Penyimpanan bahan kimia tergantung pada beberapa faktor, bukan pada biaya dan ruang
yang ada. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan
bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya
(multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah
sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi
(inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat,
kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan
secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat
fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan
bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi.
Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang
memiliki resiko lebih tinggi.
daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan
pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan
toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia
dalam kaitan dengan penyimpanannya.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara
khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi
kimia. Bahan-bahan demikian disebut "incompatible" dan harus disimpan secara terpisah.
Berikut ini Table 2. Bahan kimia Incompatible
Zat pada kolom A bila kontak dengan zat kolom B akan menghasilkan racun (kolom C).
. Bahan-Bahan Kimia "Incompatible" dan Menghasilkan Racun Bila Dicampur
Bahan-bahan kimia "incompatible" berikut, bila bersentuhan (kontak) dengan bahan kimia
lain akan menghasilkan reaksi yang hebat, kebakaran atau ledakan. Berikut ini Tabel 3.
Bahan-bahan reaktif.
yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar). Bahan kimia yang korosif (asam
anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat,
pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes), bahan kimia
beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel kanker), dan teratogenik.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan yang disebut dengan P3K adalah upaya memberikan
pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada orang lain atau laboran/praktikan ketika
kita berada di laboratorium yang mengalami sakit atau cidera.
Kecelakaan terjadi bisa diakibatkan karena penyebab tunggal atau penyebab yang majemuk
karena suatu musibah bisa karena satu factor tetapi kebanyakan kecelakaan terjadi karena
banyak faktor. Faktor-faktor penyebab kecelakaan diantaranya adalah Manusianya sendiri
dalam hal ini pengalaman, attitude (tingkah laku dan budi pekerti), respon/instingnya, diikuti
dengan mesin dan peralatan yang digunakan, metode/cara kerja, material yang digunakan
dalam bekerja, dan factor yang terakhir adalah
lingkungan dimana manusia tersebut bekerja. Kondisi lingkungan bekerja seringkali tidak
dapat diduga dan sangat mungkin terjadi kecelakaan yang tidak kita harapkan. Sedangkan
tenaga medis, sarana dan prasarana kesehatan sulit untuk dijangkau. Maka satu-satunya
pilihan adalah mencoba melakukan pertolongan sementara pada korban kerumah sakit atau
dokter terdekat.
Maksud P3K adalah untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan ditempat
kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum korban dibawa
kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari. Tujuan P3K adalah: