1 2 3
Setyoadi , Ahsan , Alif Yanur Abidin
1
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
3
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Pertambahan jumlah Lanjut Usia (lansia) di Indonesia diperkirakan sebagai pertumbuhan lansia yang tercepat di
dunia. Meningkatnya jumlah lansia tidak lepas dari proses penuaan beserta masalahnya. Salah satu solusi yang
dilakukan perawat untuk meningkatkan kualitas hidup lansia yaitu dengan melakukan promosi kesehatan untuk
mengorganisasi dan memberikan asuhan keperawatan bagi lansia melalui kegiatan posyandu lansia dengan
mengoptimalkan kader kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan peran kader dengan
upaya peningkatan kualitas hidup lansia di Desa Landungsari. Desain penelitian adalah deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Dengan metode purposive sampling, berjumlah 15 orang kader dan 30 lansia.
Pengumpulan data mengunakan kuisioner dari WHOQOL-BREF. Analisis data dengan uji statistik Spearman
didapatkan nilai p = 0,05 (0,000 > 0,05) , yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan peran kader
dengan tingkat kualitas hidup lansia. Hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan peran kader
dengan tingkat kualitas hidup lansia karena peran kader yang sudah baik berpengaruh terhadap tingkat kualitas
hidup lansia dikarenakan kader selalu memberikan dukungan positif dan memberikan edukasi kepada lansia untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Disarankan bagi kader untuk dilibatkan dalam penyuluhan kesehatan di
Posyandu, bila kader masih belum berani menyampaikan materi penyuluhan maka perlu diberikan bimbingan dan
motivasi serta dicarikan solusi yang tepat.
ABSTRACT
The increasing number of elderly in Indonesia is estimated are the fastest growing in the world. It can not be
separated from the problem along with the aging process. One solution that nurses do to improve the quality of life
of the elderly is a way to organize health promotion and provide nursing care for the elderly through growth
monitoring sessions elderly by optimalized health volunteers. The aim of this study to identify the role of health
volunteers relationship with efforts to improve the quality of life of the elderly in the village Landungsari. The study
design was a descriptive correlational cross-sectional. With purposive sampling method, 15 health volunteers and 30
elderly. Collecting data using WHOQOL-BREF questionnaires. Statistical data analysis with Spearman's test p value =
0.05 (0.000 < 0.05), indicate that there is a significant relationship health volunteers with level quality of life of
elderly. The concluded is a significant relationship roles health volunteers with level quality of life of elderly who have
good effect on the level of quality of life for the elderly because the health volunteers always provide positive support
and educate the elderly to perform a routine medical examination. The advice for health volunteers to be involved in
health education at Posyandu, when health volunteer still shy to submit material counseling that needs to be given
guidance, motivation and given the right solution.
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol : 1, No. 2, Nopember 2013; Korespondensi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 171 Kampus Sumbersari Malang 65145.
Email: setyoadi@ub.ac.id
www.jik.ub.ac.id
183
PENDAHULUAN Penurunan fungsi fisik tersebut ditandai dengan
Pertambahan jumlah Lanjut Usia (lansia) di Indonesia ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas dan
dalam kurun waktu 1990 sampai 2025 diperkirakan melakukan kegiatan yang tergolong berat. Perubahan
sebagai pertumbuhan lansia yang tercepat di Dunia, fisik yang cenderung mengalami penurunan akan
sekarang Indonesia berada diperingkat empat dunia menyebabkan berbagai gangguan secara fisik sehingga
dengan jumlah lansia 24 juta jiwa di bawah Cina, India, mempengaruhi kesehatan, serta akan berdampak pada
dan Amerika Serikat (Darmojo & Martono, 2006). Hasil kualitas hidup lansia. Perubahan psikososial yang terjadi
sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa pada lansia erat kaitannya dengan perubahan fisik,
jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 lingkungan tempat tinggal dan hubungan sosial dengan
juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang masayarakat (Miller, dalam Stanley & Beare, 2007).
sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk Sebagian besar lansia mengalami penurunan fungsi
lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian
2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
34,22 juta jiwa, sedangkan pada daerah Jawa timur lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi
populasi usia 60 tahun keatas berjumlah 3,89 juta jiwa psikomotorik yang menurun meliputi hal-hal yang
berada pada peringkat dua setelah Daerah Istimewa berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
Yogyakarta dan sekitar 49,924 lansia berada di Kota gerakan, tindakan, koordinasi, yang mengakibatkan
Malang (Statistik Indonesia, 2010). lansia menjadi kurang cekatan. Teori disengagement
Pertambahan lansia di Indonesia dipengaruhi oleh menyatakan bahwa lansia berangsur-angsur menarik
perbaikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan kehidupan
kemajuan sosioekonomi, yang pada akhirnya akan sosialnya (Darmojo & Martono, 2006).
