Anda di halaman 1dari 30

SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Perawatan kaping pulpa adalah pemberian bahan kaping pulpa pada kavitas gigi yg dalam
agar terjadi dentin sekunder untuk perlindungan pulpa
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan perawatan kaping pulpa untuk perlindungan pulpa.
Kebijakan
Referensi a. Standar Pelayanan Profesional Kedokteran Gigi Indonesia, Depkes RI. Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1992.
b. Standar Pelayanan Medis Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan Dokter
Gigi Indonesia (PB PDGI) tahun 1999.
c. Standar Pengobatan Puskesmas, Depkes RI tahun 2001.
d. Pitt Ford, T.R., The Restoration of Teeth, Alih Bahasa Narlan S., 1993, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat dan bahan:
• kapas.
• bahan pelapis kavitas (kalsium hidroksid).
• bahan semen zinc phosphate.
• bahan tumpatan sementara
• alat-alat untuk menumpat (glass plate, spatula, plastis instrumen).
• bur dan alat bur.
2. Petugas memposisikan pasien senyaman mungkin path kursi gigi.
3. Petugas melakukan preparasi kavitas, dengan tahap-tahap sbb:
• Akses, yaitu memperoleh jalan masuk ke lesi karies.
• Pembuangan karies permukaan
• Pembuatan bentuk resisten dan retensi
4. Petugas membersihan kavitas, semua debris hams dibersilikan dengan butiran
kapas basahl semprotan air sebelum kavitas dikeringkan dengan kapas kering/
semprotan udara.
5. Petugas Mengisolasi kavitas agar tetap kering
6. Petugas mengaplikasikan bahan kaping pulpa (kalsium hidroksid) setebal 0,2 —
0,3 mm pada dasar kavitas
7. Petugas membersihkan ekses-ekses atau kelebihan bahan kaping pulpa
dapatdiambil dengan ekskavator.
8. Petugas mengaplikasikan semen zinc phosphate setebal 1 mm di atas bahan
kaping pulpa.

1
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

9. Petugas menutup kavitas dengan bahan tumpatan sementara.


10. Petugas merapikan tumpatan dan membersihkan ekses-eksesnya.
11. Petugas memberikan resep sesuai indikasi
12. Petugas memberikan pesan-pesan setelah penumpatan sbb:
• Kontrol 1 minggu lagi, apabila tidak ada keluhan selama ditumpat sementara
maka dilakukan penumpatan dengan tumpatan tetap,
• Bila ada keluhan segera kembali kontrol.

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

2
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Tiga teknik pilihan dalam anestasi lokal dengan lidokain:


1. Tcknik Infiltrasi : penyuntikan lidokain langsung diarhakan di sekitar tempat lesi,
luka atau insisi. Cara yang sering digunakan adalah blokade lingkar dan obat
disuntikan intradermal atau subkutan.
2. Teknik Field Block: Obat ditempatkan pada cabang-cabang sarat yang lebih besar
mengelilingi daerah tindakan
3. Teknik Block saraf: Obat ditempatkan pada batang sarat yang besar, sehingga daerah
yang dilayani (distal) sarat yang bersangkutan akan tcrancstcsi.
PROSEDUR I (TEKNIK INFILTRASI):
Untuk lesi-lesi permukaan (superfisialis)
1. Petugas membersihkan sekitar luka dengan antiseptik.
2. Petugas memasukan lidocain ke dalam spuit jarum suntik.
3. Petugas menusukan jarum suntik menyusur kulit secara subkutan.
4. Petugas melakukan aspirasi.
5. Petugas menyuntikkan pcrlahan-bhan sambil mencabut jarum. Bila tidak masuk
pembuluh darah.
6. Petugas saat mencabut jarum pada jarak tertentu, dilakukan aspirasi kembali dan
penyuntikkan. demikian seterusnya sampai darah yang dimaksud sclesai dianestesi.
7. Petugas melakukan pengurutan pada tempat yang telah dianestesi agar zat anestetik
merata sambil menunggu keija chat..
PROSEDUR II (TEKNIK FIELD BLOCK):
Digunakan pada pengangkatan lesi kecil hingga sedang.
1. Petugas membcrsihkan sekitar luka dengan antiseptik.
2. Petugas memasukan lidocain ke dalarn spuit jarum suntik.
3. Pctugas mcnusukan jarum suntik. arahkan pada satu sisi daerah yang akan
dianestesi.
4. Petugas melakukan aspirasi.
5. Petugas menyuntikkan chat sambiljaruni ditarik niundur,
6. Petugas menarik jarum tapi tidak sampal habis lab menyuntikan ke arah yang
bersudut dengan arah suntikan pertama (sisi lain dan lesi).
7. Petugas melakukan aspirasi.
8. Petugas menyuntikan obat sambil jarum ditarik mundur,

3
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Petugas mengulangi prosedur diatas pada benjolan satunya.


9. Petugas menyuntikan obat dengan ujung-ujung suntikan pada kedua sisi bcrtemu
denganujung suntikan yang dibuat pada benjolan lainnya.
10. Bila perlu petugas memberikan suntikan pada lapisan yang lebih dalam atau pada
jaringan di bawah lesi.

