Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO

PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA JAWA


SISWA KELAS II DI SDN KESATRIAN 1 MALANG

Windi Tri Sasmia1


Widodo Hs.2
Dwi Sulistyorini2
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
Email: sasmia_2801@ymail.com

ABSTRACT: The purpose of this study to provide (1) models of video media
learning the Java language for secon d grade students elementary school , and (2)
models of video media for Java language speaking skill for secon d grade students
elementary school in accordance with the term of the look, content and language.
Procedure used to study the development of procedural models. The result of this
is the resulting model of video media to speaking of learning Java second grade
students in Elementary school, especially in describing the material around the
plants and animals according to characteristics.

Keywords: video media, speaking studying javanes language.

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan (1) model media video
pembelajaran bahasa Jawa untuk siswa kelas II SD, dan (2) model media video
pembelajaran untuk keterampilan berbicara bahasa Jawa kelas II SD yang sesuai
dengan segi tampilan, isi, dan bahasa. Prosedur yang digunakan adalah penelitian
pengembangan dengan model prosedural. Hasil penelitian ini adalah model media
pembelajaran video berbicara bahasa Jawa siswa kelas II SD untuk pembelajaran
mendeskripsikan tumbuhan dan binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya.

Kata kunci: media video, pembelajaran berbicara bahasa Jawa.

Pembelajaran bahasa Jawa di tingkat Sekolah Dasar diterapkan sebagai


pelajaran muatan lokal. Dari hasil penerapan yang dilakukan oleh guru, khususnya
di SDN Kesatrian 1 Malang hasilnya kurang maksimal karena belum adanya
inovasi dalam pembelajaran. Kondisi pembelajaran seperti itu diperkuat oleh
pendapat Suwardi (2006), menyatakan bahwa pembelajaran bahasa dan sastra
Jawa masih dipandang menerapkan metode-metode yang kurang inovatif. Kondisi
tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya kendala ketika proses pembelajaran
berlangsung baik itu dari siswa, guru, maupun fasilitas-fasilitas dan buku
pembelajaran yang kurang menunjang (Nugrahani, 2008:70).
Situasi pembelajaran yang kurang inovatif mengakibatkan pendidik
berlaku sentral, hal itu menyebabkan pembelajaran yang dilaksanakan monoton
dan siswa hanya menggantungkan informasi dari guru saja. Situasi pembelajaran
seperti itu bertentangan dengan pendapat Ahmadi (1990:1), yang menyatakan
bahwa “kegiatan belajar-mengajar (KBM) merupakan kegiatan saling
memberikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan, baik kawasan belajar kognitif, afektif, maupun psikomotor”.

