Oleh
PRINITA RAHMI PUTRI
15100707360804049
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Rifani selaku dosen pembimbing,
bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
2. Umur : 24 tahun
3. Sex : Perempuan
5. Pekerjaan : Mahasiswi
7. Agama : Islam
Tindakan yang
Hari/tanggal Kasus Operator
dilakukan
Anamnesa
Sabtu, Ulkus Traumatikus Pemeriksaan klinis Prinita Rahmi
Pemberian resep
09-09-2017 Putri
(11-017)
(15-049)
(drg. Rifani)
MODUL 3
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
(drg. Rifani)
Abstrak
Pendahuluan: Ulkus traumatikus adalah salah satu lesi pada mukosa mulut
yang sering terjadi. Penyebab ulkus traumatikus adalah adanya trauma mekanik,
seperti kimia, elektrik atau suhu, selain itu dapat pula terjadi karena fraktur, malposisi
atau malformasi gigi. Manifestasi klinis dari ukus traumatikus adalah ulser, dasar
berwarna kuning, pada bagian tengah tampak fibrin, pinggiran berwarna merah dan
mengalami keradangan tanpa adanya indurasi. Tujuan: Pada kasus ini dilaporkan
pasien dengan ulser minor , warna putih di kelilingi kemerahan pada lateral lidah.
Kasus dan penatalaksanaan: Pasien berusia 24 tahun, perempuan, mahasiswa.
Didiagnosa bahawa pasien mengalami ulkus traumatikus Terapi yang diberikan
adalah triamcinolone acetonide dan vitamin becom-C serta edukasi pada pasien untuk
menghilangkan rasa nyerinya.
Kata kunci: ulkus traumatikus
Abstract
Introduction: The traumatic ulcer is one of the most common oral mucosal
lesions. The etiology of traumatic ulcer may result from mechanical trauma, as well
as chemical, electrical, or thermal stimulus, may also be involved in addition,
fractured, malposed, or malformed teeth. The clinical manifestation of traumatic
ulcer are ulcer, have a yellowish floor, fibrinous center, red and inflammatory margin
without induration. Objective: In this case the reported patients with minor ulcers,
white surrounded by redness on the lateral of tongue . Case and management: The
patient was 24 years old, female, college students. Diagnosis patients had ulcus
traumatikus . Therapy was given is triamcinolone acetonide and vitamin-C as well as
educating the patient to relieve the pain.
Keywords: ulcer traumatikus
BAB I
PENDAHULUAN
fonetik dan estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut merupakan tempat
paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai agen berbahaya,
seperti produk mikroorganisme, agen karsinogek, selain rentan terhadap trauma fisik,
Makanan dan minuman akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi-geligi,
lidah, saliva, dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu
upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan
minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari
akan sadar pentingnya kesehatan gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika
Salah satu contoh kelainan di rongga mulut yang sering dialami oleh semua
orang adalah ulkus. Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari
jaringan epitelium. Salah satu penyebab ulkus yang paling sering yaitu trauma, yang
dibandingkan lesi-lesi lainnya. Ulkus traumatik dapat terjadi karena trauma fisik, termal,
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Ulkus merupakan kerusakan jaringan mukosa yang menyebabkan sebagian
struktur epitel hilang hingga melebihi membran basalis atau bahkan dapat mencapai
lamina propia (Mendrofa dkk, 2015). Menurut Dorland dan Newman (2002) dalam
Sunarjo dkk (2015), ulkus merupakan keadaan patologis yang ditandai dengan
jaringan yang lebih dalam dari jaringan epitel. Ulkus yang terbentuk di mukosa mulut
merupakan gambaran lesi oral yang sangat umum dijumpai pada kebanyakan orang di
berbagai usia maupun jenis kelamin. Prevalensi terjadinya ulkus 25% dari populasi di
dunia.
Salah satu contoh kelainan di rongga mulut yang sering dialami oleh semua
orang adalah ulkus. Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari
jaringan epitelium. Salah satu penyebab ulkus yang paling sering yaitu trauma, yang
dibandingkan lesi-lesi lainnya. Ulkus traumatik dapat terjadi karena trauma fisik, termal,
B. Etiologi
Ulkus traumatikus adalah suatu lesi pada rongga mulut yang disebabkan oleh
bahan kimia, panas, listrik, kekuatan mekanik, kontak dengan permukaan tajam gigi
yang patah, cengkram gigi tiruan sebagian atau mukosa tergigit secara tak sengaja,
luka bakar akibat makanan dan minuman yang terlalu panas umumnya terjadi pada
palatum dan cedera akibat kuku jari yang mencungkil-cungkil mukosa mulut
C. Gambaran Klinis
Terlihat sebagai ulkus soliter yang nyeri disertai permukaan berwarna putih-
kekuningan dan daerah kemerahan tipis di sekitar lesi. Lesi teraba lunak saat
dilakukan palpasi dan sembuh secara spontan atau setelah penyebabnya dihilangkan
tanpa pembentukan jaringan parut dalam 6-10 hari. Tempat predileksi lesi ini adalah
Menurut Langlais dkk (2009), ulkus biasanya terlihat sedikit depresi dan oval.
Zona eritema pada awalnya terlihat di bagian tepi dimana zona ini semakin muda
warnanya sejalan dengan penyembuhan ulser. Bagian tengah ulser biasanya berwarna
abu-abu kuning. Setelah faktor truma dihilangkan, ulser akan sembuh dalam waktu 2
minggu.
D. Perawatan
Luka (wound atau vulnus) adalah gangguan kontinuitas struktur jaringan yang
umumnya dihubungkan dengan hilangnya struktur jaringan. Jaringan yang hilang atau
rusak perlu dikembalikan kontinuitasnya lewat proses perbaikan, baik dengan cara
regenerasi sel atau pembentukan jaringan parut atau sikatrik. Ke dua jenis perbaikan
ini bertujuan mengisi daerah yang rusak agar integritas jaringan kembali normal.
Istilah vulnus seringkali digunakan oleh para ahli bedah untuk menyebutkan lesi yang
disebabkan oleh trauma mekanik. Ulkus dalam bahasa latin pada Kamus Kedokteran
disebut dengan Ulcus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput
lendir atau mukosa. Proses penyembuhan yang terjadi pada ulkus dan luka memiliki
prinsip yang sama yaitu melalui tahap inflamasi, proliferasi dan remodeling yang
Penyembuhan Luka
kontinuitas dan fungsi dari jaringan atau organ yang mengalami jejas. Penyembuhan
luka merupakan proses yang dinamis, dan melibatkan aktivitas beberapa macam sel
dan matriks ekstraseluler di mana proses ini tergantung pada faktor lokal dan
sistemik. Tujuan utama pada penyembuhan luka setelah terjadi jejas adalah untuk
pada pembuluh darah dan ekstravasasi sel darah. Proses penyembuhan luka dapat
dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling.
Penyembuhan luka merupakan sebuah proses transisi yang merupakan salah satu
reaksi dan interaksi kompleks antara sel dan mediator. Fase inflamasi bertujuan untuk
membuang jaringan mati dan mencegah infeksi.. Tubuh memiliki respon fisiologis
terhadap luka yakni proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terdiri dari
proses ini terjadi pembekuan darah, respon inflamasi akut dan kronis,
neoangiogenesis, proliferasi sel hingga apoptosis. Proses ini dimediasi oleh berbagai
A. Fase hemostasis
pembuluh darah dan terjadi pendarahan. Hal ini menyebabkan deposisi fibrin,
agregasi platelet dan koagulasi. Sesaat setelah luka, bekuan darah yang terbentuk
merupakan barier yang menghubungkan luka dan melindungi jaringan yang terbuka.
Lingkungan rongga mulut yang lembab dan aliran saliva menyebabkan koagulan
permeabilitas vaskuler yang menyebabkan plasma protein masuk ke area luka dan
inflamasi.
B. Fase inflamasi
mengendapkan matriks ekstra seluler. Pada tahap ini, sel radang akut serta neutrofil
akan menginvasi daerah radang dan menghancurkan semua debris dan bakteri.
