Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya


kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Oleh
karena itu, dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan kualitas
pendidikannya. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui
proses pembelajaran di sekolah. Kegiatan belajar mengajar memiliki peranan
yang sangat penting agar pendidikan dapat berjalan dengan baik. Ada beberapa
komponen dalam belajar mengajar yang saling mempengaruhi dalam upaya
menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, seperti tujuan
pembelajaran, bahan ajar, metode pembelajaran, dan sebagainya.

Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari kemampuan yang


dimiliki oleh siswa diantaranya kemampuan penalaran. Kemampuan penalaran
merupakan kegiatan, proses, atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu
kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar. Penalaran juga
dapat diartikan sebagai aktivitas berpikir yang abstrak. Untuk mewujudkannya
diperlukan simbol. Simbol yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud dari penalaran berupa argumen.

Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat mengajak siswa untuk
mengasah kemampuan penalarannya adalah matematika. Menurut Asep Jihad
(2008:152) matematika dapat diartikan sebagai telaahan tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat,
karenanya matematika bukan pengetahuan yang menyendiri, tetapi keberadaannya
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi dan alam. Salah satu ciri khusus matematika diantaranya adalah sifatnya
yang menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan
aksiomatik (Asep Jihad, 2008: 157).
Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 (tentang standar isi) menyatakan
bahwa tujuan dari mata pelajaran matematika adalah agar siswa mampu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Kemampuan penalaran harus dimiliki oleh siswa dalam belajar
matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu yang diperoleh dengan
bernalar, tetapi juga karena salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah
agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Siswa dikatakan mampu
melakukan penalaran matematika bila ia mampu menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matemtika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Dalam
hal ini, menurut penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas
Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor
diuraikan bahwa indikator siswa yang memiliki kemampuan dalam penalaran
matematika adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan dugaan
2. Melakukan manipulasi matematika
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan
5. Memeriksa kesahihan suatu argumen
6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMP Ma’arif NU 4
Bantarkawung diketahui bahwa kemampuan penalaran yang dimiliki siswa di
SMP tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya siswa yang
mampu mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika, memberikan
alasan atas jawabannya, dan menarik kesimpulan dari suatu permasalahan
matematika yang diberikan. Selain itu perhatian dan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses belajar matematika masih kurang. Hal tersebut didasarkan pada
gaya belajar masing-masing siswa yang berbeda.
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap,
kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar terbagi menjadi 2
macam yaitu gaya belajar dependen dan gaya belajar independen. Gaya belajar
dependen merupakan gaya belajar siswa yang mau memulai belajar apabila ada
pengaruh atau perintah dari orang lain (orangtua/guru) sedangkan gaya belajar
independen merupakan gaya belajar yang dilakukan secara mandiri, tanpa harus
dipaksa orang lain. Sesuai dengan gaya belajar dependen diperoleh kemampuan
penalaran siswa yang berdampak pada kepatuhan terhadap perintah atau akan
melahirkan budaya otoriter. Sedangkan independen berdampak pada sikap siswa
yang lebih mandiri, lebih cekatan, tidak mudah terpengaruh dan mudah
menyimpulkan suatu penyelesaian masalah.
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Berdasarkan Gaya Belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan penalaran matematis siswa berdasarkan gaya
belajar?
2. Bagaimana identifikasi indikator kemampuan penalaran matematis siswa
berdasarkan gaya belajar?
DAFTAR PUSTAKA

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11
November 2004 tentang rapor.
Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 (tentang standar isi).

Anda mungkin juga menyukai