Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TUGAS AIK

KONSEP AKHLAK DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 (KELAS A)
1. ANA LESTARI E 5201 731 53
2. ANIS WINDARI E5201 731 54
3. MUSLIMAH E5201 731 74
4. RULY KUSUMA A E 5201 731 77
5. YANTI KUSMIYATI E 5201 731 91

S1 KEPERAWATAN RSUD dr.LOEKMONO HADI KUDUS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berujudul “Konsep Akhlak
Dalam Islam”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Al
Islam Kemuhammadiyahan I .

Dalam proses penulisan kami sampaikan ucapan terima kasih kepada


seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah tersebut.

Kudus, 22 Januari 2018

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar belakang Masalah.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Pengertian akhlak...................................................................................................5
B. Perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika dan moral..............................6
C. Sumber akhlak dalam islam...................................................................................7
D. Akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup seseorang.....................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang masalah

Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin
beraneka ragam. Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya,
mereka bahkan lupa dengan adanya etika, moral dan akhlak yang yanitu tidak terlalu
dihiraukan dan dijadikan pedoman dalam hidup. Karena pada kenyataannya manusia
sekarang kurang pengetahuan tentang etika, moral, dan akhlak.

Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan sejak kita
berada di sekolah dasar, yaitu pada pelajaran agama islam dan kewarganegaraan.
Namun pada kenyataannya pelajaran etika, moral dan akhlak itu hanya dibiarkan saja
tanpa di aplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran yang
telah disampaikan menjadi sia-sia.

Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para
generasi penerus tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu penulis
menyusun makalah ini agar menjadi acuan dalam perbaikan etika, moral, dan akhlak
masyarakat.

2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akhlak ?
2. Apakah perbedaan dan persamaan antara akhlak,etika, dan moral ?
3. Apakah sumber akhlak dalam islam ?
4. Bagaiman akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup seseorang ?
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak ?
2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara akhlak,etika, dan moral ?
3. Untuk mengetahui sumber akhlak dalam islam ?
4. Untuk mengetahui bagaimana akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan
hidup seseorang ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqun ‫ ُخلُق‬yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫خ َْلق‬
yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq‫ خَا ِلق‬yang berarti
pencipta; demikian pula dengan akhluqun ‫ َم ْخلُ ْوق‬yang berarti yang diciptakan.

Kata akhlak menunjukkan sejumlah sifat tabiat fitri atau asli pada manusia dan
sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua
bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua bersifat zahiriah yang
terwujud dalam perilaku.Menurut para ulama dan sarjana menuturkan bahwa akhlak
ditinjau dari aliran atau ajaran yang dianggap benar. Dalam aspek sosiologis juga
didefinisikan akhlak sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi (ilmu dalam
bermasyarakat). Sedangkan menurut aliran idealisme didefinisikan sesuai dengan
aliran yang dianutnya.
Menurut aliran utilitarianisme (menekankan aspek kegunaan) dan naturalisme
(menekankan oada panggilan alam atau kejadian manusia itu sendiri atau fitahnya).
Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji
menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik (mahmudah).
Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang
buruk (madzmumah).
Pengertian sikap positif yang termasuk dalam akhlak yang terlihat melalui
perilaku dapat ditunjukkan dengan beberapa sikap, tabiat, watak atau kebiasaan
misalkan sikap pemaaf, amanah, sabar, rendah hati, dll. Sedangkan sikap negatif
misalkan sikap pemarah, pendendam, dengki, khianat, sombong dll. Hal yang
menentukan apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah norma-norma agama
yang bersumber dari al-Haq yaitu Tuhan YME.
Disebut akhlak karena:
1. Dilakukan berulang-ulang
2. Timbul dengan sendirinya dan tanpa berfikir panjang

5
Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik
dan buruk. Dimasukkannya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas
menunjukkan salah satu perbedaan moral dan akhlak, sebab salah benar adalah
penilaian dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam agama islam tidak dapat
dicerai pisahkan dengan akhlak, seperti yang telah disinggung di atas.
Akhlak islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat
terutama dari sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang
baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai
dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi
diri sendiri dan orang lain.
Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan
nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan
diri sendiri. Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan
suatu perilaku atau perbuatan manusia di dalam agama dan ajaran islam adalah al
quran yang dijelaskan dan dikembangkan oelh Rasulullah dengan sunah beliau yang
kini dapat dibaca di dalam kitab-kitab hadist.
Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah
adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu masa.
Oleh karena itu dipandang dari sumbernya akhlak islami bersifat tetap dan berlaku
untuk selama-lamanya, sedang moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu
tempat tertentu.

B. Persamaan dan Perbedaan Antara Etika,Moral dan Akhlak


1. Persamaan
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral yang dapat dipaparkan
sebagai berikut:
Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
Kedua, akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah
kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin
rendah pula kualitas kemanusiaannya.

