Biofisik Kelautan
3.1. Karakteristik planet bumi
3.1.1. Luas permukaan laut
Planet bumi sebenarnya didominasi oleh lautan. Dari sisi luas, samudera jauh lebih luas dari
daratan seluruh benua (Gambar 2.1.a). Luas total daratan di bumi hanya 1/3 luas total samudera di
bumi. Hal ini mempertegas planet kita sebagai “planet air”. Samudera (laut) menutupi sekitar 71 % luas
permukaan bumi. Sekitar 80% luas permukaan di belahan Bumi Selatan ditutupi oleh laut, sedangkan di
belahan Bumi Utara sekitar 61 % ditutupi oleh laut.
Sebagian besar laut di dunia adalah dalam, dan 84 % dari dasar laut terletak di kedalaman lebih
besar dari 2000 meter. Kedalaman rata-rata keseluruhan samudera adalah 3.729 m, sedangkan
kedalaman terdalam adalah 11.022 m yaitu Palung Mariana di Challenger Deep dekat Guam. Ketinggian
rata-rata benua adalah 840 m, dengan ketinggian tertinggi adalah 8.850 m, yakni Gunung Everest di
Pegunungan Himalaya (Gambar 2.1.b). Kedalaman Palung Mariana masih lebih besar 2.172 m dari
gunung tertinggi di bumi.
a b
Gambar 2.1. Perbandingan luas dan dalam antara samudera dan daratan
Samudera dunia dapat dibagi menjadi 4 samudera utama ditambah satu, berdasarkan posisi
benua dan bentuk samudera (Gambar 2.2; Tabel 1). Masing-masing memiliki luas dan dalam yang
bervariasi, yakni:
1. Samudera Pasifik. Samudera ini paling besar di bumi, menutupi lebih dari setengah luas permukaan
seluruh samudera di bumi. Unsur geografi tunggal paling besar di planet ini yang menutupi hampir
sepertiga permukaan bumi. Samudera ini terletak antara benua Asia dan benua Amerika sebelah
Barat. Luas samudera ini lebih besar dari luas gabungan keseluruhan daratan di bumi. Juga
5. Samudera Antartika atau Samudera Bagian Selatan. Samudera ini dikenal sebagai samudera
tambahan dekat benua Antartika di belahan bumi selatan. Dibatasi oleh pertemuan arus-arus dekat
Antartika yang disebut konvergensi Antartika, samudera ini sebenarnya adalah bagian dari Samudera
Pasifik, Atlantik, dan India selatan sekitar 50 derajat lintang selatan. Nama samudera ini disesuaikan
dengan letaknya yang di belahan bumi selatan.
Dalam penggunaan sehari-hari, kata samudera dan laut sering diartikan sama, karena itu sering
dipertukarkan penggunaanya. Secara teknis laut didefinisikan sebagai berikut:
i. Luasnya lebih kecil dan lebih dangkal dari samudera
ii. Tersusun oleh air asin (ada laut yang tersusun dari air tawar seperti Laut Kaspia di Asia)
iii. Di beberapa tempat dikelilingi oleh daratan (tetapi ada laut, seperti laut Saragasso di samudera
Atlantik dibatasi oleh arus samudera yang kuat).
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia
dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Wilayah perairan
laut teritorial Indonesia terdiri dari tiga tipe ekosistem utama, yaitu : (1) perairan dangkal di wilayah
Barat (Paparan Sunda), (2) perairan dangkal di wilayah Timur (Paparan Sahul), (3) wiayah laut dalam
(jeluk) yang mencakup Selat Makassar dan Laut Banda. Laut jeluk lainnya yang berada di perairan
Indonesia adalah Selat Bali, Laut Flores, Laut Sulawesi, dan Laut Maluku. Luas wilayah periaran laut
teritorial Indonesia seperti tercantum pada tabel berikut ini.
Perairan Segitia Indo-Malaysia yang mencakup sebagian besar Asia Tenggara ditambah dengan
Papua New Guinea dianggap sebagai pusat distribusi biota laut bagi perairan disekitarnya (Ekman, 1953
dalam Dahuri, 2002).
Perairan Indonesia dipengaruhi oleh Samudera Hindia dan Pasifik. Massa air yang berasal dari
Samudera Pasifik masuk dari arah Utara kemudian ke Samudera Hindia melalui selat-selat, terutama di
Nusa Tneggara. Karena posisinya terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia, perairan
Indonesia menjadi sangat strategis sebagai kawasan lintasan berbagai macam kapal laut. Lalu lintas ini
dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kelestarian sumber daya alam hayati perairan.
Bentuk dasar laut yang majemuk tersebut beserta lingkungan air di atasnya, memberi
kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik secara
Teluk adalah daerah atau areal perairan yang diapit oleh dua daratan yang menjorok ke laut
(tanjung). Teluk berdasarkan ukurannya dibedakan atas gulf dan bay. Gulf teluk yang lebih besar dari
bay. Embaykment adalah wilayah perairan semi tertutup, yang memiliki saluran keluar menuju laut.
