PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering menyerang pria
maupun wanita dari berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan episode.
ISK sering menyebabkan morbiditas dan dpat secara signifikan menjadi
mmortalitas.Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri,
bakteri yang umumnya naik dari rectum dapat menyebabkan terjadinya ISK.
Ketika virulensi meningkat maka infeksi pada saluran kemih dapat terjadi.2
Infeksi saluran kemih adalah salah satu penyakit infeksi yang paling
dominan yang memiliki beban finansial yang penting di tengah masyarakat.Di AS
ISK bertanggung jawab atas lebih dari 7 juta kunjungan dokter setiap
tahunnya.Kurang lebih 15% dari semua antibiotic yang diresepkan untuk
masyarakat di AS diberikan pada ISK dan data dari beberapa Negara Eropa
menunjukan level setara. Di AS, ISK terhitung mecapai lebih dari 100.000
kunjungan rumah sakit setiap tahunnya. 2
Terdapat 3 jenis macam ISK, yaitu ISK non komplikata yaitu ISK yang
terjadi pada orang dewsa, termasuk episode sporadic, episode sporadic yang
didapat dari komunitas, dalam hal ini sistitis akut dan pielonefritis akut pada
individu yang sehat. ISK komplkata yaitu ISK yang diasosiasikan dengan suatu
kondisi mislanya abnormalitas struktur atau fungsi saluran kemih atau adanya
penyakit yang menganggu daya tahan tubuh sehingga meningkatkan resiko
terjadinya infeksi atau kegagalan terapi.3
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
LANDASAN TEORI
Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urine (ginjal) dan struktur-
struktur yang membawa urine dari ginjal ke luar untuk dieliminasi dari tubuh.
Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang terletak di belakang rongga
abdomen, satu ginjal di masing-masing sisi kolumna verterbralis, sedikit di atas
garis pinggang.Setiap ginjal mendapatkan satu arteri renalisdan satu vena renalis,
yang masing – masing masuk dan keluar ginjal di indentasi (cekungan) medial
ginjal yang menyebabkan organ ini berbentuk seperti kacang4. Ginjal berperan
menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah, serta
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit tubuh, yang kemudian dibuang
melalui urine.6
Insiden ISK rendah pada lelaki dewasa yang berumur dibawah 50 tahun,
berkisar antara 5-8 orang/10.000 populasi per tahun.Pada populasi ini, gejala
seperti dysuria atau peningkatan frekuensi miksi biasanya karena penyakit
menular seksual-infeksi yang berhubungan dengan uretra seperti infeksi kuman
gonokokus dan nongonokokus. Pada lelaki dewasa yan berumur diatas 50 tahun,
insiden ISK meningkat drastis karena pembesaran prostat, yang kemudian akan
mempengaruhi traktus urinarius. Agent penyebab lebih luas pada lelaki dewasa
berumur diatas 50 tahun.10
2.4. Etiologi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu komplikasi yang paling sering
pada kehamilan perubahan fisiologis tubuh baik hormonal maupun mekanikal ,
predisposisi bakteriuria pada wanita meningkatkan resiko perkembangan
pielonefritis akut, kelahiran prematur , dan kematian perinatal yang tidak dapat
dijelaskan. Faktor-faktor yang berkonstribusi dalam meningkatkan resiko ISK :
dilatasi ureter dan renal pelvis , peningkatan pH urin dan glikosuria mendukung
pertumbuhan bakteri dan menurunkan kekuatan otot uretra 12.
Infeksi saluran kemih (ISK) secara praktis dapat dibagi menjadi tiga:
a. ISK Non Komplikata
ISK yang terjadi pada orangdewasa, termasuk episode sporadik,
episode sporadik yang didapat dari komunitas. ISK ini banyak didapat
pada wanita dibanding pria. Tanpa adanya kelainan
anatomi/fungsional didalam saluran kemih maupun penyakit ginjal
atau faktor lain yang memperberat penyakit.
b. ISK Komplikata
Infeksi yang diasosiasikan dengan suatu kondisi misalnya
abnormalitas struktur atau fungsi saluran kemih atau adanya oenyakit
yang mengganggu daya tahan tubuh sehingga meningkatkan resiko
terjadinya infeksi atau kegagalan terapi.
