NILAWATI
10800113132/AK C
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar
nilawatiakuntansi6@gmail.com
ABSTRACT
Financial ratio analysis is acomparison of the figures contained in the financial
statements to determine the financial position of a company as well as assessing
management's performance in a particular period. With the analysis is able to provide
the correct financial information for the purpose of investor decision making. This
article will discuss how the company's liquidity effect on rental rates and returns Sukuk
Ijarah Sukuk Ijarah lease by using the ratio of equity capital to total assets. Information
on rental rate determination is supported by theories have Sukuk Ijarah signal that
describes the information issued by the company to the investors who will reach a
decision in the investment and capital structure theory is used to finance the company in
determining the policy mix between debt and equity that aims to maximize the value of
the company. The results of this paper is the return of Sukuk Ijarah rental rates not only
in terms of the liquidity of the company how well the company meet its short term
obligations but also be seen from the rate of return in the long run. Good financial
condition in the short term is not reflected in their financial condition was good in the
long term, including in the ratio of equity capital to the ratio of total assets(Ratioof
Owner's Equity to TotalAssets).
Keywords: Liquidity, Solvency, Ratio of Owner's Equity to total Assets and Sukuk
Ijarah.
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Investasi menurut syariah adalah kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha,
dimana kegiatan tersebut berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa
(Zubair, 2012). Investasi syariah sering dilakukan di pasar modal yang merupakan salah
satu bentuk aktivitas muamalah disisi syariah, selama segala jenis transaksi yang terkait
didalamnya tidak bertentangan dengan segala ketentuan yang ditetapkan oleh syariat
islam (Sudaryanti dkk, 2011). Dengan demikian, transaksi dipasar modal menurut
prinsip syariah tidak dilarang atau diperbolehkan sepanjang tidak terdapat transaksi
yang bertentangan dengan ketentuan yang telah digariskan oleh syariah. Fakta pesatnya
pertumbuhan ekonomi syariah ini tentu membawa dampak positif bagi para pelaku
ekonomi, tidak terkecuali pelaku ekonomi di pasar keuangan (Mujahid dan Fitrjanti,
2010). Salah satu jenis investasi syariah di pasar modal adalah obligasi syariah (sukuk).
Sukuk merupakan salah satu terobosan baru dalam dunia keuangan islam yang
bentuk pendanaan dan sekaligus investasi (Melati, 2013). Menurut Fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) MUI, sukuk adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan
prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada pemegang sukuk yang
mewajibkan emiten untuk membayar kembali obligasi pada saat jatuh tempo.
Munculnya dasar sukuk adalah karena ketidakcocokan obligasi konvensional
didefinisikan sebagai obligasi dan memberikan kupon dalam bentuk bunga atas jumlah
pokok yang dilarang dalam islam.
Sukuk dapat diperdagangakan sesuai dengan prinsip syariah dan memperoleh
bagi hasil yang lebih tinggi dibanding dengan obligasi konvensional, karena didalam
obligasi konvensional terdapat bunga dan pengakuan sebagai utang . Sedangkan sukuk
merupakan jangka panjang syariah sekuritas emiten kepada pemegang obligasi yang
diterbitkan syariah mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah dalam bentuk bagi hasil dan membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo (Fathurahman dan Fitriani, 2013). Dengan demikian, pada obligasi
konvensional tidak cocok untuk investasi di pasar modal karena ada unsur riba
didalamnya serta tidak sesuai dengan prinsip didalam islam. Sukuk yang
diperdagangkan di pasar modal ada berbagai jenis baik itu di tingkat internasional
maupun nasional.
Di tingkat International, sukuk dibedakan atas beberapa jenis menurut AAOFI
(Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial Institution) via
Departemen Keuangan, 2010, yaitu Sukuk Ijarah, Sukuk Mudharabah, Sukuk
Musyarakah, dan Sukuk Istishna. Sedangkan jenis sukuk nasional (Negara) ada 6 jenis
sukuk yaitu Sukuk Negara Ritel, Sukuk Valas, Sukuk Dana haji Indonesia (SDHI),
Sukuk seri IFR, Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS), dan PBS (Project Based
Sukuk). Sukuk yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan Sukuk Negara, karena
lambatnya perkembangan sukuk di indonesia mengakibatkan posisi indonesia nyaris
tidak diperhitungkan oleh para praktisi keuangan syariah global. Padahal,Indonesia
adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Dan sangat ironis bahwa para
perhatian para praktisi keuangan syariah baik dari Timur Tengah, Eropa, dan Amerika
Serikat (AS) tersebut justru tertuju pada Singapura dan Malaysia yang dianggap sebagai
hubungan keuangan islam selain Qatar, Dubai, dan Bahrain.
Kondisi ini memang tak lepas dari perkembangan keuangan syariah di indonesia
yang pertumbuhannya berjalan lambat. Dan belum banyak institusi di indonesia yang
memanfaatkan instrumen keuangan syariah, seperti obligasi syariah (sukuk) dalam
aktivitas fundraising mereka. (Jiwandaru dkk, 2010). Dengan demikian, instrument
keuangan syariah yaitu sukuk akan diteliti khususnya sukuk ijarah mengingat
kurangnya pemanfaatan instrument keuangan syariah yang dilakukan Indonesia.