Dengan adanya neutrofil maka dimulailah respon keradangan yang ditandai dengan
cardinal symptoms, yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan functio laesa. Pada ulkus
traumatikus, tahap inflamasi ini berlangsung pada hari pertama sampai hari ke-3.
Fase inflamasi terjadi setelah vasokonstriksi dan vasodilatasi pada daerah luka.
Proses ini membantu migrasi sel inflamasi menuju ke daerah luka. Pada fase ini,
fibrinogen menjadi fibrin, dan clot menjadi fibrin clot. Aktivitas fibrinolotik terjadi
pada fase awal penyembuhan luka. Fibrin memiliki peran utama dalam dalam
makrofag adalah sel yang pertama kali mencapai daerah luka. Fungsi utamanya
adalah melawan infeksi dan membersihkan debris matriks seluler dan benda-benda
asing. Fase inflamasi ditandai dengan terjadinya pembekuan darah (clotting) untuk
sel yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta pelepasan
leukosit untuk berpindah dari sel endotel. Leukosit yang terdapat pada luka di dua
hari pertama adalah neutrofil. Sel ini membuang jaringan mati dan bakteri dengan
difagositosis oleh makrofag atau mati. Meskipun neutrofil memiliki peran dalam
mencegah infeksi, keberadaan neutrofil yang persisten pada luka dapat menyebabkan
luka sulit untuk mengalami proses penyembuhan. Hal ini bisa menyebabkan luka akut
Pada saat jaringan terluka, maka darah akan kontak dengan kolagen. Hal ini
memacu platelet untuk mensekresi faktor-faktor inflamasi. Platelet atau dikenal juga
platelet tersebut dapat menempel satu sama lain , beragregasi, dan membentuk massa
(Grab dan Smith 2006). Platelet akan melepaskan berbagai faktor pertumbuhan yang
Pada hari ke dua – ke tiga luka, monosit / makrofag masuk ke dalam luka melalui
sangat penting dalam penyembuhan luka memiliki fungsi fagositosis bakteri dan
sitokin dan growth factor yang menstimulasi proliferasi fibroblast, produksi kolagen,
Platelet dan faktor-faktor lainnya menarik monosit dari pembuluh darah. Ketika
monosit mencapai lokasi luka, maka ia akan dimatangkan menjadi makrofag. Peran
makrofag adalah :
protease.
2. Melepaskan growth factors dan sitokin yang kemudian menarik sel-sel yang
berperan melawan infeksi pada awal terjadinya luka serta memulai fase
Fase ini dimulai hari ke dua setelah trauma jaringan dan berlanjut dua sampai
tiga minggu setelah trauma. Fase proliferasi ditandai dengan terbentuknya jaringan
granulasi yang disertai kekayaan jaringan pembuluh darah baru, fibroblas, dan
Fase ini disebut fase fibroplasia atau fase regenerasi, merupakan kelanjutan dari
fase inflamasi ditandai dengan proliferasi dan migrasi fibroblas, serta produksi
jaringan ikat. Terdapat tiga proses utama dalam fase proliferasi, antara lain:
a. Neoangiogenesis
alami di dalam tubuh, baik dalam kondisi sehat maupun patologi (sakit). Kata
angiogenesis sendiri berasal dari kata angio yang berarti pembuluh darah dan genesis
dan organ yang terkena. Terjadinya hal ini melalui terbentuknya pembuluh darah baru
kapiler yang muncul dari pembuluh darah kecil di sekitarnya. Pembuluh darah kapiler
terdiri atas sel-sel endotel dan perisit. Ke dua jenis sel ini memuat seluruh informasi
proses ini, tetapi ada pula molekul-molekul penghambat bersifat khusus untuk
proses pembentukan pembuluh darah baru, merupakan hal yang penting sekali dalam
baru terjadi, biasanya terlihat berwarna merah (eritem) karena terbentuknya kapiler-
Growth Factor (FGF) dan TGF-β. Setelah pembentukan jaringan cukup adekuat,
migrasi dan proliferasi sel-sel endotelial menurun, dan sel yang berlebih akan mati
Pembuluh darah kapiler dibentuk dari penonjolan pembuluh darah yang ada.