c. Sepsis (Urosepsis)3
Infeksi saluran kemih (ISK) secara anatomis dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
a. Infeksi saluran kemih bawah : uretritis, sistitis, sindrom uretra akut
b. Infeksi saluran kemih atas : prostatitis dan pielonefritis.11
2.6.1 Uretritis
2.6.2 Sistitis
2.6.4. Prostatitis
2.6.5 Pielonefritis
Pielonefritis akut adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada
pielum dan parenkim ginjal. Pada umumnya kuman yang menyebabkan infeksi
ini berasal dari saluran kemih bagian bawah yang naik ke ginjal melalui ureter.
Kuman itu adalah Escherechia coli, Proteus, Klebsiella spp, dan kokus gram
positif, yaitu Streptococcus faecalis dan Enterokokus.6
Patofisiologi ISK
Pada individu normal,biasanya laki-laki maupun perempuan urin
selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing . Uretro
distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogrnic
fastidious gram-positive dan gram negative .
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme ascending
dari uretra ke dalam kandung kemih.Pada beberapa pasien tertentu invasi
mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah refluks
vesikoureter.
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan
di klinik , mungkin akibat lanjut dari bakterimia. Ginjal diduga merupakan
lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septicemia atau endokarditis akibat
Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis
dengan Nephritis Lohlein. Beberapa penelitian melaporkan piolenefritis
akut sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi sistemik gram
negative.
2.7 Diagnosis
Bakteriuria yang signifkan pada ISK komplikata didefnisikan
sebagai perhitungan uropathogen lebih dari 105 cfu/ml dan lebih dari 104
cfu/ml, pada urin porsi tengah baik pada wanita maupun pria. Jika sampel
urin diambil dari kateter , lenih dari 104 cfu/ml bisa dianggap relevan.
Piuria adalah lebih dari 10 sel darah putih per high-power field (400x)
untuk sampel urin yang disentrifugasi. Pemeriksaan dipstick dapat
digunakan untuk pemeriksaan rutin , termasuk uji leukosit esterase ,
hemoglobin dan reaksi nitrit. Pada ISK komplikata, selain ditemukan
mikroba , harus didapatkan kelaianan anatomi atau fungsional saluran
genitoirunari atau adanya penyakit dasar. Mikroba penyebab tersering
adalah E.coli, Proteus, Klebsiella, Pseudomnas, Serratia, dan
Enterococci.7
Tanda dan gejala bergantung kepada organ apa dari saluran kemih
yang terkena.
Uretritis
- Sering miksi dan disuria, disertai nyeri di uretra.15
Sistitis
- Frekuensi, rasa sakit atau nyeri di daerah suprapubik dan
hematuria.
- Pemeriksaan urin : urin berwarna keruh dan berbau.
- Urinalisis : piuria, hematuria dan bakteriuria.6
Prostatitis
- Demam, menggigil, rasa sakit di daerah perineal dan gangguan
miksi.
- Pemeriksaan fisik : pada colok dubur, prostat teraba
membengkak, hangat dan nyeri.6
Pielonefritis Akut
- Demam tinggi disertai menggigil, nyeri di daerah perut dan
pinggang disertai mual dan muntah.
- Gejala iritasi buli-buli, yaitu berupa disuri, frekuensi, atau
urgensi.
- Pemeriksaan fisik : nyeri pada pinggang dan perut, suara usus
melemah seperti ileus paralitik.
- Pemeriksaan darah : adanya leukositosis disertai peningkatan
laju endap darah.
- Urinalisis : terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria.
- Kultur urine : terdapat bakteriuria.6
2). Kateterisasi
Penggunaan kateter pada pria maupun wanita hanya diindikasikan
pada pasien retensi urin atau pada wanita dengan ditemukannya
kontaminasi berupa epitel vagina dan/atau laktobcillus pada specimen.
Katerisasi dan specimen mid katerisasi lebih akurat dibandingkan dengan
urin yang dikemihkan tetapi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
iatrogenic.