Sukuk Ijarah, diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah. Satu pihak
bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak guna suatu aset
kepada pihak lain berdasarkan harga sewa dan periode sewa yang disepakati tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Penerbitan Sukuk Ijarah di
Indonesia, menjadi topik yang baru dan menarik karena semakin banyak sukuk yang
diterbitkan maka semakin baik pula kinerja keuangan instansi syariah yang
mengeluarkan sukuk (Afiani, 2010).
Obligasi syariah atau disebut dengan sukuk yang berakad ijarah baru
diperkenalkan pada tahun 2004. Namun dalam kenyataannya sukuk berakad ijarah lebih
diminati dibandingkan dengan sukuk berakad mudharabah (Putri, 2015). Dalam akad
Ijarah, pihak yang memberikan sewa harus memiliki sepenuhnya barang atau asset
untuk disewakan kepada penyewa. Dari manfaat asset tersebut, penyewa akan
membayarkan upah kepada pihak yang memberikan sewa. Sewa dibayarkan sesuai
dengan penghasilan yang didapatkan penyewa dari pemanfaatan asset yang disewa
(Siskawati, 2010). Dengan demikian, investor harus mempunyai pemahaman yang lebih
dalam mengenai sukuk ijarah. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah mengetahui
laporan keuangan suatu perusahaan dengan melihat perubahan yang terjadi dalam
kinerja keuangan perusahaan apakah mengalami penurunan atau kenaikan.
Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu (Wati, 2012). Dengan demikian
kinerja keuangan perusahaan disebut juga suatu penentuan yang mengukur mengenai
baik buruknya perusahaan dalam prestasi kerja dapat dilihat dari kondisi keuangannya
pada periode tertentu. Hal senada dipaparkan oleh (Mahendra dkk, 2012) mengenai
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon
investor untuk menentukan investasinya. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan
meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar tersebut tetap eksis dan
tetap diminati oleh investor. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan
cerminan dari kinerja keuangan perusahaan.
Kondisi keuangan dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan. Pengukuran
kinerja keuangan dalam perusahaan dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang
dicapai telah sesuai dengan perencanaan. Dengan meningkatnya kinerja keuangan
perusahaan berarti perusahaan dapat mencapai tujuan dari didirikannya perusahaan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Analisis laporan keuangan umumnya dimulai dengan sekumpulan rasio
keuangan yang dirancang untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan dari sebuah
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lain dalam industri yang
sama, dan untuk menunjukkan apakah posisi keuangannya selama ini telah membaik
atau memburuk. Terdapat beberapa rasio keuangan antara lain yakni rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Berdasarkan penjelasan diatas
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap tingkat sewa sukuk ijarah ?
2. Bagaimana pengembalian sewa sukuk ijarah menggunakan Rasio Modal Sendiri
terhadap Total Aktiva (Ratio of Owner’s Equity to Total Assets) ?
Ada tiga pihak yang terlibat dalam akad sukuk ijarah. Akad-akadnya adalah
akad investasi yaitu antara investor (sukuk holder) dan pihak Special Purpose Vehicle
(SPV) atau kontrak investasi kolektif, akad jual beli antara pihak SPV/KIK dan pihak
suplier atau penjual aset (komoditi) dan akad sewa (ijarah) atau jual beli antara pihak
SPV/KIK dan perusahaan atau penyewa aset. Menurut peraturan Bapepam dan LK
No.IX.A.14 tentang akad-akad yang dipergunakan dalam penerbitan efek syariah
dipasar modal, mendefinisikan ijarah sebagai berikut : “ijarah adalah perjanjian (akad)
dimana pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji
kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau
pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa
atau pemberi jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan atau upah (ujrah),
tanpa diikuiti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi obyek Ijarah”
(Siskawati, 2010).
Sukuk Ijarah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah di mana satu
pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat
atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk ijarah adalah sekuritas
yang mewakili kepemilikan aset yang keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat
pada suatu kontrak sewa beli (lease), dimana pembayaran return pada pemegang sukuk.
Dalam akad Ijarah, pihak yang memberikan sewa harus memiliki sepenuhnya barang
atau asset untuk disewakan kepada penyewa. Dari manfaat asset tersebut, penyewa akan
membayarkan upah kepada pihak yang memberikan sewa. Sewa dibayarkan sesuai
dengan penghasilan yang didapatkan penyewa dari pemanfaatan asset yang disewa.
Dalam hal ini, resiko terletak pada keahlian dan kepiawaian penyewa dalam
memanfaatkan asset, dan bukan pada kegiatan spekulatif yang tidak memiliki
keuntungan ekonomi riil.