Pada awalnya sel-sel endotel berproliferasi dan bermigrasi membentuk untaian padat
sel yang meluas ke lateral dari pembuluh darah induknya. Penyusunan kembali sel-sel
menghasilkan lumen, memungkinkan sel-sel darah masuk. Arteri dan vena yang kecil
proliferasi sel-sel endotel dan dindingnya menebal dengan menambah sel otos polos
b. Reepitelialisasi
Secara simultan, sel-sel basal pada epitelium bergerak menuju daerah luka dan
menutupi daerah luka. Pada tepi luka, keratinosit akan berproliferasi setelah kontak
dengan ECM dan kemudian bermigrasi dari membran basal ke permukaan yang baru
terbentuk. Ketika bermigrasi, keratinosit akan menjadi pipih dan panjang dan juga
membentuk tonjolan sitoplasma yang panjang. Pada ECM, mereka akan berikatan
Kolagenase yang dikeluarkan keratinosit akan mendisosiasi sel dari matriks dermis
dan membantu pergerakan dari matriks awal. Keratinosit juga mensintesis dan
c. Fibroplasia
Fibroblas mulai memasuki daerah luka 2 - 5 hari setelah fase inflamasi luka
berakhir, dan jumlahnya mencapai puncak pada 1 - 2 minggu setelah terjadinya luka.
Pada akhir minggu pertama, fibroblas adalah sel utama dalam luka. Fibroplasia
bermigrasi, sehingga nantinya menjadi sel utama yang menjadi matrix kolagen di
dalam area luka. Fibroblas dari jaringan normal bermigrasi ke dalam area luka.
Awalnya fibroblas menggunakan benang fibrin pada fase inflamasi untuk bermigrasi,
menjadi miofibroblas dan luka mulai menyusut. Pada luka yang dalam puncak
penyusutan terjadi dalam 5 -15 hari setelah terjadinya luka. penyusutan dapat
berakhir dalam beberapa minggu, dan berlanjut bahkan setelah luka mengalami
reepitelisasi. Jika pengerutan berlanjut terlalu lama, hal ini akan menuju pada
berlebihan dari penyembuhan luka. Luka yang besar akan menjadi 40-80 % lebih
keterlibatan miofibroblas. Miof ibroblas yang mirip sel otot polos bertanggung jawab
Fase ini dimulai 2-3 minggu setelah penutupan luka. Selama fase ini, jaringan
ketika jaringan granulasi telah ditutupi epitelium. Fase ini ditandai dengan penurunan
densitas sel, jumlah kapiler dan aktivitas metabolik. Fibril kolagen membentuk
Fase terakhir dalam penyembuhan luka merupakan fase maturasi yang ditandai
terdapat tiga prasyarat kondisi lokal agar proses penyembuhan luka dapat
mulailah fase maturasi dari penyembuhan jaringan luka. Fase ini dapat berlangsung
hingga 1 tahun lamanya atau lebih, tergantung dari ukuran luka dan metode
penutupan luka yang dipakai. Selama proses maturasi, kolagen tipe III yang banyak
berperan saat fase proliferasi akan menurun kadarnya secara bertahap, digantikan
dengan kolagen tipe I yang lebih kuat. Serabut - serabut kolagen ini akan disusun,
dirangkai, dan dirapikan sepanjang garis luka (Grab dan Smith 2006).
Fase remodelling jaringan parut adalah fase terlama dari proses penyembuhan.