6
Ketiga, akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-
mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi
merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan
aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan
keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan
dan konsistensi yang tinggi.
2. Perbedaan
Selain ada persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila sebagaimana
diuraikan di atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas
masing-masing dari keempat istilah tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai
segi-segi perbedaan yang dimaksud:
Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah.
Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu
perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan
bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika
bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada
intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat
tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang
menganutnya.

C. Sumber Akhlak Dalam Islam


Pembicaraan tentang Akhlak berkaitan dengan persoalan nilai baik dan buruk.
Oleh karena itu ukuran yang menjadi dasar penilaian tersebut harus merujuk pada
nilai-nilai agama Islam. Dengan demikian, ukuran baik buruknya suatu perbuatan
harus merujuk pada norma-norma agama, bukan sekedar kesepakatan budaya. Kalau
tidak demikian, norma-norma akan berubah seiring dengan perubahan budaya,
sehingga sesuatu yang baik dan sesuai dengan agama bisa jadi suatu saat dianggap
buruk pada saat bertentangan dengan budaya yang ada.
Dalam Islam, akhlak menjadi salah satu inti ajaran. Fenomena ini telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat
al–Qalam (4) :

7
Artinya :“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.”

Keseluruhan akhlak Rasulullah ini juga diungkapkan oleh Aisyah r.a. saat
ditanya tentang akhlak Nabi. Saat itu Aisyah berkata : “Akhlak Nabi adalah Al
Qur’an”. Demikian juga disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Ahzab (33) : 21.

sungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Dengan demikian bagi umat Islam, untuk menunjuk siapa yang layak dicontoh
tidak perlu sulit sulit, cukuplah berkiblat kepada akhlak yang ditampilkann oleh
Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis dinyatakan : “orang-orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik budi pekertinya” (HR. Ahmad dari Abu
Hurairah). Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh at Turmudzi dari Jabir r.a.,
Rasulullah menyatakan : “Sungguh di antara yang paling aku cintai, dan yang paling
dekat tempat duduknya dengan aku kelak pada hari kiamat adalah orang yang paling
baik akhlaknya diantara kamu”.
Merujuk pada paparan di atas, sumber akhlak bagi setiap muslim jelas termuat
dalam Al Qur’an dan hadis Nabi. Selain itu, sesuai dengan hakekat kemanusiaan yang
dimilikinya, manusia memiliki hati nurani (qalbu) yang berfungsi sebagai pembeda
antara perbuatan baik dan buruk. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW kepada sahabat Wabishah tatkala beliau bertanya tentang kebaikan
(al-birr) dan dosa (al-itsm) dalam dialog seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
sebagai berikut :

8
“Hai Wabishah, bertanyalah kepada hatimu sendiri, kebaikan adalah sesuatu
yang jika kamu lakukan, jiwamu merasa tentram, sedang dosa adalah sesuatu yang
jika kamu lakukan, jiwamu bergejolak dan hatimu pun berdebar debar meskipun
orang banyak memberi tahu kepadamu (lain dari yang kamu rasakan).”

Berkaitan dengan hati nurani, muncul persoalan, dapatkah dijamin bahwa hati
nurani selalu dominan dalam jiwa manusia sehingga suaranya selalu didengar,
mengingat dalam diri manusia terdapat dua potensi yang selalu bertolak belakang
yaitu potensi yang mengarah kepada kebaikan (taqwa) dan potensi yang mengarah
pada keburukan (al-fujur), dimana kekuatan yang lebih menonjol tentunya menjadi
dominan dalam mempengaruhi keputusan suatu persoalan.
Oleh karena itu, agar hati nurani seorang muslim selalu dalam kondisi kepada
kebaikan, maka ia harus selalu disucikan. Seorang muslim perlu menjaga rutinitas dan
kontinuitas ibadah, berusaha untuk selalu mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah,
membaca sejarah orang orang terdahulu serta selalu berusaha untuk saling menasehati
dengan sesamanya.

Sumber akhlak dalam islam adalah wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits). Sebagai
sumber akhlak wahyu menjelaskan bagaimana berbuat baik. al-Qur’an bukanlah hasil
renungan manusia, melainkan firman Allah SWT yang Maha pandai dam Maha
bijaksana. Oleh sebab itu, setiap muslim berkeyakinan bahwa isi al-Qur’an tidak dapat
dibuat dan ditandingi oleh bikinan manusia. Sumber akhlak yang kedua yaitu al-Hadits
meliputi perkataan, ketetapan dan tingkah laku Rasulullah SAW.
Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
َ ‫س ْو ِل هللاِ أُس َْوة ٌ َح‬
‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجوا هللاَ َو ْاليَ ْو َم ْاْل ِخ َر َوذَك ََر هللاَ َكثِي ًْرا‬ ُ ‫لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu
sabda Nabi:
ِ ‫اِنَّ َما ب ُِعثْتُ ِِلُت َِم َم َمك‬
‫َار َم ْاِل َ ْخ ََلق‬ ََ
Artinya : “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan keluhuran
akhlak”.

