Anda di halaman 1dari 13

MAKALAHPERMASALAHAN PEMBELAJARAN PKn DI SD

UMINAH117855402PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASARUNIVERSITAS NEGERI SURABAYASURABAYA
BAB IPENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Jika kita mencermati hakikat PKn, sudah seharusnya PKn menjadipelajaran penting, bukan dipandang sebagai mata
pelajaran sampingan. Matapelajaran PKN merupakan mata pelajaran yang tidak kalah pentingnyadibandingkan dengan
mata pelajaran lainnya.Namun, mengapa PKN menjadi pelajaran yang cenderung kurangdiminati oleh siswa? Mengapa PKN
kurang mendapat perhatian sepertihalnya pelajaran Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia? Apakah karenaPKn
tidak di UAN kan di tingkat SD?Pertanyaan-pertanyaan itu muncul manakala melihat kenyataan dilapangan, bahwa sebagian besar
siswa bahkan orang tua sepertinyamenganggap remeh pelajaran ini. Sesuatu yang dianggap remeh akanberdampak pada hasil yang
diharapkan. Akibat dari ini semua, apa yangmenjadi tujuan pendidikan Kewarganegaraan inipun tidak pernah bisaberhasil.Tapi, apakah
kita lantas akan menyalahkan siswa? Tentu tidak. Sudahsaatnya kita sebagai pendidik melakukan introspeksi diri. Apakah selama
inikita sudah mengajar dengan baik? Mengapa siswa tidak tertarik belajar PKn?mengapa belajar PKn katanya membosankan? Dan
masih banyak pertanyaanyang bisa menjadikan kita mereview kembali cara kita mengajar.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalahnyasebagai berikut
1.

Apa saja kendala atau permasalahan yang muncul dalam pembelajaranPKn?2.

Solusi apa yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala ataupermasalahan dalam pembelajaran PKn?
C.

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah1.

Mengidentifikasi kendala atau permasalahan yang muncul dalampembelajaran PKn2.

Mencari solusi dalam rangka mengatasi kendala atau permasalahan dalampembelajaran PKn.
BAB IIPEMBAHASAN
A.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN PKn DI SD


Masalah yang ditemui dalam setiap pembelajaran memang sangatkomplek. Masalah tersebut datangnya bisa dari
kurikulum, guru, siswa, saranaprasarana, sumber belajar, dan lain-lain. Namun sayangnya banyak pendidik yang masih kurang
peka terhadap permasalahan yang dihadapi.Berdasarkan pengalaman mengajar PKn, di sini penulis mencobamengidentifikasi
permasalahan yang pernah penulis hadapi, yangmenyebabkan pembelajaran PKn cenderung kurang menarik, dianggap
sepele,membosankan, dan bermacam-macam kesan negative lainnya. Masalah-masalah tersebut antara lain:
1.

Kurikulum yang terlalu berat


Menurut penulis, konten atau muatan kurikulum PKn untuk tingkatSD terlalu tinggi dibandingkan dengan tingkat
kemampuan anak usia SD.Misalnya saja untuk materi kelas VI SD semester II. Penulis ambil contohStandar
Kompetensi: 2 Memahami system pemerintahan Republik IndonesiaKompetensi Dasar: 2.1 Menjelaskan proses Pemilu
dan Pilkada2.2 Mendeskripsikan lembaga-lembaga negarasesuai UUD 1945 hasil amandemen2.3 Mendeskripsikan tugas dan
fungsipemerintahan pusat dan daerahMateri-materi tersebut selaain terlalu tinggi bagi siswa juga belummemiliki
manfaat, urgensi, dan kegunaan bagi kehidupan siswa. Artinyakalaupun materi itu nanti dipelajari oleh siswa
akhirnya sasarannya hanyapada aspek kognitif saja, tidak menyentuh kehidupan siswa

2.