3). Aspirasi Suprapubik
Apirasi suprapubik sangatlah akurat tetapi dapat menyebabkan
morbiditas , kegunaan klinisnya tidak terlalu berguna kecuali pada pasien
yang tidak dapat berkemih spontan. Sangat direkomendasikan pada bayi
baru lahir.Pada aspirasi suprapubik, urin didapatkan langsung dari
kandung kemih tanpa melewati urethra.Sebelum dilakukan aspirasi
suprapubik, pasien dianjurkan untuk minum banyak sehingga kandung
kemih dalam keadaan penuh. Tempat dilakukan pungsi aspirasi adalah
midline antara umbilicus dan symphisis pubis dan secara langsung pada
kandung kemih yang terpalpasi.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena
penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin
berkembang biak dan penghitungan kolono yang tumbuh pada biakan
menunjukan jumla bakteri yang sebenarnya yang terdapat dalam urin pada
saat pengambilan.
2. Kultur urine
3. Pemeriksaan darah
4. Pencitraan
Ultrasonogram (USG)
Radiografi
- Foto polos perut
- Pielografi IV
- Micturating cystogram
Isotop scanning
2.10. Terapi1
2.12. Komplikasi1
Komplikasi ISK tergantung dari tipe ISK yaitu ISK tipe sederhana dan tipe
berkomplikasi.
1. ISK sederhana (uncomplicated). ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu
non-obstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan dan
tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
2. ISK tipe berkomplikasi (complicated)
ISK selama kehamilan. ISK selama kehamilan dari umur
kehamilan.
Morbiditas ISK selama kehamilan
Kondisi Risiko potensial
BAS (Basiluria Asimtomatik) tidak diobati Pielonefritis
Bayi prematur
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
ISK trimester III Bayi mengalami retardasi mental
Pertumbuhan bayi lambat
Cerebral palsy
Fetal death
ISK pada diabetes mellitus. Penelitian epidemiologi klinik
melaporkan bakteriuria dan ISK lebih sering ditemukan pada DM
dibandingkan perempuan tanpa DM.
2.14. Pencegahan 3
Modifikasi perilaku
Strategi penggunaan antibiotic
- profilaksi kontinu (continuous prophylaxis)
- profilaksis pasca senggama (post coital prophylaxis)
- pengobatan antibiotic mandiri (self-start antibiotic treatment)
preparat estrogen
pola hidup sehat : memakan buah buahan khususnya cranberry,
mengonsumsi probiotik, dan akupuntur.
a. Pencegahan pada Ibu Hamil1
Setiap perempuan hamil dengan basiluri asimtomatik harus mendapat
terapi antimikroba untuk mencegah presentasi klinis pielonefritis dan
komplikasi kehamilannya.
b. Pencegahan pada Diabetes Mellitus1
Beberapa peneliti lebih cenderung memberikan terapi antimikroba pada
basiluria asimtomatik pada pasien dengan diabetes melitus.
c. Pencegahan pada penggunaan kateter1
Bakteri patogen yang terkait dengan bakteriuri dengan katerisasi ; seperti
E.coli, Enterococcus , Klebsiellla, Pseudomonas , Proteus , Enterobacter ,
dan Candida. Pada umumnya bakteriuri terkait kateter bersifat polimikroba.
Sebagian besar peneliti tidak menganjurkan antibiotika sebagai
pencegahan infeksi saluran kemih terkait kateter. Negara maju seperti
USA menganjurkan penggunaan kateter urin berselaput campuran perak
atau kateter oksida perak untuk mencegah infeksi saluran kemih terkait
kateter.
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : Lindung Siregar
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Suku : Batak
Agama : Islam
Alamat : Jl. Rondam Lombang kec. Portbi
Anamnesa penyakit
Keluhan utama : Nyeri saat buang air kecil
Telaah :Nyeri buang air kecil dialami sejak sekitar 4 bulan yang
lalu. Keluhan dirasakan terus memberat sejak 1 minggu ini. Buang air kecil keluar
dengan netes-netes, air kencing berdarah, bernanah disangkal, pasien menyangkal
ada keluar kerikil/ seperti pasir disaat buang air kecil, pasien mengedan disaat
buang air kecil, pasien buang air kecil lebih 3 kali dalam sehari, dengan jumlah
totalnya sekitar 300cc/24jam, nyeri dirasakan paling sakit saat awal buang air
kecil, nyeri juga dirasakan diperut bagian tengah bawah, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri menjalar sampai kebagian pinggang, nyeri juga timbul disaat tidak
buang air kecil, nyeri dirasakan hilang timbul, tidak ada posisi yang dalam
meringankan nyeri, nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas. Demam dijumpai
sejak 1 minggu ini dengan suhu 38ºC dan bersifat menetap.Pasien mengeluhkan
rasa lemas sejak seminggu yang lalu.Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak
kurang lebih 2 bulan ini, dahak bewarna bening.Riwayat sesak nafas dijumpai,
riwayat keringat malam dijumpai.Os sudah didiagnosa dengan TB paru sejak 1
bulan ini dan dalam masa pengobatan.
