Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu
jenis dari sel – sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut
termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4. Sejak ditemukan,
pada 1981, hingga kini angka prevalensi penderita HIV/AIDS terus meningkat, meskipun
telah ada program pencegahan HIV/AIDS namun kasus HIV/AIDS ini sampai sekarang
belum bisa ditangani. Berdasarkan surat Direktur Jenderal P2PL, jumlah kasus HIV/AIDS
pada tahun 2013 di Indonesia sebanyak 10.210 kasus HIV dan 780 kasus AIDS. Jumlah
kumulatif kasus HIV dan AIDS sampai tanggal 30 Juni 2013 adalah sebanyak 108.600
kasus HIV dan 43.667 kasus AIDS, dan jumlah kematian penderita AIDS sebanyak
8.340 orang .Menurut Prof. Dr. Herdiman Theodorus Pohan (Guru Besar Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Penyebab meninggalnya penderita
AIDS yaitu infeksi oportunistik dan bukan karena HIV itu sendiri.Menurutnya infeksi
oportunistik didefinisikan sebagai suatu infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan
tubuh. Infeksi ini dicetuskan oleh mikroba ataupun karena reaktivasi infeksi laten, yang
dalam keadaan normal terkendali oleh sistem kekebalan tubuh.
Kehadiran HIV di dalam tubuh pada awalnya tidak menunjukan gejala apapun. Namun,
lambat laun virus ini menggerogoti sistem imun sampai akhirnya bermanifestasi klinis.
Gambaran klinis penderita AIDS sangat bervariasi, dari gambaran klinis ringan hingga
berat yang berpotensi menyebabkan kematian. Penderita AIDS dapat mengalami infeksi
oportunistik ataupun mengalami keganasan/neoplasma seperti sarkoma kaposi atau
limfoma yang berujung kematian. Infeksi oportunistik menyebabkan kematian pada lebih
dari 90 persen Odha.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Infeksi Oportunistik?
1.2.2 Apakah penyebab Infeksi Oportunistik?
1.2.3 Bagaimana tanda dan gejala Infeksi Oportunistik?

1
1.2.4 Bagaimana jenis-jenis terjadinya Penyakit Oportunistik?
1.2.5 Bagaimana Penatalaksanaan Infeksi Oportunistik?
1.2.6 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien ODHA dengan Infeksi
Oportunistik?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Infeksi Oportunistik pada pasien ODHA.
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab Infeksi Oportunistik pada pasien ODHA.
1.3.3 Untuk mengetahui tanda dan gejala Infeksi Oportunistik pada pasien ODHA.
1.3.4 Untuk mengetahui jenis-jenis Infekssi Oportunistik pada pasien ODHA.
1.3.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan Infeksi Oportunistik pada pasien ODHA.
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien
ODHA dengan Infeksi Oportunistik.

1.4 MANFAAT
Dengan mempelajari Konsep Asuhan Keperawatan Pasien ODHA dengan Infeksi
Oportunistik diharapkan mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang Konsep
Asuhan Keperawatan Pasien ODHA dengan Infeksi Oportunistik dengan baik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Infeksi Oportunistik adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh organisme yang tidak
menimbulkan penyakit pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal. Infeksi
yang mengambil kesempatan dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan disebut
“oportunistik”. Istilah “infeksi oportunistik” sering kali disingkat menjadi “IO”.

Infeksi oportunistik adalah infeksi yang muncul akibat lemahnya system pertahanan
tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain. Pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya masih baik infeksi ini mungkin tidak berbahaya, namun pada orang yang kekebalan
tubuhnya lemah (HIV/AIDS). Infeksi oportunistik bisa menyebabkan kematian, banyak
penderita dengan HIV pertama terdiagnosa setelah penurunan imunitasnya lanjut dan
memperlihatkan penyakit oportunistik. Pada umumnya kematian pada orang dengan
HIV/AIDS(ODHA) disebabkan oleh infeksi oportunistik sehingga IO perlu dikenal dan
diobati. Daftar penyakit yang digolongkan dalam infeksi oportunistik ditetapkan oleh CDC
(center of disease control), infeksi oportunistik dapat terjadi pada CD4 <200 maupun CD4
>200.Infeksi oportunistik yang paling lazim pada pasien AIDS adalah sebgai berikut :

1. Protozoa : Toxoplasma gondii, Isospora belli, Cryptosporidium.


2. Jamur : Candida albicans Cryptococcus neoformans, coccidioides immitis,
Histoplasma capsulatum, pneumocystis caranii (sebelumnya diklasifikasikan sebgai
protozoa).
3. Bakteri : Mycobacterium aviumintra cellulare,Mycobacterium tuberculosis,
Listeriamonocytogenes, Nocardia asteroids, salmonella, streptococcus.
4. Virus : Sitomegalovirus, virus herpes simpleks, virus verisela-zoster, adenovirus,
papovavirus JC manusia, virus hepatitis B.