Kurangnya kemampuan dalam menangkap kata kunci dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .
Dalam melakukan penelaahan terhadap SK dan KD selama inipenulis sendiri masih banyak kekeliruan. Akibatnya apa yang
disampaikanmenjadi salah sasaran. Kesalahan tersebut misalnya terjadi pada StandarKompetensi kelas VI semester I.Standar
Kompetensi: 1 Menghargai nilai-nilai juang dalam prosesperumusan Pancasila sebagai Dasar NegaraKompetensi Dasar:1.1
Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam prosesperumusan Pancasila sebagai Dasar Negara1.2 Menceritakan secara
singkat nilai kebersamaandalam proses perumusan Pancasila sebagai DasarNegara1.3 Meneladani nilai-nilai juang para tokoh
yangberperan dalam proses perumusan Pancasilasebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hariKarena kesalahan dalam
menangkap esensi dari SK dan KD makapembelajaran cenderung hanya mengarah pada pencapaian aspek kognitif.Seperti contoh
SK dan KD di atas, selama ini penulis hanya menekankanpada bagaimana Proses Perumusan Pancasilanya saja
(kognitif), sehinggaketika evaluasi pertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusanPancasilanya, misalnya

siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa,bagaimana bunyi rumusannya
”.
Kondisi semacam ini menyeababkan kompetensi yang diharapkandicapai oleh siswa justru terabaikan, misalnya bagaimana siswa
mampu

menghargai semangat para pejuang dalam merumuskan Pancasila,bagaimana menghargai perbedaan pendapat dalam
suatu musyawarah, danbagaimana meneladani nilai juang para tokoh yang oleh siswa dapatdiaplikasikan dalam belajar. Dan
ternyata ini juga terjadi pada tim penyusunsoal Ujian tingkat Kabupaten. Padahal kata kunci dari SK dan KD
tersebut(Menghargai dan Nilai-Nilai Juang) maka pembelajaran akan menekankanpada aspek Afektif dan Perilaku siswa.
3.

Praktek mengajar konvensional


Pembelajaran PKn selama ini lebih banyak berlangsung denganpendekatan konvensional. Selama pembelajaran guru lebih
banyak menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Siswa hanya menjadipendengar di dalam kelas, kemudian mengerjakan
atau menjawab soal.Pembelajaran berlangsung monoton, dan guru menjadi satu-satunya sumberinformasi. Selain itu,
dalam pembelajaran jarang yang menggunakan mediayang menunjang. Pembelajaran semacam ini jelas akan sangatmembosankan
dan tidak menarik
4.

Pembelajaran tidak realitas ( kontekstual)


Materi PKn sebenarnya banyak yang bisa diajarkan sesuai realitaskehidupan siswa. Namun, dalam prakteknya karena sudah terbiasa
mengajardengan ceramah, akhirnya,semua materi disajikan dalam bentuk ceramahdan Tanya jawab. Akibatnya apa yang
didapat siswa sekedar apa yangdisampaikan oleh gurunya. Itupun kalau dapat terserap semua. Penulis
ambilcontoh tentang materi kelas I semester II.Standar Kompetensi: 4 Menerapkan kewajiban anak di rumah dan
disekolahKompetensi Dasar: 4.1 Mengikuti tata tertib di rumah dan di sekolah4.2

Melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakatMateri ini sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan siswa. Jikamateri
ini kemudian disajikan dengan ceramah saja, maka yang terjadi kemudian kompetensi yang terdapat dalam Standar Kompetensi
tersebuttidak akan tercapai. Tujuan pembelajaran lagi-lagi hanya mengarah padapencapaian kemampuan kognitif.
Padahal materi ini menuntut adanyaaplikasi, bukan sekedar teori atau penerapan, bukan hafalan.

5.

Mengajar berdasarkan buku teks (Textbook centre)


Buku teks selama ini menjadi pegangan wajib. Jika kita mengajarhanya mengandalkan buku teks saja (tanpa menggunakan RPP)
maka arahdan sasaran pembelajaran menjadi tidak fokus.
6.
Evaluasi hanya mengarah pada aspek kognitif.
Sebagai dampak dari kesalahan dalam mengkap esensi SK dan KDserta penggunaan metode ceramah yang menjadi andalan, maka
hasil belajaryang diharapkan akhirnya hanya bermuara pada pengetahuan. Padahal hasilbelajar seharusnya mencakup semua
domain, yaitu kognitif, afektif, danpsikomotor.
B.

SOLUSI UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DALAMPEMBELAJARAN PKn


1.

