Pentingnya pemberian imunisasi didasarkan pada latar belakang bahwa pada awal
kehidupan anak belum mempunyai kekebalan sendiri (humoral), anak baru akan
membentuk immunoglobulin G sendiri pada usia 2-3 tahun. Menurut Kementrian
Kesehatan RI, tujuan immunisasi adalah mencegah penyakit, kecacatan, dan kematian
bayi dan anak yang disebabkan oleh wabah yang kadangkali muncul.
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2.5 juta kasus kematian anak per tahun di
eluruh dunia (WHO, UNICEF, & World Bank, 2009). Di Indonesia, imunisasi
merupakan kebijakan nasional yang diharapkan dapat mengendalikan angka Penyakit
Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I); seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,
Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B. Program imunisasi sangat penting untuk
dilaksanakan secara nasional untuk mendapatkan kondisi kekebalan masyarakat
(population immunity).
Program imunisasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1956. Lalu pada tahun 1990,
Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan
suatu tahap dimana suatu cakupan imunisasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini,
Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Keluarahan (Pusat
Komunikasi Publik, 2011)
Pada bayi yang akan dilakukan imunisasi, sebaiknya dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik lebih dahulu untuk memastikan kondisi bayi dalam kondisi yang sehat
atau siap untuk menerima vaksin. Petugas imunisasi harus mengetahui kapan imunisasi
tetap boleh dilakukan walau bayi peserta imunisasi dalam kondisi kurang sehat dan kapan
harus ditunda pemberian imunisasinya.
BAB II
PERMASALAHAN
3.1. Sasaran
Bayi yang bertempat tinggal di Desa Senjayan Kecamatan Gondang Kabupaten
Nganjuk yang memiliki jadwal imunisasi Polio, DPT, dan BCG.
Ibu yang memiliki bayi yang bertempat tinggal di Desa Senjayan Kecamatan
Gondang Kabupaten Nganjuk yang memiliki jadwal imunisasi Polio, DPT, dan
BCG.
Metode
Dilakukan edukasi dan tanya jawab aktif antara dokter intensip dan para ibu
peserta imunisasi tentang pentingnya imunisasi, KIPI, dan perawatan kesehatan
bayi.
BAB IV
PELAKSANAAN
Kegiatan imunisasi dimulai pada pukul 08.00 WIB. Tim dari puskesmas terdiri
dari tim bidan dan dokter internsip. Acara diawali dengan penimbangan berat badan dan
panjang/tinggi badan bayi. Lalu data yang didapat dimasukkan ke buku catatan yang
dimiliki oleh tim bidan.
Sebelum memberikan vaksin, dokter internsip melakukan pemeriksaan fisik
kepada bayi. Sebagian besar bayi peserta imunisasi siap untuk menerima vaksin, tapi ada
beberapa bayi yang sedang dalam kondisi tidak sehat. Bayi yang tidak dalam kondisi baik
untuk menerima vaksin, diberi pengobatan terlebih dahulu oleh dokter internsip dan
diminta datang kembali di tanggal yang sudah dianjurkan oleh tim bidan.
Ada satu bayi yang sudah dimundurkan jadwal vaksin polio-DPTnya selama tiga
bulan berturut-turut karena bayi tersebut selalu demam dan batuk sesak pada jadwal
vaksinnya. Lalu bayi tersebut dirujuk dengan diagnosa bronkiolitis DD bronkpneumonia
oleh dokter internsip.
Bayi peserta imunisasi yang dinyatakan sehat dan siap langsung divaksin oleh
dokter internsip dan tim bidan. Setelah itu, dokter internsip memberikan edukasi tentang
pentingnya imunisasi, kemungkinan KIPI, dan perawatan bayi di rumah agar bayi sehat
selalu sehingga tidak mengganggu jadwal imunisasi dasarnya.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Selain itu juga disampaikan, ketika sudah mendekati hari imunisasi, jika bayi
dalam kondisi sakit, sebaiknya langsung diperiksakan ke petugas kesehatan. Agar bayi
sudah kembali dalam kondisi sehat ketika jadwalnya imuninasi.