Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN HAPUSAN DARAH TEPI (HDT)

9 OFF A

KELOMPOK C

NAMA :
NI PUTU APRIANTI (15.131.0656)

STIKes WIRA MEDIKA PPNI BALI


TAHUN AJARAN 2016/2017
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui morfologi dari leukosit, eritrosit dan trombosit.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa diharapkan mampu membedakan jenis-jenis leukosit.
2. Mahasiswa diharapkan mampu melihat kelainan morfologi dan prosentase jenis
leukosit.

1.2 Prinsip
Darah diteteskan di objek glass, dipaparkan (spieding) kemudian dikeringkan dengan
bagian ekor diatas, dicat lalu dilihat diatas mikroskop dengan perbesaran 10x untuk mencari
counting area dan 100x + oil imersi untuk pengamatan

1.3 Alat dan Bahan


Alat : - Objek glass Bahan : - Sampel darah vena
- Pipet tetes - Oil imersi
- Mikroskop - Giemsa
- Cover glass - Larutan buffer
-Metanol

1.4 Identitas Pasien


Nama pasien : I GEDE ANGGA ASTAWAN
Umur :-
Jenis kelmin : LAKI-LAKI

1.5 Prosedur Kerja


 Pembuatan preparat
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Teteskan 1 tetes darah pada salah satu ujung objek glass.
3. Tempatkan tepi gelas penggesek dengan sudut 30-450 didepan tetesan darah.
4. Geser gelas penggesek hingga tepinya menyentuh tetesan darah, biarkan darah menyebar
rata disepanjang tepi gelas penggesek.
5. Geser dengan cepat gelas penggesek kedepan sehingga seluruh darah pada tepinya
tergesek merata pada objek glass.
6. Keringkan hapusan diudara hingga kering.
7. Fiksasi menggunakan methanol lalu disimpan untuk dilakukan pengecatan.
 Pengecatan preparat
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Hapusan darah yang telah difiksasi menggunakan methanol disiapkan.
3. Tuangkan Giemsa Working Solution (1 tetes Giemsa induk + 9 tetes Giemsa buffer)
genangi selama 20 menit.
4. Lalu cuci menggunakan aquadest.
5. Dikeringkan diudara.
6. Sediaan siap untuk diamati dibawah mikroskop.
 Pengamatan hitung jenis leukosit (diffcount)
1. Siapkan mikroskop untuk pengamatan.
2. Letakkan preparat hapusan darah tepi yang telah dicat menggunakan Giemsa diatas meja
preparat.
3. Gunakan perbesaran 10x untuk mencari counting area.
4. Gunakan perbesaran 100x ditambah oil imersi untuk pengamatan sel leukosit.
5. Amati hitung jenis sel leukosit dengan cara mendapatkan sebanyak 100 sel dalam 10
lapang pandang.
1.6 Harga Normal
Hitung eritrosit : - Laki-laki 5.000.000-6.000.000/ml
- Perempuan 4.000.000-5.000.000/ml
Hitung leukosit : 5.000-10.000/ml
Jenis Sel Lukosit
Eosinophil / Basofil / Neutrofil Stab / Neutrofil Segmen / Limfosit / Monosit
1-3% / 0-1% / 3-5% / 50-70% / 25-35% / 4-6%
Hitung trombosit : 150.000-450.000/mm³
1.7 Hasil
Hasil pengecatan hapusan darah tepi

 Hasil pemeriksaam morfologi eritrosit : hipokrom mikrositer anisositosi poikilositosis

 Hasil pemeriksaan hitung leukosit :


Lapang pandang 1 26 Lapang pandang 6 31
Lapang pandang 2 42 Lapang pandang 7 26
Lapang pandang 3 40 Lapang pandang 8 18
Lapang pandang 4 42 Lapang pandang 9 28
Lapang pandang 5 24 Lapang pandang 10 33
Kesan leukosit : normal
 Hasil penghitungan jenis leukosit :


Nama Sel Lapang Pandang %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Eosinofil 1 1%
Basofil - -
Neutrofil Stab 6 6%
Neutrofil Segmen 56 56%
Limfosit 37 37%
Monosit - -
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100%
Eosinophil / Basofil / Neutrofil Stab / Neutrofil Segmen / Limfosit / Monosit
1% / - / 6% / 56% / 37% / -

 Hasil pemeriksaan trombosit :


Lapang pandang 1 2 Lapang pandang 10 -
Lapang pandang 2 1 Lapang pandang 11 -
Lapang pandang 3 1 Lapang pandang 12 -
Lapang pandang 4 - Lapang pandang 13 -
Lapang pandang 5 - Lapang pandang 14 1
Lapang pandang 6 1 Lapang pandang 15 -
Lapang pandang 7 - Lapang pandang 16 -
Lapang pandang 8 - Lapang pandang 17 2
Lapang pandang 9 1 Lapang pandang 18 1
Kesan trombosit : 9 x 1000 = 9000 (menurun)