Wilayah teluk yang terdapat muara sungai disebut estuari. Pada wilayah estuari, kadar garam
(salinitas) bervariasi umumnya merupakan pencampuran antara air tawar (salinitas 0 ppt) dengan air
laut yang bersalinitas 34 ppt sehingga membentuk air bersalinitas sedang atau payauh. Selain itu
banyak saluran pembuangan air limbah, baik limbah pemukiman, perkotaan, pabrik, dan air pendingin
pembangkit listrik dibuang/dialirkan ke perairan teluk.
Wilayah perairan teluk (gulf dan terutama bay) merupakan wilayah yang terlindung. Banyak
aktifitas perikanan seperti budidaya ikan dan penangkapan berlangsung di wilayah ini. Selain itu, sarana
pelabuhan dan jetty banyak dibangun pula di wilayah ini. Hal ini menyebabkan wilayah teluk penting
secara ekonomi, namun juga rentan mengalami pencemaran hingga kerusakan habitat.
3. 2. Mintakat Laut
Lingkungan laut terdiri dari dasar laut dan kolom air di atasnya maka lingkungan ini dapat dibagi
menjadi dua bagian utama yaitu pelagis meliputi seluruh kolom air dimana hewan dan tumbuh-
tumbuhan mengapung atau berenang dan bagian dasar laut atau bentik yang meliputi seluruh
lingkungan dasar laut dimana biota laut hidup melata, memendamkan diri atau meliang, mulai dari
pantai sampai dasar laut terdalam. Yang pertama menyangkut zonasi atau pemintakatan laut secara
horizontal dan yang kedua secara menegak (Gambar 2.3.a, b.).
Semua biota yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut dinamakan biota
pelagis. Lingkungan perairan dimana biota ini hidup, disebut lingkungan pelagis. Lingkungan ini
mencakup kolom air mulai dari permukaan laut sampai permukaan dasar laut.
Secara horizontal kawasan pelagis dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu : (1) Zona Neritik,
mencakup massa air yang terletak di atas paparan benua. (2) Zona Oseanik, meliputi semua perairan
terbuka lainnya. Sedangkan secara vertikal kawasann pelagik dapat dibagi berdasarkan daya tembus
cahaya matahari ke dalam perairan laut, yaitu zona fotik (eufotik) dan zona afotik. Zona fotik
merupakan perairan pelagis yang masih mendapatkan cahaya matahari. Batas bawah zona ini
tergantung pada batas kedalaman tembus cahaya, dan biasanya bervariasi berdasarkan tingkat
kejernihan air. Umumnya terletak pada kedalaman 100 – 200 meter. Istilah lain untuk zona ini adalah
zona epipelagis, merupakan daerah tempat berlangsungnya proses produksi primer di lautan.
Sebaliknya zona afotik adalah zona yang tidak dapat ditembusi cahaya matahari (selalu dalam keadaan
gelap), pada zona ini tidak terjadi proses fotosintesis sehingga tidak dihasilkan produksi primer.
Afotik
Batial
2000
to
4000
Abisal 6.000
Pelagik hadal
Hadal
10.000
00
Gambar 2.3.b. Pembagian utama lingkungan laut berdasarkan jarak dari darat, kedalaman air, dan habitat
organisme bentik dan pelagis.
Lingkungan bentik dibagi menjadi zona litoral yang meluas mulai dari garis pasang tertinggi
sampai ke pinggir paparan benua, dan zona abisal (dasar laut dalam) yang meluas mulai dari pinggir
paparan benua sampai ke dasar laut paling dalam dari samudera.
Zona litoral, secara periodik mengalami pengeringan dan perendaman air dalam sehari
semalam, terdiri dari berbagai jenis substrat dasar perairan (lumpur, batu atau cadas, pasir dan
tumpukan benda) yang mempengaruhi jenis hewan yang dapat hidup pada atau di dalam dasar laut ini.
Zona ini dibagi lagi atas 3 bagian yaitu; litoral (intertidal), supralitoral, dan sublitoral.
Zona abisal, dasar lautnya menyerupai dasar lumpur yang terdapat pada dasar laut litoral.
Terdapat endapan mineral seperti bola-bola mangan (nodule mangan) serta benda keras seperti tulang
telinga paus dan gigi hiu. Dasar samudera dalam terdiri dari endapan kapur terutama dari kerangka
foraminifera, endapan silika terutama dari kerangka diatom dan lempung merah. Kehidupan hewan-
hewan di dasar laut seperti ini berkaitan langsung dengan tipe endapan dasar laut dan keadaan fisik
dasar laut ini. Makin padat endapan dasar laut makin banyak epifauna yang terdapat. Pemakan
penyaring memilih dasar yang keras dengan partikel halus dari lumpur yang tidak dapat menyebabkan
tersumbatnya alat penyaring. Jika partikel sangat halus sehingga dapat menyumbat alat penyaring maka
tipe hewan yang tinggal di habitat ini adalah pemakan endapan yang mengambil dan mencerna zat
organik yang terdapat dalam lumpur. Selain itu terdapat hewan pemangsa dan pemakan bangkai yang
memakan hewan apa saja, hidup atau mati.
