Anda di halaman 1dari 1

Diagnosis DKI

a. Anamnesis:
Anamnesis dermatologis hendaknya dilakukan dengan cermat. Pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada pasien, meliputi:
 Gejala klinis, onset dan durasi, fluktuasi, lokalisasi, keluhan lain yang dirasakan seperti gatal atau
terasa panas pada ruam kulit.
 Pekerjaan, tempat bekerja, jenis pekerjaan, kegiatan yang lazim dilakukan pada hari kerja,
pakaian dan perlatan pelindung diri dan fasilitas kebersihan.
 Faktor pekerjaan sehubungan dengan gangguan kulit: material yang digunakan dan proses yang
dilakukan, informasi mengenai kesehatan dan keselamatan tentang material yang ditangani,
riwayat pekerjaan sebelumnya, riwayat penyakit kulit tentang pekerjaan yang pernah diderita,
apakah ada pekerjaan rangkap di samping pekerjaan yang sekarang.
 Riwayat lainnya secara umum: latar belakang atopi (perorangan atau keluarga), alergi kulit,
penyakit kulit lain, pengobatan yang pernah dijalankan, kosmetik yang digunakan, kemungkinan
pajanan di rumah dan hobi pasien.

b. Pemeriksaan Fisik
Pertama-tama tentukan lokalisasi kelainan kulit, apakah sesuai dengan kontak bahan yang
dicurigai. Pemeriksaan fisik sangat penting karena dengan melihat lokalisasi den pola kelainan kulit,
seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada
seluruh permukaan kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab endogen.
Selanjutnya, tentukan effloresensi yang ada, biasanya didapatkan eritema bulat, dapat disertai
edema, bula, papula, disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah dapat membentuk
dermatitis yang basah. Lesi pada umumnya timbul pada daerah kontak, berbatas tegas, asimetris
dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan uji tempel. Uji tempel seringkali digunakan untuk
allergen dengan BM yang rendah untuk menembuh stratum korneum yang utuh, yaitu dengan
menggunakan unit uji tempel yang terdiri dari filter paper disc. Berbeda dengan DKI akut yang
terjadi cepat, DKI krnos sebaliknya terjadi lebih lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis
yang luas, sehingga adakalanya sulit dibedakan dengan DKA. Untuk itu, diperlukan uji tempel
dengan bahan yang dicurigai.

(Graham RB. 2005. Lectures Note of Dermatology 8th ed. Jakarta: EMS)

Anda mungkin juga menyukai