1
Windi Tri Sasmia adalah Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi
Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang 2012.
2
Widodo Hs. Dan Dwi Sulistyorini adalah dosen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas
Negeri Malang.
Pembelajaran bahasa Jawa melalui pendidikan formal di Sekolah Dasar
merupakan sarana pelestarian bahasa Jawa. Keberhasilan pembelajaran ini akan
menentukan eksistensi bahasa Jawa di masa depan. Wibawa (2006:7),
menyatakan ada tiga fungsi pembelajaran bahasa Jawa di sekolah adalah (1)
fungsi komunikatif diarahkan agar siswa menggunakan bahasa Jawa dengan baik
dan benar sebagai alat hubung dalam keluarga dan masyarakat, (2) edukatif
diarahkan agar siswa dapat memperoleh nilai-nilai budaya Jawa untuk keperluan
pembentukan kepribadian dan identitas bangsa, dan (3) kultural agar dapat digali
dan ditanamkan kembali nilai-nilai budaya Jawa sebagai upaya membangun
identitas.
Pengajaran Bahasa Jawa di sekolah perlu didasarkan pada kebutuhan nyata
kehidupan sehari-hari siswa. Materi yang diberikan merupakan materi yang
kontekstual dan otentik, sehingga siswa mampu menemukan hubungan materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Wibawa (2011:12), menyatakan bahwa
“pembelajaran bahasa Jawa hendaknya berlangsung tidak sekedar
dilihat dari hasil, tetapi berupa proses pembelajaran, sehingga akan
terjadi internalisasi nilai-nilai pola pikir siswa. Sistem
pembelajaran bahasa Jawa seperti ini tidak akan memaksa siswa
dengan seperangkat kaidah untuk dimengerti secara kognitif, tetapi
diarahkan untuk pengembangan aspek afektif.”
Untuk mengubah pembelajaran bahasa Jawa yang selama ini masih
dipandang kurang optimal dan inovatif, peran pendidik seyogyanya memberikan
sentuhan inovasi dalam pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat
dilakukan yakni dengan cara memanfaatkan media video yang berisi berbagai
program bahasa, sastra dan budaya daerah (Wibawa, 2011:15). Pengertian video
adalah penayangan ide atau gagasan pada layar televisi. Sesuai asal kata “video”
dalam bahasa latin yang artinya saya melihat (Ibrahim, 2001: 12).Penggunaan
media video sebagai alat bantu pembelajaran tidak terlepas dari tuntutan
perkembangan teknologi dan terbatasnya waktu di dalam kelas. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Supriatna (2009:4), bahwa penggunaan media video dalam
pembelajaran dapat membantu memberikan pengalaman yang bermakna bagi
siswa. Keunggulan dari media video yang bersifat audio visual dapat digunakan
untuk menunjang pembelajaran di kelas.
Keterampilan berbicara bahasa Jawa pada umumnya sama dengan
keterampilan pembelajaran yang lainnya, hanya saja yang membedakan
pemakaian bahasa yang digunakan yakni bahasa Jawa. Keterampilan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan gagasan, dan perasaan (Arsjad dan Mukti, 1988:17).
Adapun faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara antara
lain (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang
sesuai, (3) pilihan kata (diksi), dan (4) ketepatan sasaran pembicara (Arsjad dan
Mukti, 1988:17-19).
Tujuan dari penelitian pengembangan media video berbicara bahasa Jawa
kelas dua SD yakni (1) dihasilkannya model media video pembelajaran bahasa
Jawa untuk siswa kelas II SD sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni KTSP,
(2) terumuskannya cara penggunaan model media video untuk pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Jawa kelas II SD, (3) dihasilkannya model media
video untuk pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan
segi tampilan, isi dan bahasa. Dengan adanya hasil penelitian berupa video
sebagai media pembelajaran, diharapkan dapat mempermudah guru dalam
menyampaikan pembelajaran bahasa Jawa serta menghilangkan rasa kebosanan
siswa dengan menggunakan media pembelajaran yang berbeda.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kesatrian 1 Malang pada tahun ajaran
2011/2012. Penelitian pengembangan ini menggunakan model prosedural. Alasan
penggunaan model tersebut dikarenakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif,
yakni “menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan
suatu produk yang diinginkan” (Tim Puslitjaknov, 2008:8). Penelitian ini
dilakukan hanya sebagian langkah saja, yakni melakukan satu kali uji coba dan
revisi, tidak sampai pada tahap diseminasi dikarenakan pertimbangan keterbatasan
waktu.
Dalam prosedur pengembangan media video ini, terdapat beberapa tahap
kegiatan yang direncanakan yakni. (1) tahap persiapan (pra pengembangan), (2)
tahap merancang, (3) uji kelayakan dan, (4) tahap revisi produk.
Jenis data Jenis data yang digunakan dalam pengembangan ini adalah jenis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk jenis data uji coba media
pembelajaran dari jenis deskriptif kualitatif menghasilkan data verbal. Data
verbal diperoleh dari hasil wawancara dan komentar atau tanggapan ahli media
dan ahli materi tentang wujud hasil pengembangan dan keefektifan penggunaan
media dari hasil pengembangan. Sedangkan jenis kuantitatif diperoleh dari hasil
pembagian instrumen angket tentang tingkat kelayakan isi (materi), penyajian
wujud dan hasil, bahasa, kemenarikan media, kelayakan pengguna media, dan
daya tarik siswa terhadap media video.
Instrumen pengumpulan data terdiri dari dua instrumen yakni instrumen
pengumpulan data pengembangan berupa RPP dan instrumen pengumpulan data
uji coba produk berupa angket atau kuisioner dan pedoman wawancara. Teknik
analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data yang terkumpul. Data
yang diperoleh dari hasil pengisian angket ahli materi dan media, praktisi (guru)
dan siswa dianalisis dengan menggunakan teknik kuantitatif sederhana dengan
menghitung persentase jawaban masing-masing item pertanyaan yang diberikan
kepada responden. Sedangkan data kualitatif yang berupa data verbal diperoleh
dari hasil wawancara berupa saran atau komentar dari ahli materi dan media,
praktisi (guru) serta siswa. Penilaian tersebut akan diolah digunakan sebagai
bahan revisi atau penyempurnaan produk. Rumus yang digunakan dalam
menganalisis data untuk menghitung tanggapan ahli media, ahli materi, praktisi
dan siswa seperti berikut ini (Arikunto, 2006:236).
P= 100%
Keterangan:
P = Persentase yang dicari
x = Jumlah jawaban
xi = Jumlah nilai ideal dalam satu item
100% = Bilangan konstan
Media video yang dikembangkan ini dikatakan berhasil apabila mencapai
nilai minimal 60 %. Dari kriteria pencapaian nilai tersebut media video ini dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar
bahasa Jawa untuk kelas II SD. Tingkat kriteria keberhasilan media audio dapat
disajikan sebagai berikut.
Tabel. 1 Kriteria Keberhasilan Media