Kurikulum disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa SD


Jika berbicara masalah kurikulum, karena ini menyangkutkebijakan pusat, maka di sini penulis hanya bisa menghimbau
agarkurikulum PKn untuk tingkat SD disesuaikan dengan tingkat kemampuananak usia SD. Materi yang
disajikan paling tidak mempunyai
kesesuaian
dengan tingkat usianya, mempunyai urgensi dan manfaat bagi kehidupansiswa. Seperti contoh materi tentang
Pemilu dan Pilkada, menurut penulismateri tersebut belum waktunya diberikan pada tingkat SD, apalagi
anak usia SD belum terlibat langsung dalam kegiatan Pemilu dan Pilkadatersebut.
2.

Menangkap esensi atau kata kunci dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dengan benar.

UMY-INSIGHCORNER.BLOGSPOT.COM
9

Kesalahan dalam menangkap esensi dari SK dan KD akan sangatmempengaruhi penyusunan tujuan dan evaluasi. Kesalahan ini juga
akanberdampak pada pencapaian kompetensi itu sendiri.Dalam menelaah SK dan KD kita harus mampu melihat danmembaca
dengan cermat apa yang diinginkan dalam SK dan KD tersebut.Kalau kita sudah mampu menangkap kata kuncinya maka
akan kitarumuskan indikator apa yang menunjukkan pencapaian kompetensi itu.Seperti contoh di depan, untuk
Standar Kompetensi kelas VI semester Iyaitu Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan
Pancasilasebagai Dasar Negara.Jika kita dapat menangkap kata kunci dalam SK ini makapenekananya bukan pada
sejarah proses perumusan Pancasilanya, tetapilebih menekankan bagaimana siswa mampu menghargai nilai-
nilai juangpara to
koh tersebut dan meneladaninya. Apa indikator dari “menghargai”dan “apa saja nilai
-
nilai juang” y
ang bisa dicontoh oleh siswa, misalnyatentang nilai kebersamaannya, semangatnya, menghargai perbedaanpendapat, dan lain-
lain.Terkait dengan hal di atas, maka bentuk penilaiannya tidak harusdalam bentuk tes tertulis. Sehingga tidak akan terjadi
lagi ketika evaluasipertanyaan yang muncul ya sekitar proses perumusan Pancasilanya,misalnya
“siapa tokoh yang merumuskan, tanggal berapa, bagaimana bunyirumusannya”
, yang semuanya hanya bersifat kognitif saja. Nilai-nilai afeksiyang sebenarnya menjadi arah dalam SK ini.
3.

Mengajar dengan pendekatan Konstruktivisme


Melaksanakan pendekatan pembelajaran Konstruktivisme akanbanyak memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengeksplor potensiyang ada dalam dirinya. Pendekatan ini juga akan memberikan ruang bagisiswa untuk
mengkonstruk sendiri pengetahuannya, bukan diberi, sehingga
belajar akan lebih bermakna bagi dirinya. Siswa akan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, bukan sekedar menjadi
pendengar.Dengan menggunakan multi metode, multimedia, dan multisumber, pembelajaran akan lebih menarik, menantang, dan
bermakna bagisiswa. Pemilihan metode, media, dan sumber yang tepat juga akan sangatmempengaruhi keberhasilan dan
kebermaknaan pembelajaran. Misalnyauntuk mengajarkan materi tentang Menghargai nilai-nilai juang
dalamproses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Materi ini akan lebihtepat diajarkan dengan metode Bermain Peran atau
menggunakan mediaFilm dari pada ceramah. Atau untuk melatih kemampuan berpikr kritis, kitabisa menggunakan
Peta Konsep, Belajar Berdasarkan Masalah, atauProblem Solving.
4.