Tabel 3. Hubungan Antara Kadar Oksigen Terlarut Jenuh dan Suhu pada Tekanan Udara 760 mm Hg
Suhu (oC) Kadar Oksigen Tertarut Suhu Kadar Oksigen Terlarut Suhu Kadar Oksigen Terlarut
(mg/litter) (°C) (mg/liter) (°C) (mg/liter)
0 14,62 14 10,31 28 7,83
1 14,22 15 10,08 29 7,69
2 13,83 16 9,87 30 7,56
3 13,46 17 9,66 31 7,43
4 13,11 18 9,47 32 7,30
5 12,77 19 9,28 33 7,18
6 12,45 20 9,09 34 7,06
7 12,14 21 8,91 35 6,95
8 11,84 22 8,74 36 6,84
9 11,56 23 8,58 37 6,73
10 11,29 24 8,42 38 6,62
11 11,03 25 8,26 39 6,51
12 10,78 26 8,11 40 6,41
13 10,54 27 7,97
Sumber: Cole, 1983.
Perubahan suhu memberi pengaruh pula kepada biota laut. Suhu berpengaruh terhadap
kecepatan metabolisme organisme-organisme laut. Semakin tinggi suhu, kecepatan metabolisme
semakin cepat. Semakin tinggi suhu semakin tinggi pula kecepatan respirasi hewan laut, akibatnya
konsumsi oksigen juga meningkat. Perubahan suhu juga merupakan salah satu stimulan
perpindahan/migrasi serta stimulasi pemijahan dari hewan-hewan laut.
Berdasarkan pada kemampuan adaptasi organisme laut terhadap suhu dikenal adanya istilah
“Eurythermal” (Eury = Luas) dan “Stenothermal” (Steno = sempit). Hewan yang tidak mampu mengatur
suhu tubuhnya atau hewan berdarah dingin disebut hewan “poikilotermik” atau “ektotermik”
contohnya Ikan.
3.3.2. Salinitas,
Salinitas adalah jumlah total materi terlarut (garam) di dalam air laut, dengan kata lain, salinitas
merupakan takaran bagi keasinan air laut. Secara lebih lengkap, salinitas didefinisikan sebagai berat zat
padat terlarut dalam gram per kilogram air laut, jika zat padat telah dikeringkan sampai beratnya tetap
pada 480 OC, dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah klor yang ekivalen
dengan berat kedua halida yang hilang.
Tabel 4. Hubungan Antara Kadar Oksigen Terlarut Jenuh dan Salinitas pada Tekanan Udara 760 mm Hg.
Suhu Salinitas (%o)
(°C) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
20 8,9 8,6 8,4 8,1 7,9 7,7 7,4 7,2 6,9 6,8
22 8,6 8,4 8,1 7,9 7,6 7,4 7,2 6,9 6,7 6,6
24 8,3 8,1 7,8 7,6 7,4 7,2 6,9 6,7 6,5 6,4
26 8,1 7,8 7,6 7,4 7,2 7,0 6,7 6,5 6,3 6,1
28 7,8 7,6 7,4 7,2 7,0 6,8 6,5 6,3 6,1 6,0
30 7,6 7,4 7,1 6,9 6,7 6,5 6,3 6,1 5,9 5,8
32 7,3 7,1 6,9 6,7 6,5 6,3 6,1 5,9 5,7 5,6
Sumber: Richard dan Corwin (1956) dalam Weber, 1991.
sehingga air dengan densitas 1,02400 akan memiliki nilai σS.T.P adalah 24,0.
Nilai densitas air laut akan besar ketika nilai Diperoleh dari:
salinitas tinggi, suhu rendah, dan tekanan tinggi.
Sebaliknya akan kecil pada salinitas kecil, suhu tinggi,
σS.T.P = (densitas – 1) x 103
dan tekanan rendah. = (1,02400 – 1) x 1000
= 0,02400 x 1000
Perbedaan densitas menyebabkan = 24,0
terbentuknya lapisan-lapisan massa air di laut. Sebaran
menegak densitas di air laut umumnya menunjukan bahwa, massa air permukaan memiliki densitas
rendah, kemudian sampai pada kedalaman tertentu, terjadi perubahan densitas sangat cepat dengan
berubahnya kedalaman, kemudian massa air di lapisan dalam umumnya memiliki densitas lebih besar
dari permukaan. Lapisan air yang densitas berubah sangat cepat dengan pertambahan kedalaman
disebut lapisan pycnocline.
Perubahan densitas air laut pada salinitas sama dan kisaran perubahan suhu yang sama antara
daerah lintang rendah (ekuator/torpis) dengan daerah di lintang tinggi (temperate dan kutub) berbeda.
Perubahan nilai densitas pada daerah tropis lebih besar hampir 3 kali lipat dibanding daerah lintang
tinggi.