Persentase Kriteria
80%-100% Layak
60%-79% Cukup layak
50%-59% Kurang layak
<50% Tidak layak

HASIL
Produk dari pengembangan ini adalah media pembelajaran video
mendeskripsikan tumbuhan dan binatang untuk siswa kelas II SD. hasil produk
yang telah dirancang diuji cobakan melalui dosen ahli materi dan media, praktisi
(guru) serta siswa kelas II SD. Alat yang digunakan untuk uji coba produk ini
yakni angket (pedoman penilaian kelayakan media video)
Uji coba pertama dilakukan oleh dua dosen ahli yakni ahli materi dan ahli
media yang memiliki pengalaman dalam pembelajaran bahasa Jawa. Untuk
pelaksanaan uji coba dilaksanakan dengan cara pengisian angket pengisian
angket. Bagian tersebut terdiri dari enam penyekoran yakni (a) kajian materi
dengan nilai ideal 20 mendapatkan skor 70%, (b)wujud dan hasil produk media
dengan nilai ideal 52 mendapatkan skor 75%, (c) bahasa dengan nilai ideal 16
mendapatkan skor 75%, (d) kemenarikan media nilai idealnya 24 mendapatkan
skor 75%, (e) kelayakan penggunaan media nilai idealnya 12 mendapatkan skor
75%, dan (f) daya tarik siswa terhadap media video dengan nilai ideal 4
mendapatkan skor 100%. Dari keseluruhan total skor yakni 470%, sehingga hasil
akhirnya skor yang diperoleh dari ahli media mendapatkan skor 78,3%.
Pengisian angket yang dilakukan oleh ahli media dengan enam bagian
penyekoran. Bagian tersebut yakni (a) kajian materi dengan nilai ideal 12
mendapatkan skor 50%, (b)wujud dan hasil produk media nilai ideal 56
mendapatkan skor 64,3%, (c) bahasa nilai ideal 12 mendapatkan skor 41,7%, (d)
kemenarikan media nilai ideal 64 mendapatkan skor 56,25%, (e) kelayakan
penggunaan media nilai idealnya 12 mendapatkan skor 66,7%, dan (f) daya tarik
siswa terhadap media video nilai idealnya 4 mendapatkan skor 100%. Dari
keseluruhan total skor yakni 379% hasil skor akhir yang didapat yakni 63,2%.
Hasil penyekoran dari dua ahli dijumlahkan dan dibagi menjadi dua,
sehingga skor akhir yang diperoleh dari uji coba pertama adalah 70,75%.
Berdasarkan data verbal berupa saran yang diberikan oleh dosen ahli ada beberapa
bagian yang harus direvisi oleh peneliti guna mendapatkan produk media
pembelajaran yang lebih maksimal dan sesuai dengan sasaran pengguna produk.
Bagian yang perlu direvisi antara lain instruksi, penyesuaian teks atau tulisan,
bahasa yang masih tercampur dengan bahasa Indonesia perlu diganti, durasi
waktu, pemilihan instrumen musik, struktur penyajian tampilan.
Uji coba kedua dilakukan oleh praktisi (guru) bahasa Jawa di SDN
Kesatrian 1 Malang dengan enam bagian penyekoran. Penyekoran tersebut yakni
(a) pada kriteria kajian materi nilai idealnya 20 mendapatkan skor 95%, (b)
kriteria wujud dan hasil dengan nilai ideal 32, mendapatkan skor 90,6%, (c)
kriteria bahasa dengan nilai idealnya 16 mendapatkan skor 93,75%, (d) kriteria
kemenarikan dengan nilai ideal 28 mendapatkan skor 96,4%, (e) kriteria
kelayakan dengan nilai idealnya 16 mendapatkan skor 100%, (f) kriteria daya
tarik siswa terhadap media video dengan nilai idealnya 12, skor yang didapat
yakni 91,6%. Penjumlahan skor keseluruhan dari enam kategori yakni 567,4, skor
akhir yang didapat yakni 94,67%.
Data verbal yang diperoleh dari praktisi II (guru) yakni berupa saran-saran
tentang media yang sudah diuji cobakan. Ada beberapa saran yang diberikan oleh
pereview I guna revisi produk, antara lain (a) untuk penyebutan kepala pada
binatang jangan menggunakan “sirah” tetapi “endhas”, (b) ada beberapa kesalah
pada penulisan huruf, dan (c) masih terdapat kesalahan dalam pembacaan narasi.
Pemerolehan data pengisian angket tentang kemenarikan media video yang
dilakukan oleh siswa kelas IId sebanyak 18 siswa dengan delapan pertanyaan
yakni (1) Apakah video pembelajaran ini menarik? 18 siswa menjawab dengan
pilihan A, skor yang didapat yakni 72 dengan nilai ideal dan persentasenya 100%.
(2) Apakah Anda senang mempelajari video ini? 17 siswa menjawab dengan
pilihan A satu siswa yang menjawab dengan pilihan jawaban B, skor yang didapat
71 dengan nilai ideal 4 dan persentasenya 98,6%. (3) Apakah video ini dapat
membantu dalam kegiatan belajar? Semua siswa menjawab dengan pilihan
jawaban A, skor yang didapat 72 dengan nilai ideal 4 persentasenya 100%. (4)
Apakah bahasa dalam media pembelajaran mudah dipahami? Siswa yang
menjawab dengan pilihan A terdapat 15 siswa, satu siswa yang menjawab dengan
pilihan B, dan dua siswa yang menjawab dengan pilihan jawaban C sehingga skor
yang didapat yakni 65 dengan nilai ideal 4 persentase skor 90,3%. (5) Apakah
tampilan gambar video ini sudah menarik? Semua siswa yang menjawab dengan
pilihan A, skor yang didapat 72 dengan nilai ideal 4 persentasenya yakni 100%.
(6) Apakah tulisan dalam media video sudah jelas untuk dipahami? Semua siswa
yang menjawab dengan pilihan A, skor yang didapat 72 dengan nilai ideal 4
persentasenya yakni 100%. (7) Materi yang ada dalam video, apakah sudah
mudah untuk dipahami? Pada pertanyaan ini siswa yang memilih jawaban A ada
15 orang, 2 siswa yang memilih jawaban B dan 1 siswa yang memilih jawaban C,
skor yang didapat yakni 93%. (8) Pertanyaan yang terakhir yakni “apakah soal
latihan yang ada dalam video mudah untuk dipahami?” Semua siswa yang
menjawab dengan pilihan A, sehingga skor yang didapat pada pertanyaan ini
100%. Total skor yang diperoleh dari analisis data uji coba siswa adalah 781,9%,
persentase akhir adalah 97,7%.
Hasil uji coba kedua yang dilakukan oleh praktisi (guru) mendapatkan skor
akhir 94,67%. Hasil uji coba ketiga yang dilakukan oleh 18 siswa kelas II SD
mendapatkan skor 97,7%. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dapat
dikatakan memenuhi persentase 80% - 100%.
Jumlah total penyekoran keseluruhan yang didapat dari hasil uji coba adalah
87,7%. Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dapat dikatakan bahwa media
pembelajaran video berbicara mendeskripsikan tumbuhan dan binatang ini
memenuhi kriteria 80 – 100%, sehingga media ini dapat digunakan di SDN
Kesatrian I Malang untuk pembelajaran bahasa Jawa khususnya keterampilan
berbicara.
PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari hasil uji coba pertama yang dilakukan oleh dua
dosen ahli yakni ahli materi dan media sudah memenuhi kriteria cukup layak
untuk digunakan. Untuk memaksimalkan produk pembelajaran video, produk
yang sudah ada harus direvisi terlebih dahulu dengan berpedoman pada saran
yang telah diberikan oleh dua dosen ahli. bagian-bagian tersebut yang harus
direvisi yakni bagian isi atau materi, penambahan materi, penyajian tampilan yang
harus ditata lagi, penambahan durasi waktu yang harus ditambah.
Hasil uji coba kedua yang dilakukan oleh praktisi (guru) sudah memenuhi
kriteria kelayakan produk yang sudah ditentukan. Untuk uji coba selanjutnya
yakni uji coba yang dilakukan kepada siswa kelas IId di SDN Kesatrian I Malang
juga sudah memenuhi kriteria kelayakan, sehingga media ini dapat digunakan di
