Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Sindrom mata kering (Dry eye syndrome) adalah suatu gangguan pada
permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari
lapisan air mata. Angka kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada
wanita dan cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Banyak
diantara penyebab sindroma mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen
film air mata (Tear film) atau berakibat perubahan permukaan mata yang secara
sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik
termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan epitel konjungtiva,
pembentukan filamen, hiangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel
epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penamhaban keratinasi.1
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal
atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sensasi terbakar,
fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. 2 Pada kebanyakan
pasien, pemeriksaan fisik mata nampak normal. Ciri yang paling khas pada
pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian
palpebra inferior. Benang-benang mukus kental kekuning-kuningan kadang-
kadang terlihat dalam konjungtiva forniks inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak
tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan hiperemik.3
Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,
dengan persentase sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang
usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensi
sindrom mata kering lebih banyak terjadi pada ras Hispanik dan Asia
dibandingkan dengan ras kaukasius.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Produksi Air Mata
1. Anatomi
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandula lakrimalis
aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.1
Glandula lakrimalis terdiri atas struktur dibawah ini:
1) Bagian orbita
Berbentuk kenari yang teretak didalam fossa lakrimalis di segmen
temporal superior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra oleh
kornu lateralis dari muskulus levator palpebrae. Untuk mencapai
bagian ini dari kelenjar secara bedah, harus diiris kulit, muskulus
orbikuaris okuli, dan septum orbitale.1,6
2) Bagian Palpebrae
Bagian palpebrae yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen
temporal dari forniks konjungtivae superior. Duktus sekretorius
lakrimalis, yang bermuara kira-kira sepuluh lubang kecil,
menghubungkan bagian orbital dan palpebrae glandula lakrimalis
dengan forniks konjungtivae superior. Pembuangan bagian palpebrae
dari kelenjar memutuskan semua saluran penghubung dan dengan
demikian mencegah kelenjar itu bersekresi.1,6
Glandula lakrimalis aksesori (glandula Krause dan Wolfring)
terletk di dalam substansia propia di konjungtiva palpebrae.
Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui punktum
superior dan inferior dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak
di dalam fossa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut kebawah
dari sakus dan bermuara ke dalam meatus inferior dari rongga nasal.
Air mata diarahkan kedalam punktum oleh isapan kapiler dan gaya
berat dan berkedip. 1,6
3) Pembuluh Darah dan Limfe
Pasokan darah dari glandula lakrimalis bersal dari arteria lakrimalis. Vena
yang mengalir pergi dari kelenjar bergabung dengan vena oftalmika. Drenase lime
menyatu dengan pembuluh limfe konjungtiva untuk mengalir ke dalam
limfonodus pra-aurikula.1,6

2
4) Persarafan
Pasokan saraf ke glandula lakrimalis adalah melalui:
a) Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi trigeminus.
b) Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris), yang datang dari
nukleus salivarius superior.
c) Nervus simpatis yang menyertai arteria lakrimalis dan nervus
lakrimalis.1,6

Gambar 1. Anatomi Sistem Lakrimalis

2. Fisiologi
Sistem apparatus lakrimalis mencakup struktur-sruktur yang terlibat dalam
produksi dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang
menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Duktulus nasolakrimais
merupakan unsur eksresi sistem ini, yang mecurahkan sekret kedalam hidung.
Cairan air mata disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata. 6

1) Sistem Sekresi Air Mata


Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang
teretak di fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Sekresi dari kelenjar
lakrimal utama dipicu okeh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata
mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epifora). 6
Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa
utama, mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan

3
kelenjar utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak
di dalam konjungtiva, terutama di fornix superior. Sel goblet uniseluler, yang juga
tersebar di konjungtiva, menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin.
Modifikasi kelenjar sebasea meibom dan zeis di tepian palpebra memberi lipid
pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut
membentuk film air mata.6
Kelenjar tambahan dikenal sebagai “pensekresi dasar”. Sekretnya cukup
untuk memelihara kornea, tanpa sekresi dari kelenjar lakrimal utama. Tetapi
hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea, meskipun banyak air mata
dari kelenjar lakrimal.1
Sistem sekresi air mata meliputi sekresi dasar dan refleks sekresi, sekresi
dasar diproduksi terus menerus tiap hari. Refleks sekresi meningkat terutama jika
konjungtiva atau kornea terkena iritan. 1