Adapun hasil dari pengamatan morfologi leukosit didapatkan :


GAMBAR KETERANGAN
Pengamatan dengan perbesaran 100x + oil
imersi didapatkan :

Limfosit

Penampakan eritrosit dengan berbagai


macam bentuk (poikilositosis)

Normoblas (eritrosit berinti)


Pengamatan dengan perbesaran 100x + oil
imersi didapatkan :

Neutrofil segment

1.8 Diskusi
Diffcount atau yang sering disebut dengan hitung jenis leukosit adalah untuk
melakukan hitung jenis leukosit dan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis sel leukosit,
pertama membuat sediaan apusan darah yang diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Amati
dibawah mikroskop dan hitung jenis-jenis sel leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis
sel darah putih dinyatakan dalam persen. Jumlah absolut dihitung dengan hitung lekosit.
Hasilnya dinyatakan dalam sel /ul.
Sediaan hapusan darah tepi dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan,
misalnya untuk mengevaluasi morfologi sel darah, memperkirakan jumlah sel darah dan
juga pemeriksaan identifikasi parasit.
Teknik yang digunakan adalah menggunakan teknik dorong (push slide) yang
pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell wintrobe dan menjadi standar untuk apusan
darah tepi. Persyaratan dan baik buruknya pembuatan apusan darah yaitu tergantung pada
objek glass dimana objek glass harus bersih, kering dan bebas lemak. Sedangkan tebal
tipis nya hapusan tergantung pada tetesan darah diatas objek glass.
Setelah pembuatan hapusan darah. Hapusan dikeringkan kemudian difiksasi
menggunakan methanol absolute selama 3-5 menit. Tujuan dari fiksasi tersebut adalah
untuk merekatkan darah pada objek glass. Lalu hapusan di cat menggunakan Giemsa
Working Solution (Giemsa yang telah diencerkan dengan perbandingan 1:9) selama 20
menit. Baik buruk pengecatan tergantung campuran dan perbandingan pada pengecatan.
Ciri-ciri hapusan sedian hapusan darah tepi yang baik yaitu :
1. Sediaan tidak memanjang sampai tepi kaca objek, panjang 1/2-2/3 objek glass.
2. Mempunyai bagian tebal dan bagian tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit
tersebar merata.
3. Pinggir sediaan merata.
4. Tidak berlubang dan tidak bergaris.
5. Bagan ujung tidak seperti bendera robek.
Sel darah putih atau leukosit. Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1
sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih
yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi,
termasuk menghasilkan antibodi. Dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada
tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit
sedangkan sel tanpa granula disebut agranulosit.
a. Granulosit
1. Neutrofil
Juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-granul,
jumlahnya paling banyak. Neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi
bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Ada 2 jenis
neutrofil, yaitu neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil
bersegmen (matur, matang). Neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah
muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus yang
terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 µm
samapai 12 µm. Terdapat hingga 56% dalam darah.

2. Eosinofil
Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan
berdiameter 12 µm sampai 15 µm. Berfungsi sebagai fagositik lemah. Jumlahnya
akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang
selama stress berkepanjangan. Selain itu eosinofil juga membunuh parasit,
merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi. Terdapat kurang lebih
4% dalam darah.

3. Basofil
Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar
yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna
keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nukleus
berbentuk S. diameternya sekitar 12 µm sampai 15 µm.
Basofil juga berperan dalam respon alergi. Sel ini
mengandung histamin. Terdapat <1% didalam darah.

b. Agranulosit
1. Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk
sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Selain
itu, limfosit bergaris tengah 6-8 µm, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti
yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan
kandungan basofilik dan azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat
digolongkan berdasarkan asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan
dengan sifat imunologisnya, siklus hidup dan fungsi.
Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008):
1. Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi
sel plasma, yang menghasilkan antibody.
2. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar
thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana benda asing
dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus
dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari
sistem pengawasan kekebalan.

2. Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal,
diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 µm atau
lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda.
Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian
kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil.
Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak
mitokondria. Apa ratusan Golgi berkembang dengan baik, ditemukan
mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit terdapat dalam
darah, jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear
(system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen.
1.9 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil pemenriksaan
HDT yang didapat :
1. Eritrosit : Hipokrom mikrositer anisositosis poikilositosis
2. Leukosit : Normal
Eosinophil / Basofil / Neutrofil Stab / Neutrofil Segmen / Limfosit / Monosit
1% / - / 6% / 56% / 37% /-
3. Trombosit : Menurun

Drs. A.A.N Santa A.P, MM NILAI

Anda mungkin juga menyukai