Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim atau industri, di sanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus(black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Dikarenakan terdapat berbagai macam limbah, maka terdapat pula berbagai macam
polutan atau senyawa-senyawa pencemar yang dapat mencemarkan lingkungan sekitarnya. Salah
satu jenis pencemaran yang paling diperhatikan akhir-akhir ini adalah pencemaran udara.

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil aktivitas
manusia. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas.
Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas
tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber alami (seperti gunung
api) serta juga gas yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources) seperti polutan
dari kendaraan bermotor, aktivitas industri dan lain-lain. Apabila pencemaran itu terus menerus
terjadi, maka dikhawatirkan akan terjadi perubahan drastis di bumi seperti global
warming atau kabut tebal. Oleh karena itu perlu dilakukannya pengendalian pencemaran udara.

Pengendalian pencemaran udara ini akan membawa dampak positif bagi lingkungan
karena hal tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup
lingkungan sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah,
dan yang paling penting ialah kerusakan lingkungan yang rendah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Limbah

Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan
sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan
yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi
sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah
juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka
menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan
menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan
sampah ini menjadi benda ekonomis. Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan
menjadi 4 macam, yaitu :

1. Limbah cair.
a. Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil buangan dari
rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air
deterjen sisa cucian, air sabun, tinja
b. Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industry.
Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industry pengolahan makanan dan sisa
dari pewarnaan kain/bahan dari industry tekstil.
c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke
dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan.
d. Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah.

2. Limbah padat
Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan. Biasanya limbah padat disebut sebagai
sampah. Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu :
a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa bahan-
bahan organik yang mudah busuk
b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat anorganik
atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit
membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca dan logam.
c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran.
d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai
binatang.
e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi
berbagai sampah yang tersebar di jalanan
f. Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry

3. Limbah gas dan partikel


Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia.
Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Sulfur
dioksida (SOx), asam klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2). Limbah gas yang
dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan padatan, disebut materi
partikulat. Pengelompokan Berdasarkan Sumber yaitu:
a. Limbah domestic, adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman penduduk
b. Limbah industry, merupakan buangan hasil proses industri
c. Limbah pertanian, berasal dari daerah pertanian atau perkebunan
d. Limbah pertambangan, berasal dari kegiatan pertambangan

B. Definisi Limbah Gas


Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik
mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara dibantu angin memberikan jangkauan
pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-laim berakumulasi/bercampur dengan udara
basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama embun. Secara
alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain.
Penambahan gas kedalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata
telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas
hanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas
ini antara lain SO2, NOX, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena suatu
kondisi temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat/cair itu dapat berubah menjadi gas.
Baik partikel maupun gas membawa akibat terutama bagi kesehatan manusia seperti debu
batubara, asbes, semen, belerang, asap pembakaran, uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-
lain. Pencemaran yang ditimbulkannya tergantung pada jenis limbah, volume yang lepas di udara
bebas dan lamanya berada dalam udara. Jangkauan pencemaran melalui udara dapat berakibat
luas karena faktor cuaca dan iklim turut mempengaruhi. Pada malam hari zat yang berada dalam
udara turun kembali ke bumi bersamaan dengan embun. Adanya partikel kecil secara terus
menerus jatuh di atap rumah, dipermukaan daun pada pagi hari menunjukkan udara mengandung
partikel. Kadang-kadang terjadi hujan asam. Arah angin mempengaruhi daerah pencemaran
karena sifat gas dan partikel yang ringan mudah terbawa. Kenaikan konsentrasi partikel dan gas
dalam udara di beberapa kota besar dan daerah industri banyak menimbulkan pengaruh,
misalnya gangguan jarak pandang oleh asap kendaraan bermotor, gangguan pernafasan dan
timbulnya beberapa jenis penyakit tertentu.

Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran melalui udara diantaranya :

 Industri besi dan baja


 Industri semen
 Industri kendaraan bermotor
 Industri pupuk
 Industri alumunium
 Industri pembangkit tenaga listrik
 Industri kertas
 Industri kilang minyak
 Industri pertambangan

Jenis industri semacam ini akumulasinya di udara dipengaruhi arah angin, tetapi karena
sumbernya bersifat stasioner maka lingkungan sekitar menerima resiko yang sangat tinggi
dampak pencemaran.
BAB III
PERMASALAHAN AKIBAT LIMBAH GAS

A. Global Warming

Seringkali kita mendengar orang bicara “bumi yang kita huni menjadi panas” atau “bumi
kita tidak sejuk kembali”. Kalimat tersebut adalah benar.

Sebelum era teknologi dan industri modern, bumi yang kita huni memiliki kualitas udara yang
lebih sejuk dibandingkan sekarang. Sebab di zaman itu, kota-kota besar masih dipenuhi
pepohonan dan hutan pun masih hijau nan lebat. Namun dengan kemajuan teknologi dan
peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan di lapisan demografi (lapisan kehidupan
manusia) semakin meningkat, yang bahkan menyebabkan tergesernya kelestarian alam yang
menjadi sumber kehidupan kita.