PROSEDUR III (TEKNIK BLOK SYARAF):


Biasa digunakan untuk tindakan yang agak luas.
1. Petugas membersihkan sekitar luka dengan anuseptik.
2. Petugas memasukan lidocain ke dalam spuit jarum suntik.
3. Petugas memasukan jarum suntik pada daerah proksimal dan daerah yang akan
dilakukan tindakan.
4. Petugas menanyakan padapasien apakan merasa kesemutan pada saat jarum
ditusukkan jika mcrasa kesemutan berarti posisi suntikan sudah tepat).
5. Sctelah suntikan selesai, petugas melakukan masase (pijatan pada daerah suntikan
untuk membantu penycrapan obat.
6. Petugas mengalihkan perhatian pasien misalnya dengan diajak bicara sambil
melakukan tes apakah obat sudah bekerja, dengan mcnusuk daerah yang akan
dilakukan tindakan dengan benda tajam scperti jarum.
7. Bila pasien tidak kesakitan. berarti blok berhasil.
1. Unit BP Urnum
2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA- KB

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

4
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Perawatan Mumifikasi Pulpa adalah pengambilan jaringan pulpa pada bagian mahkota
gigi, dan tetap mempertahankan jaringan pulpa pada saluran akar dalam keadaan mati,
terfiksasi serta tetap steril.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan melaksanakan perawatan kaping pulpa
Kebijakan
Referensi 1. Standar Pelayanan Profesional Kedokteran Gigi Indonesia, Depkes RI. Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1992.
2. Standar Pelayanan Medis Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan
Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) tahun 1999.
3. Standar Pengobatan Puskesmas, Depkes RI tahun 2001.
4. Pitt Ford, T.R., The Restoration of Teeth, AIih Bahasa Narlan S., 1993, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat dan bahan
• Kapas.
• Pasta devitalisasi pulpa
• Bahan dressing (Eugenol, ChKM, TKF)
• Pasta Mumi
• Semen zinc phosphate.
• Tumpatan sementara
• Alat-alat untuk menumpat (glass plate, spatula, plastis instrumen).
• Bur dan alat bur.
2. Petugas memposisikan pasien senyaman mungkin pada kursi gigi
Kunjungan Pertama
3. Petugas melakukan preparasi kavitas
• Akses
• Pembuangan karies permukaan
4. Petugas mengisolasi kavitas agar tetap kering
5. Petugas mengaplikasikan pasta devitalisasi yang dilapisi kapas tipis, kemudian
dibasahi dengan larutan eugenol. dan dikeringkan dengan kapas, selanjutnya
diletakkan pada dasar kavitas.
6. Petugas menutup kavitas dengan bahan tumpatan sementara.
7. Petugas merapikan tumpatan dan membersihkan ekses-eksesnya.
8. Petugas memberikan resep sesuai indikasi.
9. Petugas memberikan pesan kepada pasien untuk kembali 2-3 hari untuk dilakukan
perawatan lanjutan (kunjungan kedua)

5
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Kunjungan Kedua.
10. Petugas membongkar tumpatan sementara.
11. Petugas membuang kapas yang berisi Formal dehid
12. Petugas melakukan perawatan seperti kunjungan pertama, bila gigi masih vital
13. PetugasMembuka atap pulpa sampai lubang saluran akar (orifis) terithat semuanya.
Hal-hal yang hams diperhatikan:
• arah bur sejajar dengan sumbu gigi.
• penetrasi burjangan terlalu dalam.
• pada kamar pulpa yang telah mengecil (pada orang tua), hati-hati terjadi perforasi
pada daerah bifurkasi.
14. Petugas melakukan pembukaan kamar pulpa, yaitu pengambilan jaringan pulpa pada
kamar pulpa harus sampai bersih sehingga tidak ada sisajaringan pulpa pada kamar
pulpa.
15. Petugas melakukan preparasi kavitas
• pembuatan bentuk resisten dan retensi.
• pembersihan kavitas, dengan cara membersihkan semua debris dengan butiran
kapas basah/semprotan air sebelum kavitas dikeringkan dengan kapas
kering/semprotan udara.
16. Petugas mengaplilcasikan bahan dressing yang diteteskan path butiran kapas keel!,
kemudian diperas dengan butiran kapas besar dan butiran kapas kecil tersebut
dimasukkan ke kamar pulpa.
17. Petugas menutup kavitas dengan bahan tumpatan sementara.
18. Petugas merapikan tumpatan dan membersihkan ekses-eksesnya.
19. Petugas memberikan resep sesuai indikasi.
20. Petugas memberikan pesan kepada pasien untuk kembali 3 hari untuk dilakukan
perawatan lanjutan (kunjungan ketiga)
Kunjungan Ketiga
21. Petugas membongkar tumpatan sementara.
22. Petugas membuang kapas yang berisi bahan dressing.
23. Petugas membersihkan semua ekses dengan butiran kapas basah/semprotan air
sebelum kavitas dikeningkan dengan kapas kering/semprotan udara.
24. Petugas melakukan perawatan seperti kunjungan kedua, bila gigi masih sakit
25. Petugas mengaplikasikan mumifikasi pasta pada dasar kamar pulpa jika gigi tidak
sakit.
26. Petugas melapiskan semen zinc phosphate setebal 1 mm.

