Anda di halaman 1dari 19

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT BERDASARKAN SEGITIGA


EPIDEMIOLOGI dan MODEL RODA (The Wheel)

KELOMPOK 3
TINGKAT II PROGRAM STUDI DIPLOMA 3
Evi Nurfitria Sari
Desyca Rantyana
Lydia Oktaviani
M. Yoga Tridarma
Salmah Nur Wahidah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2015
A. Pengertian Sehat dan Sakit

Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan arti makna dan definisi sehat sakit dari
beberapa ahli kesehatan.

Pengertian sehat antara lain dikemukakan oleh :

Menurut Undang-Undang Kesehatan N0. 23/1992 yang dimaksud dengan kesehatan


adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Menurut pengertian sehat dari Pender, 1982 yang dimaksud dengan pengertian
kesehatan adalah

Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam


berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.

Sedangkan menurut Paune tahun 1983 pengertian makna sehat adalah fungsi efektif
dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan
untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces :
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan
perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan
dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.

Itulah beberapa makna arti dari sehat dan kesehatan berdasarkan UU dan juga ahli-ahli
kesehatan. Untuk berikutnya adalah pengertian sakit yang merupakan bagian dari konsep
rentang sehat sakit ini yaitu :

Pengertian konsep sakit menurut Perkins bahwa sakit adalah sebagai suatu keadaan
yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani
dan sosial.

Definisi sakit adalah merupakan suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ
badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
B. Konsep Terjadinya Penyakit
1. Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar epidemiologi
yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan
dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Segitiga ini merupakan gambaran
interaksi antara tiga faktor yakni host (tuan rumah/penjamu), agent (faktor penyebab),
environment (lingkungan). Timbulnya penyakit berkaitan dengan terjadinya
ketidakseimbangan interaksi antara ketiga faktor ini. Keterhubungan antara penjamu,
agen, dan lingkungan ini merupakan satu kesatuan dinamis yang berada keseimbangan
(equilibrium) pada seorang individu yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap
keseimbangan hubungan segitiga ini, maka akan menimbulkan status sakit.
Gangguan keseimbangan yang memungkinkan terjadinya penyakit berkaitan dengan :
1. Terjadinya penjamu yang rentan (susceptible host)
2. Keterpaparan oleh faktor agen yang potensial berisiko (faktor risiko)
3. Keadaan perubahan lingkungan yang mendukung keterpaparan oleh agent dan
penjamu yang makin rentan.

Keadaan ini dapat digambarkan pada gambar berikut.

Risiko
Sakit
Kondisi tidak seimbangini sebenarnya berasal dari keadaan normal (sehat) dimana
terjadi keseimbangan antara ketiga faktor epidemiologi, seperti digambarkan pada
gambar berikut.

amu
Penj

Agen
Lingkunga
n

Selanjutnya sakit bisa terjadi jika ada interaksi negatif atau yang merugikan penjamu
seperti gambar berikut.

Sakit

a. Faktor Penjamu (host = tuan rumah)


Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat
terjadinya proses alamiah penyebab penyakit. Faktor penjamu yang berkaitan
dengan kejadian penyakit dapat berupa :
a. Genetik : misalnya sickle cell disease, DM, asma, hipertensi
b. Umur : ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu (osteoporosis)
c. Gender : ditemukan penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya mungkin pada
salah satu gender(ca. servik)
d. Suku/ras/warna kulit : dapat ditemukan perbedaan antara ras kulit putih dan kulit
hitam di Amerika
e. Keadaan fisiologi tubuh : kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, atau keadaan gizi
f. Keadaan imunologis : kekebalan yang diperoleh karena adanya infeksi
sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu, atau pemberian kekebalan buatan
(vaksinasi)
g. Tingkah laku (behaviour) : gaya hidup, personal hygiene, hubungan antarpribadi,
merokok, napza dan rekreasi.
b. Faktor Agen (faktor penyebab)
Agen adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada beberapa penyakit agen ini adalah
sendiri, misalnya padapenyakit-penyakit infeksi. Sedangkan yang lain bisa terdiri dari
beberapa agen yang bekerja sama , misalnya pada penyakit kanker. Yang dapat
dimasukkan sebagai faktor agen adalah :
a. Faktor nutrisi (gizi) : bisa dalam bentuk kelebihan gizi, misalnya tinggi kadar
kolesterol atau bisa dalam bentuk kekurangan gizi baik lemak, protein,dan
vitamin.
b. Penyebab kimiawi : misalnya zat-zat beracun seperti pengawet, pewarna, karbon
monoksida, asbes, cobalt, atau zat allergen.
c. Penyebab fisik : misalnya radiasi dan traumamekanik (pukulan, tabrakan).
d. Penyebab biologis:
 Metazoa : cacing tambang, cacing gelang, schitosomiasis.
 Protozoa : amoeba, malaria.
 Bakteri : typhoid, siphilis, pneumonia, tuberculosis.
 Fungi (jamur) : histoplasmosis, taenia pedis.
 Rickettsia : Rocky mountain spotted fever.
 Virus : campak, cacar (smallpox), poliomyelitis
Konsep faktor agen ini secara klasik memang hanya didefinisikan sebagai
organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan penyakit. Pengertian
agen ini tentunya hanya sebatas penyebab untuk penyakit infeksi. Dalam pengertian
klinik, faktor agen ini setara maksudnya atau penggunaanya dengan istilah etiologi.
Dari segi epidemiologi terjadi perkembangan konsep faktor agen ini dengan
menggunakan terminologi faktor risiko (risk factors). Istilah faktor risiko mencakup
seluruh faktor yang dapat memberi kemungkinan penyebab penyakit.

c. Faktor Lingkungan
Adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan fisik,
biologis, dan sosial. Yang tergolong faktor lingkungan meliputi:
1) Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik
secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial
manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
 Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan
 Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada
air, dan
 Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain
sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula yang
timbul akibat manusia sendiri.

2) Lingkungan biologis
 Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen
 Vektor pembawa infeksi
 Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-
obatan),maupun sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara (host
intermedia) ; dan
 sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama
penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan
yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur
penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai
sumber kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan / kesehatan manusia.
3) Lingkungan sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi.
Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk
masyarakat tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :
 hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku
 Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
 Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat
 Kebiasaan hidup masyarakat
 Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem
kehidupan sosial lainnya.
 berupa migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan
sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang, banjir)
Interaksi Agen, Host, dan Lingkungan:

1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan


 Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan
dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.
 Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin
sayuran di ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh
proses pemanasan.
2. Interaksi antara Host dan Lingkungan
 Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya
pada fase pre-patogenesis.
 Misalnya: Udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan
menyediakan makanan.

3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit

 Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat


merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala
penyakit.
 Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan
kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
 Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat,
ketidakmampuan, atau kematian.

4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan

 Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-


sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsung
masuk ke dalam tubuh manusia.
 Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, dapat
menimbulkan Water Borne Disease

Contoh segitiga epidemiologi pada penyakit diare

Keadaan dimana agent penyakit yang menetap, berkembang biak dan


dapat merangsang manusia untuk menimbulkan penyakit.

Agent:

1. Bakteri,

Host: manusia

Lingkungan:

1. Tidak memadainya penggunaan air bersih


2. Air yang tercemar oleh tinja
3. Pembuangan tinja yang tidak hygenis
4. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek
5. Penyiapan dan makanan yang tidak semestinya

2. Karakteristik Segitiga Epidemiologi

Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus-menerus berinteraksi satu sama lainnya.
Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan sehat. Begitu terjadi gangguan
keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari
perubahan unsur-unsur dalam trias tersebut. Perubahan unsur trias yang berpotensi
menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interaksi antara
ketiganya.

a. Karakteristik Penjamu
1) Resistensi : kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme
pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.

2) Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis,


dapat secara alamiah maupun perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal
terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, padajenis-jenis
penyakit tertentumekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan
tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup,
mendapat munitas yang tinggi setelahterserang campak, sehingga seusai kena
campak sekali maka akan kebal seumur hidup.