3
2.2 ETIOLOGI

Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat
menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan
“kesempatan” untuk menginfeksi seseorang (sumber :Wikipedia.org)

Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman – bakteri, protozoa, jamur dan virus. Saat
sistim kekebalan anda bekerja dengan baik, sistim tersebut mampu mengendalikan kuman-
kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau oleh beberapa
jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai lagi dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan.

Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengalami IO jika sistem kekebalannya rusak.
Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker dapat menekan sistem
kekebalan. Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker dapat mengalami IO. HIV
memperlemah sistem kekebalan, sehingga IO dapat berkembang. Jika seseorang terinfeksi
HIV dan mengalami IO, orang itu mungkin AIDS.

2.3 PATOFISIOLOGI
HIV tergolong dalam retro virus ini menyebabkan membawa genetic dalam RNA (
Ribonukleat acid) bukan DNA ( Deoxiribonukleat acid). Virions HIV( partikel virus yang
lengkap dibungkus oleh selubung pelindung ) mengandung RNA dalam inti bentuk peluru
yang terpancing dimana P24 merupakan komplikasi structural utama . Tombd(knod) yang
menonjol lewat dinding virus terdiri dari protein gp120 yang terkait pada procing p41. bagian
yang secara selektif berkaitan dengan sel CD4 positif (D4 + ) adalah gp 120 dari HIV. Sel
Cd4 mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper ( yang dinamakan sel CD4 kalau
dikaitkan dengan infeksi HIV), limfosit T4 helper merupakan sel terbanyak, sesudah terikat
dengan membrane sel T4 helper HIV akan menginjeksikan dua utas bengan RNA yang
identik kedalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim reverse transcriptase HIV
melakukan pemograman ulang materi genetic sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-
strandet DNA ( DNA utas gonad. DNA akan disatukan ke nukleus T4 sebagai sebuah pro
virus dan terjadi infeksi permanent siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel
yang terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dilaksanakan antigen, mitogen sitokin

4
CTNF alfa atau interleukin V atau produk gen virus seperti : cytomegalovirus (Cm V ),
epsten Bam Virus, Herpes simplek atau hepatic, akibatnya sel T4 yang terinfeksi diaktifkan,
replikasi serta pembentukan tunas HIV terjadi sel T4 dapt dihancurkan HIV baru dibentuk
dan dilepaskan dari darah dan menginfeksi sel Cd4+ lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung persisiten dan tidak
mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel ini menjadi reservoir HIV sehingga
virus dapat bersembunyi dan sisitem imun yang terangkut ke seluruh tubuh lewat system ini
dan menginfeksi jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan ini mengandung molekul CD4 +
yang lain. Siitem imun pada infeksi HIV lebih aktif dari yang diperkirakan sebelumnya dan
terproduksikan sebesar 2 milyar limfosit CD4+ yang lain. Keseluruhan populasi sel Cd4+
perifer akan mengalami pergantian ( turn over) tiap 15 hari sekali.
Kecepatan produksi HIV terkait dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi
tersebut jika orang tersebut tidak sedang terperangi melawan infeksi HIV lain, reproduksi
HIV akan alambat. Reproduksi HIV akan dipercepat kalau penderita sedang menghadapi
infeksi lain/ system imun terstimulasi. Reaksi ini dapat menjelaskan periode laten yang
diperlihatkan sebagian penderita yang terinfeksi HIV simtomatik 10 tahun sesudah terinfeksi.
Dalam respon imun, limfosit T4 berperan penting mengenali antigen asing mengaktifkan
limfosit B yang memproduksi antibody, menstimulasi limfosit sitotoksik, memproduksi
limfokin pertahanan tubuh terhadap infeksi, T4 terganggu mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit akan berkesempatan menginvasi dan menyebabakan sakit seirus.
Injeksi dan melignasi timbul akibat gangguan system imun ( infeksi oportunistik ).