6
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

27. Petugas menutup kavitas dengan bahan tumpatan sementara.


28. Petugas merapikan tumpatan dan membersihkan ekses-eksesnya.
29. Petugas memberikan resep sesuai indikasi.
30. Petugas memberikan pesan kepada pasien untuk kembali 1 minggu untuk dilakukan
penumpatan tetap
Unit Terkait BP Gigi
Rekaman historis perubahan
Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

7
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Incisi abes intra oraladalah suatu tindakan membuka jaringan abses yang ada di dalam
mukosa rongga mulut dengan alat scalpel agar cairan pus keluar.
Anestesi Topikal adalah suatu metode anestesi yang mengoleskankan atau
menyemprotkan anestetikum pada kapas dan diletakkan pada membran mukosa sekitar
gigi yang akan dicabut.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan incisi abses (intra oral)
Kebijakan
Referensi 1. Standar Pelayanan Profesional Kedokteran Gigi Indonesia, Depkes RI.
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1992.
2. Standar Pelayanan Medis Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan
Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) tahun 1999.
3. Standar Pengobatan Puskesmas, Depkes RI tahun 2001.
4. Tetsch.P and Wagner.W.,Extraction of Teeth, Alih Bahasa Djaya A, 1992,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
5. Cooke-Waite, Atlas of Local Anesthesia in Dentistry, Alih Bahasa Purwanto,
1993, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat dan bahan
• kapas
• povidon iodine 10%.
• larutan anestetikum topikal.
• alat-alat untuk incisi abses
2. Petugas memposisikan pasien senyaman mungkin pada kursi gigi
3. Petugas mendesinfeksi sekitar area abses yang akan diincisi dengan povidon
iodine 10%
4. Petugas meletakkan kapas yang telah disemprotkan anestetikum topikal
(ChlorEthyl) pada area abses yang akan diincisi.
5. Petugas melakukan Incisi path bagian bawah abses searah pembuluh darah
dengan alat incisi -
6. Petugas mengeluarkan pus dengan menekan abses sarnpai bener-benar bersih.
7. Petugas mengoleskan povidon iodine 10% path luka bekas incisi dan dibeii
tampon.
8. Petugas memberikan instnjksi menjaga luka bekas incisi abses

8
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

• Jangan sering kuxnur-kumur.


• Jangan makan dan minum panas dulu selama 1 x24 jam.
• Jangan merokok dulu sampai darah pada daerah bekas incisi berhenti
• Bekas incisijangan di korek-korek, disedot-sedot atau dipegang-pegaug sama
tangan.
• Bekas incisi jangan di pakai untuk mengunyah selama 3x24 jam atau sesuai
kondisi.
• Minwu obat sesuai aturan.
• Kontrol bila ada keluhan
9. Petugas membecikan resep sesuai indikasa.

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

9
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Syok Anafdaksi adalah salah satu manifestasi reaksi antara antibodi dan alergennya yang
menimbulkan penyakit alergi yang berat dengan gejala-gejala sebagai benikut:
- Gejala Prodroanal merupakan gejala dini gangguan kardiovaskuler atau pulmoner atau
gastrointestinal atau kulit, berupa : perasaan tidak enak, lemah, gatal di hidung dan
palatum, bersin, kuping berdengung, dada rasa tertekan.
- Gcjala Kardievaskuler, berupa takikardi, palpitasi dan hipotensi.
- Gejaja Pulmoner berupa rhinitis, bersin, gatal hidung dan palatum. Hal tersebut dapat
diikuti spasme bronkus yang berat dengan/atau tanpa batuk, edema larings yang
menimbulkan sesak, anoksia dan apnoe.
- Gejala Gastrointestinal berupa nausea, muntah, sakit perut dan diare.
- Gejala Kulit berupa rasa gatal, artikaria dan angioedemia
Di samping gejala-gejala tadi, kadang-kadang pasien ngompol atau langsung syok.
Diagnosis reaksi anafilatik mudah ditegakkan bila jelas adanya hubungan antara
masuknya
alergea dan gejala.
Penatalaksanaan syok anafilaksi adalah tindakan untuk mengatasi syok anafilaksi.
Tujuan Sebagai acuan kerja melakukan tindakan pertolongan pertama untuk pasien dengan syok
anafilaksi di puskesmas
Kebijakan

Referensi 1.Standar Pelayanan Profesional Kedokteran Gigi Indonesia, Depkes RI.


Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1992.
2. Standar Pelayanan Medis Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan
Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) tahun 1999.
3. Eliastarn M., dkk, 1998, Penuntun Kedaruratan Medis, EGC, Jakarta.
4. Masykur Rahmat, 2005, Makalah TatalaksanaSyok Anafilaksi Pada Perawatan
Gigi di Puskesmas
Prosedur 1. Petugas membaringkan pasien dengan kaki lebih tinggi dari kepala.
2. Petugas memberikan O2 dengan kecepatan aliran 2-4 liter/menit
3. Petugas memberikan 0,25 cc adrenalin dalam larutan 1 : 1000 subkutan (s.c)
yang dapat diulang setiap 15 menit menurut beratnya gejala.
4. Petugas memberikan injeksi dexametason 50 mg iv/im.
5. Petugas memberikan diphenhydramin 1-2 mg/kg/BB im.
6. Petugas mengawasi perkembangan gejala prodromal dan tekanan darah

10
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

sesering mungkin,saluran nafas, nadi dan kesadaran selama minimal 30 menit.