Buang air besar 1-2x sehari dengan konsistensi lembek dan berwarna coklat, tidak
ada darah dan tidak ada lendir, tidak ada nyeri saat buang air besar, riwayat nyeri
dada dan nyeri kepala disangkal, riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes
melitus disangkal, keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
dengan os, riwayat merokok dijumpai. Pasien tidak memiliki riwayat minum
alcohol dijumpai, riwayat pengobatan tidak jelas, os tidak nafsu makan, os merasa
mengalami penurunan berat badan dalam 3 bulan ini, sekitar 10kg.
Anamnesa organ
1. Cor
Dyspnoea de’effort :- sianosis :-
Dyspnoea de’repos :- angina pectoris: -
Oedema :- palpitasi cordis: -
Nycturia :- asma cardial : -
2. Sirkulasi perifer
Claudication intermitten :- gangguan tropis: -
Sakit waktu istirahat :- kebas-kebas :-
Rasa mati ujung jari :-
3. Traktus respiratorius
Batuk :+ stridor :-
Pendarahan :- sesak nafas :+
Haemaptoe :- pernafasan cuping
hidung : -
Sakit dada waktu bernafas: - suara parau :-
4. Traktus digestivus
a. Lambung
Sakit di epigastrium : + sendawa :-
sebelum/sesudah makan anoreksia :-
rasa panas di epigastrium : - mual-mual :+
muntah :- dysphagia :-
haematemesis :- foetor ex ore : -
ructus :- pyrosis :-
b. Usus
Sakit di abdomen :- melena :-
Borborygmi :- tenesmi :-
Defekasi : + normal flatulensi :-
Obstipasi :- haemorrhoid : -
Diare :-
6. Sendi
Sakit :- sakit digerakkan : -
Sendi kaku :- bengkak :-
Merah :- stand abnormal: -
7. Tulang
Sakit :- fraktur spontan: -
Bengkak :- deformasi :-
8. Otot
Sakit :- kejang-kejang : -
Kebas-kebas :- atrofi :-
9. Darah
Sakit di mulut dan lidah :- muka pucat :-
Mata berkunang-kunang :- bengkak :-
Pembengkakan kelenjar :- penyakit darah : -
Merah di kulit :- pendarahan sub
kutan : -
10. Endokrin
a. Pankreas
Polidipsi :- pruritus :-
Polifagi :- pyorrhea :-
Poliuri :-
b. Tiroid
Nervositas :- struma :-
Exoftalmus :- miksodem :-
c. Hipofisis
Akromegali :- distrofi adipos
kongenital : -
14. Psikis
Mudah tersinggung :- pelupa :-
Takut :- lekas marah :-
Gelisah :-
Anamnesa makanan
Nasi : frek 2-3x/hari sayuran : cukup
Ikan : cukup daging : cukup
Anamnesa famili
Penyakit famili :-
Penyakit seperti os :-
Anak – anak :-
KEADAAN PENYAKIT
Anemis :-
Icterus :-
Sianose :-
Dispnoe :+
Edem :-
Eritema :-
Turgor : Baik
Gerakan aktif : dbn
Sikap tidur paksa :-
KEADAAN GIZI
BB : 45 kg
TB : 160 cm
RBW = 75%
BMI = 17,5 Underweight
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Pertumbuhan rambut : +
Sakit kalau dipegang : -
Perubahan lokal :-
a. Muka
Sembab :-
Pucat :-
Kuning :-
Parese :-
Gangguan lokal :-
b. Mata
Stand mata : dbn ikterus :-
Gerakan : dbn anemia :-
Exoftalmus :- reaksi pupil : isokor,
diameter 3x3
Ptosis :- gangguan lokal: -
c. Telinga
Sekret : (+) N bentuk : dbn
Radang :- atrofi :-
d. Hidung
Sekret : (+) N benjolan benjolan : -
Bentuk : dbn
e. Bibir
Sianosis :- kering :-
Pucat :- radang :-
f. Gigi
Karies :- jumlah : 32
buah
Pertumbuhan : (+) N pyorre alveolaris : -
g. Lidah
Kering :- beslag :-
Pucat :- tremor :-
h. Tonsil
Merah :- membrane :-
Bengkak :- angina lacunaris : -
Beslag :-
2. Leher
Inspeksi