Menurut WWF (World Wildlife Fund) yang merupakan organisasi peduli lingkungan dan
penggalangan dana pelestarian alam dunia, Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki kawasan hutan terbesar kedua di dunia, yaitu di Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Hutan kita adalah paru-paru dunia. Namun semakin kesini, banyak sekali penebangan hutan yang
dilakukan secara legal maupun ilegal. Penebangan tersebut menyebabkan pasokan oksigen dari
hutan ke atmosfir semakin berkurang.

Selain kurangnya pasokan oksigen, kita sebagai penduduk bumi malah mengemisikan
polutan gas berbahaya ke atmosfir. Salah satu polutan yang paling sering kita jumpai di
kehidupan sehari-hari adalah Karbon Dioksida (CO2). Gas karbon dioksida dihasilkan secara
alami dari proses pernapasan dan pembakaran sempurna dari berbagai macam senyawa
hidrokarbon.

Bahan bakar kendaraan bermotor dan senyawa hidrokarbon yang mengalami pembakaran
tak sempurna menghasilkan CO2, asap dan jelaga. Gas CO2 apabila terhisap dalam konsentrasi
yang tinggi dapat menyebabkan pingsan, karena menggantikan fungsi oksigen di dalam darah
yang berikatan dengan hemoglobin. Hal ini dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh.

Semakin meningkatnya jumlah penduduk, kendaraan bermotor dan industri yang


menggunakan bahan bakar akan menghasilkan CO2 dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kita
tahu di Indonesia, populasi pepohonan semakin berkurang. Padahal pepohonan memiliki fungsi
sebagai pengikat CO2. Apabila ini terjadi terus menerus, keseimbangan CO2 di alam menjadi
terganggu.

Kadar CO2 yang berlebih akan membentuk lapisan CO2 di atmosfir. Lapisan ini dapat
meneruskan sinar ke Bumi namun ketika sinar matahari dipantulkan lagi oleh Bumi, sinar
tersebut akan dipantulkan kembali oleh lapisan CO2 ke Bumi. Keadaan inilah yang
menyebabkan suhu di permukaan meningkat secara menyeluruh, atau kita sebut dengan
pemanasan global. Jika lapisan tersebut semakin meningkat seolah-olah berfungsi seperti lapisan
kaca yang sukar melepas panas. Dampak ini dinamakan efek rumah kaca (green house effect).

Efek rumah kaca ini sangat terasa sekali. Berdasarkan survei WWF, gunung es di Afrika
Selatan sudah mencair hingga setengahnya karena meningkatnya suhu bumi. Bila es mencair,
maka permukaan air laut semakin naik. Hal ini dikuatkan oleh penduduk di garis pantai selatan
pulau Jawa yang biasanya bisa berjalan di pasir pantai di kejauhan kini harus semakin mundur ke
utara, seperti di tempat wisata Pangandaran.

Selain naiknya permukaan air laut, beberapa kota di negara Paraguay harus terkena
dampak dari pemanasan global ini. Paraguay memiliki iklim yang sama seperti Indonesia, tapi
ketika siang hari suhunya bisa mencapai 490C. Bahkan dikabarkan bahwa penduduk disana
sudah bisa menggoreng makanan di atas aspal.

Di Indonesia, Jakarta yang di era 80-an masih dibilang sejuk. Namun semakin kesini,
jumlah penduduknya bertambah sehingga pepohonan dibabat habis. Apabila kita mengunjungi
Jakarta, udara yang kita hirup terasa kering dan panas. Hal itu disebabkan karena banyaknya
polutan gas di udara serta kurangnya pasokan oksigen dari pepohonan. Belum lagi karena
wilayahnya yang padat, maka emisi polutan gas ke atmosfir lebih besar dibandingkan kota
lainnya. Oleh karena itu Jakarta panas seperti kota di dalam rumah kaca.

B. Emisi Karbon

Jumlah kendaraan di Indonesia semakin bertambah, terutama di kota-kota besar. Dengan


meningkatnya jumlah kendaraan, maka meningkat pula polutan gas yang dikeluarkan knalpot ke
udara. Gas-gas hasil pembakaran tersebut adalah karbon dioksida dan karbon monoksida.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, senyawa karbon dioksida adalah hasil
pembakaran sempurna hidrokarbon. Meskipun senyawa ini masih dapat bisa diserap oleh
pepohonan, tetapi apabila masuk ke dalam tubuh dalam konsentrasi yang berlebih (10-20%)
dapat menyebabkan gangguan metabolisme dalam darah.

Berbeda dengan karbon monoksida. Senyawa ini adalah hasil pembakaran tidak
sempurna dari hidrokarbon. Senyawa ini memiliki sifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat
beracun, serta tidak dapat diserap oleh tanaman. Senyawa ini dapat mengikat hemoglobin dalam
darah. Seseorang yang keracunan gas ini akan mati lemas karena kekurangan oksigen dalam
darah untuk melakukan proses metabolisme tubuh.

Hal ini merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Dengan semakin bertambahnya
jumlah kendaraan, maka emisi karbon monoksida semakin bertambah. Bila hal ini terus menerus
terjadi, maka manusia jadi kesulitan mendapatkan udara segar bebas polutan. Dengan kesulitan
tersebut dapat memungkinkan orang tersebut sakit dan mengeluarkan biaya pengobatan.

