Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAHASA INDONESIA

NOVEL “DIBAWAH LINDUNGAN KA’BAH”

KELAS : XII IPS 3


OLEH :
■ HERDIANSYAH ADIYATMA (12)
■ NABILLA VITASARI (20)
■ NADYA CRISTIAN L (21)
■ TASYA NABILLA N.A (27)
■ RIO ADI PRASETYO (23)
Laporan Novel Bahasa Indonesia

Judul novel : Di Bawah Lindungan Kabah


Pengarang : Hamka
Penerbit : Bulan Bintang

1. Struktur Novel
a. Orientasi
Diawali pada tahun 1927 di Mekkah saat tokoh saya sedang ingin me-laksanakan
ibadah haji bertemu dengan seorang pemuda yaitu Hamid, merekapun berteman.
Dilihatnya Hamid yang selalu termenung, sehingga tokoh saya ingin mengetahui apa
yang sedang di alami sahabatnya itu.
“Sudah lama saya perhatikan hal-ihwalmu, saudara, rupanya engkau dalam
dukacita yang amat sangat. Agaknya engkau kurang percaya kepada saya, sehingga
engkau tak mau membagi-bagi kedukaan itu dengan saya. Sebagai seorang kawan,
yang wajib berat sama memikul dan ringan sama menjinjing….
“…. setelah itu ia menarik nafas panjang, seakan-akan mengumpulkan ingatan
yang bercerai-berai dan ia pun memulai perkataannya.
Hamid yang hanya tinggal berdua dengan ibunya karena ketika dia umur empat
tahun ayahnya telah meninggal. Hamid dan ibunya tinggal dalam kemiskinan, Hamid
pun yang sudah memasuki umur enam tahun harus menunda masuk sekolah karena
tidak adanya biaya. Suatu hari telah pindah ke kampung Hamid seorang saudagar
kaya bernama Haji Ja’far beserta istri yaitu Mak Asiah dan satu anak perempuannya
bernama Zaenab. Perhatian Haji Ja'far dan Mak Asiah sangat baik. Hamid dianggap
seperti anaknya sendiri. Mereka sangat baik kepada Hamid karena perilaku Hamid
terpuji dan taat beragama. Karena itu pula Hamid disekolahkan bersama dengan
Zaenab. Hamid dan Zaenab pun berhubungan baik layaknya kakak-beradik. Mak
Asiah pun sudah menganggap ibu Hamid seperti saudara sendiri.
“Zaenab telah saya pandang sebagai adik kandung, saya jaga dari gangguan murid-
murid yang lain. Lepas dari sekolah kerap kali saya datang dengan ibu ke rumah besar
itu, kalau-kalau ada yang patut kami bantu dan kami tolong, karena kami telah
dipandang sebagai anggota rumah yang indah itu”.
Jika dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah awal pengenalan langsung pada
menit 00.28 ketika Hamid yang pulang kembali kekampung setelah menempuh
pendidikan diploma di Thawalib, Padang Panjang dan mengingat kejadian tahun 1919
dimana Hamid berterima kasih kepada Haji Ja’far atas kebaikannya selama ini yang
telah menyekolahkannya.
b. Komplikasi
Setelah bertahun-tahun Hamid dan Zaenab bersama-sama menempuh pendidikan
akhirnya mereka lulus juga dari pendidikan MULO, sesuai tradisi yang berlaku,
ketika sudah lulus MULO seorang gadis tidak boleh melanjutkan lagi pendidikannya
hingga ke jenjang yang lebih tinggi, karena mereka sudah masuk masa pinyitan.
Zaenab pun harus menerima itu, berbeda dengan Hamid yang harus melanjutkan
pendidikannya hal itu pun karena Haji Ja’far masih sanggup untuk membiayai
sekolahnya. Hamid memilih pendidikan Diploma di Thawalib, Padang Panjang.
Selama Hamid berada di Padang Panjang, dia merasa kesepian, seperti telah
kehilangan suatu hal, Hamid pun menyadari bahwa dia sedang merindukan Zaenab,
bukan sebagai kakak kepada adik melainkan perasaan lebih, Hamid jatuh cinta pada
Zaenab.
“…. Rindu kepadanya membukakan pintu angan-angan saya menghadapi zaman
yang akan datang. Dahulu saya tiada pedulikan hal itu, tetapi setelah saya bersadar
dan terpisah darinya, barulah saya insaf, bahwa kalau bukan di dekatnya, saya berasa
kehilangan”.