Struma :- torticollis :-
Kelenjar bengkak :- venektasi :-
Pulsasi vena :-
Palpasi
Posisi trakea : medial
tekanan vena jugularis : TVJ R-2cm H2O
Sakit/nyeri tekan :-
kosta servikalis :-
3. Thorax depan
Inspeksi
Bentuk : simetris fusiformis venektasi :-
Simetris/asimetris : simetris pembengkakan : -
Bendungan vena :- pylsasi verbal : -
Ketinggalan bernafas : - mammae :-
Palpasi
Nyeri tekan :-
Fremitus suara: ka=ki, kesan: normal
Fremissement : -
iktus : tidak teraba
a. lokalisasi :-
b. kuat angkat : -
c. melebar :-
d. iktus negatif: -
Perkusi
Suara perkusi paru : sonor gerakan bebas :± 1cm
Batas paru-hati : batas jantung : dbn
a. Relatif : ICS V
b. Absolut : ICS VI
Auskultasi
Paru-paru
Suara pernafasan : bronchial
Suara tambahan :
a. Ronchi basah : dijumpai pada lapangan atas paru kiri dan kanan
b. Ronchi kering : -
c. Krepitasi :-
d. Gesek pleura : -
Cor
Heart rate : 92 x/menit, regular, intensitas cukup
Suara katup : M1>M2, P2>P1, A2>A1, A2>P2
Suara tambahan
Desah jantung fungsional/organis :-
Gesek pericardial/pleurocardial :-
4. Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : simetris fusiformis scapulae alta
:-
Simetris/asimetris : simetris ketinggalan
bernafas : -
Benjolan-benjolan :- venektasi
:-
Palpasi
Nyeri tekan :- penonjolan
:-
Fremitus suara : ka=ki, kesan: normal
Perkusi
Suara perkusi paru : sonor gerakan bebas
: 1 cm
Batas bawah paru : dbn
Auskultasi
Suara pernafasan : bronchial
suara tambahan : ronchi basah di lapangan atas paru kiri dan kanan
5. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : simetris
Venektasi/ pembentukan vena :-
Gembung :-
Sirkulasi kolateral :-
Pulsasi :-
Palpasi
Defens muscular :-
Nyeri tekan :+
Lien : tidak diraba
Ren : tidak teraba
Hepar : tidak teraba
Perkusi
Pekak hati :+N
Pekak beralih :-
Auskultasi
Peristaltik usus : normoperistaltic
6. Genitalia
Luka : tidak di jumpai
Sikatriks : tidak di jumpai
Nanah : tidak di jumpai
Hernia : tidak di jumpai
7. Ekstremitas
a. Atas
Bengkak : -/- Refleks
Merah : -/- biceps
: +/+
Stand abnormal : -/- triceps : +/+
Gangguan fungsi : -/- Radioperiost
: +/+
Tes rumpelit : -/-
b. Bawah
Bengkak : -/-
Merah : -/-
Edema : -/-
Pucat : -/-
Gangguan fungsi : -/-
Varises : -/-
Reflex
KPR : +/+
APR : +/+
Strumple : -/-
Anamnesa Umum
Badan kurang enak :+ tidur : cukup
Merasa capek/lemas : + berat badan :
underweight
Merasa kurang sehat : + malas :-
Menggigil :- demam :+
Nafsu makan : menurun pening :-
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Urin Tinja
Hb : 11,6 gr% Warna : Kuning Warna : coklat
Kekeruhan : keruh
Lekosit : 5,9 x 103 Reduksi : - Konsistensi : biasa
mm3
Trombosit :371 Protein : ++ Eritrosit :-
x103/mm3
Eritrosit : 8,31 x 106 Bilirubin : - Leukosit :-
mm3
Hitungjenis Urobilinogen : - Amuba/kista : -
Neutrofil : 60,5 % Sedimen Telur cacing :-
Limfosit :20 % Eritrosit : 40-60/lpb Askaris :-
Monosit : 12,6 % Leukosit : 10-15/lpb Ankilosis :-
Eosinofil : 6,2 % Silinder : - T. trichiura : -
Basofil : 0,2 % Epitel :- Kremi :-
RESUME
Anamnesa
Keluhan utama :Nyeri buang air kecil
Telaah :Nyeri BAK dialami sejak sekitar 4 bulan yang lalu.