2.4 KLASIFIKASI
a. Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pneumocystis pneumonia (PCP) adalah suatu bentuk pneumonia yang
disebabkan oleh ragi (yeast) Pneumocystis jirovecii. Kondisi penyakit PCP yang
disebabkan oleh P. jirovecii ini relatif jarang terjadi pada masyarakat dengan sistem
kekebalan normal, tetapi umum terjadi di kalangan orang-orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah
PCP disebabkan oleh jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap orang.
Dahulu jamur tersebut disebut Pneumocystis carinii, tetapi para ilmuwan sekarang
memakai nama Pneumocystis jiroveci, namun penyakit masih disingkatkan sebagai
PCP. Sistem kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Namun, PCP

5
menyebabkan penyakit pada orang dewasa dan anak dengan sistem kekebalan yang
lemah.
Gejala PCP yaitu demam, batuk tidak produktif (karena dahak terlalu kental),
sesak nafas (perlu pengerahan tenaga untuk bernapas dibanding biasanya), kehilangan
berat badan, dan sering berkeringat malam. Biasanya tidak terdapat dahak dalam
jumlah besar pada pasien PCP kecuali pasien yang memiliki tambahan infeksi bakteri.
Jamur dapat menginfeksi organ dalam seperti hati, limpa dan ginjal, namun hanya
dalam kasus minoritas.
Pathophysiology dari Pneumunia Pneumocystis adalah risiko radang paru-paru
karena Pneumocystis jirovecii meningkat bila tingkat sel CD4 positif kurang dari 200
sel / μl. Pada individu yang immunosuppressed (imun tertekan) manifestasi dari
infeksi sangat variatif. Penyakit menyerang usus kecil, dan jaringan serat paru-paru
(sehingga oksigen kurang mampu membaur ke dalam darah, yang mengarah ke
Hypoxia – karbon dioksida (CO2) terikat sehingga menyebabkan kesulitan bernafas).
b. Tuberkulosis
Merupakan suatu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sangat
menular dan disebabkan oleh basil Mikobakterium Tuberkulosis.Mikobanterium tipe
humanus dan bovines adalah mikobakterium yang paling banyak menyebabkan
penyakit tuberculosis.Penularan penyakit ini melalui inhalasi basil yang mengandung
droplet muclei, khususnya yang didapat dari pasien dengan TB parudenganbatuk
berdarah atau berdahak yang mengandung BTA posistif.
Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis.
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2 jam, tergantung
pada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Suasana lembab
dan gelap kuman dapat tahan berhari– hari sampai berbulan–bulan. Bila partikel ini
terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel pada jalan nafas atau paru–paru.
Tanda – tanda klinis dari penderita tuberkulosis paru yaitu batuk/ batuh darah,
demam, sesak nafas, nyeri dada dan malaise
c. Diare
Buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah padat dimana
kandungan air lebih banyak daripada biasanya, berat 200 gram, dan frekuensi lebih
dari tiga kali per hari. 1 Pada pasien HIV, diare dapat menyebabkan morbiditas yang

6
berpengaruh terhadap penurunan kualitas kehidupan. Diare dapat disebabkan oleh
amur, virus, bakteri dan parasit.
Toksin yang dihasilkan bakteri non-invasif menyebabkan kegiatan berlebihan
nikotinamid adenie dinukleotid (NAD) sehingga meningkatkan siklik AMP (cAMP)
dalam sel. Pada akhirnya, sel menyekskresikan aktif anion klorida ke dalam lumen
usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kalium, dan natrium. Pompa natrium sendiri
tidak terganggu sehingga absorpsi ion natrium dapat dikompensasi dengan pemberian
larutan glukosa. Diare sekretorik yang terjadi ditandai dengan meningkatnya sekresi
air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi, dan volume tinja banyak sekali.
Meskipun dilakukan puasa makan dan minum, diare akan tetap berlangsung.1
Sedangkan diare yang disebabkan oleh jamur seperti kandida, mekanismenya belum
diketahui.
d. Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang dengan
HIV.Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut kandida.
Jamurini, semacam ragi, ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistim kekebalan
tubuhyang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan
penyakitpada mulut, tenggorokan dan vagina. Infeksi oportunistik ini dapat terjadi
beberapabulan atau tahun sebelum infeksi oportunistik lain yang lebih berat.
e. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal,
gatal-gatal dan siare.