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan Peningkatan populasi lansia dan meningkatnya angka
memperpanjang usia harapan hidup (Darmojo & harapan hidup tentunya akan diikuti dengan
Martono, 2006). Hasil survei United Nation peningkatan resiko untuk menderita penyakit kronis
Development Program (UNDP) dalam rentang tahun seperti diabetes melitus, penyakit serebrovaskuler,
1980 sampai 2008 menunjukkan peningkatan angka penyakit jantung koroner, osteoartritis, penyakit
harapan hidup masyarakat Indonesia dari 54,4 tahun musculoskeletal, dan penyakit paru. Pada tahun 2000, di
menjadi 70,4 tahun. Menurut Bappenas (2009) proyeksi Amerika Serikat diperkirakan 57 juta penduduk
angka harapan hidup indonesia pada tahun 2025 menderita berbagai penyakit kronis dan akan meningkat
diperkirakan mencapai 73,7 tahun. Data statistika menjadi 81 juta lansia pada tahun 2020 (Wu SY, 2000).
Indonesia mencatat estimasi angka harapan hidup dari Sekitar 50-80% lansia yang berusia lebih 65 tahun akan
tahun 2000-2025 pada daerah Jawa timur pada tahun menderita lebih dari satu penyakit kronis (Taylor, 2000).
2002 tercatat 67,8 tahun, 2007 tercatat 70,0 tahun 2012 Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu
tercatat 71,9, diperkirakan pada tahun 2017 menjadi diperhatikan pada kehidupan lansia.
73,2 tahun dan tahun 2022 menjadi 73,9.
Setidaknya ada dua persoalan utama yang seringkali
Meningkatnya jumlah lansia tentu tidak lepas dari dihadapi lansia di negara berkembang yaitu persoalan
proses penuaan beserta masalahnya. Proses penuaan kesehatan dan persoalan kemiskinan (Depsos RI, 2003).
merupakan proses fisiologis yang pasti dialami individu Hal ini menunjukkan bahwa lansia sangat tergantung
dan proses ini akan diikuti oleh penurunan fungsi fisik, pada dukungan finansial dari orang-orang di sekitarnya
psikososial dan spiritual. (Hurlock, 1992). Selain itu sehingga perlu peranan dari pemerintah untuk
terdapat perubahan di berbagai sistem tubuh. Misalnya memberikan perhatian atau bantuan pada kesehatan
perubahan sistem imun yang cenderung menurun, lansia yang sangat rentan terhadap penyakit kronis,
perubahan sistem integumen yang menyebabkan kulit berdasarkan penelitian Yenny dan Elly tahun 2006
mudah rusak, perubahan elastisitas ateri pada sistem tentang prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup
kardiovaskular yang dapat memperberat kerja jantung, pada lansia di Jakarta selatan bahwa prevalensi penyakit
penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan kronis pada lansia meningkat sebesar 87,3% (267/302).
ginjal, serta penurunan kemampuan penglihatan dan Diantara penyakit kronis tersebut adalah penyakit
pendengaran (Watson, 2003). muskuloskeletal (61,4%) dan kardiovaskuler (51,1%)
www.jik.ub.ac.id
185
lansia yang masih aktif dari 10 desa yaitu, Mulyo Agung, purposive sampling. Kriteria inklusi kader yaitu, berada
Sumber Sekar, Landungsari, Tegal Weru, Petung Sewu, pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Dau
Selorejo, Gading Kulon, Kucur, Kali Songo, dan Karang Kabupaten Malang, memiliki tingkat pendidikan minimal
Widoro. Posyandu lansia yang berada pada Desa SMP, pernah mengikuti pelatihan, menjadi kader
Landungsari dibawahi oleh PKK dan terdapat 3 posyandu minimal selama 1 tahun, mengikuti 2 kali
posyandu lansia yang aktif. Lansia yang terdaftar di kegiatan Posyandu dalam 3 bulan terakhir, dengan
Posyandu Landungsari rutin dalam mengikuti kegiatan asumsi 3 bulan ada 3 kali kegiatan (2/3x100%= 67%),
posyandu lansia setiap bulannya, dalam satu bulan tidak mengalami keterbatasan fisik (kelumpuhaan, buta,
terdapat 1 kali kegiatan, seperti senam lansia, tuli, bisu), berasal dari penduduk setempat, dan
pengajian, rekreasi, dan pemeriksaan kesehatan. Kondisi bersedia menjadi responden. Kriteria inklusi lansia yaitu,
lansia yang berada di Desa Landungsari antusias dalam berada pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Dau
mengikuti kegiatan bulanan, keluhan yang sering Kabupaten Malang, aktif dalam kegiatan Posyandu,
disampaikan adalah nyeri sendi. sudah terdaftar mengikuti kegiatan Posyandu minimal
Kesehatan lansia adalah kesejahteraan disisa usianya, dalam 1 tahun terakhir, mengikuti 2 kali kegiatan
apabila kesehatan lansia tidak terkontrol akan Posyandu dalam 3 bulan terakhir, dengan asumsi 3
menyebabkan tidak terdeteksinya penyakit yang bulan ada 3 kali kegiatan (2/3x100%= 67%), tidak
diderita sejak dini sehingga menjadi penyakit menahun mengalami keterbatasan fisik (kelumpuhaan, buta, tuli,
atau kronis. Penyakit kronis secara bermakna bisu), berasal dari penduduk setempat, dan bersedia
menurunkan kualitas hidup lansia. Keberadaan penyakit menjadi responden. Penelitian ini dilaksanakan pada
kronis ternyata identik dengan penurunan kualitas bulan Febuari samapai Maret 2014.
hidup (Yenny & Elly, 2006). Berdasarkan permasalahan
Variabel independen adalah peran kader kesehatan
tersebut peneliti tertarik ingin mengetahui apakah ada
variabel dependen adalah tingkat kualitas hidup lansia.
hubungan peran kader kesehatan dengan upaya
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data
peningkatan kualitas hidup pada lansia.
pada penelitian ini menggunakan kuisoner, untuk peran
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi kader mengunakan kuisoner dari peneliti yang sudah
hubungan peran kader kesehatan dengan tingkat diuji validitas dan realibilitasnya. Kuisoner ini terdiri dari
kualitas hidup lanjut usia. 20 pertanyaan yang berisi mengenai peran kader
Penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun sebagai koordinator, pengerak masyarakat, pemberi
praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan bisa pertolongan dasar, pemberi promosi kesehatan dan
menambahkan atau mengembangkan wawasan dalam pendokumentasian, dengan nilai jawaban “tidak
upaya kesehatan lansia yang lebih difokuskan di pernah” yaitu 1, “kadang-kadang” yaitu 2, “sering” yaitu
masyarakat atau komunitas. Secara praktis dapat 3, dan “selalu” yaitu 4, dengan kategori peran kader baik
meningkatkan kesadaran lansia akan pentingnya bila memiliki skor diatas mean, peran kurang bila
kesehatan untuk membudayakan hidup sehat dengan memiliki skor nilai dibawah mean. Sedangkan kuisioner
mengikuti program posyandu, memberikan gambaran untuk kualitas hidup lansia mengunakan the world
tentang program posyandu lansia sebagai peningkatan health organization quality of life WHOQOL-BREF, yang
kualitas kinerja kader kesehatan untuk meningkatkan sudah diadaptasi oleh Ermawati (2010), serta sudah diuji
kesehatan lansia. validitas dan reliabilitasnya. Kuisoner ini terdiri dari 23
pertanyaan yang berisi 7 pertanyaan kesehatan fisik, 6
METODE pertanyaan kesehatan psikologis, 3 pertanyaan tentang
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif hubungan sosial, dan 8 pertanyaan tentang lingkungan
korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan kategori tingkat kualitas hidup tinggi bila
(Notoatmojo, 2010). Populasi dalam penelitian ini memiliki skor nilai diatas mean dan rendah bila memiliki
adalah seluruh kader dan lansia di Wilayah kerja skor nilai dibawah mean. Data yang diperoleh
puskesmas wisata Dau Desa Landungsari Kabupaten selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Uji korelasi
Malang, yaitu 50 lansia dan 15 kader. Besar sampel spearman. Uji korelasi spearman digunakan untuk
didapatkan sebesar 22 responden lansia dan 14 mengetahui hubungan peran kader dengan tingkat
responden kader dengan menggunakan metode kualitas hidup lansia dan kekuatan hubungan.