Sebuah studi pada 2012 atas kerjasama Kementrian Lingkungan Hidup dan UNEP
memperkirakan besarnya biaya kesehatan penduduk Jakarta yang telah dikeluarkan pada 2010
terkait pencemaran udara Dengan asumsi biaya perawatan minimal hingga maksimal, biaya
tersebut berkisar Rp.697,9 milyar hingga Rp.38,5 triliun.

Biaya besar tersebut akibat penyakit yang berkaitan dengan pencemaran udara seperti
asma, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneunomia, broncopneumonia dan penyempitan
saluran pernapasan/paru kronis.

C. Hujan Asam

Hujan adalah bagian dari siklus hidrologi, dimana air laut menguap dan terbawa ke
daratan hingga turun hujan. Hujan secara alami memiliki nilai pH sedikit dibawah enam dan
karbon dioksida yang larut dalam air sehingga membentuk asam lemah. Asam ini sangat
bermanfaat untuk mineral dalam tanah karena dibutuhkan oleh tanaman dan hewan.

Namun di era ini, jumlah industri semakin banyak. Industri melepas gas-gas pencemar
yang memberikan polusi di udara. Gas-gas tersebut tertiup berkilo-kilometer dari tempat asalnya,
namun jatuh di tempat lain dalam bentuk hujan. Apabila hujan tersebut sangat asam, dapat
menyebabkan kerugian seperti gatal-gatal pada kulit, memudahkan proses perkaratan logam,
tidak bisa dimanfaatkan oleh tanaman dan hewan dalam tanah, serta menyebabkan penyakit
paru-paru.

Hujan asam terdiri dari dua yaitu dekomposisi kering dan dekomposisi basah. Hujan
kering adalah pencemaran udara dalam bentuk kabut. Sedangkan hujan basah adalah turunnya air
hujan dimana air tersebut bersifat sangat asam dan sangat merusak. Kota-kota di Indonesia yang
terancam terkena hujan asam salah satunya Bandung. Tanpa kita sadari, ternyata asap pabrik dari
wilayah industri di Jakarta berkumpul di kota kembang dan mencemarkan udara dalam bentuk
partikel-partikel kering.
BAB IV
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH GAS

A. Pengelolaan Limbah Gas


Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat
yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani
pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.

1) Mengontrol Emisi Gas Buang


 Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon
dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat
dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan
cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).
 Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya,
yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga
digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.
 Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan
cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon
dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat
pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
 Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat dikurangi kegiatan
pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang
lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

a. Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak
ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong.
Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah
penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari
proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain
sebagainya

b. Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam
gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah
pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi
dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u.
Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c. Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter
basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas
alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak
dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan
filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut
menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.

d. Pegendap Sistem Gravitasi


Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran
partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu
dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada
waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di
bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi
alatnya.

e. Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam
jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini
dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai
tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya
diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder,
sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar
akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara
kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara
bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran
yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di
tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu limbah yang saat ini sangat diperhatikan adalah limbah gas yang mencemarkan udara.
Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.

Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel
adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu,
asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui
penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOX, CO,
CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

Terdapat berbagai macam kejadian merugikan yang diakibatkan oleh limbah gas yaitu
pemanasan global, hujan asam, asap tebal industri dan gangguan alat pernapasan.

Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengendalian pada sumber
pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode
yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan
diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan.

Didalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu
penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar. Alat-alat pemisah
debu bertujuan untuk memisahkan debu dari aliran gas buang. Debu dapat ditemui dalam
berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang
berbeda. Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir
pengolahan dan juga aspek ekonomis.

B. Saran

Dalam penanganan limbah gas ini, selain mengkaji dari aspek teknologi dan menerapkan
teknologi pengolahan limbah gas, perlu juga kesadaran dari masing-masing akan apa yang
diemisikan ke atmosfir Bumi. Kita ketahui paru-paru dunia saja sedang terancam karena
banyaknya penebangan. Akan tetapi penduduk semakin banyak yang didukung oleh
perkembangan teknologi penghasil karbon dioksida, seperti kendaraan bermotor. Emisi
karbondioksida semakin bertambah, tapi penyerap karbondioksidanya hampir habis. Bila kita
mau menyeimbangkan jumlah karbondioksida di atmosfir, kita bisa memulainya dari diri sendiri
seperti bepergian dengan kendaraan umum dan menanam pohon di lingkungan yang gundul.
Begitupun dengan industri yang mengemisikan limbah gasnya ke udara. Seharusnya industri
memproduksi secara terjadwal sehingga produk-produknya dapat dijual secara tidak cuma-cuma
tapi terencana. Bayangkan bila industri memproduksi terus-menerus tanpa memperhatikan
limbah gas yang diemisikannya. Padahal barang yang diproduksi melebihi permintaan pasar
sehingga akhirnya barang tersebut bisa menjadi gundukan sampah.

Anda mungkin juga menyukai