2.5 MANISTASI KLINIS


Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan
7
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan
ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan
suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda
dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit
kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh pemeriksa
kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita
AIDS. Ada beberapa klasifikasi tanda/keadaan klinis seseorang dikatakan menderita AIDS
yaitu :
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C yaitu :
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty )
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang
menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap
terapi
c. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
8
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
g. Idiopatik Trombositopenik Purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii.
3. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
a. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
b. Kanker serviks inpasif
c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner
e. Kriptosporidosis internal kronis
f. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
g. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
h. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
i. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
j. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
k. Isoproasis intestinal yang kronis
l. Sarkoma Kaposi
m. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
n. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
o. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
p. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
q. Pneumonia Pneumocystic Cranii
r. Pneumonia Rekuren
s. Leukoenselophaty multifokal progresiva
t. Septikemia salmonella yang rekuren
u. Toksoplamosis otak
v. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

9
2.6 PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang
tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :


1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk
pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD 4 dapat larut
10
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan
terapi AIDS.
a. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.
b. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya
terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
a. Serologis
1. Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif,
tapi bukan merupakan diagnose
2. Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
4. Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
5. T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke
T4 ) mengindikasikan supresi imun.
6. P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
7. Kadar Ig
11
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
8. Reaksi rantai polymerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
9. Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
b. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
c. Tes Lainnya
1. Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
2. Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
3. Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
4. Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
5. Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
d. Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV. Kurang dari
1% penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV,
dan persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5%
wanita mengandung di perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum
memperoleh bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil
tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan.
Dengan demikian, darah dari para pendonor dan produk darah yang digunakan untuk
pengobatan dan penelitian medis, harus selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot,
dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah
kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya
antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang
dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk
mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk
12
mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan
untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat
terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk
diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

2) Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

3) Terapi Antiviral Baru


Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-
obat ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD 4 dapat larut
e. Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
a. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.
b. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
13
2.8 ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Keluhan :
Pasien datang dapat dengan keluhan yang berbeda-beda antara lain demam
atau diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan.
Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari BB dasar.
Keluhanlain bergantung dari penyakit yang menyertainya, seperti:
a. Kulit: kulit kering yang luas, terdapat kutil di genital.
b. Infeksi:
1. Jamur, seperti kandidiasis oral, dermatitis seboroik atau kandidiasis vagina
berulang.
2. Virus, seperti herpes zoster berulang atau lebih dari satu dermatom, herpes
genital berulang, moluskum kontagiosum, kondiloma.
3. Gangguan napas, seperti tuberculosis, batuk >1 bulan, sesak napas,
pneumonia berulang, sinusitis kronis
4. Gejala neurologis, seperti nyeri kepala yang semakin parah dan tidak jelas
penyebabnya, kejang demam, menurunnya fungsi kognitif.
Pengkajian umum :
a. Aktivitas/istirahat
- Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
- Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas
seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.
b. Sirkulasi
- Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.
- Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,
pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
c. Integritas ego
- Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan,
gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd),
mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, dan depresi.

14
- Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah,
menangis, kontak mata yang kurang.
d. Eliminasi
- Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram
abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
- Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah,
warna, dan karakteristik urine.
e. Makanan/cairan
- Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah.
Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.
- Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif,
turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan
warna, edema.
f. Hygiene
- Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
- Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak
atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
g. Neurosensori
- Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan
ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/
konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman
penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan
paling awal).
- Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai
demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi
psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas,
harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan
otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
h. Nyeri/kenyamanan
- Gejala : nyeri umu /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada
pleuritis.

15
- Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan
rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan
- Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari
sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak
pada dada.
- Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas
adventius. Sputum :kuning
j. Keamanan
- Gejala : riwayat jath, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya.
Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit
defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah,
peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
- Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi
memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka
perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area
tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
k. Seksualitas
- Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
yang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual yang
tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan
hubungan seks, penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil
pencegah kehamilan.
- Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis.
Kutil, herpes)
l. Interaksi social
- Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang
terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain,
takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan
untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.