SDN Kesatrian I Malang untuk pembelajaran bahasa Jawa khususnya
keterampilan berbicara. Dari hasil uji coba oleh praktisi dan siswa terdapat
kesalahan pembacaan narasi.kesalahan tersebut harus direvisi untuk
memaksimalkan produk media sebagai media pembelajaran berbicara kelas II SD.
Hasil pemilihan materi yang dikembangkan ini disesuaikan dengan hasil
pengkajian kurikulum. Materi yang dikembangkan adalah materi pembelajaran
bahasa Jawa untuk siswa kelas II SD. pemilihan materi ini dikhususkan pada
kompetensi dasar mendeskripsikan tumbuhan dan binatang yang sering dijumpai
di lingkungan sekitar. Pada pembelajaran bahasa Jawa, materi ini biasanya
terdapat pada pembelajaran menyebutkan sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh
tumbuhan maupun binatang. Sifat-sifat khusus ini bisa berupa wujudnya, rasa,
maupun penyebutan bagian yang dimiliki tumbuhan dan binatang (KKG, Basa
Jawi Magetan, 2010:62). Bahasa yang digunakan dalam media ini adalah bahasa
Jawa ngoko karena unutuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang
disampaikan.
Produk awal yakni produk yang dihasilkan setelah melakukan penelitian
awal. Pada tahap ini peneliti merancang produk awal pengembangan media
pembelajaran berupa media pembelajaran video berbicara bahasa Jawa
mendeskripsikan tumbuhan dan binatang. Sebelum merancang media
pembelajaran ke dalam bentuk video digital, peneliti merancang story board yang
digunakan sebagai pedoman pembuatan media video. Story board merupakan
sarana untuk menafsirkan deskripsi tertulis unsur gambar yang terdapat dalam
naskah (Pribadi dan Katrin, 2004:5.13).
Setelah menyusun story board, materi disajikan ke dalam bentuk media
pembelajaran video. Materi yang terdapat dalam video terdapat empat bagian
yakni (a) Pembukaan, (b) materi, (c) latihan “gladhèn” dan (d) penutup. Hasil
dari produk awal bagian pembukaan yang terdiri dari tujuh tampilan yakni
tentang tata cara migunaaké vidéo, tujuan ngracik média pembelajaran vidéo,
atur pambuka, silabus, dan tata cara pasinaonan.
Pada tampilan kedua yakni tampilan materi media pembelajaran video
yang terdiri dari tampilan judul, perkenalan tokoh Bejo (di dalam media video
ini tokoh Bejo adalah burung berwarna biru yang bisa berbicara yang berperan
sebagai narator pemandu materi). Materi yang pertama babagan 1 yakni
mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan yang terdiri dari (1) jagung “jagung”, (2)
pisang “gedhang”, (3) cabai “lombok”, (4) aren “arèn, (5) kelapa “klapa”, (6)
Pinang “jambé”, (7) padi “pari”, dan (8) tebu. Tampilan materi kedua babagan 2
yakni tentang mendeskripsikan ciri-ciri binatang yang terdiri dari (1) binatang
sapi, (2) kerbau “kebo”, (3) kucing, (4) anjing “asu”, (5) kambing, (6) tikus, (7)
bebek “bébék”, dan (8) ayam “pitik”. Setiap materi, durasi waktu berjalan antara
40 – 45 detik. Untuk memperjelas materi yang disajikan, penampilan tayangan
materi disertai dengan teks, dan audio narator yang disesuaikan dengan materi
dan tampilan gambar pendukung.
Bagian tampilan ketiga yakni tampilan latihan dalam video disebut dengan
gladhèn. Pada tampilan latihan pertama gladhèn 1 yakni tebak gambar dari salah
satu ciri-ciri tumbuhan. Latihan yang disajikan pada video ini terdiri dari empat
soal gambar yang harus ditebak oleh siswa sesuai dengan instruksi dari narator.
Latihan kedua gladhèn 2 yakni tebak gambar salah satu ciri-ciri binatang.
Latihan yang disajikan terdiri dari empat soal gambar salah satu ciri-ciri binatang