2) Sistem Eksresi Air Mata


Sistem sekresi air mata terdiri atas pungta, kanalikuli, sakus lakrimalis,
dan duktus nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip mulai di
lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya
ke sistem eksresi pada aspek medial palpebra. Dalam keadaan normal, air mata
dihasilkan dengan kecepatan yang sesuai dengan jumlah yang diuapkan, dan
itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem eksresi.6 Bila memenuhi
sakus konjungtiva air mata akan memasuki puncta sebagian karena sedotan
kapiler. Dengan menutupnya mata, bagian khusus orbikularis pra-tarsal yang
mengelilingi ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan waktu,
palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fasia mengelilingi
sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan
negatif di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata kedalam sakus
yang kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya
berat dan elastisitas jaringan, ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan
mirip katup dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air
matadan udara. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah katup Hasner
di ujung distal duktus nasolakrimalis. Strukrur ini penting karena bila tidak

4
berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan darkosistitis
menahun.1
3) Air Mata1
Lapisan air mata terdiri dari tiga lapisan, dimana ketiga lapisan ini
membentuk struktur yang disebut film air mata (Tear film). Lapisan
tersebut diantaranya :

1. Lipid atau lapisan luar. Lipid ini dapat dihasilkan oleh kelenjar
meibom. Lipid ini berguna untuk melicinkan permukaan mata dan
mengurangi penguapan air mata.
2. Akuos. Lapisan ini merupakan lapisan bagian tengah dari apa yang kita
sebut sebagai air mata. Lapisan ini dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
kecil yang tersebar di konjungtiva. Air mata dihasilkan juga oleh
kelenjar air (kelenjar lakrimal). Lapisan ini berfungsi untuk
membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing atau iritan.

3. Lapisan yang paling dalam yang terdiri dari lendir (musin) yang
dihasilkan oleh sel goblet di konjungtiva bulbi. Musin ini
memungkinkan air mata tersebar rata di permukaan mata dan
membantu agar mata tetap basah. Tanpa lapisan ini, air mata tidak akan
menempel ke mata.

5
Gambar 2. Film air mata (Tear film)

4. Komposisi Air Mata

Albumin merupakan 60% dari protein total dalam air mata. Globulin dan
lisozim berjumlah sama banyak pada bagian sisanya. Terdapat immunoglobulin
IgA, IgG, dan IgE. Yang paling banyak adalah IgA. Pada keadaan alergi tertentu,
seperti konjungtivitis vernal, konsentrasi IgE dalam cairan air mata meningkat.1
K+, Na +, Cl – terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata dari dalam
plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea (0.04
mg/dL), dan perubahan dalam konsentrasi darah diikuti perubahan konsentrasi
glukosa dan urea air mata. pH rata-rata air mata adalah 7.35, meski ad variasi
normal yang besar (5.20-8.35). dalam keadaan normal, cairan air mata adalah
isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L. 1

B. Sindroma Mata Kering (Dry Eye Syndrome)


1. Definisi

6
Sindrom mata kering, atau keratoconjunctivitis sicca (KCS) adalah
penyakit mata dimana jumlah atau kualitas produksi air mata berkurang atau
penguapan air mata film meningkat.1 Terjemahan dari "keratoconjunctivitis sicca"
dari bahasa Latin adalah "kekeringan kornea dan konjungtiva".6
2. Etiologi
Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari
satu komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang
secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri
histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan epitel
konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran
abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penambahan
keratinasi.1,2,6
A. Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal
1. Kongenital
a. Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)
b. Aplasia kelenjar lakrimal (alakrima kongenital)
c. Aplasia nervus trigeminus
d. Dysplasia ektodermal
2. Didapat
a. Penyakit sistemik
1) Sindrom sjorgen
2) Sklerosis sistemik progresif
3) Sarkoidosis
4) Leukimia, limfoma
5) Amiloidosis
6) Hemokromatosis
b. Infeksi
1) Trachoma
2) Parotitis epidemica
c. Cedera
1) Pengangkatan kelenjar lakrimal
2) Iradiasi
3) Luka bakar kimiawi
d. Medikasi
1) Antihistamin
2) Antimuskarinik: atropin, skopolamin
3) Anestetika umum: halothane, nitrous oxide
4) Beta-adregenik blocker: timolol, practolol
e. Neurogenik-neuroparalitik (fasial nerve palsy)

