Anda di halaman 1dari 5

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: 2252-9454

Vol. 6, No. 1, pp. 30-34 January 2017

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO


STRAY (TSTS) UNTUK MELATIHKAN KARAKTER PADA MATERI
LAJU REAKSI DI SMAN 1 KREMBUNG SIDOARJO

IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO


STRAY (TSTS) TO TRAIN CHARACTER ON REACTION RATE
MATERIAL IN SMAN 1 KREMBUNG SIDOARJO

Gigih Cahyaning Putri Handaynai dan Dian Novita


S-1 Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
Email: gigihcahyaning@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini untuk mengetahui sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan jumlah
siswa yang melatihkan karakter pada materi laju reaksi. Pada penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kuantitatif yaitu dengan One Group Pretest Posttest Design. Instrumen yang
digunakan yaitu lembar pengamatan karakter dan Self Assesment. Penelitian ini dilakukan selama
tiga kali pertemuan. Hasil penelitian meliputi (1) Sintaks pembelajaran kooperatif tipe TSTS
secara berturut-turut 93,75%, 97,91% dan 100% dalam kriteria sangat baik; (2) Nilai karakter
siswa jujur, tanggungjawab dan kerjasama yang mencapai nilai ≥3 termasuk kategori mulai
berkembang dan membudaya secara klasikal yaitu jujur 98,89%, tanggungjawab 86,87% dan
kerjasama 96,97%.
Kata kunci: Kooperatif TSTS, Jujur, Tanggung jawab, Kerjasama, Laju Reaksi

Abstrak
This research to know the syntax TSTS cooperative learning model and the number of students
who melatihkan character on the reaction rate material. In this study, using a quantitative
research that is with one group pretest posttest design. The instruments used are sheets of
observation of character and self-assessment. This study was conducted during three meetings.
The results of the study include (1) Syntax cooperative learning TSTS respectively 93.75%,
97.91% and 100% in the criteria very well; (2) Value of students honest character, responsibility,
and cooperation reached a value ≥3 category began to grow and be entrenched in the classical
style that is honestly 98.89%, 86.87% and the responsibilities of cooperation 96.97%.
Keywords: Cooperative TSTS, Honesty, Responsibility, Cooperation, Reaction rate

nilai-nilai budaya bangsa untuk


PENDAHULUAN membentuk daya saing dan karakter
Salah satu sarana untuk mencapai tujuan bangsa “. Selama ini pendidikan karakter
pendidikan nasional yaitu meningkatkan baru dilaksanakan pada jenjang taman
mutu pendidikan di setiap jenjang kanak-kanak, sementara pada jenjang
pendidikan yang ada melalui sekolah dasar dan sekolah menengah di
pengembangan kurikulum. Kurikulum Indonesia masih belum optimal dalam
2013 yang merupakan penyempurnaan menyentuh aspek karakter, meskipun
dari Kurikulum Tingkatan Satuan sudah terdapat materi pelajaran Pancasila
Pendidikan (KTSP). Dalam INPRES dan kewarganegaraan [1].
nomor 1 tahun 2010 yang menjadi dasar Sistem Kompetensi Lulusan kurikulum
pengembangan kurikulum 2013 2013 pada domain sikap individu
menyebutkan bahwa “ Percepatan mencakup aspek beriman, berakhlak mulia
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan ( jujur, tanggung jawab, disiplin, peduli,
Nasional : Penyempurnaan kurikulum dan santun ), rasa ingin tahu, estetika, percaya
metode pembelajaran aktif berdasarkan diri dan motivasi internal [2]. Beberapa

30
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: 2252-9454
Vol. 6, No. 1, pp. 30-34 January 2017