3) lnfektifnes (infectiousness) : potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan


penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupunsehat, kuman yang berada
dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

b. Karakteristik Agen

1) Infektivitas : kesanggupan dan organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap


lingkungan dan penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply)
dalam jaringan penjamu. Umumnya diperlukan jumlah tertentu dan suatu
mikroorganisma untuk mampu menimbukan infeksi terhadap penjamunya. Dosis
infektivitas minimum (minimum infectivious dose) adalah jumlah minimal
organisma yang dibutuhkanuntuk menyebabkan infeksi.jumlah ini berbeda antara
berbagai spesies mikroba dan antara individu.

2) Patogenesitas : kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik


khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang.
Dengan perkataanlain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang
terinfeksi, Hampir semua orang yang terinfeksi dengan virus smallpox menderita
penyakit (high pathogenicthy), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak
semua jatuh sakit (low pathogenicity).
3) Virulensi : kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis
yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman
menunjukkan beratnya (severity) penyakit.

4) Toksisitas : kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis


dan substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk
menyebabkan penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.

5) Invasitas : kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar


setelah memasuki jaringan.

6) Antigenisitas : kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis dalam


penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenisitas Iebih kuat dibanding yang
lain. Jika menyerang pada aliran darah (misalnya virus measles)akan lebih
merangsang immunoresponse dan yang hanya menyerang permukaan membran
(misalnya gonococcus).

c. Karakteristik Lingkungan

1) Topografi : situasi lokasi tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang
mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.

2) Geograuis : keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dan bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.

3. Segitiga Distribusi Epidemiologi

Segitiga atau tiga faktor yang dapat dipakai untuk menerangkan distribusi
epidemiologi adalah person, tempat, dan waktu. Ketiga faktor ini yang membentuk
gambaran distribusi masalah atau penyakit. Informasi PPT (person, place, time) berguna
untuk menggambarkan adanya perbedaan dalam keterpaparan dan susceptibilitas.
Artinya jika ada perbedaan dalam PPT maka itu dapat menjadi petunjuk adanya
perbedaan paparan (exposure) agen dan kepekaan (susceptibiity) penjamu. Perbedaan
ini dapat dipakai sebagai petunjuk tentang sumber, agen yang bertanggung jawab,
transmisi, dan penyebaran suatu penyakit.
a. Faktor Person

Person adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi


keterpaparan yang mereka dapatkan serta susceptibilitasnya terhadap penyakit.
Person yang karakteristiknya mudah terpapar dan peka terhadap suatu penyakit
akan mudah jatuh sakit. Karakteristik dari person ini bisa berupa faktor genetik,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan, dan status sosial ekonomi besarnya
keluarga, struktur keluarga dan paritas.

1. Umur
Variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir
semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat
pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang
dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya
interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan
peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah
pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur
pada penelitian orang lain.

Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat


pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan
sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan
sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala
mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.

2. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan
lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi
dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih
perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat
disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait
dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua
diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak
pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan
wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa
wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu
belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa
penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih
tinggi pada kalangan pria.
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya
dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan
tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur
seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan
pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka
tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam
angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan
indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini
didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II
(menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V
(tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena
jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan.
Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita
dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.
4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan yakni :
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan.Seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-
benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal
sebagai faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus
lambung).
c. Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di
kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya
“gerak badan”.
d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat
terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait
denganpekerjaan di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan


banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker. Jenis pekerjaan apa saja
yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula
memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.

5. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat
penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun
pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli
obat, membayar transport, dan sebagainya.
6. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan,
susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan
perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu
penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu
harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-
faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian
itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan
mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit.
Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka
kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk
asli di Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa
penyakit ini menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di
Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting
didalam etiologi kanker lambung.
7. Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai
dan janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun
kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang
tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada
kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat.
Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering
berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan
dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab
penyakit-penyakit tertentu.
8. Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh
karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan
(seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara
relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang
luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di
kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk
anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli
cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan
kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-
penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik
stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian
lebih lanjut.

b. Faktor Place

Faktor tempat ini berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi tempat


bisa berupa batas alamiah seperti sungai dan gunung, atau bisa juga berdasarkan
batas administratif dan batas-batas historis/komuniti. Perbedaan distribusi
penyakit menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit
yang dapat menjadi pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum
diketahui. Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit
berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan
penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan,
sungai, laut atau padang pasir)
4. Negara-negara
5. Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit,
perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas
administrasi pemerintahan.
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan
batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur,
kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber
air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan
ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang
merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang
tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat
lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir
penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit
menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan
diuraikan nanti. Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan
pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal
lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa
terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan
penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di
sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di
berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat,
udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu
penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada
menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan
angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan
terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan
data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-
hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-
beda dari suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda,
bervariasi seperti karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga,
praktek higiene perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan
efisiensi pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya
penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya
disebabkan oleh adanya “reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes
aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya
agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan
tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau
yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah
dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi
(endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.

c. Faktor Time

Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun.
Informasi waktu bisa menjadi pedoman tentang kejadian yang timbul dalam
masyarakat. Misalnya banyaknya kelahiran dalam setahun dapat menunjukkan
keberadaan faktor-faktor terkait lainnya seperti banyaknya perkawinan dan
perceraian, banyaknya anak yang diinginkan, keadaan ekonomi, migrasi yang terjadi,
pelayanan abortus, dan program Keluarga Berencana.

4. Model Roda

Model ini digambarkan dengan lingkaran yang didalamnya terdapat lingkaran yang
lebih kecil. Lingkaran yang besar sebagai faktor eksternal dan lingkaran yang kecil sebagai
faktor internalnya. Faktor internalnya (host) menyatakan bahwa suatu penyakit
disebabkan oleh adanya interaksi antara genetic dengan lingkungannya. Faktor internal
ini juga berkaitan dengan kepribadian individu dimana kepribadian tertentu akan
meningkatkan resiko penyakit tertentu. Faktor eksternal pada model ini adalah
lingkungan, yang juga dibedakan menjadi lingkungan biologi (agen, reservoir, vector,
binatang atau tumbuhan), fisik (curah hujan, kelembaban, atmosfer, bahan kimia, panas,
cahaya, udara, suhu) dan social (politik, budaya, ekonomi dan psikologi). Model ini
biasanya digunakan untuk menggambarkan enyakit yang penyebabnya tidak spesifik,
seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, kanker. Dimana menekankan faktor
lingkungan sebagai penyebab terjadinya penyakit.

5. Kejadian Penyakit Dalam Komuniti

Jika seseorang sakit atau menderita penyakit tertentu biasa disebut pasien, tetapi jika
beberapa orang, kelompok orang atau suatu masyarakat tersebut terserang penyakit
maka dikenal beberapa istilah.
a. Endemis : suatu keadaan dimana penyakit menetap berada dalam
masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu
b. Epidemic : terjadinya penyakit dalam komuniti atau daerah tertentu dalam
jumlah yang melebihi atas jumlah normal atau biasa
c. Pandemic : epidemic yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan
biasanya mencakup proporsi populasi yang banyak
d. Kasus : seorang anggota masyarakat yang menderita penyakit yang telah
didiagnosis terhadapnya, bukan sekedar terinfeksi
e. Kasus indeks : kasus pertama yang diperoleh atau mendapat perhatian dalam
laporan kejadian penyakit/wabah atau penelitian.
f. Kasus primer : kasus pertama yang menjadi sumber penyakit menular terjadi
dalam komuniti.
DAFTAR PUSTAKA

Nadjib, M.Bustan. 2012.Pengantar Epidemiologi.Jakarta : Rineka Cipta.

Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

https://coretankecilhanfiz.wordpress.com/2014/03/24/konsep-dasar-timbulnya-penyakit/

http://azharasyafia.blogspot.co.id/2012/05/konsep-dasar-epidemiologi-penyakit.html

Buku Epidemiologi Lingkungan Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Anda mungkin juga menyukai