B. Kondisi ditandai defisiensi musin


1. Avitaminosis A

7
2. Sindrom steven-johnson
3. Pemfigoid okuler
4. Konjungtivitis menahun
5. Luka bakar kimiawi
6. Medikasi-antihistamin, agen muskarin, agen Beta-adregenic blocker
C. Kondisi ditandai defisiensi lipid:
1. Parut tepian palpebra
2. Blepharitis
D. Penyebaran defektif film air mata disebabkan:
1. Kelainan palpebra
a. Defek, coloboma
b. Ektropion atau entropion
c. Keratinasi tepian palpebra
d. Berkedip berkurang atau tidak ada
1) Gangguan neurologik
2) Hipertiroid
3) Lensa kontak
4) Obat
5) Keratitis herpes simpleks
6) Lepra
e. Lagophthalmus
1) Lagophthalmus nocturna
2) Hipertiroidi
3) Lepra
2. Kelainan konjungtiva
a. Pterygium
b. Symblepharon
3. Proptosis1,2,6

3. Epidemiologi
Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,
persentase insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang
usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensia
sindrom mata kering lebih banyak terjadi pada ras Hispanic dan Asia
dibandingkan dengan ras kaukasius.4
4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal
atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sensasi terbakar,
fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. 2 Pada kebanyakan
pasien, pemeriksaan fisik mata dapat normal. Ciri yang paling khas pada
pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian
palpebra inferior. Benang-benang mucus kental kekuning-kuningan kadang-

8
kadang terlihat dalam konjungtiva forniks inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak
tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema dan hiperemik.1
Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura interpalpebra. Sel-sel
epitel konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan
defek pada epitel kornea terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lnjut
keratokonjungtivitis sicca tampak filamen-filamen dimana satu ujung setiap
filamen melekat pada epitel kornea dan ujung lain bergerak bebas. Pada pasien
dengan sindrom sjorgen, kerokan dari konjungtiva menunjukkan peningkatan
jumlah sel goblet. Pembesaran kelenjar lakrimal kadang-kadang terjadi pada
sindrom sjorgen.
Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan
teliti memakai cara diagnostik berikut:
1. Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan
memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam
cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan
temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5
menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm
tanpa anestesi dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar
lakrimal utama, yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas
saring itu. Tes Schirmer yang dilakukan setelah anestesi topikal
(tetracaine 0.5%) mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan
(pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata.
Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada orang normal, dan tes
normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder terhadap
defisiensi musin.1,5

9
Gambar 3. Tes Schimmer

2. Tear film break-up time


pengukuran tear film break-up time kadang-kadang berguna untuk
memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan
musin mungkin tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat
berakibat tidak stabilnya film air mata. Bintik-bitik kering terbentuk
dalam film air mata, sehingga mengakibatkan epitel kornea atau
konjungtiva terpapar. Proses ini pada akhirnya merusak sel-sel epitel,
yang dapat dipulas dengan bengal rose. Sel-sel epitel yang rusak
dilepaskan kornea, meninggalkan daerah-daerah kecil yang dapat
dipulas, bila permukaan kornea dibasahi flourescein.
Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik
keras berflourescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien
berkedip. Film air mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan
cobalt pada slitlamp, sementara pasien diminta agar tidak berkedip.
Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapisan
flourescein kornea adalah tear film break-up time. Biasanya waktu ini
lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh anestetika lokal,
memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar tetap terbuka.
Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata

10
dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi
musin.1,5

Gambar 4. Break up Time Test

3. Tes Ferning Mata


Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva
dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca
obyek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata
normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggakan parut
(pemphigoid mata, sindrom stevens johnson, parut konjungtiva difus),
arborisasi berkurang atau hilang.1,5
4. Sitologi Impresi
Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada
permukaan konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling
tinggi di kuadran infra-nasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada
kasus keratokonjungtivitis sicca, trachoma, pemphigoid mata,
sindroma stevens johnson, dan avitaminosis A.1,5,6
5. Pemulasan Flourescein
Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering
berflourescein adalah indikator baik untuk derajat basahnya mata, dan
meniskus air mata mudah terlihat. Flourescein akan memulas daerah-
daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel
kornea.1,5,6