karakter dasar dapat muncul dan Namun dengan menggunakan metode


dimunculkan pada saat pembelajaran tersebut siswa merasa bahwa siswa tidak
khususnya pada saat praktikum dan fokus saat diskusi dengan jumlah anggota
diskusi. kelompok yang banyak, sehingga siswa
Pendidikan karakter bangsa merupakan masih belum memahami dengan materi
tanggung jawab beberapa pihak misalnya yang disampaikan oleh guru, dan kalimat
orang tua, sekolah, masyarakat, dan negara soal yang menyatakan tingkat kesulitan
[3]. Pusat Kurikulum Nasional materi laju reaksi yang sangat sulit 38,7%
menyatakan bahwa karakter sebagai dan sulit 45,16%.
watak, tabiat, akhlak seseorang yang Model pembelajaran kooperatif
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai menggunakan prinsip-prinsip
kebajikan yang diyakini dan digunakan konstruktivisme yang menekankan siswa
sebagai landasan untuk cara pandang, harus aktif menemukan infromasi,
berpikir, bersikap, dan bertindak. sehingga mereka lebih memahami
Menekankan pentingnya 3 unsur dalam pengetahuannya sendiri dengan baik.
pendidikan karakter, yaitu unsur Salah satu tipe model pembelajaran
pengertian moral, perasaan moral, dan kooperatif adalah tipe TSTS.
tindakan moral. Ketiga unsur tersebut Model pembelajaran kooperatif tipe
saling berkaitan dan perlu diperhatikan TSTS merupakan suatu model
supaya nilai moral baik tidak tinggal pembelajaran dimana siswa belajar
sebagai pengetahuan. Dengan demikian memecahkan masalah bersama anggota
pembangunan karakter sebagai wujud kelompoknya, dan memberi kesempatan
untuk membentuk akhlak dan tingkah laku kepada kelompok untuk membagikan hasil
yang baik, sehingga tingkah laku kita dan informasi dengan kelompok lain [4].
merupakan cerminan akhlak bangsa. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
Berdasarkan hasil angket di SMAN 1 menuntut siswa untuk bertanggungjawab
Krembung Sidoarjo bahwa masih banyak dalam setiap kegiatan pembelajaran.
siswa yang merasa belum memiliki Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
karakter yang baik, misalnya pada karakter ini dapat digunakan untuk melatihkan
jujur, tanggung jawab dan kerjasama. karakter selama proses pembelajaran
Karakter jujur dari hasil angket yang telah berlangsung. Karakter tersebut dapat
disebar yaitu 93,54% menunjukkan bahwa terlihat pada saat siswa berdiskusi dengan
siswa tidak jujur, misalnya menyontek menerapkan model pembelajaran TSTS.
pekerjaan teman, dan mencontek saat ujian Teknik belajar mengajar Two Stay Two
yang diberikan oleh guru dengan alasan Stray yaitu yang pertama siswa bekerja
bahwa ragu dan tidak percaya diri dengan sama dengan teman sekelompok yang
jawaban sendiri. Karakter tanggung jawab, beranggotakan 4-5. Kedua, setelah selesai
dari hasil angket yang telah disebar dua orang dari masing-masing kelompok
memperoleh persentase sejumlah 19,35% meninggalkan untuk bertamu ke kelompok
mengatakan “Ya” dan presentase 64,51% yang lain. Ketiga, dua orang yang tinggal
menyatakan “Kadang-kadang”, hal dalam kelompok menginformasikan hasil
tersebut menunjukkan bahwa siswa masih kerja mereka ke tamu tersebut. Keempat,
ada yang tidak bertanggung jawab dalam tamu mohon diri dan kembali ke kelompok
mengerjakan dan mengumpulkan tugas di masing-masing dan melaporkan hasil
kelas maupun tugas rumah yang diberikan informasi mereka dari kelompok lain [4].
oleh guru. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan,
Berdasarkan hasil wawancara guru, akan dilakukan suatu penelitian yang
proses pembelajaran kimia disekolah berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran
dengan menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray Untuk
diskusi dan juga melaksanakan praktikum. Melatihkan Karakter Siswa Pada Materi

31
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: 2252-9454
Vol. 6, No. 1, pp. 30-34 January 2017

Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 sintaks model pembelajaran kooperatif


Krembung Sidoarjo “. Dalam penelitian di tipe TSTS dan karakter siswa meliputi
atas, untuk memastikan bahwa guru telah karakter jujur, tanggung jawab dan
melaksanakan pembelajaran dengan kerjasama selama proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran berlangsung.
kooperatif tipe TSTS maka perlu
dilakukan observasi keterlaksanaan sintaks HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui keterlaksanaan sintaks model
melatih karakter jujur, tanggung jawab dan pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada
kerjasama yang diteliti menggunakan materi laju reaksi, dan jumlah siswa yang
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, melatihkan karakter jujur, tanggungjawab
maka perlu diamati karakter siswa yang serta kerjasama dengan menggunakan
dilatihkan dengan penerapan model model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
pembelajaran kooperatif tipe TSTS secara Adapun data hasil keterlaksanaan
langsung. pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat
dilihat pada gambar 1.
METODE PENELITIAN 100
Subyek penelitian ini yaitu hanya siswa 90
kelas XI MIA 7 di SMA Negeri 1 80
70
Krembung Sidoarjo. Pada penelitian ini 60
%P