16
- Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak
terorganisasi.
m. Penyuluhan/pembelajaran
- Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko
tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-
obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol.
- Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-
obatan/tindakan,perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja
makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

II. DIAGNOS KEPERAWATAN


a. RESTI infeksi berhubungan dengan respon imunitas yang berkurang ( Immuno
supresi).
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara pencegahan penularan HIV.
c. Isolasi social berhubungan dengan mudahnya transmisi atau proses penularan
penyakit.
d. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan
intestinal
e. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak
seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - Pantau - Deteksi dini
infeksi keperawatan, infeksi bisa adanya infeksi ( terhadap infeksi
berhubungan pada klien bisa diatasi demam, menggigil, penting untuk
dengan dengan kriteria hasil : diaporesis, batuk, melakukan tindakan
respon - Tidak ada demam nafas pendek, segera . infeksi lama
imunitas dan bebas dari pengeluaran / nyeri oral atau dan berulang
yang sekresi purulen dan tanda- nyeri menelan , memperberat

17
berkurang ( tanda lain dari kondisi bercak berwarna kelemahan pasien .
Immuno infeksi. crem dirongga
supresi). - Bisa mencapai masa oral, sering - Esofagitis
penyembuhan luka / lesi. berkemih, disuria, mungkin terjadi
kemerahan, sekunder akibat
bengkak, drainase kandidiasis oral atapun
dari lkua, lesi herpes.
vesicular diwajah, Kriptosporidiosis
bibir, area perianal adalah infeksi parasit
). yang menyebabkan
- Pantau diare encer (seringkali
keluhan nyeri ulu lebih besar dari 15
hati, disfagia, sakit lt/hari.
retrosternal pada - Identifikasi atau
waktu menelan, perawatan awal dari
peningkatan infeksi sekunder dapat
kejang abdominal, mencegah terjadinya
diare hebat. sepsis.
- berikan deteksi
dini terhsadap infeksi.
- Periksa
adanya luka atau
lokasi alat invasif,
perhatikan tanda-
tanda
inflamasi/infeksi
lokal.
- Ajarkan
pasien atau
pemberi perawatan
tentang perlunya
melaporkan
kemungkinan

18
infeksi .
2 Kurang Setelah dilakukan tindakan - Instruksikan - Pngetahuan
pengetahuan keperawatan. Klien pasien, keluarga, tentang penularan
berhubungan diharapkan bisa mengetahui teman, tentang rute penyakit membantu
dengan cara bagaimana pencegahan penularan HIV. mencegah penyabaran
pencegahan penularan HIV, dan juga penyakit, dan
penularan pasien bisa memulai mencegah rasa takut.
HIV, dan perubahan gaya hidup yang - Memberikan
kebutuhan perlu, dan ikut serta dalam pasien peningkatan
pengobatan. aturan perawatan. - Berikan kontrol, atau
informasi mengurangi risiko rasa
penatalaksanaan malu dan
gejala yang meningkatkan
melengkapi aturan kenyamanan.
medis, misal pada - Merangsang
diare intermiten pelepasan endorfin
gunakan lomotil pada otak,
sebelum pergi meningkatkan rasa
kekegiatan sosial. sejahtera
- Memberi
- Dorong kesempatan untuk
aktivitas atau mengubah aturan
latihan pada untuk memenuhi
tingkat yang dapat kebutuhan perubahan
ditoleransi pasien. individual.
- Mencegah atau
- Tekankan mengurangi
perlunya kepenatan,
melanjutkan meningkatkan
perawatan kemampuan
kesehatan dan
evaluasi.
- Tekankan

19
pentingnya
istirahat yang
adekuat
3 Isolasi social Setelah dilakukan tindakan - Kaji pola - menetapkan
berhubungan keperawatan Klien bisa interaksi social dasar untuk intervensi
dengan menunjukkan peningkatan yang lazim. individual.
mudahnya perasaan harga diri dan - Membantu
transmisi berpartisifasi dalam - Dorong memamntapkan
atau proses aktivitas atau program pada adanya hubungan partisifasi pada
penularan tingkat kemampuan/hasrat. yang aktif dengan hubungan sosial.
penyakit. orang terdekat Dapat mengurangi
kemungkinan upaya
bunuh diri.
- Indikasi bahwa
putus asa dan ide
untuk bunuh diri
- Waspadai sering muncul ; ketika
gejala-gejala tanda-tanda ini
verbal/nonverbal, diketahui oleh pemberi
misalnya menarik perawatan, pasien
diri, putus asa, umumnya ingin bicara
perasaan kesepian. mengenai perasaan
Tanyakan kepada ingin bunuh diri,
klien apakah terisolasi dan putus
pernah berfikir asa.
untuk bunuh diri.