yang harus ditebak oleh siswa. Latihan ketiga gladhèn 3 yakni bercerita tentang
ciri-ciri tumbuhan dan binatang yang terdapat pada gambar yang sudah ada pada
video. Latihan ini terdiri dari tiga soal gambar tumbuhan dan tiga soal binatang
yang harus diceritakan ciri-cirinya oleh siswa sesuai dengan gambar yang
disajikan.
Tampilan terakhir dari media pembelajaran yakni penutup. Penutup
pada media video ini terdiri dari tampilan sumber rujukan, nama pembuat, dan
ucapan terima kasih. Penutup media pembelajaran video berupa tampilan teks
kalimat disertai dengan instrumen lagu dolanan anak-anak Cublak-cublak
Suweng.
Kegiatan revisi dilakukan untuk menghasilkan produk media pembelajaran
video mendeskripsikan tumbuhan dan binatang sebagai pendukung dalam
kelancaran pembelajaran bahasa Jawa di SDN Kesatrian 1 Malang khususnya
dalam keterampilan berbicara. Bagian revisi produk, berikut diuraikan (a) revisi
tahap I, dan (b) revisi tahap II.
Revisi tahap I ada beberapa bagian yang harus dibenahi yakni pertama
bagian isi atau materi yang terjadi pada penyempurnaan bahasa masih ada yang
tercampur bahasa Indonesia. Kedua, penambahan materi terjadi pada materi
mendeskripsikan tumbuhan dan binatang. Penambahan pada materi
mendeskripsikan tumbuhan materi yang ditambah yakni adanya perulangan kata
pada salah satu struktur tumbuhan yang sedang dibahas dan penambahan satu
materi mendeskripsikan tumbuhan bunga mawar, jadi untuk materi
mendeskripsikan tumbuhan setelah direvisi materi yang dibahas menjadi sembilan
materi. Contoh perulangan yang terdapat pada mendeskripsikan tumbuhan yakni
“wit aren diarani dangu, tak baléni manéh ya wit arén yaiku d-a-n-g-u = dangu.”
Untuk materi mendeskripsikan binatang penambahan materi terjadi pada
perulangan kata dari salah satu struktur hewan yang sedang dibahas dan
penyebutan warna bulu pada setiap masing-masing bulu. Ketiga, revisi terhadap
penyajian tampilan yang harus ditata lagi. Pada penyajian video juga ditambahkan
tampilan tata cara belajar “pasinaonan”. Selain itu, revisi penyajian juga terjadi
pada tampilan judul masing-masing materi dan tampilan pada masing-masing
latihan “gladhèn” yang harus direvisi untuk memperjelas bagian materi yang akan
dibahas. Keempat, revisi penambahan durasi waktu yang harus ditambah. Setelah
direvisi, penyajian durasi pada materi mendeskripsikan tumbuhan rata-rata
menggunakan durasi 60 – 70 detik. Penyajian durasi pada materi mendeskripsikan
binatang rata-rata menggunakan durasi 60– 68 detik.
Revisi tahap II yakni revisi setelah mendapatkan masukan dari praktisi
(guru). Revisi tahap II dilakukan pada penyajian narasi yang terdapat dua
kesalahan pada bagian materi mendeskripsikan ciri-ciri binatang sapi dan ayam
serta penyajian tulisan. Kesalahan pertama yakni penyebutan kepala pada materi
binatang setelah direvisi, sebelumnya menggunakan kata “sirah” diganti dengan
“endhas”. Kesalahan berikutnya yakni pembacaan narasi materi mendeskripsikan
ciri-ciri binatang ayam “pitik” terjadi pada bagian pengenalan anak ayam.
Kesalahan tersebut pada narasi “anaké pitik diarani kutuk”. Setelah direvisi
pembacaan narasi pengenalan anak ayam yang sebelumnya pembacaan “kutuk”
tidak menggunakan huruf “th” diganti menjadi “ kuthuk”. Kesalahan kedua pada
penyajian tulisan tampilan materi tumbuhan pisang, kesalahan tersebut terdapat
pada penulisan teks. Yakni penyebutan nama batang pisang “debhog”,
seharusnya tidak memakai huruf “h” hanya “debog”.