11
Gambar 5. Fluorescein Stain
6. Pemulasan Bengal Rose
Bengal rose lebih sensitif dari flourescein. Pewarna ini akan
memulas semua sel epitel non-vital yang mengering dari kornea
konjungtiva.1,5

Gambar 6. Rose Bengal Stain


7. Penguji Kadar Lisozim Air Mata
Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pada awal
perjalanan sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit
ini. Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara
paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.1,5
8. Osmolalitas Air Mata
Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis
sicca dan pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat
berkurangnya sensitivitas kornea. Laporan-laporan menyebutkan

12
bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi
keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada
pasien dengan Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal.1,5
9. Lactoferin
Lactoferin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan
hiposekresi kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.1,5
5. Terapi
Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan
pemulihan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat
perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih reversibel. 1 Air mata buatan
(artificial tears) adalah terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai pelumas
jangka panjang, terutama saat tidur. 2
Fungsi utama pengobatan ini adalah penggantian cairan. Tahun-tahun
belakangan ini, ditambahkan polimer larut air dengan berat molekul tinggi pada
air mata buatan, sebagai usaha memperbaiki dan memperpanjang lama
pelembaban permukaan. Agen mukomimetik lain termasuk Na-hialuronat dan
larutan dari serum pasien sendiri sebagai tetesan mata. Jika mukus itu kental,
seperti pada sindrom Sjorgen, agen mukolitik (mis, acetylcystein 10%) dapat
menolong.
Semua pengawet kimiawi dalam air mata buatan akan menginduksi
sejumlah toksisitas kornea. Benzalkonium chlorida adalah peparat umum yang
paling merusak. Pasien yang memerlukan beberapa kali penetesan sebaiknya
memakai larutan tanpa bahan pengawet. Bahan pengawet dapat pula
menimbulkan reaksi idiosinkrasi.1
Pasien dengan mata kering lebih besar kemungkinan terkena infeksi.
Blepharitis menahun sering terdapat dan harus diobati dengan memperhatikan
higiene dan memakai antibiotika topikal. Acne rosacea sering terdapat bersamaan
dengan keratokonjungtivitis sicca, dan pemgobatan dengan tetrasklin sistemik ada
manfaatnya.1,2
Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada
punktum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silikon),
untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen
dapat dilakukan dengn terapi themal (panas), kauter listrik atau dengan laser.1,2,6

13
6. Prognosis
Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan
sindrom mata kering baik.1
7. Komplikasi
Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihata sedikit
terganggu. Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan sangat menggangu.
Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi.
Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan
vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat
mencegah komplikasi-komplikasi ini.1,2,3

14
BAB III
KESIMPULAN
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis
aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Sekressi air mata
membentuk struktur film air mata yang berfungsi untuk melindungi mata dari
paparan dan kekeringan.
Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang
ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Angka
kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada wanita dan cenderung
meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Banyak diantara penyebab sindrom
mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau berakibat
perubahan permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air mata
menjadi tidak stabil.
Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal
atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sensasi terbakar,
fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra. Pada kebanyakan
pasien, pemeriksaan fisik mata dapat normal. Ciri yang paling khas pada
pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian
palpebra inferior.
Air mata buatan adalah terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai
pelumas jangka panjang, terutama saat tidurSecara umum, prognosis untuk
ketajaman visual pada pasien dengan sindrom mata kering baik. Pada kasus lanjut,
dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi. Kadang-kadang
terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea,
yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-
komplikasi ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Cunningham ET. Vaughan & Ashbury’s general ophthalmology
18th Ed. California: McGraw Hill; 2011
2. Ilyas S. Ilmu penyakit mata 3rd Ed. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2009
3. Wijana N. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Abadi tegal; 1993
4. Moss S, Klein R, Klein B. Prevalence and risk factors for dry eye
syndrome. American medical association. 2000
5. Sastrawan D, dkk. Standar Pelayanan Medis Mata. Departemen Ilmu
Kesehatan Mata RSUP M. Hoesin. Palembang. 2007
6. Medscape [Internet]. Dry eye disease (Keratokonjunctivitis sicca).
[updated 2017 Oct19th; cited 2017 Dec 11th]. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview
7. AAO [Internet]. Dry eye syndrome. [cited 2017 Dec 11rd]. Available
from: https://www.aao.org/preferred-practice-pattern/dry-eye-syndrome-
ppp--2013

16

Anda mungkin juga menyukai