Anda di halaman 1dari 2

8.

DISPLASIA

Adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan perkembangan sel dan jaringan yang tidak
normal dan mengalami kemunduran. Istilah ini sering digunakan pada bidang onkologi, yaitu ilmu
mengenai penyakit keganasan atau kanker. Displasia sering kali merupakan awal mula dari
pertumbuhan kanker. Pada beberapa jenis kanker, displasia digolongkan sebagai kanker in situ,
artinya sel atau jaringan tersebut sudah memiliki sifat kanker tetapi pertumbuhannya masih
terbatas pada lokasi sel atau jaringan asal. Sel kanker belum meluas atau menyebar ke jaringan
dan organ lain.

Dengan ciri khas:


1. Hilangnya orientasi sel, sel berubah bentuk dan ukurannya, ukuran dan bentuk intinya
berubah, hiperkormatik, dan gambaran mitosis lebih banyak dari pada normal.
2. Displasia tidak selalu berubah menjadi tumor ganas jika penybebabnya disingkirkan.
3. Sifat displasia umumnya tidak menetap.

Pada jaringan sel yang normal, sebagian besar sel merupakan sel matur atau sel dewasa dan
hanya sebagian yang merupakan sel muda. Pada jaringan yang mengalami displasia, sel-sel muda
ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak, sedangkan sel dewasanya didapat dalam proporsi
yang lebih kecil.

Sebagai contoh adalah penyakit displasia sel leher rahim. Displasia dinding leher rahim dapat
diperiksa dengan pap smear. Di bawah mikroskop akan tampak banyaknya sel-sel muda. Jika hal
ini terjadi, maka pasien harus segera mendapat tindakan, jika dibiarkan displasia tersebut dapat
segera menjadi kanker leher rahim. Itilah displasia sering tertukar dengan metaplasia. Metaplasia
adalah kondisi dimana jaringan dewasa pada suatu organ tergantikan oleh jaringan dewasa lainnya
yang bukan berasal dari tempat tersebut.

Penyebab dysplasia:
1. Genetika atau faktor keturunan. Pada beberapa orang dengan riwayat orang tua mengidap
kanker, jaringan tubuhnya lebih rentan mengalami displasia;
2. Radikal bebas yang banyak ditemui pada asap rokok, polusi udara, makanan cepat saji;
3. Zat kimia, seperti pengawet makanan;
4. Radiasi, seperti radiasi sinar rotgen, radiaso ultraviolet;
5. Logam berat;
6. Bahan radioaktif;
7. Kondisi infeksi atau peradangan yang kronis;
8. Kurangnya beberapa jenis hormon yang mengatur keseimbangan fungsi tubuh.

Gejala dysplasia:
Pada displasia ini diketahui tak bergejala. Tak ada gejala apapun yang ditimbulkan oleh
displasia dan ini karena displasia sendiri memerlukan pengamatan laboratorium pada tingkat
jaringan yang masih terbilang baru. Biasanya, untuk mengetahui kondisi displasia pada seseorang
diperlukan metode pengamatan secara mikroskopis agar didapatkan hasil yang jelas. Gejala tak
dirasakan pada umumnya oleh orang-orang pada tingkat individu. Maka dari itu, banyak kasus di
mana kemudian displasia berkembang menjadi kanker karena tak terdeteksi; barulah setelah
berkembang menjadi kanker, gejala pun timbul.
Displasia dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
A. Displasia ringan : dysplasia hanya terjadi pada 1/3 bagian lapisan basal
B. Displasia sedang : perubahan sudah meliputi 1/2 sampai 2/3 ketebalan lapisan epitel dan
ditemukan pleomorfi inti sel, mitosis meningkat dan sel epidermis yang mengalami keratinisasi
(proses dimana sel2 epidermis menjadi lebih dewasa) lebih awal (diskeratosis)
C. Displasia berat : displasia sudah meluas ke seluruh ketebalan lapisan epitel (poliferasi epitel)
Displasia berat dapat berkembang menjadi:
 Karsinoma : tumor ganas yang terdapat pada sel epitel, bersifat irreversible
 Sarkoma : tumor ganas yang terdapat pada jaringan ikatdan bersifat irreversible juga.

Pada skenario di atas, Bapak tersebut menderita Ameloblastoma yang merupakan tumor jinak,
tetapi karena sifat invasinya, bila penyakit ini tidak segera dilakukan tindakan pengobatan yang
serius akan menjadi tumor ganas, dan menyebabkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai