Andika Anes Indo
Andika Anes Indo
1
Divisi Kesehatan Paru, Perawatan Pasien Kritis, Alergi dan Gangguan Tidur, Fakultas
Kedokteran, Universitas Arizona, 1501 N. Campbell Ave, Tucson, AZ 85724.
2
Departemen Penanganan Emergensi, Universitas Arizona, 1609, N. Warren Ave, Tucson, AZ
85724, USA
Abstrak
Intubasi trakea pada pasien kritis merupakan prosedur yang memiliki risiko
tinggi. Risiko komplikasi meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah percobaan
prosedur intubasi. Faktor pasien dapat mempersulit visualisasi dari saluran
pernapasan dan penempatan tabung trakea. Gangguan fisiologis juga dapat
mengurangi toleransi pasien dalam pelaksanaan prosedur laringoskopi dan
menyebabkan gangguan lainnya seperti hipoksemia dan penurunan hemodinamik.
Faktor operator yang terdiri dari pengalaman, pemilihan peralatan, dan pemilihan
terapi farmakologis dapat mempengaruhi kesuksesan intubasi pada upaya penanganan
pertama pasien kritis. Tulisan ini akan membahas mengenai kesulitan pasien untuk
bernaas dalam keadaan kritis, selain itu, tulisan ini juga akan membahas kemajuan
terbaru dalam manajemen jalan napas yang telah terbukti untuk meningkatkan
keberhasilan upaya pertama dan mengurangi efek samping yang berhubungan dengan
intubasi pasien sakit kritis.
Kata kunci: manajemen jalan napas; perawatan kritis; Departemen darurat;
pengobatan darurat; perawatan intensif; intubasi; laringoskopi;pra-rumah sakit
Poin Penting Editor
Tingkat resiko akibat manajemen saluran napas pada pasien sakit kritis
bergantung kepada karakteristik anatomi dan fisiologis yang dimiliki pasien.
Komplikasi dapat berupa hipoksemia, aspirasi isi lambung, kerusakan hemodinamik,
cedera otak hipoksia, henti jantung dan kematian. Persentase kejadian komplikasi
akibat prosedur intubasi pada pasien kritis sebesar 22-54%, hal ini membuat intubasi
pada pasien kritis menjadi salah satu prosedur yang memiliki resiko tinggi.
Menurut 4th National Audit Project (NAP4) yang dilaporkan oleh perkumpulan
Royal College of Anaesthetics and the Difficult Airway, mengidentifikasi beberapa
kelalaian yang dapat meningkatkan risiko prosedur intubasi pada pasien kritis,
sementara beberapa lainnya diidentifikasikan dapat membantu meningkatkan angka
keberhasilan prosedur seperti penilaian pra-intubasi, perencanaan u upaya awal dan
kemungkinan prosedur/terapi lainnya, ketersediaan alat dan operator. Hasil publikasi
dari NAP4 meningkatkan focus para pelaksana medis untuk dapat meningkatkan
keberhasilan prosedur intubasi pasien saat kritis. Tulisan ini akan mendiskusikan
mengenai “saluran napas yang sulit” pada pasien sakit kritis disertai dengan strategi
berbasis bukti yang dapat memaksimalkan keberhasilan upaya pertama dengan
manajemen jalan nafas di unit perawatan intensif. Bukti-bukti dalam tulisan ini
didapat melalui pencarian literatur yang relevan di PubMed, selain itu relevansi,
penerapan dan referensi dalam tulisan ini telah dievaluasi.
Pemeliharaan Oksigenasi
Selama oksigenasi, oksigen diberikan melalui kanula hidung bergerak
menuju alveoli, didorong oleh gradient yang disebabkan oleh penyerapan oksigen
yang sedang berlangsung dari alveoli. Fenomena ini telah dikenal selama hampir
satu abad. dan sementara itu pemberian oksigenasi melalui nasal kanul aliran tinggi
selama penggunaan laringoskopi dapat menurunkan kejadian desaturasi selama
intubasi. Oksigenasi dengan memberikan aliran tinggi pada nasal kanul juga
menunjukan lebih berguna ketika intubasi diperlukan untuk antisipasi adanya
kesulitan jalan napas. Efektifitas dari oksigenasi apnea pada pasien sakit kritis
mungkin terbatas karena adanya proses penyakit yang menyebabkan shunt fisiologis
yang tidak sepenuhnya berhasil dengan peningkatan konsentrasi oksigen. Tekanan
positif berkelanjutan dengan menggunakan ventilasi tekanan positif non invasif
dengan sungkup selama intubasi kemungkinan berguna untuk menjaga kebutuhan
alveolar selama intubasi, pada pasien dengan shunt fisiologi. Studi lebih lanjut
diperlukan untuk mengevaluasi proses oksigenasi ini selama intubasi, namun dengan
biaya rendah dan intervensi dengan risiko rendah dapat meningkatkan keselamatan
dalam intubasi darurat.
Table 1 Pharmacologic agents commonly used for airway management. Abbreviations: GABA, Gamma-Aminobutyric Acid; RAS, Reticular
Activating System; Ach, Acetylcholine; Na, sodium
Sedative Agents
Etomidate 0.3 GABA in RAS 15–45 3–12 −Haemodynamically neutral
Propofol 1–3 GABA 15–45 3–5 −Myocardial depressant-Hypotension
Ketamine 1–2 GABA, opiate, <60 10–20 −Direct myocardial depressant but indirect
nicotinic, vascular sympathomimetic
nitric oxide
Thiopental 3–5 GABA in RAS 5–30 5–10 −Negative inotrope-Frequently causes
hypotension
Midazolam 0.1–0.3 GABA in RAS 30–60 15–30 −Frequently causes hypotension
Dexmedetomidine 0.5–1 mcg Alpha-2 agonist 10–15 ∼120 −Blunts laryngeal response-Maintains
kg−1 min spontaneous respiration
Neuromuscular Blocking Agents
Succinylcholine 1–2 Nicotinic Ach receptors 30–60 ∼10 −Only Depolarizing agent
Ach Receptor 60–90 ∼160 −Prolonged duration of action
Rocuronium 0.9–1.2
Antagonist
Adjuncts
Ionic Na channel 45–90 10–20 −Local, topical, and i.v. use
Lidocaine 1.5–2.5
Mu receptors 120–180 30–60 −Hypotension because of blunting of
Opiates Variable
sympathetic drive in critically ill patients
Benzodiazepines Variable GABA 120–180 30–60 −Hypotension because of blunting of
sympathetic drive in critically ill patients,
amnesia
Table 2 Strategies to optimize first attempt success and improve safety of emergent intubations
Haemodynamic
1. Bedside haemodynamic assessment, and 1. Shock index >0.9 has higher odds of developing
optimization
2. Fluid resuscitation as necessary, and post- intubation hypotension.
3. Continuous vasopressor infusion for 2. Bedside ultrasound can provide a rapid,
refractory hypotension despite fluid accurate haemodynamic profile.
resuscitation.
Resource 1. Assess potential difficulty, and 1. Potential difficulty includes difficult anatomy and difficult
management 2. Verbalize ‘Plan A,’ ‘Plan B’, etc., and physiology that limit ability to perform laryngoscopy,
3. Prepare all necessary equipment and mask ventilation, supraglottic placement, or surgical
backup devices, and airway.
4. Position patient, and
5. Assign individualized roles for team members, and
6. Prepare post-intubation sedation and analgesia.
approach.
During Intubation
Maintenance of
1. Apnoeic oxygenation may prolong safe apnoea time. 1. Apnoeic oxygenation efficacy limited with shunt
physiology. Nasal CPAP during intubation may be more beneficial in these
oxygenation
patients.
Device selection 1. Device selection based on difficulty assessment. 1. If fiberoptic intubation is to be performed, combination
techniques such as combined fiberoptic device-video
2. Video laryngoscopy improves odds of first attempt laryngoscope or fiberoptic devices-supraglottic device
success. may be useful.
Medication 1. Haemodynamically neutral sedative such as
selection etomidate or ketamine, and
2. Neuromuscular blocking agent when oral
laryngoscopy is being performed.
Programmatic Considerations
Multidisciplinary 1. Combined training, didactics, simulations, etc. to Difficult airway ‘teams’ may be useful in some institutions.
approach improve performance of all specialists rather than
limit to one specialty.
and