PENUTUP
Simpulan
Hasil pemerolehan skor uji coba yang dilaksanakan melalui tiga tahapan
mendapatkan skor akhir 87,707%. Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan
dapat dikatakan bahwa media pembelajaran video berbicara mendeskripsikan
tumbuhan dan binatang ini memenuhi kriteria 80 – 100%, sehingga media ini
dapat digunakan di SDN Kesatrian I Malang untuk pembelajaran bahasa Jawa
khususnya keterampilan berbicara.
Produk awal yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah story board.
Story board yang dihasilkan berguna sebagai pedoman menafsirkan materi
pelajaran sebelum memvisualisasikan ke dalam video. Story board berisi
deskripsi tertulis tentang materi mendeskripsikan tumbuhan dan binatang yang
terdapat pada materi keterampilan berbicara bahasa Jawa kelas II SD. Deskripsi
materi tersebut terdiri dari empat bagian yakni pembuka, materi, latihan
“gladhèn”, dan penutup.
Produk yang direvisi telah melalui proses uji coba oleh ahli materi, media
dan praktisi. Produk yang telah direvisi berupa media pembelajaran video
berbicara bahasa Jawa mendeskripsikan tumbuhan dan binatang untuk siswa kelas
II. Proses pelaksanaan revisi terbagi dalam dua tahap yakni tahap pertama
dilakukan setelah uji coba produk melalui uji coba ahli materi dan media. Tahap
kedua dilakukan setelah uji coba produk dengan praktisi dan siswa.
Media pembelajaran video yang dihasilkan dikemas dalam bentuk VCD
dengan mempertimbangkan tingkat kemudahan dalam penggunaannya. Kondisi
ini diharapkan bisa membantu memecahkan salah satu masalah yang terkait
dengan penggunaan media pembelajaran yang sesuai untuk kelas II SD.