9
Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang
menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul
karimah.

D.Akhlak Sebagai Modal Sosial Bagi Keberhasilan Hidup Seseorang


"Dan tujuan akhir dari akhlak, yaitu memutuskan diri kita dari cinta kepada dunia,
dan menancapkan dalam diri kita cinta kepada Allah SWT. Maka, tidak ada lagi sesuatu
yang dicintai selain berjumpa dengan dzat ilahi rabbi, dan tidak menggunakan semua
hartanya kecuali karenanya…"
Jelaslah, al-Ghazāli menempatkan kebahagiaan jiwa manusia sebagai tujuan akhir
dan kesempurnaan dari akhlak. Kebahagiaan tertinggi dari jiwa berarti mengenal adanya
Allah tanpa keraguan ( ma’rifatullah).
Allah merupakan sumber cinta dalam manusia dan kebenaran yang memuaskan
rohani. Implikasi etis, jiwa manusia meninggalkan segala hal duniawi supaya mengalami
kebahagiaan jiwa. Manusia yang berpegang pada prinsip akhlak akan mengupayakan
hidupnya secara bijak. Semua perbuatannya/amalnya diyakini keterarahan kepada Allah
yang telah menanamkan segala yang baik dalam ciptaan. Dengan keseimbangan jiwanya,
ia tidak membiarkan diri hanyut akan PENUTUP hal-hal bersifat material sejauh hal itu
bisa menambah kesempurnaan akhlak.
Kebahagiaan itu diyakini mampu diwujudkan dalam keutamaan-keutamaan hidup.
Jalan keutamaan itu sendiri perlu dilatihkan dan diterangi dengan prinsip akhlak di mana
terjadi perpaduan anugerah Tuhan dan rasionalitas manusia untuk terarah pada kebaikan
moral. Bahkan, dalam daya jiwa difokuskan suatu perbuatan mesti diorientasikan pada
tindakan yang mengarah pada keadilan dan memandang kebebasan mutlak setiap individu.
Kesuksesan hakiki akan dapat diraih jika mengikuti konsep 7B, yaitu:
1. Beribadah dengan benar
2. Bertakwa dengan baik
3. Belajar tiada henti
4. Bekerja keras dan ikhlas
5. Bersahaja dalam hidup
6. Bantu sesama dan
7. Bersihkan hati selalu

10
Dengan 7 konsep tersebut kita dapat mengimplikasikan dalam kehidupan sehari –
hari namun tetap dengan akhlak yang baik maka kesuksesan akan dengan mudah kita
dapat, baik kesuksesan dunia maupun akhirat.
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari
kiamat, melebihi akhlak yang luhur” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqun ‫ ُخلُق‬yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ‫خ َْلق‬
yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq‫ خَا ِلق‬yang berarti
pencipta; demikian pula dengan akhluqun ‫ َم ْخلُ ْوق‬yang berarti yang diciptakan.
Ada persamaan dan perbedaan antara akhlak, moral dan etika yaitu sama-sama
mengajak kepada kebaikan. Sumber akhlak dalam islam adalah wahyu (al-Qur’an dan
al-Hadits). Dan tujuan akhir dari akhlak, yaitu memutuskan diri kita dari cinta kepada
dunia, dan menancapkan dalam diri kita cinta kepada Allah SWT.

B. Saran
Kerusakan ahlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu menurutu hawa nafsu yang
menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan
adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang
menjadikan tujuan yang baik, menjadi merosot kearah keburukan yang menyesatkan
kehidupan manusia baik di dunia maupun akherat. Untuk itu marilah kita secara sadar
dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan nlai-nilai aqidah islam dalam
jiwa kita degan sebaik-baiknya.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Marzuki, Dr. M.Ag, Buku PAI UNY.


2. M. Junaidi Sahal, 1421 H, Seri Kumpulan Materi Aqidah Islam, Surabaya : MPPU
Madani .
3. Nasruddin Razak, 1996, Dienul Islam, Bandung : PT. Alma’arif. Cet. 13.
4. Tim UII, 2002, Menuju Kemantapan Tauhid dengan Ibadah dan Akhlakul Karimah,
Yogyakarta : UII Press Jogjakarta.
5. Zaki Mubarok Latif, dkk., 2001, Akidah Islam, Yogyakarta : UII Pres
6. Sahilun A. 1980. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini. PT. Al-Ma’arif:
Bandung
7. Tim Dosen Agama Islam. 2002. Pendidikan Agama Islam. UB: Malang
8. Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Grasindo: Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai