Anda di halaman 1dari 2

Nama: Annisa Nur Diana

Kelas: XII MIA 1

Esay Sastra

Penyair dan Karyanya yang (Tak) Masuk Dalam Pembelajaran


Oleh: Made Shelly

Syair adalah salah satu jenis sastra yang tak banyak orang dapat membuatnya dengan apik. Syair
merupakan salah satu jenis bentuk sastra yang terkadang isinya diambil dari realitas kehidupan
manusia sehari-hari. Sajak, syair, maupun puisi merupakan suatu imajinasi dari penulisnya yang
kemudian dituangkan ke dalam kata-kata. Tidak jarang juga isi dari sastra itu sendiri berasal dari
curahan hati atau perasaan dari si penulisnya sendiri. Karya sastra tidak hanya dinikmati untuk
dibaca, melainkan juga untuk bahan pelajaran di sekolah. hal itu penting karena dengan mengenal
sastra, anak-anak atau generasi sekarang akan lebih mengenal sejarah dan menyingkapi
permasalahan-permasalahan yang terjadi dengan cara yang menarik.

Namun, untuk sepuluh tahun terakhir ini tidak banyak penyair yang dikenal oleh masyarakat atau
generasi sekarang ini. Sekarang ini, tak banyak materi pembelajaran yang dikaitkan dengan sastra
Indonesia. Generasi muda lebih banyak dikenalkan dengan pembelajaran prosa dan hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti surat, mendeskrisikan, mengobservasi, dan lain-
lain. Dari berbagai materi pembelajaran, hanya materi biografi yang masih dapat dikaitkan dengan
pengarang dan karya-karyanya. Tujuan dari pembelajaran sastra sangat baik untuk generasi muda.
Anak akan menjadi mengerti cara lain dalam mengekspresikan pikirannya, perasaannya, dan
tindakan-tindakannya. Selain itu, anak akan dapat menghargai setiap karya yang diciptakan
oranglain. Dalam sejarah, penyair sangat penting dalam sejarah Indonesia itu sendiri.

Ada baiknya pembelajaran sastra lebih ditekankan lagi untuk generasi muda saat ini. Hal itu untuk
mengajarkan anak menghargai setiap karya yang dihasilkan oleh orang lain. pembelajaran sastra
dapat membantu anak dalam mengekspresikan apapun yang anak rasakan. Melihat fenomena
dalam masyarakat dengan sudut pandang yang berbeda. Selain itu, pembelajaran dapat juga
membantu anak dalam menambah kosa kata. Tidak hanya itu, dengan pembelajaran sastra kita
juga dapat mengenalkan anak tentang pilihan kata atau diksi untuk mengungkapkan maksud dari
perkataan kita. Diksi membantu anak dalam memilih kata yang tepat agar masih dalam kondisi
sopan dan santun.

Jika sastra lebih banyak dimasukan dalam kurikulum pembelajaran akan membantu guru dalam
mengasah anak dalam pemilihan kata dan cara mengahargai karya oranglain. Sehinga, karya-karya
dari semua pengarang akan berguna, tetap dikenang, dan yang pasti dikenal oleh seluruh generasi
muda saat ini. Dengan demikian, generasi yang santun dan saling menghargai pun akan dimiliki
oleh Indonesia dengan cara yang sederhana. Cara sederhana tersebut adalah menyelipkan pelajaran
sastra dalam kurikulum dan dalam pelajaran Bahasa Indonesia disemua tingkatan mulai dari
tingkat SD sampai dengan SMA.
KRITIK SATRA TERHADAP NOVEL “LASKAR PELANGI”
KARYA ANDREA HIRATA

Berikut penilaian baik atau buruk novel berdasarkan pertimbangan teori cerkan.

1. Tokoh
Tokoh yang ada di dalamnya tampak berlebihan. Pembaca merasa janggal ketika tokoh Lintang
digambarkan dengan kepintarannya yang ‘wah’, sehingga menimbulkan pertanyaan darimana
Lintang memperoleh kepintaran tersebut, sementara ia adalah seorang anak pesisr yang
sebelumnya tidak pernah belajar.

2. Penokohan
Penokohan dalam kisah ini lemah dan datar. Tidak ada kontradiksi-kontradiksi yang terjadi yang
memicu perubahan tokohnya

3. Alur
Secara kualitatif kisah ini mempunyai alur yang longgar. Ceritanya bertele-tele, sehingga pembaca
merasa bosan dengan penceritaannya yang terlalu panjang. Sedangkan kuantitatifnya, kisah ini
beralur ganda.

4. Pengaluran
Alur pada novel ini rumit, tanpa arah.

5. Latar dan Pelataran


Latar atau setting waktu kabur. Kisah ini mengambil rentang waktu yang cukup panjang. Penulis
kurang bisa membantu pembaca untuk mengetahui penggal waktu yang tepat untuk tiap peristiwa.

6. Pusat pengisahan
Pusat pengisahan dalam novel ini adalah orang pertama sebagai pelaku utama.

7. Tema
Yang membuat novel ini menarik adalah karena penulis mengangkat tema tentang masalah
pendidikan di Indonesia yang tidak merata. Tentang perjuangan anak-anak Laskar Pelangi dalam
menggapai cita-cita. Hal ini dapat memotivasi setiap pembaca agar tidak mudah menyerah dalam
meraih mimpi.

8. Amanat
Novel ini mempunyai banyak amanat. Seperti pendidikan sangatlah penting untuk siapapun dan
apapun seperti Lintang dan teman-temannya yang rela mengayuh sepeda berkilo-kilo meter hanya
untuk mengejar pendidikan. Amanat lainnya yaitu janganlah membeda-bedakan teman, seperti
Laskar Pelangi yang berisi sepuluh orang anak yang sangat berbeda baik dalam sifat, kepintaran,
dan materi. Menurut saya, novel ini juga ingin mengajari kita bahwa walau orang itu pintar belum
tentu masa depannya akan cemerlang. Seperti Lintang yang sangat pintar sekali dalam bidang
akedemis ternyata hanya menjadi sopir truk. Sedangkan Syahdan yang tidak mengerti dengan
teknologi berhasil menjadi manager di suatu perusahaan. Dalam kesederhanaan mereka masih bisa
mengukir sebuah prestasi dan semangat pantang menyerah.

Anda mungkin juga menyukai