50
didapat data tentang karakter jujur, 40
tanggung jawab, kerjasama dan serta 30
20
keterlaksanaan sintaks pembelajaran 10
selama proses pembelajaran berlangsung. 0
Penelitian ini dengan rancangan One fase fase fase fase fase fase
1 2 3 4 5 6
Group Pretest Posttest Design [5].
Pertemuan 1
Pertemuan 2
O1 X O2 Pertemuan 3

Gambar 1. Keterlaksanaan Model


O1:nilai pretest Pembelajaran Kooperatif
O2:nilai posttest tipe TSTS
X: perlakuan yang diberikan berupa Pada gambar tersebut dapat dilihat
pembelajaran dengan model bahwa keterlaksanaan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe TSTS kooperatif tipe TSTS diperoleh persentase
pada materi faktor-faktor yang berturut-turut sebesar 93,75%, 97,97% dan
mempengaruhi laju reaksi. 100% dengan kriteria sangat baik. Hal ini
Perangkat pembelajaran yang menunjukkan bahwa pembelajaran yang
digunakan pada penelitian ini adalah dilakukan berjalan dengan sangat baik.
silabus, RPP, dan LKS., Pembelajaran kooperatif mengacu pada
Instrumen yang digunakan meliputi metode pengajaran bahwa siswa bekerja
lembar pengamatan keterlaksanaan bersama dalam kelompok yang saling
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay membantu dalam belajar. Tiga tujuan
Two Stray, lembar pengamatan karakter model pembelajaran kooperatif meliputi
dan Self Assesment. prestasi akademik, toleransi penerimaan
Metode pengumpulan data meliputi terhadap keanekaragaman dan
metode observasi, metode tes dan metode keterampilan sosial.
angket. Metode observasi digunakan untuk Dalam pembelajaran kooperatif tipe
mengumpulkan data saat mengamati TSTS pada fase keempat dapat dilatihkan

32
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: 2252-9454
Vol. 6, No. 1, pp. 30-34 January 2017