Saran
Produk pengembangan berupa media pembelajaran media video
berbicara bahasa Jawa mendeskripsikan tumbuhan dan binatang sebagai
pendukung media pembelajaran bahasa Jawa khususnya pembelajaran berbicara
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran bahasa Jawa
di kelas II. Oleh karena itu, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai
berikut.
Pertama kepada guru, media pembelajaran video yang dihasilkan ini
dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu media pembelajaran untuk
keterampilan berbicara pada materi mendeskripsikan tumbuhan dan binatang.
Kedua saran kepada siswa, dalam penggunaan media pembelajaran video
disarankan untuk mengikuti instruksi-instruksi tata cara pembelajaran dan latihan-
latihan secara berurutan. Ketiga saran untuk peneliti lain, Produk dari hasil
pengembangan yang berupa media pembelajaran video berbicara mendeskripsikan
tumbuhan dan binatang ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain untuk
mengembangkan penelitian sejenis baik dari metode penelitian, strategi yang
digunakan, maupun jenis keterampilan yang dikembangkan. Peneliti lain juga
disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan terhadap media pembelajaran
ini agar didapatkan hasil yang lebih baik

DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, Mukhsin. 1990. Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra: Strategi
belajar Mengajar. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang (YA3
Malang).

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsjad dan Mukti, 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Ibrahim. 2001. Penulisan Naskah Media TV/Video Pembelajaran. Malang:


Departemen Pendidikan Nasional Umum Fakultas Ilmu Pendidikan
Jurusan Teknologi Pendidikan.

KKG Basa Jawi Magetan. 2010. Mardi Basa: untuk Kelas 2 SD/MI. Magetan:
Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan.

Nugrahani, Farida. 2008. Reaktualisasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa


dalam Era Multikultural. Jurnal Varian Pendidikan. (Online) 20 (1): 70 –
80 (http://google.co.id), diakses 24 Januari 2012.

Pribadi, Benny Agus dan Katrin, Yuni. 2004. Media Teknologi. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Supriatna, Dadang. 2009. Pengenalan Media Pembelajaran: Bahan Ajar untuk


Diklat E-Training PPPPTK dan PLB. Jakarta: Pusat Pengembangan an
Pemberdayaan Pendiddikan dan Tenaga Kependidikan Luar Biasa
(online), (http://mediapembelajaran.pddf.co.id), diakses tanggal 5 Februari
2011.
Suwardi. 2006. Kebijakan, Idealisme, dan Inovasi Pembelajaran Bahasa Jawa
dalam konteks Kebhinekatunggalikaan (Makalah KBJ IV di Semarang)
(online), (http://makalah KBJ. pdf.co.id), diakses tanggal 18 Agustus 2011.

Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Pusat Penelitian dan


Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional. (online), (http://TimPusjitklovi
Metode_Penelitian_Pembelajaran.pdf.foxit.reader.co.id), diakses tanggal
18 Agustus 2011.

Wibawa, Sutrisna. 2006. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Jawa di


SMA/SMK/MA. Makalah disajikan pada kongres Bahasa Jawa IV,
Semarang Juli 2006. (Online),
(http://pembelajaranbahasajawadisekolah.pdf), diakses 3 Nopember 2012.

Wibawa, Sutrisna. 2011. “Struktur Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa di


Sekolah”. dalam Muhammad, Rohmadi dan Lili, Hartono (Ed.). Kajian
Bahasa Sastra dan Budaya Jawa: Teori dan Pembelajarannya: 15.
Surakarta: Pelangi Pers.

Anda mungkin juga menyukai