Keluhan memberat sejak 1 minggu ini. BAK keluar netes (+), air kencing
berdarah, bernanah (-),keluar kerikil/ seperti pasir disaat BAK (-), mengedan
disaat BAK (-), BAK >3x/hari, total ±300cc/24jam, nyeri awal BAK (+), nyeri
seperti ditusuk-tusuk (+), nyeri menjalar sampai kebagian pinggang, nyeri juga
timbul disaat tidak BAK. Demam dijumpai sejak 1 minggu ini dengan suhu 38ºC
dan bersifat menetap.lemassejak seminggu yang lalu.Batuk (+) 2 bulan ini, batuk
berdahak, dahak bewarna bening, sesak nafas (+), keringat malam (+), penurunan
BB dalam beberapa bulan ini kurang lebih 10 kg.Os sudah didiagnosa dengan TB
kurang lebih 1 bulan dan sedang dalam masa pengobatan.BAB 1-2x sehari dengan
konsistensi lembek dan berwarna coklat, darah dan lendir (-), nyeri saat BAB (-
),riwayat nyeri dada dan nyeri kepala (-), riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes
melitus (-), keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama dengan os,
riwayat merokok (+), riwayat minum alcohol (+).
Pemeriksaan Fisik
Kepala : conjunctiva palpebra anemis -/-, skelra ikterik -/-
Leher : TVJ R-2cmh2o, trakea medial, pembesaran KGB (-)
Thorax : SP: Bronchial
ST: Ronkhi basah di lapangan atas paru kiri dan kanan
Abdomen : simetris, soepel, H/L/R: ttb, peristaltic (+) N
Ekstremitas : dalam batas normal
Terapi
1. Aktifitas : Tirah Baring
2. Diet (Jumlah ,Jenis, Jadwal) : Diet rendah purin 1700 kkal
3. Medikamentosa
- IVFD Nacl 0,9 % 20 gtt/i makro
- Drip ciprofloxacin 200 mg/ 12 jam/ IV
- injeksi ketolorac 30 mg/ 8 jam/ IV
- Injeksi ranitidine 50 mg/ 12 jam/IV
- Sucralfat 3x CII
- Paracetamol 3x500 mg
- OAT 1 x 4 tab dari puskesmas
3.2. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
27-29 Nyeri perut Sens: compos - ISK - Bed rest
September kanan atas mentis komplikata - Diet rendah
2017 (+), nyeri TD: 90/70-60 - TB dalam purin 1700
BAK (+), mmHg pengobatan kkal
Batuk (+) HR: 84-100 x/menit - Dyspepsia - IVFD Nacl
RR: 18-22 x/ menit fungsional 0,9% 20 gtt/i
Temp: 36,2-37,0 ºC dd organic - IVFD
- Hiper Aminofluid 1
Pem.fisik uricemia fls/hari
Kepala : (tanggal 29-9-
conjunctiva palpebra 2017)
anemis -/-, skelra - Drip
ikterik -/- ciprofloxacin
Leher : TVJ 200 mg/12
R-2cmH2o, trakea jam/iv
medial, pembesaran - Inj. Ranitidin
KGB (-) 1 amp/12 jam
Thorax : SP: - Inj. Ketolorac
bronchial pada lap 30 mg/8
atas, tengahparu kiri jam/iv
dan kanan - Allopurinol 1
ST: x 100 mg
ronchi pada lap atas - Ambroxol syr
dan tengah paru kiri 3 x CII
dan kanan - Sucralfat syr 3
Abdomen : x CII
simetris, soepel, - OAT 1 x 4 tab
H/L/R : ttb, nyeri (dari
tekan region puskesamas)
hypocondrium dx - B comp 3 x 1
(+), murphy sign tab
(+), peristaltik (+) N R/ Urinalisa, USG
Ekstremitas : abdomen, Foto
oedem (-/-) Thorax menunggu
hasil, feses rutin,
Hasil Lab Viral Marker,
Albumin, Gamma
Darah GT.