www.jik.ub.ac.id
187
sebagai koordinator, pengerak masyarakat, promosi lansia untuk memberikan informasi-informasi terkait
kesehatan, pertolongan dasar dan pendokumentasian kesehatan lansia, juga memfasilitasi jika terdapat
sebagian besar sudah dilaksanakan dengan baik. kegiatan promosi yang berasal dari luar desa seperti
adanya pengobatan gratis dari progam pemerintah
Kader lansia di Posyandu Desa Landungsari berperan
maupun mahasiswa praktik tetapi tidak semua kader
sebagai koordinator dengan baik terdapat 10
berani memberikan penyuluhan karena tidak berani
orangkarena kader telah melakukan berbagai kegiatan
bicara di depan umum dan kurang memahami materi
yaitu, menjadi panitia dalam kegiatan Posyandu
meskipun sudah mengikuti pelatihan sebelumnya,
bertugas untuk mengatur prosedur kerja untuk
sehingga hanya sebagian kader yang aktif memberikan
mencapai tujuan, menentukan tugas–tugas untuk setiap
penyuluhan. Kondisi ini sesuai dengan teori PPNI (2013)
posisi jabatan, menjelaskan kepada para anggota agar
yang menyatakan bahwa kader memiliki peran penting
tetap sesuai dengan rencana pencapaian tujuan,
terhadap upaya penyuluhan kesehatan sehingga dapat
mencarai sumber dana untuk operasional kegiatan
meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan
posyandu diperoleh dari ADD (alokasi dana desa) dan
lansia. Kader di Desa Landungsari juga melakukan
swadaya masyarakat yang dihimpun dari iuran lansia
kunjungan rumah kepada lansia yang tidak hadir di
salah satu contoh kegiatan yang dilkaukan adalah
Posyandu. Hal ini sesuai dengan teori DEPKES RI (2003)
mengikuti kegiatan pembinaan kesejahteraan keluarga
yang menjelaskan bahwa kader memiliki peran
(PKK) karena Posyandu Lansia di Landungsari
tambahan untuk menjalin silaturahim yang baik dengan
merupakan salah satu pokok kerja dari PKK, maka
lansia dengan melakukan kunjungan ke rumah masing-
kondisi ini sesuai dengan teori WHO yang menjelaskan
masing lansia (home visit).
bahwa kader sebagai koordinator sehingga sebagai
kader berperan ikut dalam organisasi PKK karena Kader sebagai pemberi pertolongan dasar di Desa
adanya dukungan dari anggota PKK yang lain Landungsari berperan dengan baik terdapat 10 orang
(WHO,1995). Menurut Anderson (1975) salah satu karena kader telah melakukan kegiatan yaitu,
faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan menyelengarakan Posyandu lansia yang dilakukan
pelayanan kesehatan adalah peran kader. dengan sistem 5 meja meliputi : Meja satu untuk
pendaftaran, meja dua untuk penimbangan, meja tiga
Kader sebagai pengerak masyarakat di Desa Landungsari
untuk pengisian kartu menuju sehat (KMS) lansia, meja
berperan dengan baik terdapat 10 orang karena kader
empat untuk penyuluhan, tetapi dalam aplikasinya
melakukan pendekatan terhadap aparat pemerintah
menyesuaikan kader dan petugas kesehatan yang
dan tokoh masyarakat. Pendekatan ini dilakukan oleh
membantu, jika lima meja tidak terpenuhi maka jadwal
kader dalam bentuk anjangsana yaitu kader
Posyandu Lansia akan mundur. Kondisi ini sesuai dengan
menghampiri rumah ketua rukun tangga (RT) atau rukun
teori WHO yang menjelaskan tentang pembagian sistem
warga (RW) setempat, sarasehan atau melalui
lima meja sebagai cara yang tepat untuk pengelolaan
pertemuan rutin yang sudah ada tetapi juga terdapat
Posyandu lansia untuk memenuhi status kesehatan
Posyandu Lansia yang sudah dipegang oleh kepala
lansia.