4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan - Kaji - Lesi mulut,


pemenuhan keperawatan, kekurangan kemampuan tenggorok dan
nutrisi nutrisi pada klien bisa untuk esophagus dapat
kurang dari diatasi dengan kriteria hasil mengunyah, menyebabkan
kebutuhan : perasakan dan disfagia,
berhubungan a. Albumin serum menelan penurunan

20
dengan nafsu b. Pre albumin serum kemampuan pasien
c. Hematokrit untuk mengolah
d. Hemoglobin makanan dan
e. Total iron binding - Auskultasi mengurangi
f. capacity bising usus keinginan untuk
g. Jumlah limfosit makan.
- Hopermotilitas
saluran intestinal
- Rencanakan umum terjadi dan
diet dihubungkan
dengan muntah
dan diare
- Melibatkan orang
terdekat dalam
- Batasi rencana member
makanan yang perasaan control
menyebabkan lingkungan dan
mual atau mungkin
muntah meningkatkan
- Tinjau ulang pemasukan.
pemerikasaan - Tindakan ini akan
laboratorium berguna untuk
meningkatakan
- Berikan obat pemasukan
anti emetic makanan.
misalnya - Mengindikasikan
metokloprami status nutrisi dan
d. fungsi organ, dan
mengidentifikasi
kebutuhan
pengganti.
- Mengurangi
insiden muntah

21
dan meningkatkan
fungsi gaster
5 Bersihan Setelah diberikan asuhan - Catat kecepatan - Takipnea, sianosis,
jalan nafas keperawatan diharapkan pernafasan tidak dapat
tidak efektif bersihan jalan nafas dapat beristirahat, dan
berhubungan diatasi dengan kriteria hasil peningkatan nafas,
dengan : menuncukkan
adanya secret a. Mendemonstrasika kesulitan
yang b. batuk efektif dan - Tinggikan pernafasan dan
mengental c. suara nafas yang kepala tempat adanya kebutuhan
bersih,tidak ada sianosis tidur untuk
dan dyspneu - Berikan meningkatkan
d. Menunjukkan tambahan O2 pengawasan atau
jalan nafas yang paten intervensi medis
e. - Meningkatkan
Mampu mengidentifikasikan fungsi pernafasan
dan mencegah faktor yang yang optimal dan
mengurangi
aspirasi

- Mempertahankan
oksigenasi efektif
untuk mencegah
atau memperbaiki
krisis pernafasan
6 Resikotinggi Setelah diberikan asuhan - Pantau - Mempertahankan
kekurangan keperawatan diharapkan pemasukan keseimbangan
volume pasien dapat oral dan cairan, mengurangi
cairan - mempertahankan hidrasi pemasukan rasa haus dan
dibuktikan oleh cairan melembabkan
membrane mukosa - Kaji turgor membrane mukosa.
lembab kulit,
- turgor kulit baik membrane

22
- tanda-tanda vital baik mukosa dan - Indicator tidak
- keluaran urine adekuat rasa haus langsung dari status
secara pribadi. cairan.

IV. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan integritas kulit.
2. Mendapatkan kembali kebiasaan defekasi yang normal.
3. Tidak mengalami infeksi.
4. Mempertahankan tingkat toleransi yang memadai terhadap aktivitas.
5. Mempertahankan tingkat proses berpikir yang lazim.
6. Mempertahankan klirens saluran napas yang efektif.
7. Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri.
8. Mempertahankan status nutrisi yang memadai.
9. Mengalami pengurangan perasaan terisolir dari pergaulan social.
10. Melewati proses kesedihan/dukacita.
11. Melaporkan peningkatan pemahaman tentang penyakit AIDS serta turut berpartisipasi
sebanyak mungkin dalam kegiatan keperawatan mandiri.tidak adanya komplikasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius


Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses –
Proses Penyakit . Jakarta : EGC
M. Clevo Rendi, Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. Dr. M.Nurs. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika.
www.medicastore.com. diakses tanggal 9 September
http://www.caaip.net/v3/view-article-22-59.html. diakses tanggal 9 September
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS . diakses tanggal 9 September
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/adakah_obat_untuk_hivaids_saat_ini/.
diakses tanggal 9 September
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf. diakses tanggal 9 September
2016
http://144penyakit.blogspot.co.id/2014/04/hivaids-tanpa-komplikasi.html. Diakses pada
tanggal 9 September 2016.

24

Anda mungkin juga menyukai