WBC: 5,94 x103/ µL
RBC: 4,77 x 106 /µL -
HGB :11,6 g/dL -
HCT: 37,0 % -
MCV: 77,6 fL
MCH: 24,3 pg
MCHC: 31,4 g/dL
PLT: 371.000 µL
PCT: 0.28%
Hitung jenis:
Neutrofil: 60,9%
Limfosit: 20%
Monosit: 12,6%
Eosinofil: 6,2%
Basofil: 0.3%
Foto thorak
Efusi pleura kanan
Urin rutin
Warna : kuning
Kekeruhan : keruh
Protein : ++
Reduksi : negatif
Sedimen eritrosit :
40-60/lpb
Sedimen leukosit :
10-15/lpb
Sedimen renal epitel
: negatif
Sedimen blaas epitel
: negatif
Sedimen fag/
urether.ep : 1-3/lpb
Kristal Ca oksalat : -
Kristal t.phospate : -
Kristal cystin : -
Urobilin : +
Bilirubin : -
pH : 5
nitrit : -
Urin rutin
Warna : kuning
Kekeruhan : jernih
Protein : negatif
Reduksi : negatif
Sedimen eritrosit :
negatif
Sedimen leukosit :
1-2/lpb
Sedimen renal epitel
: negatif
Sedimen blaas epitel
: negatif
Sedimen fag/
urether.ep : 0-1/lpb
Kristal Ca oksalat : -
Kristal t.phospate : -
Kristal cystin : -
Urobilin : +
Bilirubin : -
pH : 6
nitrit : -
Foto Thorak
Efusi Pleura Dextra
1. Sukandar, Enday. 2014. Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Dewasa dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jilid II. Interna Publishing:
Jakarta
2. Penta Saputra, Kurnia, dkk. 2015. Guideline Penatalaksanaan Infeksi
Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Edisi 2. Ikatan Ahli Urologi Indonesia:
Surabaya.
3. Cansius Prihadi, Johannes. 2015. Manajemen ISK dan ISK Rekuren.
PDUI: www.pdui-pusat.com
4. Edmon, Puca. 2014. Clinical Microbiolgy : Urinary Tract Infection in
Adults. University Hospital Center “Mother Teresa”: Albania.
5. Gibson, Kim dan Toscano, Joseph. 2012. Urinary Tract Infection Update.
Volume 9: American Journal of Clinical Medicine.
6. Purnomo,Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi ke-3. Jakarta : CV
Sagung Seto
7. Kumar, V., Cotran, R,S, S,L. 2013. Buku Ajar Patologi Volume-1 edisi-7,
EGC: Jakarta
8. Alwi, Idrus, dkk. 2015. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam :
Panduan Praktik Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia: Interna Publishing.
9. Brusch, John L. 2017. Pathophysiology of Complicated Urinary Tract
Infection (UTI). American College of Physicians : Infectious Disease
Society of America: www.emedicine.medscape.com/infectious-disease
10. Brusch, John L. 2017. Urinary Tract Infection (UTI) in Males. American
College of Physicians : Infectious Disease Society of America:
www.emedicine.medscape.com/infectious-disease
11. Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Volume II.
Media Aesculapius: Jakarta
12. Gradwohl, Steven E. 2016. Urinary Tract Infection. Michigan Medicine
University of Michigan: Michigan
13. Ronaldo, Johan. 2015. Infeksi Saluran Kemih Komplikata. Ikatan Ahli
Urologi Indonesia: Surabaya
14. Sjamsuhidajat, R., Jong, D. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta
15. Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia Edisi 6. EGC: Jakarta