PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
kehidupan yang relatif lebih baik ketimbang kelompok destitute maupun miskin.
Namun kelompok yang sering disebut agak miskin ini masih rentan terhadap
berbagai perubahan sosial di sekitarnya. Mereka seringkali berpindah dari status
rentan menjadi miskin dan bahkan destitute bila terjadi krisis ekonomi.
Masalah kemiskinan menjadi persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Besar
kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis
kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan lebih besar dari pada pendapatannya perbulan
atau di bawah garis kemiskinan. Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar
berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu
diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain
harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga
harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan
(BPS, 2016).
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan pokok yang dihadapi
bangsa Indonesia sejak dulu hingga sekarang dan sampai saat ini belum ada
penyelesaian yang tepat dari pemerintah. Meskipun berbagai perencanaan,
kebijakan serta program pembangunan telah dan akan dilaksanakan untuk
mengurangi jumlah penduduk miskin. Upaya pengentasan dan pengurangan
kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup seluruh aspek
kehidupan dan dilaksanakan secara terpadu. Kemiskinan terjadi karena
kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak sama, sehingga terdapat
masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses pembangunan atau
menikmati hasil pembangunan (Soegijoko, 2001).
Terdapat dua masalah besar yang terjadi di negara berkembang. Pertama,
adanya kesenjangan ekonomi pada distribusi pendapatan antara kelompok
masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah. Kedua, banyaknya sejumlah orang
yang berada dibawah garis kemiskinan atau lebih dikenal dengan orang miskin.
Kedua hal tersebut terdapat juga di Indonesia (M. T. Noor, 2005).
Dalam mengukur kemiskinan di Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik)
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Melalui
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
per bulan pada September 2014. Sedangkan garis kemiskinan perdesaan naik
2,98% (BPS Sumsel, 2014).
Dengan memperhatikan persoalan kemiskinan serta skala kemiskinan yang
ada, beban dan tantangan penanggulangan kemiskinan salah satunya dihadapi oleh
pemerintah Kabupaten Banyuasin. Persentase penduduk miskin di Kabupaten
Banyuasin yakni 12,39% dengan indeks keparahan kemiskinan 0,37. Banyuasin
menduduki urutan keempat proporsi konsumsi penduduk termiskin di Sumatera
Selatan yakni 9,42% (BPS Banyuasin, 2010).
Tanjung Lago merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyuasin
dengan luas daerah 802,42 km2. Sebagian besar wilayah Kecamatan Tanjung Lago
merupakan dataran rendah pesisir yang terletak di bagian hilir aliran anak Sungai
Musi. Pada umumnya Kecamatan Tanjung Lago berupa lahan basah yang
terpengaruh pasang surut sehingga sebagian besar lahan tersebut dimanfaatkan
untuk pertanian pangan yaitu padi dan palawija. Program Peningkatan Beras
Nasional (P2BN) yang tengah dilakukan pemerintah seperti penyaluran pupuk
bersubsidi, benih unggul dan perluasan lahan sawah. Program P2NB dalam
rangka memperluas lahan sawah dan menyalurkan benih unggul kepada kelompok
tani padi dapat meningkatkan produkstivitas padi. Jumlah produksi padi tahun
2014 di Kecamatan Tanjung Lago sebanyak 67.454 ton dengan luas panen sekitar
12.734 Ha atau rata-rata 5,30 ton/hektar (BPS Tanjung Lago, 2014).
Kecamatan Tanjung Lago memiliki lahan pertanian yang cukup luas yang
hasil pertaniannya cukup besar sehingga mata pencaharian penduduk yang
utama adalah petani termasuk salah satunya adalah petani padi. Secara rata-rata
40,33% luas wilayah kecamatan Tanjung Lago dipergunakan untuk lahan
pertanian, 54,97% luas wilayah sebagai lahan usaha non pertanian termasuk
hutan rakyat, 4,73% dipergunakan untuk pemukiman, dan fasilitas umum
lainnya termasuk jalan. Lahan pertanian di Kecamatan Tanjung Lago
meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan
dan perikanan Tetapi pada kenyataannya walaupun pertanian khususnya
pertanian tanaman padi merupakan yang paling besar memberikan kontribusi,
masih banyak petani padi kurang mampu mendapatkan penghasilan yang layak
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari demi kelangsungan hidup atau bisa
Universitas Sriwijaya
5
Tabel 1.2. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera per desa di Kecamatan
Tanjung Lago Tahun 2014
Universitas Sriwijaya
6
Purwosari digunakan sebagai lahan pertanian tetapi masih banyak petani yang
termasuk dalam kategori belum sejahtera (BPS Tanjung Lago, 2014).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pertanian di Kecamatan Tanjung
Lago ?
2. Bagaimana tingkat kemiskinan petani padi pasang surut di Kecamatan
Tanjung Lago ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan petani padi
pasang surut di Kecamatan Tanjung Lago ?
Universitas Sriwijaya