Deviani Nabila - Midterm
Deviani Nabila - Midterm
1206226072
1/7
Gambar 1. Pelepasan Orde Nol
4. Apa saja karakteristik sistem pencernaan manusia yang perlu diperhatikan jika anda bermaksud
memformulasikan sistem pelepasan di kolon?
Jawab :
Motilitas
Colon dibagi menjadi 4 bagian, di mana motilitas masing-masing berbeda dan karenanya
berbeda waktu tinggal. Dengan demikian, formulasi tersebut harus dibuat sesuai dengan dosis
obat dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi waktu tinggal. Hal ini juga harus stabil;
dan tahan terhadap gerakan organ pencernaan selama penghantaran obat ke usus.
Memperpanjang waktu tinggal dapat menghasilkan peningkatan kontak antara obat dan
lendir, yang menyebabkan peningkatan penyerapan obat.
aktivitas mikroba
aktivitas mikroba dalam usus besar juga dapat dipertimbangkan. Colon kaya azoreductases
bakteri yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi polimer dengan ikatan silang
azoaromatic. polimer internal tertentu mungkin ditambahkan ke formulasi untuk mengontrol
penghantaran obat ke usus.
pH
Nilai pH dalam usus besar berubah sesuai dengan jenis makanan yang dikonsumsi dan waktu
makan. Memilih polimer yang tepat, sehubungan dengan nilai pH, untuk lapisan obat
mungkin diperlukan dalam rangka memperoleh penghantaran usus spesifik.
Suplai darah
Suplai darah ke usus besar dikenal lebih rendah dari yang ada di usus kecil, sehingga dapat
mencapai penyerapan maksimum. Jumlah air mungkin juga mempengaruhi penyerapan
sebagai tindakan air sebagai media kontak untuk obat yang akan dilepas
5. Apakah dampak enzim, pH dan mikroorgnisme pada sistem pencernaan manusia terhadap
formulasi pelepasan terkendali obat?
Jawab :
2/7
Enzim
Kehadiran enzim dalam sistem pencernaan sangat penting karena membantu untuk
memecah molekul makanan. Dalam kasus pemberian obat, enzim, yang sebagian ditemukan di
daerah usus kecil, cepat akan menurunkan obat; mempengaruhi penyerapan obat di daerah yang
ditargetkan khusus. Oleh karena itu, bila obat tidak ditargetkan ke usus kecil, menambahkan
polimer yang cocok yang tidak bisa didegradasi oleh enzim tertentu mungkin diperlukan.
pH
Berbagai nilai pH yang ditemukan di seluruh sistem pencernaan, dan sebagian besar formulasi
obat yang sensitif terhadap pH. PH sekitarnya mungkin memiliki efek terhadap pelepasan obat,
bersama dengan laju disolusi. Obat basa akan terlarut dalam media dengan pH rendah karena
pembentukan garam larut, sementara obat asam akan terlarut di dalam usus karena
pembentukan garam yang larut pada pH dasar.
mikroorganisme
Mikroorganisme pada sistem pencernaan manusia, seperti mikroflora yang berada di usus
besar, sangat penting dalam proses pencernaan serta sistem pelepasan terkontrol. Mikroflora
memiliki kemampuan untuk memetabolisme zat tertentu yang biasanya dianggap sebagai benda
asing oleh tubuh. Sebagai contoh, metabolisme asam salisilat asetil yang dimetabolisme oleh
bakteri enterik. Lebih dari 400 spesies microbacteria yang hadir dalam usus besar, di mana
masing-masing spesies memiliki reaksi yang berbeda terhadap zat-zat tertentu.
3/7
Diantara factor-faktor dari tabel 1 diatas, factor yang paling mempengaruhi degradasi
hydrolysis PLA dan PLGA adalah komposisi kimia, bahan aditif, morfologi,porositas, berat
molekul dan distribusi berat molekul.
Komposisi kimia : Mengubah komposisi kimia dengan menambahkan rasio mol glycol
pada kopolimer dapat meningkatkan laju biodegradasi.
Aditif : menambahkan aditif ke asam atau basa seiring dengan loading level pada agen
terapeutik dapat mempengaruhi laju degradasi mikrosfer.
Morfologi : Evaluasi morfologi mikrosfer pada studi in-vivo menyebabkan degradasi
hidrolisis homogen dari mikrosfer yang terdiri dari polimer lactid dan glycolic acid.
Kristalinitas dari homopolimer atau kopolimer dapat empengaruhi laju degradasi
polimer. Selama proses degradasi, kristalinitas meningkat perlahan mengahsilkan
material dengan kristal yang tinggi dimana mudah mengalami hidrolisis dibandingkan
polimer awalnya.