dusun sehingga kegiatan bisa terlaksana dengan rutin
dan mudah untuk menggerakan masyarakat karena Kegiatan Posyandu Lansia berada pada tempat yang
langsung dipegang oleh kepala dusunnya. Kondisi ini mudah dijangkau yaitu rumah kepala dusun, Posyandu
sesuai dengan pendapat Maryam, dkk (2010) yang desa dan balai desa. Peran kader lansia sebagai pemberi
menyatakan bahwa kader berperan penting sebagai pertolongan dasar di Desa Landungsari adalah
perantara menyampaikan informasi kepada masyarakat melakukan pendataan terhadap kejadian luar biasa dan
sehingga kader memberikan pengaruh yang positif menganjurkan lansia untuk melakukan pemeriksaan
untuk meningkatkan keaktifan lansia dalam mengikuti rutin ke Posyandu atau Puskesmas. Hal ini sesuai
kegiatan Posyandu. Selain itu hal ini sesuai dengan teori dengan teori WHO (2005) yang menjelaskan bahwa
WHO yang menjelaskan bahwa kader berperan penting kader lansia memiliki peran penting untuk memberikan
dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat terutama pertolongan dasar terhadap kondisi lansia yang
dalam penerapan pola hidup bersih dan sehat yang akan membutuhkan bimbingan dan pengawasan terhadap
berdampak positif terhadap peningkatan kualitas hidup. peningkatan kualitas kesehatan lansia.
Kader sebagai pemberi promosi kesehatan di Desa Kader yang melakukan pendokumentasian Posyandu
Landungsari berperan dengan baik terdapat 10 orang Lansia di Desa Landungsari berperan dengan baik
karena kader mengadakan penyuluhan kesehatan pada terdapat 12 orang karena kader telah melakukan
www.jik.ub.ac.id
189
aktifitas sehari-hari dan memberikan edukasi kepada bisa terus berjalan dan bisa memfokuskan dalam
lansia untuk melakukan pemeriksaan rutin ke Posyandu membina lansia.
dan Puskesmas.
KESIMPULAN
Berkaitan dengan kondisi tersebut sebagai upaya
peningkatan kualitas kader maka semua kader yang ada Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
di Posyandu perlu diberikan motivasi dan selalu “Hubungan Peran Kader Kesehatan Dengan Tingkat
dilibatkan dalam setiap kegiatan penyuluhan kesehatan. Kualitas Hidup Lansia”, maka dapat diambil kesimpulan
Hal ini perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan yaitu peran kader yang dihasilkan oleh responden
peran serta, pengembangan dan pemberdayaan kader menunjukkan bahwa 10 (66,7%) kader berperan baik.
(masyarakat) melalui pelatihan atau penyegaran Hal ini ditunjukan dengan peran sebagai koordinator,
berkaitan dengan kegiatan posyandu, baik dalam pengerak masyarakat, pemberi pertolongan dasar,
pengisian IMT, Buku Pemantauan Kesehatan Pribadi pemberi promosi kesehatan dan pendokumentasian.
(BPKP) Lansia dan kegiatan penyuluhan kesehatan, serta Kualitas hidup yang dihasilkan oleh responden
perlunya penambahan jumlah kader untuk menunjukan bahwa 18 (53,3%) lansia memiliki tingkat
menyesuaikan jumlah lansia dan adanya pengaturan kualitas hidup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan
jadwal pembagian kerja kader, mempersiapkan kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan
cadangan jika sewaktu-waktu terdapat kader yang sakit lingkungan. Ada hubungan antara peran kader dengan
atau berpergian jauh sehingga kegiatan Posyandu lansia tingkat kualitas hidup lansia.
DAFTAR PUSTAKA Darmojo & Martono. 2006. Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Alimul, A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. FKUI.
Anderson. 1975. Equity in Health Services. Cambridge: Demartoto, A. 2007. Pelayanan Sosial Non Panti bagi
Ballinger Publishing Company. Lansia Suatu Kajian Sosiologis. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
Argawal, A. 2008. Rebuilding Self Esteem Among The
Elderly – Helping Them Regain Their Lost Self Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelatihan
Esteem (Online) Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Petugas
http://ezinearticles.com/?Rebuilding-Self- Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Esteem-Among-The-Elderly---Helping-Them- -------------------------------------. 2003. Pedoman Pelatihan
Regain-Their-Lost-Self-Esteem&id=1662834. Kader Posbindu Lanjut Usia. Jakarta: Departemen
Bappenas. 2009. SDM Dan Kebudayaan: Tahun 2025. Kesehatan.
Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia 73,7 -------------------------------------. 2003. Pedoman
Tahun. (Online) http://www.bappenas.go.id/ Pengelolaan Kegiatan Kesehatan Di Kelompok
node/142/1277/tahun-2025-aangka-harapan- Usia Lanjut. Jakarta: Departemen Kesehatan.
hidup-penduduk-indonesia-737-tahun/. -------------------------------------. 2003. Pedoman Puskesmas
BKKBN. 2011. Rekaman Peristiwa Program Santunan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan.