7. Petugasmelakukan observasi selama 5-10 menit jika tekanan darah sistolik telah
mencapai90-100 mm Hg (dan penyuntikan ulang adrenalin tidak perlu
dilakukan terlalu cepat, tetapi melihat hasil observasi dulu).
8. Petugas mengulang injeksi adrenalin/epineprin 0,25-0,40 ml im/sc jika tekanan
darah sistolik kurang dari 90 mm Hg.
9. Petugas memeriksa kembali tekanan darah setelah 10-15 menit kemudian.
10. Petugas mengobservasi pasien jika tekanan darah sistolik >90mm Hg
11. PetugasmerujukkeRS,jikatekanandarahsistolik <90mmHg
Unit Terkait BP Gigi

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

11
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Pembersihan karang gigi adalah suatutindakan yang dilakukan dengan cara
mengambil/mengangkat endapan/kotoran yang melekat erat pada permukaan gigi.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pembersihan karang gigi.
Kebijakan
Referensi 1. Standar Pelayanan Profesional Kedoktetan Gigi Indonesia, Depkes RI. Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1992.
2. Standar Pelayanan Medis Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan
Dokter (Ggi Indonesia (PB-PDGI) tahun 1999.
3. Standar Pengobatan Puskesmas, Depkcs RI tahun 2001.
4. Tetsch.P and Wagner.W.,Extraction of Teeth, Alih Bahasa Djaya A, 1992, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
5. Cooke-Waite, Atlas of Local Anesthesia in Dentistiy, Alih Bahasa Purwanto, 1993,
Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat dan bahan
- Alat pembersihan karang gigi
- Kapas
- Povidon iodine 10%
2. Petugas memposisikan senyaman mungkin pada kursi gigi
3. Pembersihan karang gigi dengan manual scaller
a. Petugas mendesinfeksi sekitar gigi yang akan dibersihkan karang giginya dengan
povidon iodine 10%
b. Petugas membersihkan karang gigi (supraginggiva dan subginggiva) dengan alat
scaller yang telah disiapkan
c. Petuagas melakukan pemolesan dan menyikatan dengan brush.
d. Petugas mendesinfeksi sekitar gigi yang lelah dibersihkan karang giginya dengan
povidon iodine 10%.
4. Pembersihan karang gigi dengan Ultrasonic scaller
a. Petugas mendesinfeksi sekitar gigi yang akan dibersihkan karang giginya dengan
povidon iodine I0%
b. Petugas membersihkan karang gigi (suprainggiva dan subginggiva) dengan
Ultrasonic scallcr
c. Petugas melakukan pemesan dan menyikatan dengan brush.
d. Petugas mendesinfeksi sekitar gigi yang telah dibersihkan karang giginya
dengan povidon iodine 10%.
5. Petugas memberikan pesan-pesan/instruksi cara menjaga kebersihan gigi mulut.

12
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Unit Terkait BP Gigi

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

13
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Pencabutan gigi tetap dengan penyulit adalah suatu tindakan mengeluarkan gigi tetap
dengan kondisi patah mahkota gigi/akar gigi atnu tei:Jadi penulangan antara gigi dengan
tulang alveolus Anestesi Blok adalah suatu metode anestesi yang mendeponirkan larutan
anestetikum path selaput perineural (sekitar nerves alveolaris inferior sebelum masuk ke
kanalis mandibularis), sehiugga dapat menahan impuls afferent yang datang ke sentral
(pusat). Metode mi digunakan untuk menganestesi semua gigi yang diinjeksi kecuali
incisivus seniralis dan incisivus lateralis.
Anestesi Infiltrasi adalah suatu metode anestesi yang mendeponirkan larutan anestetikwn
di sekitar gigi yang akan dicabut, yaitu di bagian lipatan mukobukal, lingual atau
bagianpalatum.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pencabutan gigi tetap dengan penyulit
Kebijakan
Referensi 1. Standar Pelayanan Profesional Kedokteran Gigi Indonesia, Depkes RI. Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1992.
2. Standar Pelayanan Media Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan
Dokter Gigi Indonesia (PBPDGI) tahun 1999.
3. Standar Pengobatan Puskesmas, Depkes RI tahun 2001.
4. Tetsch.P and Wagner.W., Extraction of Teeth, AIih Bahasa Djaya A, 1992, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
5. Cooke-Waite, Atlas of Local Anesthesia in Dentistry, Alih Bahasa Purwanto, 1993,
Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Prosedur 1. Petugas menyiapkan Surat Pernyataan Persetujuan/Informed Consernt untuk diisi dan
ditandatangani pasien.
2. Petugas menyiapkan alat dan bahan
• Kapas
• larutan rivanol
• povidon iodine 10%.
• jarum suntik
• larutan anestetikum.
• bein, chisel dan tang pencabutan.
• bur atau tatahgigi.
• benang cat gut dan alat-alat penjahitan
3. Petugas memposisikan pasiensenyaman mungkin pada kursi gigi
4. Petugas mendesinfeksi sekitar gigi yang akan dicabut sampai area yang akan
disuntikkan dengan povidon iodine 10%

14
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

5. Petugas melakukan anestesi dengan tehnik anestesi yang sesuai dengan indikasi
tindakan medis yang tepat.
• pencabutan gigi atas : anestesi infiltrasi.
• Pencabutan gigi bawah : anestesi blok dan infiltrasi.
6. Petugas melakukan tes efek anestesi.
7. Petugas melakukan sondasi di sekeliling cervik gigi.
8. Petugas melakukan pemisahan gigi dan gusi dengan bein.
9. Petugas melakukan pencabutan gigi dengan tang pencabutan yang sesuai dengan gigi
yangakan dicabut.
10. Petugas melakukan gerakan luksasi sambil ditarikke arah bukal/labial sampai gigi
keluar dariisocketnya.
11. Petugas melakukan sepurasi gigi dengan bur atau tatah gigi jika gigi sulit dicabut.
12. Petugas melakukan separasi alveolus sekitar cervik gigi dengan bur jika gigi masih
sulit dicabut
13. Petugas melakukan pencabutan gigi dengan bur, chisel dan atau tang pencabutan
sesuai indikasi
14. Petugas membersihkan dan menghaluskan tulang - tulang yang runcing pada socket
bekas pencabutan
15. Petugas melakukan suturing (penjahitan)jika luka bekaspencabutan sangat terbuka.
16. Petugas memberikan tampon dengan povidon iodine 10% pada daerah bekas
pencabutan gigi.
17. Petugas memberikan obat anti perdarahan secara topikal dan atau sistemik sesuai
indikasi
18. Petugas memberikan instruksi pada pasien
• Tampon digigit selama 30 menit.
• Jangan sering kumur-kumur.
• Jangan makan dan minum panas dulu selama 1x24 jam.
• Jangan merokok dulu sampai darah pada daerah bekas pencabutan berhenti
• Bekas pencabutanjangan dikorek-korek, disedot-sedot atau dipegang-pegang
samatangan.
• Bekas pencabutan jangan dipakai untuk mengunyah selama 3x24 jam atau sesuai
kondisi.
• Minum obat sesuai aturan.
• Bila terjadi perdarahan dalam 1x24 jam diberikan kompres dingin
• Bila ada keluhan segera kembali kontrol

