Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
digunakan,tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter
maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan
ioleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai
satu jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan
yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan. Tablet hanya memberikan
efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik.Untuk menghasilkan tablet
dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi
pembuatannya.
1
mempunyai kaitan yang sangat penting dalam pembentukan kolagen. Karena
1.2 Tujuan
2. Untuk mengetahui bagaimana mutu granul yang baik dan cara evaluasi
atau tidak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
3
2.1.2 Keuntungan Sediaan Tablet
yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil
dan penyimpanan
dicegah/diperkecil.
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet
4
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan
timbul
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas
terkendali)
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan
tidak sadar/pingsan)
5
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat
cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak
disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan
Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik dari pada tablet.
tablet jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang
hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan
pemanis.
6
2. Bahan excipient / bahan tambahan
3. Ajuvans
7
Zat tambahan atau eksipiens harus memenuhi persayaratan di bawah
granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung (Ansel et al, 1995).
1. Granulasi basah
8
Pada metode granulasi basah, granul dibentuk oleh penambahan
2. Cetak langsung
bahan obat dan bahan tambahan yang berbentuk serbuk tanpa proses
Kempa langsung tidak dapat dilakukan pada zat aktif dengan dosis
kandungan, zat aktif yang memiliki sifat alir buruk (Lieberman, 1989).
9
berfungsi secara optimum, permasalahan stabilitas kimia tablet kempa
adalah dosis zat aktif yang kecil menyebabkan bahan tidak homogen
3. Granulasi kering
Massa zat aktif tablet lebih besar dari pada pengisi., (Maksudnya
mg)
Jika zat aktif pada tablet Tidak Tahan Terhadap Pemanasan Dan
Lembab
10
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang
konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini
kandungan (untuk zat aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji
yang konsisiten.
bagaimana cara membuat sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan
yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya
tujuan penggunaan.
11
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
a) Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode
b) Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV,
d) Untuk zat yang tidak tahan air dan pemanasan dapat digunakan
granulasi kering
e) Untuk zat dengan jumlah kecil (jumlah fines <30%) dapat dibuat
f) Untuk zat dengan jumlah besar (jumlah fines >30%) dapat dibuat
12
2.1.7 Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
tengah
adhesi)
tidak merata
2.2 Vitamin C
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C
yang disebut juga sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam
air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut,
apabila terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi
13
Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit),
korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran
(Akhilender, 2003).
14
2.2.2 Metabolisme Vitamin C
difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah
di dalam darah. Tanda- tanda klinik antara lain, perdarahan gusi dan
15
pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang
pada tulang rawan, matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan
semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu,
Vitamin C mereduksi besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus
16
2.3 Prafomulasi Bahan
Asam askorbat
Struktur molekul :
betul berbeda.
1,4 mg %.
17
PH : 2,1 – 2,6
Karakteristik fisik/ fisika mekanik : Titik leleh 190o C, sifat alir baik,
1. Amilum kering
Struktur molekul :
18
Pemerian : Bentuk serbuk sangat halus, warna putih,
tidak
pH : 5,5 - 6,5
P.
dan kering.
tablet.
19
2. Avicel PH 102
Struktur molekul :
berbau.
Higroskopisitas : higroskopis
20
Meningkatkan kekerasan granul dengan fines.
3. Talk
pH : 6,5 - 10
21
Alasan penggunaan :talk ini berfungsi swbagai lubrikan dan
antiaderen.
4. Mg Stearat
22
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan
kering.
5. Laktosa
berupa serbuk
dan eter.
23
RH (Range Humidity) menunjukkan uptake
kering.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum granulasi kering zat aktif yang digunakan adalah asam
granulasi kering adalah Vitamin C merupakan zat aktif yang mudah larut air, dan
sukar larut dalam etanol. Dan Vitamin C tidak tahan terhadap suhu tinggi dan
lembab dan juga digunakan saat massa zat aktif lebih besar dari bahan pengisi.
Selain itu keuntungan granulasi kering adalah diperolehnya granul dengan bobot
jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan granul yang dihasilkan dari granul
basah. Granulasi kering dilakukan pada campuran seluruh komposisi fase dalam
berikut:
Amilum kering 5%
Mg stearat 1%
Talkum 2%
Laktosa qs
Sunsine yellow qs
25
Amylum kering yang digunakan berfungsi sebagai desintegran dalam yang
membantu pecahnya tablet di dalam tubuh, avicel 102 berfungsi sebagai pengikat
membentuk granul, laktosa berfungsi sebagai pengisi untuk memenuhi bobot yang
pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang kempa dan mencegah pelekatan
tablet pada pons, Talcum berfungsi sebagai glidan yang memperbaiki karakteristis
aliran granulasi dengan mengurangi gesekan antar partikulat, dan sunset yellow
digunakan untuk memberikan warna kuning pada tablet agar sediaan terlihat
menarik.