Kependudukan dan KB. Sumatra Barat: ADPIN Jakarta: Departemen Kesehatan.
Canbaz S, Sunter AT, Dabak S, Peksen Y. 2002. The -------------------------------------. 2003. Pedoman Rencana
Prevalence Of Chronic Disease And Quality Of Live Aksi Nasional Untuk Kesejahteraan Lanjut Usia.
In Eldery People In Samsun. Turk: J Med Sci. Jakarta: DEPSOS RI-YEL-UNFPA-HelpAge
International.
Conwell & Li L. 2007. Mental Health Status of Home
Care Elderly in Michigan Gerontologist. Author -------------------------------------. 2006. Pedoman Umum
manuscript; available in PMC. (Online) http:// Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Departemen
www.ncbi.nmlh.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcg? Kesehatan.
dbfrom= Elvinia. 2006. Quality Of Life Pada Lanjut Usia Studi
pubmed&retmode=red&cmd=prlinks&id=177666 Perbandingan Pada Janda Atau Duda Lansia
73. Antara Yang Tinggal Di Rumah Bersama Keluarga
Kuntjoro. 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia. (Online) .2007.Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada
http://www.epsikologi.com/epsi/ University Press.
lanjutusia_detail.asp? id=183. Setiyartomo,P.W. 2004. Successful Aging ditinjau dari
Levasseur, Desrosiers, Tribble. 2008. Do Quality Of Life, Kebermaknaan Hidup dan Orientasi Religius Pada
participant and environment of older adults differ Lanjut Usia. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
according to level of activity? Health Qual Life Gajah Mada.
Outcomes. 200; 6:30. Soejono, C.H Setiati, S dan Wiwie. 2000. Pedoman
Mangoenprasodjo & Hidayati. 2005. Mengisi Hari Tua Pengolahan Kesehatan Pasien Geriatri : Untuk
dengan Bahagia : Menjadi Manula yang Sehat, Kedokteran dan Perawat. Jakarta: FKUI.
Prodktif dan Penuh Optimisme. Yogyakarta: Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
Pradipta. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Margiyati. 2010. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Statitik Indonesia. 2010. Angka Harapan Hidup. (Onine)
Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita http://www.datastatistik-indonesia.com/
Hipertensi di Posyandu Lansia Ngudi Waras, content/ view/ 460/460/.
Dusun Kemloko, Desa Bergas Kidul. (Online) Steanley & Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
http:// eprints.undip. ac.id/16488/. Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Maryam, Siti et al. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Sukarni M. 2002. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan.
Lansia. Jakarta: Trans Info. Yogyakarta: Kanisius.
Mochammad Affandi. 2009. Faktor-Faktor Yang United Nation Development Program (UNDP). Angka
Mempengaruhi PendudukLanjut Usia Memilih Harapan Hidup Indonesia. (Online) http:// www.
Untuk Bekerja.Skripsi. Universitas Brawijaya. Undp.org/.
Muti. 2012. Pengaruh Penyuluhan Gizi Seimbang Wallace, M. 2008. Essential Of Gerontological Nursing.
Terhadap Status Gizi Lansia Di Kelurahan New York: Springer Publishing Company. LLC.
Jelambar Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Watson R. 2003. Perawatan Pada Lansia. Alih Bahasa:
BaratTahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia. Musri, editor ed the Indonesia: Egi Komara
Nikpour, et al. 2006. Relationship Between Quality Of Yudha. Jakarta: EGC.
Life And Socio-Demographic Characteristics WHO. 2005. Kader Kesehatan Masyarakat edisi 2.
Among Older People In Tehran. Iran: UNFPA. Jakarta: EGC.
www.jik.ub.ac.id
191
WHO. 1996. The World Health Organization Quality Of RAND Health.
Life (WHOQOL)-BREF. (Online) http://www.who.
int/entity/substance_abuse/research_tools/en/ Yenny & Elly .2006.Prevalensi Penyakit Kronis Dan
indonesian_whoqol.pdf. Kualitas Hidup Pada Lanjut Usiadi Jakarta
Wu SY, Green A. 2000.Projection Of Chronic Illness selatan. (Online) http://www.univmed.org/wp-
Prevalence And Cost Inflation. Santa Monica, CA: content/uploads/2012/04/Yenny.pdf.