c. Evaluasi
Musibah pun datang, dengan tiba-tiba saja Haji Ja’far meninggal karena kapal
yang ia tumpangi untuk menunaikan Haji terbakar dan tenggelam.
Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah. Hamid pun harus kembali ke
kampung dan tidak bisa kembali ke Padang Panjang karena harus mengurus ibunya
yang sedang sakit. Dengan kondisi yang sakit ibu Hamid ingin berbicara dengan
Hamid mengenai perasaan anaknya itu kepada Zaenab, Ibu Hamid mengetahui bahwa
anaknya sudah jatuh cinta pada Zaenab. Ibunya pun berpesan agar Hamid membuang
jauh perasaannya itu, jangan pernah di ungkapkan karena mereka berbeda status
sosial.
“ orang sebagai kita ini telah di cap dengan ‘derajat bawah’ atau ‘orang
kebanyakan’, sedang mereka diberi nama ‘cabang atas’, cabang atas adakalanya
karena pangkat dan adakalanya karena harta benda.”
Ibu Hamid pun meninggal. Setelah kehilang dua orang yang amat sangat
disayangi, Hamid merasa sebatang kara, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan
untuk hidupnya setelah ini. Suatu hari Hamid bertemu dengan Mak Asiah, Mak Asiah
pun meminta Hamid untuk datang kerumah karena ada yang ingin Mak Asiah
bicarakan kepada Hamid. Keesokannya Hamid pun datang kerumah Mak Asiah,
ternyata Mak Asiah meminta Hamid membujuk Zaenab agar mau bertunangan dengan
kemenakan Almarhum Haji Ja’far. Mendengar itu Hamid sangat terkejut karena
dalam Hatinya, Hamid sangat mencintai Zaenab dia tidak mungkin melakukan hal
yang tidak dikehendaki oleh hatinya, namun di sisi lain dia harus menuruti permintaan
Mak Asiah sebagai bentuk rasa hormatnya kepada orang yang telah membantu banyak
dalam hidupnya. Hamid pun langsung membujuk Zaenab agar menuruti apa yang
ibunya katakana.
Setelah kejadian pada pada hari itu, Hamid memutuskan untuk meninggalkan
kota Padang tanpa sepengetahuan Zainab. Hamid menuju kota Medan, ketika di
Medan Hamid mengirimkan surat kepada Zainab, dengan meberanikan diri
mencurahkan segala perasaan yang selama ini dipendamnya. Setelah dari Medan
Hamid menuju ke Singapura, mengembara ke Bangkok, berlayar terus memasuki
tanah Hindustan menuju ke Basrah, masuk ke Irak melalui Sahara Nejd dan sampailah
ke Tanah Suci.

d. Resolusi
Setahun sudah Hamid berada di Mekkah. Ketika di Mekkah Hamid bertemu
dengan Saleh, teman sekampungnya yang kebetulan akan menunaikan ibadah Haji.
Kehadiran Saleh memberikan informasi kepada Hamid tentang keadan di
kampungnya dan tentang Zainab. Tentu ini semua membuat Hamid bahagia. Saleh
juga memberi tahu bahwa Zainab mencintai Hamid, Saleh tahu hal tersebut dari
istrinya yaitu Rosna yang kebetulan Rosna adalah sahabat Zainab.
Begitupun dengan Zainab kini ia telah mengetahui keberadaan Hamid, seseorang
yang ia nantikan selama bertahun-tahun. Karena Saleh pula cinta keduanya jadi
terbuka, setelah mereka saling mengirim surat yang dibantu oleh Saleh. Hamid dan
Zainab kini sama-sama telah mengetahui perasaan masing-masing, yang ternyata
cinta mereka tidak bertepuk sebelah tangan. Zaenab tetap menjaga teguh do’a untuk
dirinya untuk menikah hanya dengan orang yang dia cintai dan mencintainya.

e. Koda
Tetapi sebelum keduanya bertemu di tanah air, Tuhan telah berkehendak lain.
Surat Rosna membawa kabar bahwa Zainab telah meninggal, karena begitu berat ia
menahan rindu kepada Hamid lelaki yang ia cintai, mereka tidak dapat bersama
karena status sosial mereka yang berbeda, disusul pula oleh Hamid yang setelah
berdoa di antara pintu ka’bah dengan Batu Hitam (Hajar Aswad), ia meninggal.
“Di bibirnya terbayang suatu senyuman dan…sampailah waktunya. Lepas ia dari
tanggapan dunia yang mahaberat ini, dengan keizinan Tuhannya. Di Bawah
Lindungan Ka’bah!”
Hamid dan Zaenab meninggal diwaktu yang sama dengan tempat yang berbeda.
Hamid meninggal setelah berdo’a, dekat dengan Ka’bah.

Karakteristik Novel Halaman Kutipan Cerita Keterangan


2. Kaidah Kebahasaan a.
a. Penggunaan kata - Mekah Pada Tahun 1927
keterangan waktu. - “Baharu dua bulan saja, semenjak
awal Ramadan sampai syawal...
- Besok paginya, saya tidak
menjunjung nyiru tempat kue lagi...
- “Hari Minggu kami diizinkan pergi
ke tepi laut….”
b.
b. Penggunakan kata
yang - Kedukaan Ibu Hamid yang
menggambarkan memikirkan nasib anaknya, Hamid di
pikiran dan kemudian hari
perasaan tokoh. - Kedukaan dan kesedihan ketika
Hamid tau bahwa Zainab akan
dinikahkan dengan kemenakkan Haji
Ja’far dan penderitaan Zainab yang
selalu memikirkan Hamid yang telah
pergi bertahun-tahun tanpa kabar
berita.
- Kesedihan ketika Hamid tau bahwa ia
dan Zainab tidak akan bisa bermain-
main lagi setelah tamat sekolah dan
begitu sebaliknya

c. Penggunakan kata c.
tindakan - “...saya hanya duduk dalam rumah
(menggambarkan didekat ibu...
suatu peristiwa). -
d. Penggunaan kalimat
langsung (dialog).
d.
- “...Ayah pindah ke kota padang,
tinggal dalam rumah kecil yang kami
diami itu...
- “...saya hanya duduk dalam rumah
didekat ibu...
- “Sehari sebelum kami meninggalkan
Mekkah, pergilah kami berziarah ke
kuburan Ma'ala, tempat Hamid di
kuburkan.

B.
1. Mintalah penilaian/tanggapan dari salah seorang teman Anda dengan menggunakan
tabel seperti di bawah ini.
Aspek Penilaian Bobot Skor Nilai
(Bobot x Skor)
a. Kelengkapan 3
struktur laporan
b. Ketepatan isi 2
pembahasan
c. Kejelasan dalam 2
pemaparan
d. Daya tarik 2
penyampaian
e. Ketepatan 1
penggunaan media
Jumlah

Anda mungkin juga menyukai