1. mekanisme tremor
2. mekanisme terjadinya gangguan pergerakan
3. mekanisme dasar gangguan keseimbangan
4. pemeriksaan yang diperlukan untuk pasien gangguan keseimbangan
5. pengelolaan pasien dengan gangguan keseimbangan
6. klasifikasi, faktor pemicu, dan tanda gejala dari kejang
7. pengelolaan pasien kejang
8. mengevaluasi hasil pemeriksaan pada pasien dengan gangguan kesadaran
9. pengelolan pasien koma
10. membedakan klasifikasi infeksi pada SSP
11. pengelolaan infeksi pada SSP
Jawaban
6. Klasifikasi kejang
Pemicu Kejang
Meskipun penyebab epilepsi biasanya tidak diketahui, namun beberapa
faktor diketahui sebagai penyebab kejang pada penderita epilepsi.
Menghindari pemicu ini dapat membantu menghindari kejang dan hidup
lebih mudah dengan epilepsi:
tidak meminum obat sesuai jadwal dan dosis yang ditetapkan
alkohol
kokain atau penggunaan narkoba lainnya, seperti ekstasi
kurang tidur
obat lain yang mengganggu kerja obat epilepsi
Satu dari setiap dua wanita penderita epilepsi, kejang cenderung terjadi
pada masa menstruasi. Mengubah atau menambahkan obat-obatan tertentu
sebelum periode menstruasi dapat membantu menghindari kejang.
Sumber: Miller, Laura C., 2009. Epilepsy. In: Savitz, Sean I. and Ronthal,
Michael (Ed.). Neurology Review for Psychiatrists. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 106-125.
Infeksi viral
Meningitis viral
Melibatkan jaringan otak pd proses radangnya
Gejala : nyeri kepala dan nyeri kuduk
Virus nya golongan enterovirus (polimielitis, cox sackie, ESCHO )
Penularan melalui lintasan oral fekal / droplet spray
Ensefalitis viral
Proses radang sampai mengenai selaput otak
Gejala : gangguan kesadaran hemiparesis , paralisis bulbaris, nyeri
kaku kuduk.
Klasifikasi : a) Ensefalitis primer b) Ensefalitis primer yg belum di
ketahui penyebabnya c) Ensefalitis parainfeksiosa
Rabies
Gejala : lesu, letih badan, anoreksia, demam, cepat marah, nyeri,
gelisah, halusinasi, meronta ronta, kejang epistotonus
Virus melakukan penetrasi ke dlm sel hospes→menjalar melalui
serabut saraf perifer infeksi viremia ke SSP→ infeksi sel”
neuron neuron di medula spinalis
Polimielitis anterior akuta
Etiologi : anterovirus
Gejala : demam ringan, lesu badan, faringitis, gastroenteritis, kaku
kuduk dan bagian belakang nyeri, pararilis asimetrik
Infeksi bakterial
Meningitis bakterial akut
Selalu bersifat purulen
Timbul sebagai komplikasi dari bakteremia
Port the entree : infeksi nosofaring
Tanda : petekie dan purpura, eksentema, artralgia, hemoragia pd
kulit disertai syok , kaku kuduk
Meningitis tuberkulosa
Merupakan komplikasi dri tuberkulosa
Gejala : hemiplagia , afasia, protein liquor ↑, hidrosefalus,
demensia, perubahan watak
Bisa berdiferensiasi ke meningoensefalitis parainfeksiosa, torulosis
Abses serebri
Pada umumnya adalah soliter , kebanyakan abses terletak di
hemisferum serebri
Bakterinya adalah streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, E.coli
Gejala : gejala karena terjadi proses desakan pd ruang, disertai
demam , menggigil dan muntah
Abses epidural kranial
Komplikasi dri sinusitis, mastoiditis, osteomielitis akut atau kronik
Proses radang menerobos ke ruang subdural sehingga
menimbulkan abses subdural dan abses serebri
Abses subdural kranial
Terjadi pembentukan nanah di dalam ruang subdural kranial
Berkembang karena penjalaran dari sinusitis, mastoidis,
osteomielitis, abses epidural kranial
Permuakaan otak mengalami iritasi dan membangkitkan serangan
epilesi fokal
Efusi subdural
Transundat yg tertimbun di bawah dura mater
Merupakan komplikasi dari meningitis
Gejala : demam dan kaku kuduk yang sudah mereda namun
kesadaran dan keadaan umum belum membaik disertai
peningkatan TIK
Tromboflebitis kranial
Komplikasi dari osteomielitis tulang tengkorak , sinusitis, abses
subdural
Gejala : demam, sakit kepala, muntah, mual, edema diruang orbita
dan kelopak mata, efsoftalmus, gerakan bola mata yg terbatas
Abses epidural spiral
Terjadi si daerah duramater dari arkus vertebra
Etio : DM, infeksi stafilokokus aureus
Yg paling sering terkena adalah bagian torakal
Gejala : tergantung pd abses subdural , paraplegi dengan defisit
sensorik, nyeri tulang belakang, nyeri radikular
Infeksi spiroketal
Leptosirosis
Disebabkan olh berbagai serotipe dri leptospira saluan darah
Invasi si traktus digestivus ginjal dan hepar, mialglia
Sifilis
Bakteri treponema palidum
Gejala skit kepala , insomnia, cepat lupa, daya konsentrasi
menurun, badan letih lesu, perubahan watak
Infeksi fungi
Jenis jamur yg menjadi penyebab a/ kriptokokus, nokardia,
mukomikosis, koksidiomikosis,, aktinomikosis, aspergilus
Port the entree : paru paru, luka di kulit, orofaring, traktus
digestivus, traktus urogenital
Menyebabkan abses
Infeksi protozoal
Tripanomiasis
Etiologi : infeksi tripanosoma gambiense
Berpindah mellui gigitan lalat
Port the entree : lesi setempat berupa ulkus atau nodul
Gejala : neurogenik , konvulsi, delirium, dimensia , di CSS trdapat
banyak limfosit dan protozoa
Malaria
Infeksi plasmodium falsiparum
Vektor nyamuk anofeles
Gejala : lesi vaskular, eritrosit yg mengandung plamodium banyak
dan menyumbat kapiler hemoragi dan nekrosissecra menyeluruh
sindromfokal di selaput otak dan otak meningitis, defisit serebral
fokal, organik brain sindrom, koma
Toksoplasmosis
Infeksi jenis toksoplasma
Gejala : pneumonia, eksentema, hepatitis, limfadenopati
Abses serebri amebiasis
• Etiologi : entameba holistika
• Vektor : lalat
• Gejala : sakit kepala , gangguan fungsi mental, demam dan gejala
serebral fokal
REFERENSI :
Mardiono M. Sidharta P . 2003. Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat.
JakartaMardhiono
PERAWATAN FARMAKOLOGI
Isolasi dan identifikasi penyebab bisa membantu pemilihan terapi
antimikroba yang paling sesuai untuk pasien.
Dengan peningkatan inflamasi meningeal, dibutuhkan penetrasi
antibiotik yang lebih hebat (Tabel 34-5). Masalah dengan penetrasi
cairan serebrospinal bisa diatasi dengan memasukkan antibiotik
langsung dengan rute intratekal, intracisternal, atau intraventrikular.
Faktor dari antibiotik yang bisa meningkatkan penetrasi ke cairan
serebrospinal termasuk BM yang rendah, molekul tak terionkan,
kelarutan lemak, dan ikatan protein yang rendah.
Tuli unilateral, atau bilateral yang lebih umum, bisa terjadi awal atau
akhir perjalanan penyakit.