Belajar Berdasarkan Realitas


Belajar akan bermakna bagi siswa jika apa yang dipelajari adalahapa yang bermanfaat bagi kehidupannya. Peristiwa atau
fenomena yangterjadi di lingkungan sekitar siswa bisa menjadi topik menarik untuk dipelajari. Dan ini akan dapat
menumbuhkan kepedulian sosial siswa.Misalnya kasus

kenakalan remaja
” yang sering terjadi bisa
diangkat menjadi topik diskusi yang tepat untuk mengajarkan KD 4.3Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang
terjadi dilingkungannya. Dengan mendiskusikan masalah ini siswa akan terlatihberpikir kritis terhadap fenomena yang
terjadi dilingkunagnnya. Dengankemampuan berpikirnya itulah diharapkan siswa akan mampu menghadapisegala persoalan
yang dihadapi baik sekarang maupun bagi kehidupannya dimasa yang akan datang. Semua bermula dari Realitas.
5.
Mengajar harus memiliki persiapan (RPP)
RPP memegang peranan penting bagi guru dalam mengajar. RPPbisa diibaratkan Kompas atau penunjuk arah
bagi guru untuk menentukan
ke mana pembelajaran akan dibawa. Jika seorang guru mengajar tanpamenggunakan RPP dan hanya mengandalkan
buku teks, maka yang akanterjadi adalah proses belajar yang tidak terarah dan fokusnya tidak jelas,karena apa yang disampaikan guru
hanya apa yang ada dalam buku tekstersebut. Segalanya perlu dipersiapkan.
6.

Evaluasi bersifat Total (Kognitif, Afektif, Psikomotor)


Hasil belajar tidak hanya diukur dari kemampuan kognitif saja.Seperti telah dicontohkan di depan, bahwa untuk mengevalusi materi
padaStandar Kompetensi: 4 Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di
sekolah, tidak cukup dievaluasi dengan membuat pertanyaan “ apa yangdimaksud kewajiban?”
Tapi lebih dari itu, siswa diharapkan memiliki sikapdan perilaku

Bert
anggung jawab” terhadap kewajibannya.
Dalam mata pelajaran PKn Pengembangan nilai-nilai afeksi dandan karakter harus menjadi prioritas. Apalah
artinya pandai secara akademik tanpa diimbangi dengan karakter dan akhlak yang mulia. Dalam
rangkapengembangan nilai-nilai afeksi dan karakter ini, peran guru sangat penting,karena guru adalah figure
yang banyak dicontoh oleh murid-muridnya,terutama untuk tingkat SD. Guru tidak cukup memberi contoh, tapi
harusbisa menjadi contoh
*****************************************************

MAKALAH PPKN ( HAKIKAT, FUNGSI DAN TUJUAN PKN DI SEKOLAH DASAR)

MAKALAH
“PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN”

Disusun Oleh:
SUTRYANY
1447042002
M 3.1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar sekolah
sebagai bagian integral dari masyarakat yang dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang mampu memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran demokratis. Mata pelajaran PKN berfungsi sebagai wahana pengembangan
karakter yang demokratis dan bertanggung jawab, serta melalui PKN sekolah dikembangkan sebagai pusat
pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dalam kehidupan demokratis.
Pengetahuan dan kemampuan sangat penting bagi setiap guru sekolah dasar guna mengetahui sejauh
mana seorang siswa benar-benar telah mencapai tujuan pengajaran PKN di sekolah dasar. Pendidikan tidak
dapat lepas dari sebuah proses dimana guru membantu dalam perubahan siswa ke arah yang dianggap baik.
2. Rumusan Masalah
A. Apa hakikat PKN disekolah dasar ?
B. Apa fungsi PKN ?
C. Apa Tujuan PKN ?
D. Apa karakteristik PKN sebagai nilai dan moral di SD?
E. Apa keterkaitan PKN ?
3. Tujuan
A. Dapat mengetahui hakikat dari PKN di sekolah dasar.
B. Dapat mengetahui fungsi dari PKN.
C. Dapat mengetahui tujuan dari PKN.
D. Dapat mengetahui karakteristik dari nilai dan moral di SD.
E. Dapat mengetahui keterkaitan dari PKN.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraa di Sekolah Dasar


Menurut UU sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencanna untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya ,masyarakat,bangsa dan Negara. Serta
menurut Carter v.Good(1997) bahwa pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam
bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai dengan membentuk kemampuan
individu mengembangkan dirinya, serta kemampuan-kemampuan itu berkembang sehingga bermanfaat untuk
kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warga negara dan warga masyarakat.
Hakekat PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai program pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai
pancasila untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang
diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari hari. Pelajaran
yang dalam pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial, budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang
diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
2. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Fungsi PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Serta adapun fungsi lainnya yakni :
A. Membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional /tujuan negara.
B. Dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam menyelsaikan masalah pribadi,
masyarakat dan negara.
C. Dapat mengapresiasikan cita-cita nasional dan dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas.
D. Wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan
negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat
Pancasila dan UUD NKRI 1945.