15
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

19. Memberikan resep obat sesuai indikasi.


Unit Terkait BP Gigi

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

16
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Pencabutan adalah tindakan untuk mengeluarkan gigi atau bagian gigi dari socketnya.
Anestesi Blok adalah suatu metode anestesi yang mendeponirkan larulan anestetikum
pada selaput perineural (sekitar nervus alveolaris inferior sebelum masuk ke kanalis
mandibularis), sebiugga dapat menahan impuls afferent yang datang ke sentral (pusat).
Metode ini digunakan untuk menganestesi semua gigi yang diinjeksi kecuali incisivus
sentralis dan incisivus lateralis.
Anestesi Infiltrasi adalah suatu metode anestesi yang mendeponirkan larutan
anestetikum di sekitar gigi yang akan dicabut, yaitu di bagian lipatan mukobukal, lingual
atau bagian palatum.
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pencabutan gig tetap
Kebijakan
Referensi 1. Standar Pelayanan Profesional Kedokteran Gigi Indonesia, Depkes R1 Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1992
2. Standar Pelayanan Medis Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan Dokter
Gigi Indonesia (PB PDGI) tahun 1999.
3. Standar Pengobatan Puskesmas, Depkes RI tahun 2001.
4. Tctsch.P and Wagner.W.,Extraction of Teeth, Alih Bahasa Djaya A, 1992, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
5. Cooke-Waite, Atlas of Local Anesthesia in Dentistry, Alih Bahasa Purwanto, 1993,
Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Prosedur 1. Petugas Anamnesis melakukan Informed Pcrnyataan Persetujuan/Infonned Consernt
untuk diisi dan ditandatangani pasien.
2. Petugas menyiapkan alat dan bahan:
• kapas
• povidon iodine 10%.
• Larutan anestetikum
• Jarum suntik
• bein
• tang pencabutan
3. Petugas meniposisikan pasien senyaman mungkin pada kursi gigi.
4. Petugas mendesinfeksi sekitar gigi yang akan dicabut sampai area yang akan
disuntikkan dengan povidon iodine 10%
5. Petugas melakukan anestesi dengan telinik anestesi yang sesuai dengan lad si tindakan
medis yang tepat.
• pencabutan gigi atas anestesi infiltrasi.

17
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

• Pencabutan gigi bawah : anestesi blok dan infiltrasi.


6. Exavator
7. Petugas melakukan sondasi di sekeliling cervik gigi.
8. Petugas memisahan gigi dan gusi dengan bein.
9. Petugas melakukan pencabutan gigi dengan tang pencabutan yang sesuai dengan gigi
yang akan dicabut.
10. Petugas melakukan gerakan Iuksasi sambil ditarik ke arah bukal/labial sampai gigi
keluar dari socketnya
11. Petugas membersihkan area sekitar gigi yang dicabut dari ekses ekses yang tertinggal
(pecahan gigi) dan tulang alveolus, sisa karang gigi
12. Petugas memberikan tampon dengan povidon iodine 10% pada daerah bekas
pencabutan gigi
13. Petugas memberikan obat anti perdarahan secara topikal dan atau sistemik jika terjadi
perdarahan sesuai indikas.
14. Petugas memberikan pesan-pesan setelah pencabutan kepada pasien
• Tampondigigitselama30menit.
• Jangan sering kumur-kumur.
• Jangan makan dan minum panas dulu selama 1x24 jam.
• Jangan merokok dulu sampai darah pada daerah bekas pencabutan berhenti
• Bekas pencabutan jangan dikorek-korek, disedot-sedot atau dipegang-pegang sama
tangan.
• Bekas pencabutan jangan dipakai untuk mengunyah selama 3x24 jam atau sesuai
kondisi.
• Minum obat sesuai aturan.
• Bila terjadi perdarahan dalam 1x24 jam diberikan kompres dingin.
• Bila ada keluhan segera kembali kontrol.
15. Petugas memberikan resep obat sesuai indikasi.
Unit Terkait

