Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejadian diabetes didunia semakin meningkat. Prevalensi global
DM tahun 2011 terdapat 366 juta kasus, sedangkan tahun 2012 meningkat
menjadi 371 juta kasus, dan mengalami peningkatan lagi menjadi 382 juta
kasus tahun 2013. Prediksi International Diabetes Federation tahun 2035
jumlah insiden diabetes melitus (DM) akan mengalami peningkatan menjadi
592 juta. Indonesia menempati urutan ke-4 jumlah penderita DM terbesar di
dunia, yaitu sebanyak 8,4 juta, setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta),
dan Amerika Serikat (17,7 juta), (AHA, 2016).
Prevalensi peningkatan diabetes melitus (DM) di Indonesia terjadi
peningkatan di 17 provinsi. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter
tertinggi pada usia ≥ 15 tahun terdapat di Yogyakarta (2,6%), dan prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi pada usia ≥ 15 tahun
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%) (RISKESDAS, 2013). Berdasarkan data
dari Departemen Kesehatan Kota Pontianak (DepKes Kota Pontianak) tahun
2016 menyatakan bahwa kejadian diabetes di Kalimantan Barat mengalami
peningkatan dari jumlah penderita diabetes yang dilaporkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Pontianak tahun 2015 sejumlah 872 kasus, sedangkan tahun
2016 sejumlah 999 kasus. Berdasarkan studi kasus di Klinik Kitamura
Pontianak didapatkan prevalensi/kejadian tertinggi luka terbuka pada
anggota gerak bawah, pada tiga bulan terakhir, bulan Oktober 2016 sejumlah
163 kejadian, mengalami peningkatan pada bulan November 2016 yaitu
sejumlah 140 dan mengalami peningkatan lagi pada bulan Desember 2016
sejumlah 162 kasus.
Komplikasi diabetes ada bermacam-macam. Salah satunya yang
paling sering dijumpai adalah Infeksi Kaki Diabetik. Infeksi Kaki Diabetik
merupakan infeksi yang terjadi di daerah ekstremitas bawah, penderita akan
mengalami mati rasa di daerah ekstremitas, sehingga tidak menyadari
2

adanya luka di kakinya (Nabyl, 2009). Sekitar 5-7% orang dengan penyakit
diabetes telah menderita infeksi di daerah ekstremitas bawah. dan sekitar
25% penderita diabetes akan mengalami infeksi di daerah ekstremitas bawah
selama sisa hidupnya. Komplikasi ini juga tinggi pada pasien diabetes di
Asia. Oleh sebab itu diperlukan pengobatan yang tepat untuk menanganinya,
(Ramachandran A, 2012 ; Singh S, 2013 ; Chadwick P, 2013).
Setiap 19 menit ada satu orang di dunia yang harus diamputasi
akibat infeksi luka diabetic di daerah ekstremitas bawah. Berawal dari luka
kecil, lalu terinfeksi yang menyebabkan luka infeksi diabetic di daerah
ekstermitas bawah dan bila tidak dirawat akan menjadi ganggren. Hal ini
terjadi karena kurangnya perawatan luka sejak dini. Perawatan luka
berfungsi untuk penyembuhan luka dan infeksi tidak menyebar ke organ
lain. Bila menyebar ke pembuluh darah akan terjadi sepsis yang
mengakibatkan kematian. Tetapi jika perawatan luka dilakukan sejak dini,
maka efek tersebut tidak akan terjadi (Nabyl, 2009).
Manajemen luka infeksi diabetic di daerah ekstremitas terdiri dari
komponen penting yaitu; Mengobati proses penyakit yang mendasari,
memastikan suplai darah yang cukup, perawatan luka lokal (termasuk
pengendalian infeksi), tekanan kaki, (International Best Practice, 2013).
Terapi murottal termasuk kedalam manajemen luka infeksi diabetic di
daerah ekstremitas bawah yaitu memastikan suplai darah yang cukup,
(Mottaghi, Esmaili, & Rohani, 2011; International Best Practice, 2013).
Berdasarkan pemaparan masalah di atas maka kelompok tertarik
untuk membahas tentang Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan luka infeksi diabetic di daerah ekstremitas bawah dalam hal ini
diabetic leg ulcer.
3

1.2 RUMUSAN MASALAH


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang
Diabetic leg Ulcer dan sistem endokrin pada manusia
1.3 TUJUAN UMUM
Penulis dapat mengetahui apa itu penyakit Diabetic leg Ulcer,
penyebab, tanda gejala, komplikasi, dan cara penanganan klien, serta asuhan
keperawatan yang mungkin diberikan pada klien.
1.4 TUJUAN KHUSUS
Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
Diabetic leg Ulcer

Anda mungkin juga menyukai