karakter kerjasama yang dilakukan pada Beberapa latihan untuk membantu


diskusi pertama saat guru meminta siswa siswa berkarakter jujur dapat dilakukan di
untuk mengerjakan lembar kerja siswa sekolah misalnya larangan menyontek
dengan kelompoknya dan saat melakukan dalam ulangan di kelas dan ujian, berlatih
praktikum secara bersama-bersama. berkata benar, siswa berlatih bicara terus
Karakter tanggungjawab dilatihkan pada terang, membuat laporan praktikum secara
saat diskusi yang kedua dimana siswa jujur, apa adanya dan tidak menipu data,
bertanggungjawab menuliskan informasi siswa jujur dalam tugas atau pekerjaan
yang diperoleh dari kelompok lain dan rumah yang diberikan oleh guru, dan tidak
siswa bertanggugjawab saat praktikum menggunakan barang orang lain tanpa izin
mengembalikan alat dan bahan yang sesuai [3]. Dengan dilatihkan karakter jujur
dengan tata tertib yang berlaku, serta diharapkan siswa menjadi seseorang yang
karakter jujur juga dilatihkan pada diskusi dapat membentuk nilai-nilai luhur dan
yang kedua dimana siswa jujur perilaku berkarakter bagi diri siswa
memberikan informasi kepada anggota sendiri.
yang bertamu ke kelompok tersebut. Tanggung jawab yaitu sikap dan
Setelah siswa selesai melakukan diskusi perilaku seseorang untuk melaksanakan
yang kedua siswa kembali ke kelompok sikap dan perilaku untuk melaksanakan
untuk melakukan diskusi yang ketiga tugas dan kewajiban yang seharusnya dia
dengan membahas bersama-bersama lakukan, terhadap diri sendiri, lingkungan,
mengenai hasil informasi yang diperoleh. masyarakat, Negara dan Tuhan Yang
Penilaian karakter meliputi karakter Maha Esa [3].
jujur, tanggung jawab dan kerjasama Upaya untuk mengimplementasikan
berdasarkan penilaian pengamat dan pendidikan karakter perlu dilakukan
penilaian diri dapat dilihat pada gambar 2. dengan pendekatan holistis misalnya
segala kegiatan di sekolah di atur secara
bekerjasama dan kolaborasi antara siswa,
guru dan masyarakat, namun yang lebih
utama kerjasama siswa [2].
Karakter sebagai nilai-nilai dan sikap
hidup yang positif dalam diri seseorang
sehingga memengaruhi tingkah laku, cara
berpikir dan bertindak yang sebagai tabiat
hidupnya. Pendidikan karakter bertujuan
untuk membantu agar siswa mengalami,
memperoleh dan memiliki karakter kuat
yang diinginkan, misalnya karakter jujur
maka pendidikan karakter berarti suatu
Gambar 2. Karakter Siswa Oleh Penilaian usaha membantu siswa agar nilai kejujuran
Pengamat dan Penilaian Diri menjadi miliknya dan bagian hidupnya [6].
Dapat dilihat pada gambar 2, karakter
yang dilatihkan selama tiga kali pertemuan PENUTUP
memperoleh presentase karakter jujur Simpulan
secara berturut-turut sebesar 100%, 100% Berdasarkan rumusan masalah dan
dan 96,97%. Karakter tanggungjawab pembahasan implementasi pembelajaran
pertemuan ke-1 81,82%, pertemuan ke-3 kooperatif tipe TSTS dan melatihkan
81,82%, dan pertemuan ke-3 96,97%. karaker dapat disimpulkan bahwa:
Karakter kerjasama berturut-turut sebesar 1. Keterlaksanaan pembelajaran
93,94%,100% dan 96,97%. kooperatif tipe TSTS untuk melatihkan
karakter siswa pada materi laju reaksi

33
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: 2252-9454
Vol. 6, No. 1, pp. 30-34 January 2017

telah diperoleh presentase berturut- DAFTAR PUSTAKA


turut sebesar 93,75%, 97,91% dan
100%. Hal ini menunjukkan bahwa 1. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
pembelajaran yang dilakukan berjalan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya
dengan sangat baik. dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta:
2. Hasil penelitian karakter siswa dengan Kencana Prenada Media Group.
penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray 2. Depdiknas. 2013. Bahan Uji Publik
pada materi laju reaksi yang dilakukan Kurikulum 2013. (online),
tiga kali pertemuan telah memperoleh http://kurikulum2013.kemendikbud.go
nilai ≥ 3 yaitu karakter jujur pertemuan .id , (diakses tanggal 3 Maret 2016).
ke-1 100%, pertemuan ke-2 100%, dan
pertemuan ke-3 96,97%. Karakter 3. Suparno, Paul. 2015. Pendidikan
tanggungjawab pada pertemuan ke-1 Karakter di Sekolah. Yogyakarta: PT
81,82%, pertemuan ke-3 81,82%, dan Kanisius.
pertemuan ke-3 96,97%. Karakter
kerjasama pertemuan ke-1 93,94%, 4. Lie, Anita. 2008. Cooperative
pertemuan ke-2 100%, dan pertemuan Learning. Jakarta: PT. Grasindo
ke-3 96,97%.
5. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Saran Kuantitatif Kualitatif dan R and D.
1. Saat mengamati karakter satu pengamat Bandung: Alfabeta
telah mengamati 4-5 siswa, sedangkan
untuk menilai karakter butuh ketelitian 6. Zuchdi. 2009. Pendidikan Karakter.
yang akurat. Oleh karena itu untuk Jogjakarta: UNY Press
peneliti selanjutnya dianjurkan untuk
mengurangi jumlah siswa yang diamati
untuk mendapatkan hasil yang optimal.
2. Peneliti melakukan penelitian untuk
melatihkan karakter siswa selama tiga
kali pertemuan dengan karakter yang
telah membudaya. Untuk
mempertahankan karakter siswa,
diharapkan untuk peneliti lain saat
melatihkan karakter dengan jangka
waktu yang lebih lama agar dapat
mempertahankan karakter siswa yang
telah terbentuk.

34

Anda mungkin juga menyukai