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

18
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Pengkajian awal adalah penggalian informasi tentang identitis pasien, keluhan, faktor
pencetus dan faktor pendukung penyakit kepada pasien. untuk mendapatkan informasi
mengenai masalah kesehatan yang dialami pasien.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan pengkajian awal.
Kebijakan
Referensi H.M.S Markum. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. FKUI. Jakarta. 2000.
Prosedur 1. Petugas unit pelayanan memanggil nama pasien.
2. Petugas unit pclayanan mencocokkan identitas pasien dengan rekam medis.
3. Jika ada kctidaksesuaian data. petugas unit pelayanan mengkonfirmasikan dengan unit
pcndaftaran.
4. Petugas unit pelayanan mempersilakan pasien untuk duduk.
5. Petugas unit pelayanan menanyakan keluhan utama pasien.
6. Petugas unit pelayanan menanyakan riwayat penyakit sckarang.
7. Pctugas unit pclayanan mcnanyakan riwayat penyakit sebelumnya.
8. Petugas unit pelayanan menanyakan hal-hal yang sesuai dengan jenis penyakit atau
keluhan pasien. seperti pola makan.
9. Petugas unit pelayanan menanyakan riwayat penyakit kcluarga yang berhubungan
dengan jenis penyakit atau keluhan pasien.
10. Petugas unit pclayanan menanyakan riwayat alergi obat pasicn.
11. Petugas unit pelayanan melakukan vital sign (sesuai indikasi dan kebutuhan pasien).
12. Petugas unit pelayanan melakukan penimbangan berat badan, jika diperlukan.
13. Petugas unit pelayanan mencatat hasil anamnesa dan perneriksaan vital sign ke rekam
medis pasien.
14. Petugas unit pelayanan menyerahkan rekaxn medis ke pemeriksa.
Unit Terkait 1. Unit BP Umum
2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA/KB

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

19
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Pelimpahan wewenang adalah proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah atau
terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam organisasi) dalam melakukan berbagai
aktivitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi yang jika tidak dilimpahkan
akan menghambat proses pencapaian tujuan tersebut.
Tujuan Sebagai pedoman pctugas didalam melakukan pelimpahan wewenang.
Kebijakan
Referensi 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan.
3. Undang-Undaug Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 29 tentang
Keperawatan.
Prosedur 1. Penanggung jawab Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) melakukan koordinasi dcngan
koordinator unit BP Umum, BP Gigi dan KIA-KB.
2. Penanggung jawab Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) dengan koordinator unit BP
Umum. BP Gigi dan KIA-KB. mengidentifikasikan kebutuhan pelimpahan wcwenang.
3. Koordinator unit BP Umum, BP Gigi dan KIA-KB merencanakan jenis kompetensi
apa saja yang bisa dilimpahkan.
4. Koordinator unit BP Umum, HP Gigi dan KIA-KB membuat pernyataan pelimpahan
wewenang yang isinya memuat petugas dan jenis kompetesi yang dilimpahkan.
5. Dokter atau dokter gigi yang memberi wewenang dan petugas yang diberi wewenang
menandatangani surat pernyataan pclimpahan wewenang.
6. Penanggungjawab UKP menyerahkan surat pernyataan pelimpahan wewenang untuk
ditandatangani kepada Kepala Puskesmas.
7. Kepala Puskesmas menandatangani surat pernyataan surat pelimpahan wewenang.
8. Koordinator unit BP Umum, BP Gigi dan KIA-KB mensosialisasikan surat
pelimpahan wenang kepada petugas yang diberi wewenang.
9. Petugas yang diserahi wewenang menerima tugas yang diberikan.
10. Petugas melaksanakan tugas sesuai kompetensi yang dilimpahkan.
Unit Terkait 1. Unit BP Umum
2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA/KB
Rekaman historis perubahan
Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

20
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Monitoring status fisiologi pasien selama pemberian anestesi lokal dan sedasi adalah
tindakanuntuk melakukan monitoring keadaan umum. tanda-tanda vital dan alergi pada
pasien selama pemberian anestesi lokal dan sedasi.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan monitoring status fisiologis pasien
selamapemberian anestesi lokal dan sedasi.
Kebijakan
Referensi Chris Tanto et all. Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Keempat.JiIid Kedua. Penerbit
Media
Aesculapius. FKUI. Jakarta. 2014.
Prosedur 1. Petugas memantau kesadaran pasien.
2. Petugas memantau pernafasan pasien.
3. Petugas memantau frekuensi nadi pasien.
4. Petugas memantau tekanan darah pasien.
5. Petugas memantau tanda-tanda alergi pada pasien.
Unit Terkait 1. Unit BP Umum
2 Unit BP Gigi
3. Unit KJA-KB

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

21
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Tumpatan Glass lonomer adalah pengisian kavitas dengan bahan glass ionomer
Tujuan Menjadi acuan dalam mengisi kavitas dengan bahan tumpatan Glass lonomer
Kebijakan
Referensi Manual Glass lonomer
Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat dan bahan
• Mixing pad/glass slab
• Spatula plastik
• Plastis instrumen
• Cotton pellet
• Cotton roll
• Glass lonomer
• Cocoabutter
• Mata bur yang sesuai
• Articulating paper
• Carver (pembentuk fissue)
2. Petugas menyiapkan kavitas yang akan dilakukan penumpatan dari jaringan karies dan
atau tumpatan sementara (post perawatan kapping pulpa dan mumifikasi)
3. Petugas mengisolasi gigi yang akan ditumpat dengan cotton roll
4. Petugas mengeringkan kavitas dengan cotton pelet
5. Petugas membuat perbandingan standar powder dan liquid adalah 3.6/1.0 g. konsistensi
ini diperoleh dengan satu takaran sendok powder dan satutetes liquid
6. Petugas mengambil powder, kocok botol powder agar diperoleh konsistensi powder
yang homogen kemudian ketuk dan buka tutup powder, isi sendok takaran powder
sepenuh penuhnya dan ratakan powder pada pembatas ditengah yang ada padabotol
powder dan letakkan diatas mixing pad
7. Petugas mengambil liquid, letakkan botol pada posisi horizontal dan pertahankan posisi
ini sehingga gelembung keluar dari ujung botol liquid, kemudian putar botol pada
posisi vertikal, pegang ujung botol sekitar 5 cm diatas mixing pad, stabilkan posisi
tangan dan tekan tombol secara pelan-pelan dan lembut
8. Petugas melakukan pengadukan, gunakan spatula plastik , bagi powder menjadi 2
bagian yang sama dan aduk bagian pertama dengan seluruh liquid yang ada selama 10
detik, tambahkan bagian kedua powder dan aduk selama 15-20 detik untuk
mendapatkan campuran yang homogen (total waktu pengadukan tidak boleh lebih dan
30 detik).
9. Petugas memasukkan hasil adukan kedalam kavitas menggunakan plastis instrumen

22
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

dan padatkan dengan tekanan untuk memastikan tidak ada gelembung udara yang
terjebak,tambahkan sisa bahan diatas permukaan oklusal dan tutup semua pinggiran
fissure dari kavitas, pastikan untuk menyelesaikan prosedur ini selagi bahan masih
mengkilap, segera setelah bahan mulai kehilangan permukaan yang mengkilap
gunakan dengan tekanan jari, tehnik ini akan memberikan penekanan lebih dari bahan
kedalam kavitas
10.Petugas menutup seluruh permukaan dari tumpatan dengan cocoa butter menggunakan
cotton pellet, biarkan mengering untuk mendapatkan lapisan pelindung
11.Petugas melakukan trimming untuk membebaskan oklusi jika bahan tumpatan
ketinggian
12.Petugas mengaplikasikan lagi dengan cocoa butter jika dilakukan trimming.
Unit Terkait BP Gigi

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

23
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Tumpatan resin komposit adalah pengisian kavitas deugan bahan resin komposit aktivasi
sinar
Tujuan Sebagai acuan menumpat dengan bahan resin komposit sehingga mendapatkan tumpatan
yang kuat dan estetisnya tinggi
Kebijakan
Referensi Manual resin komposit 3M ESPE Filtek TM 2.
Manual 3M ESPE Scoth Bond 3.
Manual Etsa
Prosedur 1. Petugas menyiapkan alat dan bahan:
Alat :
• Diagnostik set
• Light cure
• Bun intan dan bun metal sesuai jenisnya
• White Stone
• Rubber Cup / alat poles
• Plastis Instrumen
• Stopper
• Microbrush
Bahan:
• Etsa
• Bonding
• Pasta resin komposit
• Ca OH2+ SIK(bila diperlukan)
• Celuloid strip
• Cotton roll
• Cotton pelet
2. Petugas membersihkan gigi dengan spuling dan dilakukan dengan kapas untuk
menghilangkan noda/plak di permukaan gigi
3. Petugas mempreparasi sesuai dengan klasifikasi kavitas untuk line angle dan point
angle dibuat bulat
4. Petugas mengisolasi dengan cotton roll
5. Petugas melapisi dasar kavitas dengan kalsium hidroksid (CaOH2), kemudian dilapisi
dengan semen ionomer kaca (sandwich) bila kavitas terlalu dalam.
6. Petugas mengaplikasikan Etsa path email dan dentin, pada kavitas tunggu 15 detik
kemudian dicuci dengan air selama kurang Iebih 10 detik, setelah itu air dalam kavitas

24
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

dibersihkan dengan butiran kapas lembab dan meninggalkan kavitas yang lembab.
7. Petugas mengaplikasikan bahan bonding 2-3 kali olesan, pada permukaan email dan
dentin yang sudah di etsa selama 15 detik, semprot angin secara ringan kurang lebih 5
detik untuk menguapkan pelarut bonding kemudian disinar kurang lebih 10 detik.
8. Petugas mengaplikasikan bahan resin komposit lapis demi lapis kemudian disinar,
untuk ketebalan 2,5 mm sinar- selama 20 detik Untuk warna tua ketebalan 2 mm sinar-
selama 30 detik.
9. Petugas melakukan finishing dengan bor intan halus untuk membentuk kontur, dan
penyesuaian dengan artikulating paper
10. Petugas memolish dengan white stone/rubber point
11. Member pesan pada pasien
- Tidak boleh dipakai mengunyah 1x24 jam
- Tidak boleh disikat terlalu kuat
Unit Terkait BP Gigi

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

25
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Pelayanan klinis adalah proses pemberian pelayanan kepada pasien sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi pasien.
Tujuan Sebagai pedoman petugas didalam melakukan pelayanan klinis.
Kebijakan
Referensi -
Prosedur 1. Petugas menerima rekam medis dan petugas pandaftaran.
2. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut.
3. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan identitas dalam rekam medis pasien.
4. Bila tidak sesual. petugas konfrmasi ulang ke bagian pendaftaran sampai terjadi
kesesuaian.
5. Petugas melakukan anamnesa penyakit ( keluhan utama), bila identitas sudah scsuai
dengan rekammedis.
6. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
7. Petugas memberikan rekam medis ke ruang periksa.
8. Pemeriksa mernanggil pasien ke ruang periksa.
9. Pemeriksa melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan / yang sesuai.
10.Pemeriksa menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa. pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik,
11.Pemeriksa dapat merujuk untuk pemeriksaan penunjang atau konsultasi ke sub unit
lain bila ada indikasi.
12.Pemeriksa dapat memberikan tindakan medis kepada pasien.bila ada indikasi.
13.Petugas meminta pasien (bagi yang tidak memiliki jaminan kesehatan) ke kasir untuk
membayar biaya tindakan, bila pasien mendapat tindakan medis.
14.Pemeriksa dapat memberikan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, bila
ada indikasi.
15.Bila diperlukan pemeriksa dapat mengkaji ulang anamnesa . vital sign dan
pemeriksaan fisik pasien untuk mendiagnosa ulang penyakit pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan penunjang hasil konsultasi sub unit lain/ basil tindakan yang telah
diberikan.
16.Pemeriksa memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sesuai
standard.
17.Pcmeriksa memberikan resep kepada pasien untuk mengambil obat di Unit Farmasi.
18.Petugas mendokumentasikan dalam rekam medis semua hasil pemeriksaan diagnose
tindakan dari terapi / rujukan yang telah dilakukan
19.Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan , diagnosa dan terapi yang sudah

