta JKA. Apabila
fasilitas kesehatan tidak melaporkan, maka akan dibayar sesuai tarif JKA.
 Setelah keadaan darurat teratasi dan kondisi pasien telah stabil, 1x24 jam pasien
harus dirujuk ke Rumah Sakit jaringan JKA dan PT Askes (Persero) akan
mengganti biaya pelayanan gawat darurat sesuai tarif umum fasilitas kesehatan
tersebut.
(6) Pelayanan Kesehatan Peserta JKA di Luar Wilayah Provinsi Aceh
 Gawat Darurat
 Hanya berlaku bagi peserta JKA yang sedang bepergian ke luar Propinsi Aceh
dalam yurisdiksi Negara Kesatuan RI
 Pelayanan diberikan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan PT. Askes
(Persero)

 Bukan gawat darurat


 Peserta wajib mengikuti prosedur rujukan
 JKA membayar biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan dan tarif PT. Askes
(Persero) di wilayah setempat,
 Khusus untuk biaya pemasangan implant orthopedic, pelayanan bedah saraf dan
bedah jantung tetap merujuk pada ketentuan dan tarif JKA.

Gambar 2.Alur Penanganan Keluhan Peserta JKA

5. Jaminan Kesehatan Aceh Dalam Angka


Gambar 3. Anggaran Dana Jaminan Kesehatan Aceh
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Sistem pembiayaan pelayan kesehatan merupakan sarana yang utama,dan sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya.Dengan adanya
sistem pembiayaan pelayanan kesehatan di Aceh yaitu seperti JKA maka hal tersebut
sangat membantu masyarakat dalam masalah ekonomi masyarakat khususnya Aceh.Aparat
aparat yang dipercaya sebagai pengelola jaminan kesehatan sudah sepatutnya mengerjakan
tugas dengan adil dan sesuai dengan kode etiknya

2. Saran
Pada bagian ini kami menulis beberapa saran yang harus yaitu;
1) Kami berharap dengan adanya tugas ini, para pembaca makalah ini dapat mennyerap
manfaat yang sebesar-besarnya,terutama generasi muda.
2) Kami menyadari,bahwa mungkin kita belum terlalu mengerti dengan masalah
ini,kami harap pengajar akan lebih memperhatikan mahasiswa dalam pembahasan
ini.

DAFTAR PUSTAKA

“Sistem pembiayaan Pelayanan Kesehatan Aceh”. Jaminan Sosial Indonesia. Web. 29 Januari 2018
(http://www.jamsosindonesia.com/jamsosda/detail/12).

Anda mungkin juga menyukai