Pembentukan kolagen akan mulai menurun dan stabil. Meskipun jumlah kolagen
sudah maksimal, kekuatan tahanan luka hanya 15 % dari kulit normal. Proses
remodelling akan meningkatkan kekuatan tahanan luka secara drastis. Proses ini
didasari pergantian dari kolagen tipe III menjadi kolagen tipe I. Peningkatan
kekuatan terjadi secara signifikan pada minggu ke tiga hingga minggu ke enam
setelah luka. Kekuatan tahanan luka maksimal akan mencapai 90% dari kekuatan
F. Diagnosa Banding
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Laporan Kasus
Pasien datang dengan keluhan adanya rasa sakit pada tepi lidah kiri bawah
sejak kurang lebih 2 hari yang lalu. Pasien merasakan sakit apalagi saat makan
makanan pedas dan asam. Pasien mengatakan 2 hari yang lalu lidahnya tergigit saat
Gambar 1.
Ulkus traumatikus pada bagian lateral lidah
(sebelum diberikan terapi)
B. Pembahasan Kasus
dan servikal tidak teraba, tidak sakit dan TMJ normal. Hasil pemeriksaan intra oral
didapatkan pada lidah kiri bawah terdapat satu lesi ulseratif dengan bentuk bulat
tidak beraturan dengan ukuran ± 3 mm, lesi dangkal, bebentuk kawah dan tepi yang
eritematous.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan diagnosa yaitu
Ulkus traumatikus yang disebabkan oleh trauma yaitu tergigit saat mengunyah
Pemberian terapi pada kasus ini ada dua yaitu non farmakologis dan farmakologis.
kepada pasien. Terapi farmakologis yaitu memberikan resep berupa obat. Obat yang
acetonide 0,1% diberikan dalam bentuk krim dengan pemakaian dua kali sehari,
dioleskan tipis-tipis pada daerah yang sakit, pagi dan malam setelah makan.Obat ini
berfungsi sebagai anti inflamasi pada luka atau sariawan yang sedang meradang
sehingga mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh pasien akibat sariawan tersebut.
Becom C diberikan dalam bentuk tablet dengan pemakaian satu kali sehari 1 tablet
diminum setelah makan. Obat ini mengandung berbagai macam vitamin B disertaiu
vitamin C yang befungsi untuk meregenerasi jaringan epithelium pada kulit atau
mukosa yang rusak, sehingga Becom C ini cocok diberikan pada pasien yang
mengalami sariawan. Obat ini akan mempercepat penyembuhan luka pada sariwan
tersebut.
Instruksi dan Edukasi (KIE). Pasien diberikan edukasi untuk melakukan penyikatan
gigi dengan teknik yang baik dan benar, agar tidak terjadi lagi trauma pada pipi
pasien tersebut. Menyikat gigi 2 kali sehari yaitu setengah jam setelah sarapan pagi
dan sebelum tidur, menyikat gigi menggunakan bulu sikat yang lembut selama 2-3
menit. Teknik menyikat gigi yang harus dilakukan adalah pada gigi depan dilakukan
gerakan vertikal, gigi belakang dilakukan gerakan membulat, dan pada permukaan
buahan yang cukup. Tujuannya sebagai self cleansing alami pada plak gigi yang
akan mempengaruhi kesehatan gusi, sehingga menjaga rongga mulut tetap bersih.
RESEP :
PENUTUP
Ulkus traumatikus adalah suatu kelainan yang berbentuk ulkus pada mukosa
rongga mulut yang disebabkan oleh paparan trauma. Trauma akibat benda asing
termasuk salah satu faktor fisik yang menyebabkan ulkus traumatikus. Terlihat
sebagai lesi ulseratif dengan bentuk bulat tidak beraturan dengan ukuran ± 3 mm, lesi
acetonide 0,1% dan Becom C tab dan terapi non farmakologis berupa KIE
Anindita, P.S., Hutagalung, B., Manoppo, S.K.P. 2014. Gambaran Ulkus Traumatik
Pada Mahasiswa Pengguna Alat Ortodontik Cekat Di Program Studi Kedokteran
Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 1-8
Chrismawaty E. Peran struktur mukosa rongga mulut dalam mekanisme blockade
fisik terhadap iritan. MIKGI; 2006:V:244
Langlais, R. P., Miller, C. S & Nield- Gehring, J. S. 2009. Color Atlas of Common
Oral Disease. Edisi ke-4 Lippincott William & Wilkins
Laskaris, G. 2013. Atlas Saku Penyakit Mulut. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 138