26
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

tercatat dalam rekam medis ke data simpus.


Unit Terkait 1. Unit Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Unit BP Umum
3. Unit BP Gigi
4. Unit KIA-KB
5. Unit Farmasi
6. Unit GIZi
7. Konsultasi Berhenti Merokok
Rekaman historis perubahan
Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

27
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Prosedur Selesai Pelayanan BP Gigi adalah suatu proses untuk memastikan sarana yang
mendukung kegiatan pelayanan di klinik gigi; seperti barang cetakan, alat-alat medis,
bahan bahan medis dan dental chair unit dalam keadaan bersih, rapi dan aman.
Tujuan Pedoman kerja bagi petugas untuk memastikan barang cetakan, alat-alat medis, bahan-
bahan
medis, dental chair unit, dan ruangan pelayanan di BP Gigi dalam keadaan bersih, rapi
dan
aman.
Kebijakan
Referensi Buku pedoman kerja Puskesmas I-IV
Prosedur 1. Petugas menyimpan semua barang cetakan pada tempatnya
2. Petugas menyimpan semua bahan-bahan medis pada tempatnya.
3. Petugas mensterilkan atat-alat medis yang telah selesai digunakan.
4. Petugas menyimpan alat-alat medis pada tempatnya.
5. Petugas membersihkan dental chair unit
• membersihkan bagian luar dental chair unit dengan memakai lap.
• Membersihkan meja instrument.
• Melumas alat bur dengan pelumas.
• Membersihkan cuspidor bowl dengan detergen.
6. Petugas memastikan alat-alat penunjang seperti kompresor, mikromotor dan dental
chair unit sudah dimatikan (listrik sudah dimatikan).
7. Jika terdapat alat yang mengalami kerusakan dan tidak bisa diperbaiki oleh petugas,
maka petugas melaporkan pada urusan TU.
Unit Terkait Bp Gigi

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

28
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

Pengertian Anamnese penyakit adalah rangkaian wawancara terhadap pasien mengenai:Keluhan


utamanya.
Pemeriksaan rongga mulut adalah pemeriksaan gigi-geligi dan jaringan lunak rongga
mulut, berupa:
• Pemeriksaan visual langsung (intra oral dan atau ekstra oral).
• Pemeriksaan kondisi gigi (sondasi, perkusi, palpasi, CE).
• Pemeriksaan penunjang (rontgen foto).
Penegakan diagnosa adalah menetapkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien
berdasarkari hasil anamnese dan pemeriksaan rongga mulut.
Terapi adalah pengobatan atau tindakan perawatan yang dilakukan sesuai dengan
diagnosa yang ditegakkan.
Pelayanan rujukan:
Rujukan antar klinik adalah rujukan yang ditujukan ke Klinik Umum dalam Puskesmas
(bila ada indikasi).
Rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan memiliki fasilitas kesehatan yang
memadai, yang tidak dapat dilayani di Puskesmas.
Tujuan Sebagai pedoman kerja dokter gigi dan perawat gigi dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di BP. Gigi Puskesmas Rwat Jalan Wajok Hulu
Kebijakan
Referensi Buku Pedoman Kerja Puskesmas I-IV
Prosedur 1. Petugas memanggilan pasien sesuai nomor unit pendaftaran
2. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu status.
3. Petugas mempersilakan pasien duduk di kursi gigi (dental chair).
4. Petugas melakukan anamnese.
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang diagnosa (roentgen foto), bila diperlukan.
6. Petugas memberikan formulir pemeriksaan penunjang (bila poin 5 dilakukan).
7. Petugas menegakkan diagnosa.
8. Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium bila terdapat hal-hal yang
mencurigakan pada anamnese.
9. Petugas memberikan formulir pemeriksaan laboratorium (bila poin 8 dilakukan).
10. Petugas menentukan rencana perawatan.
11. Petugas melaksanakan tindakan perawatan dan atau peresapan sesuai diagnosa.
12. Petugas melaksanakan rujukan kasus, bila diperlukan.
13. Petugas membuat nota pembayaran tindakan.
14. Petugas mencatat hasil perawatan di buku Rekam Medik dan Regester.

29
SPO PERAWATAN KAPING PULPA

No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RAWAT PUSKESMAS RAWAT JALAN WAJOK HULU KECAMATAN ALPINO, S. Kep
JALAN WAJOK HULU SIANTAN NIP. 19710820 199203 1 004

15. Petugas menyerahkan buku Rekam Medik di ruang Rekam medik.


Unit Terkait Bp Gigi

Rekaman historis perubahan


Tgl. Mulai
No Isi Perubahan
Diberlakukan

30

Anda mungkin juga menyukai