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Branson, tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.
Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai
berikut:
A. Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.
B. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
C. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
D. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Djahiri (1994/1995:10) adalah sebagai
berikut:
A. Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu :
“Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan
pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
B. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perseorangan dan
golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat,
serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan menurut Sapriya (2001), tujuan pendidikan Kewarganegaraan adalah dengan partisipasi yang
penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan
prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh
tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta
keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih
lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu
berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan
masyarakat.
Tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik, yang dapat
dilukiskan dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama,
demokratis, dan Pancasila sejati”.(Somantri,2001:279).
Sedangkan Djahiri (1995:10) mengemukakan bahwa melalui Pendidikan Kewarganegaraan siswa diharapkan
untuk memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila sebagai falsafah, dasar ideologi dan
pandangan hidup negara RI, menghayati maupun meyakini tatanan dalam moral, dan mengamalkan suatu sikap
perilaku diri dan kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar.
Secara umum, menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa, Tujuan negara mengembangkan Pendiddikan
Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens), yakni warga
negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual yang
memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics responsibility), dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat. Setelah menelaah pemahaman dari tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, maka dapat di simpulkan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berorientasi pada penanaman konsep Kenegaraan dan juga bersifat
implementatif dalam kehidupan sehari - hari.
4. Karakteristik PKN sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD
Bila kita kaji secara konseptual pendidikan nilai atau value education akan pendidikan atau moral education
memiliki konotasi dan cakupan yang berbeda.Pendidikan Nilai cakupannya lebih luas daripada pendidikan
moral karena konsep nilai mencakup segala macam nilai seperti nilai religius,ekonomi,praktis,etis dan estetis.
Pendidikan moral pada dasarnya berkenan dengan proses pendidikan nilai etis, yakni persoalan baik dan buruk.
Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar, yakni bahwa “value is neather taught
nor cought it is learnded” yang artinya bahwa subtansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi
lebih jauh, nilai dicerna dalam arti ditangkap, diisternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam
kualitas pribadi seseorang malalui proses belajar.
Dalam latar belakang kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah barlangsung dalam kehidupan
masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Contohnya tradisi dongen dan sejenisnya yang dulu dilakukan oleh
orang tua terhadap anak dan cucunya semakin lama semakin tergeser oleh film kartun atau sinetron dalam
media massa tersebut. Disitulah pendidikan nilai menghadapi tantangan konseptual, instrumen, dan operasional.
Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang theistis atau demokrasi yang
berketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pendidikan nilai bagi Indonesia seyogyanya berpijak pada nilai-
nilai keagamaan, nilai demokratis yang berketuhanan Yang Maha Esa, dan nilai sosial kultural yang berbineka
tunggal ika.
Konsepsi pendidikan nilai moral piaget yang menitik beratkan pada pembangunan kemampuan mengambil
keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan dapat diadaptasidalam pendidikan nilai di
indonesia dalam konteks demokrasi konstitusional Indonesia dan konteks sosial-kultural masyarakat Indonesia
yang ber Bhineka Tunggal Ika termasuk dalam keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral kohlberg yang menitik beratkan pada penalaran moral melalui pendekatan
klarifikasi nilai yang memberi kebebasan kepada individu peserta didik untuk memilih posisi moral, dapat
digunakan dalam konteks pembehasan nilai selain nilai aqidah sesuai dengan keyakinan agama masing-masing.
Konsepsi dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi pengembangan paradigma penelitian perkembangan
moral bagi warga Indonesia.
Kerangka konsepsual komponen Good Charakter dari Lickona yang membagi karakter menjadi wawasan
moral, perrencanaan moral, dan perilaku moral dapat dipakai untuk mengklasifikasikan nilai moral dalam
pendidikan nilai di Indonesia dengan menambahkan kedalam masing-masing dimensi itu aspek nilai yang
berkenan dengan konteks keagamaan seperti wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dimensi Wawasan
Moral, Perasaan mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa dalam dimensi Perasaan Moral, dan Perilaku moral
kekhalifahan dalam dimensi Perilaku Moral.

5. Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan


Bidang Studi PPKN sesuai dengan hakikat dan karakteristiknya memiliki keterkaitan dengan bidang studi
lainnya khususnya dengan IPS. PPKN menurut sejarah perkembangannya sampai terbentuknya bidang studi
PPKN seperti sekarang ini secara historis memiliki keterkaitan yang kuat dengan IPS. Dikatakan demikian
karena sebelum menjadi Bidang Studi PMP(Pendidikan Moral Pancasila) yang menurut kurikulum tahun 1994
di beri nama Bidang studi PPKN sebagai upaya mewujudkan pesan UU Sistem Pendidikan Nasional No.2
Tahun 1989 khususnya pasal 39 ayat 2 dan 3, pada mulanya merupakan bagian dari IPS. Bidang studi PMP
adalah bagian dari bidang studi IPS yang dimana materi pengajaran erat kaitannya dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dan hal-hal yang menyangkut warga Negara dan pemerintah. Sebagai warga
negara Indonesia yang baik, hendaknya sadar bahwa secara historis nilai-nilai Pancasila yang dimasukkan
dalam pelajran PKn digali dari kebudayaan-kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat bangsa Indonesia sendiri.
Pendidikan nilai menurut Djahiri (1999) adalah harga, makna, isi, dan pesan, semangat atau jiwa yang
tersirat dan tersurat dalam fakta, konsep, dan teori sehingga bermakna secara fungsional. Di PKn, nilai
difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang karena nilai dijadikan
standar perilaku. Sedangkan menurut dictionary dalam Winaputra (1989) nilai adalah harga atau kualitas
sesuatu. Artinya sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut memiliki intrinsik memang berharga.
Pendidikan nilai adalah pendidikan yang menyosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam diri
individu. PKn merupakan pendidikan nilai itu sendiri, pendidikan yang mensosialisasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dan budaya bangsa seperti terdapat dalam setiap kurikulum PKn.
Pelaksanaan PKn melalui cara yakni menerima nilai (receiving), menanggapi inisiasi pendidikan
kewarganegaraan, penanggapan nilai (responding), penghargaan nilai (valuing), pengorganisasian nilai
(organization), dan karakteristik nilai(characteristic).

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Hakekat PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai program pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai
pancasila untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang
diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari hari. Fungsi PKn
di Sekolah Dasar adalah sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab. Serta adapun fungsi lainnya yakni membantu generasi muda memperoleh
pemahaman cita-cita nasional tujuan negara, dan dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung
jawab dalam menyelsaikan masalah pribadi, masyarakat dan negara.
Menurut Branson, tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional. Pendidikan Nilai cakupannya
lebih luas daripada pendidikan moral karena konsep nilai mencakup segala macam nilai seperti nilai
religius,ekonomi,praktis,etis dan estetis Pendidikan moral pada dasarnya berkenan dengan proses pendidikan
nilai etis, yakni persoalan baik dan buruk. PKN merupakan bagian dari bidang studi IPS yang dimana materi
pengajaran erat kaitannya dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan hal-hal yang menyangkut
warga Negara dan pemerintah.
2. Saran
Dalam hal ini, pkn sangatlah berperan penting karena untuk membentuk karakter para peserta didik
sebagai warga negara yang baik dan memiliki komitmen tinggi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari hal itulah untuk membentuk karakter tersebut guru adalah cerminan yang harus mencerminkan sesuatu hal
yang baik sehingga dapat di contoh oleh peserta didiknya, karena guru yang baik pastilah peserta didiknya .
DAFTAR PUSTAKA

https://stkip.files.wordpress.com/2011/05/ppkn1.pdf

http://cenatcenutpgsd.blogspot.co.id/p/hakikat-dan-fungsi.html

http://teguh-gooo-enjoe.blogspot.co.id/2013/02/karakteristik-pkn-sebagai-pendidikan.html\

http://wiwitna.blogspot.co.id/2013/03/keterkaitan-antara-pkn-sebagai.html

Anda mungkin juga menyukai