bahan untuk fase dalam diantaranya yaitu: Avicel 102, amilum kering,
dengan orange oil sebagai perisa dan pewarna. Tetapi pada pembuatan tablet
vitamin c kali ini kami tidak menggunakan sunset yellow karna ketersediaan
dilakukan slugging untuk memperoleh masa granul yang diinginkan. granul yang
yang tidak normal, hal ini dapat disebabkan oleh alat yang digunakan dalam
keadaan kurang baik sehingga semua massa granul yang terayak dapat melewati
mesh 12. Massa granul yang didapat dari proses slugging juga diuji
kompresibilitasnya dengan cara mencari bulk density, tap density dan rasio
housnernya dan diperoleh hasil rasio housner 1,42 yang berarti sangat baik. Dari
26
rasio housner yang diperoleh kemudian dapat dihitung kompresibilitasnya dan
didapatkan hasil yang cukup baik, Selain itu proses slugging juga dapat
partikel dan pemeriksaan kompresibilitas kemudian dilakukan uji sifat alir dan
berbentuk bulat pipih, berwarna kuning, rasa asam, beraroma jeruk, berdiameter
12 mm dengan tebal 4 mm dan dengan bobot tablet yaitu 600 mg. Untuk
pengujian sifat tablet yang meliputi uji sifat fisik tablet dan uji disolusi tablet.
Pertama uji sifat fisik tablet berupa uji organoleptis hasil evaluasi yaitu
bentuk bulat pipih, berwarna putih keabuan, rasa asam. Kemudian dilakukan uji
keseragaman bobot tablet di mana bobot rata-rata dari tablet yang dihasilkan
sebesar 0,359 mg. Namun hasil yang diperoleh dari hasil pencetakan yaitu
menyimpang dari spesifikasi tablet yang diinginkan sperti warna yang berubah
menjadi putih keabuan dan bobot tablet yang kurang dari 600 mg. Hal ini dapat
disebabkan karena keterbatasan alat yang digunakan dan lamanya waktu yang
dan berubah warna. Selain itu bobot tablet yang tidak sesuai dengan spesifikasi
dapat disebabkan karena keterbatasan alat yang digunakan atau alat dalam
keadaan tidak baik sehingga menyebabkan bobot tablet tidak sesuai dengan
tablet satu persatu kemudian dihitung rata-ratanya dan penyimpangan tiap tablet
27
terhadap bobot rata-ratanya. Uji keseragaman bobot ini menentukan nilai
keseragaman dosis yang diberikan untuk setiap terapi. Pengujian ini sangat
penting untuk tablet dan sediaan padat lainnya, karena pengaruhnya pada dosis
terapi nilai variasi tablet yang kecil menunjukan semakin baik tablet tersebut
pengaruh penggunaan bahan pengikat terhadap tablet. uji ini ditujukan untuk
ataupun penyimpanan. Tablet yang baik adalah tablet yang memiliki kekuatan
yang optimum sehingga tidak mudah hancur dan lebih tahan dengan segala
kondisi. Hasil yang didapat adalah dari rata-rata hasil pengukuran dengan
tablet pada ujung alat dengan posisi vertikal kemudian tablet ditekan hingga pecah
dan dilakukan sebanyak 20 kali. Namun karena keterbatasan tablet yang dicetak
kekerasan tablet senilai 4-8 kg/cm2 dan hasil dari uji ini diperoleh harga purata˂ 4
kg/cm2 . Sehingga kekerasan dari tablet ini tidak memenuhi persyaratan. Hal ini
dapat disebabkan karena Kurangnya bobot tablet yang dihasilkan sehingga tablet
mudah rapuh.
untuk mengukur diameter. Pengujian ini dilakukan dengan cara 10 tablet diukur
28
keseragaman ukuran satu per satu menggunakan alat yang telah dijelaskan diatas.
Setelah dilakukan pengujian didapatkan nilai untuk diameter yaitu 12mm dan
keseragaman ukuran pada Farmakope Indonesia yaitu 3 kali tebal tablet >
Uji keempat adalah uji waktu hancur yang mana dapat memberikan
gambaran waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur. Waktu hancur ini dapat
hancur berpengaruh pada kecepatan efek yang ditimbulkan dari obat, semakin
cepat hancur maka obat akan lebih cepat diabsorsi dan kemungkinan akan
semakin cepat pula menimbulakan efek terapinya. Dalam pengujian ini digunakan
alat disintegrator tester dengan cara 6 tablet dimasukkan ke dalam alat uji dengan
pengaturan suhu sebesar 37oC. Pesyaratan waktu hancur tablet tidak bersalut
adalah kurang dari 15 menit dan hasil uji tablet yang kami diperoleh waktu
hancurnya adalah 1 menit < 15 menit yang berarti waktu hancur tablet memenuhi
syarat.
29
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
adalah Vitamin C merupakan zat aktif yang mudah larut air, dan sukar
larut dalam etanol. Dan Vitamin C tidak tahan terhadap suhu tinggi dan
lembab dan juga digunakan saat massa zat aktif lebih besar dari bahan
pengisi.
Pada praktikum sudut yang di dapat yaitu 34,84 ˚. Yang berarti mudah
mengalir.
1,62 kg/cm2
yang diperlukan oleh tablet tersebut untuk dapat hancur di dalam tubuh,
dari 5 % mencapai 4 tablet, walaupun tidak ada satu tablet pun yang di
30
atas 10%., disimpulkan bahwa tablet kami tidak memenuhi syarat
keseragam bobot.
4.2. Saran
agar nantinya didapatkan hasil tablet yang baik sesuai dengan persyaratan
31