Sukuk ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan aset yang
keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada suatu kontrak sewa beli (lease),
sewa dima pembayaran return pada pemegang sukuk (Sholeh, 2013). Berkat
fleksibilitas pada aturan ijārah, pelaksanaan sekuritisasi kontrak ijarah merupakan faktor
kunci dalam mengatasi masalah-masalah manajemen likuiditas dan untuk pembiayaan
kebutuhan-kebutuhan sektor publik di negara-negara berkembang. Pembayaran dari
sewa ijārah dapat tidak berhubungan dengan periode pengambilan manfaat oleh
penyewa. Hal ini bisa dibuat sebelum memulai periode sewa beli, selama periode atau
setelah periode sesuai keputusan yang saling menguntungkan antara pihak-pihak yang
terlibat. Fleksibilitas dapat digunakan untuk mengubah bentuk yang berbeda dari
kontrak dan sukuk dapat disesuaikan untuk tujuan berbeda dari penerbit dan para
pemegang sukuk. Penggunaan konsep ini sebagai alat alternatif dari peminjaman
berdasarkan rasio yang digunakan dalam perusahaan yang memiliki aset jangka panjang
yang dapat digunakan dalam proses pelaksanaannya.
III. KESIMPULAN
Penetapan tingkat sewa sukuk ijarah menggunakan analisis keuangan yang
menyangkut rasio-rasio keuangan yang berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan
perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa
mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa
mendatang. Hasil dari analisis ini menggambarkan tingkat likuiditas sebuah perusahaan
mempengaruhi minat investor menanamkan modalnya dimana perusahaan mampu
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang
diterima oleh investor maka akan semakin tinggi pula minat investor dalam penyaluran
modalnya. Pengembalian tingkat sewa sukuk ijarah tidak hanya dilihat dari sisi
likuiditas perusahaan seberapa mampu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya namun dilihat juga dari tingkat pengembalian dalam jangka panjang.
Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak tercermin adanya kondisi
keuangan yang baik juga dalam jangka panjang, termasuk dalam rasio modal sendiri
dengan rasio total aktiva (Ratio of Owner’s Equity to Total Assets). Ratio of Owner’s
Equity to Total Assets atau rasio modal sendiri dengan total assets menunjukkan
perkembangan yang baik karena proporsi aktiva keseluruhan yang dibelanjai dengan
modal sendiri semakin besar dan mencerminkan pengembalian yang cukup tinggi bagi
kreditur.
DAFTAR PUSTAKA
AAOFI (Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial Institution) via
Departemen Keuangan, 2010
Afriyeni, Endang. 2008. Penilaian Kinerja dengan Menggunakan Analisis Rasio. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Oktober Volume 3 Nomor 2.
Aryaningsih, Ni Nengah Devi dan Ketut Budiartha. 2013. Pengaruh Total Aset, Tingkat
Solvabilitas Dan Opini Audit Pada Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 7.3: 747-647, ISSN: 2302-8556.
Kartika, Andi. 2009. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI. Dinamika Keuangan dan
Perbankan, Agustus, Hal. 105 - Vol. 1 No. 2 ISSN :1979-4878.
Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta
Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.11, No. 1,
Maret: 38-45.
Liogu, Stesia Juliana dan Ivonne S. Saerang. 2014. Reaksi Pasar Modal Terhadap
Pengumuman Kenaikan Harga BBM atas Saham Lq 45 Pada Tanggal 1
November 2014. Universitas Sam Ratulangi Manado. ISSN 2303-1174.
Mahendra Dj, Alfredo. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen,
Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan Vol. 6, No. 2 Agustus.
Melati, Arum. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Sewa Sukuk Ijarah.
Conservation University : Accounting Analysis Journal 2 (2).
Mujahid, dan Tettet Fitrjanti. 2010. Pengaruh Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk)
Perusahaan Terhadap Reaksi Pasar. SNA XIII Purwokerto. Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto.
Muqorobin, Agus dan Moech. Nasir. 2009. Penerapan Rasio Keuangan Sebagai Alat
Ukur Kinerja Perusahaan. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 13,
Nomor 1, Juni, hlm.1-13
Putri, Eka Lestari Hafqi. 2013. Pengaruh Risiko Likuiditas Perusahaan Terhadap Yield
Spread Obligasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 3 Desember.
Sari, Agista Kencana. 2014. Perbedaan Return Saham Sebelum dan Sesudah
Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk) Ijarah pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Daftar Efek Syariah (DES). Jurnal Ekonomi dan Bismis Islam Vol. IX,
No. 1 Desember
Sholeh, Moh. 2013. Obligasi Shariah (Analisi Normatif, Praksis Dan Komparatif
Perbankan Konvensional Dan Perbankan Syariah). At-Tahdzib Vol.1 Nomor 2/
Sudaryanti, Neneng, Akhmad Afandi Mahfudz dan Ries Wulandari. 2011. Analisis
Determinan Peringkat Sukuk dan Peringkat Obligasi di Indonsia. Tazkia
Islamic Finance and Business Reciew Vol.6 No. 2 Agustus-Desember.
Wati, Like Monisa. 2012. Pengaruh Praktek Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Vol.
01, No. 01 September.
Zubair, Kamal M. 2012.Obligasi dan Sukuk dalam Perspektif Keuangan Islam (Suatu
Kajian Perbandingan). Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum Vol. 26 No. 1 Januari -
Juni.