Porositas : dpat meningkatkan laju biodegrdasi, ketika dimensi pori/celah cukup luas
untuk mempermudah migrasi sel ke dalam pori/celah mikrosfer.
Berat molekul dan distribusinya : Distribusi berat molekul yang luas mengindikasikan
jumlah gugus karboksil dalam jumlah yang banyak yang dapat mengakibatkan
degradasi autokatalitik dari rantai polimer. Besar/luasnya distribusi dapat meningkatkan
laju degradasi.
2. Explain the reasons why there are differences between degradation rate of PLA and PLGA.
Please refer to Figure 1. Write down the reactions involved in the degradation of PLA and
PLGA. Does the degradation rate also depends on crystallinity of the polymer? If yes, explain
Jawab :
Pada gambar 1 dapat dilihat komponen rasio mol antara lactic acid dan glycol acid pada
PLGA. Pada rasio 50:50, laju degradasi polimer tinggi. Hal ini dikarenakan kandungan mol
glycol yang dpat mempercepat laju degradasi. Sedangkan pada rasio PLA 100:0 (gambar
4/7
hitam) laju degradasi polimer menurun karena hanya tersusun dari lactic yang dapat membuat
waktu degradasi berjalan lambat.Hal ini disebabkan adanya gugus metil pada PLA
menyebabkan PLA lebih bersifat hidrofobik, mengabsorb air lebih sedikit, sehingga tidak
mudah terhidrolisi dan menyebabkan waktu degradasi lebih lama. Suatu PGA(poly glycol
acid) kristal, ketika di kopolimerasi dengan PLA, menyebabkan derajat kristalisasi dari PGA
berkurang yang berakibat pada meningkatnya laju hidrasi dan hidrolisis. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, ketika suatu PLGA mengandung lactic acid yang lebih banyak, PLGA
tersebut akan lebih sulit untuk terdegradasi. Namun, terdapat pengecualian ketika perbandingan
antara lactic acid dan glycolic acid adalah 50:50. Nilai perbandingan tersebut menghasilkan
PLGA yang sangat mudah untuk didegradasi dimana peningkatan kandungan PGA
menyebabkan peningkatan interval degradasi diatas 50%.
Pada air, PLGA dapat terdegradasi dan mengalami hidrolisis pada rantai esternya.
Reaksi yang terlibat pada degradasi PLA dan PLGA adalah rekasi degradasi sebagai berikut :
Adanya gugus metil pada PLA menyebabkan PLA lebih bersifat hidrofobik dibandingkan
dengan PGA sehingga kopolimer PLGA yang memiliki lactic acid yang lebih banyak akan
memiliki sifat kurang hidrofilik, mengabsorb air lebih sedikit, dan terdegradasi lebih lama.
Kristalinitas mempengaruhi degradasi polimer. Kritalinitas dari lactic acid meningkatkan
laju degradasi disebabkan laju degradasi polimer semi-kristal dipercepat dengan meningkatnya
hidrofilitas Kristalinitas dari homopolimer atau kopolimer dapat empengaruhi laju degradasi
polimer. Selama proses degradasi, kristalinitas meningkat perlahan mengahsilkan material
dengan kristal yang tinggi dimana mudah mengalami hidrolisis dibandingkan polimer awalnya.
.
3. Do you think PLA and PLGA are suitable polymers for application in oral drug delivery?
Explain.
Jawab :
PLA dan PLGA merupakan polimer yang tepat untuk oral drug delivery karena selain
sifatnya yang biocompatible dan biodegradable sehingga aman digunakan bagi tubuh, PLA
memiliki waktu pelepasan obat yang lama cocok untuk obat pada organ vital seperti mata.
Sedangkan PLGA memungkinkan laju degradasi yang lebih cepat dibandingkan PLA.
5. Explain the meaning of the term phagocytosis and its relation to microspheres.
5/7
Jawab :
Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit, dengan
jalan mencerna mikroorganisme/partikel asing hingga menghancurkannya berkeping-keping.
Sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu fagosit mononuklear dan polimorfonuklear. Fagosit
mononuklear contohnya adalah monosit (di darah) dan jika bermigrasi ke jaringan menjadi
makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu netrofil, eusinofil, basofil
dan cell mast (di jaringan).
Hubungan fagositosis dengan mikrosfer yaitu fagositosis meningkat dengan peningkatan
hidrofobisitas permukaan mikrosfer dan tidak terlihat reaksi seluler atau jaringan.
3. The authors gave the following statement: "This is the further evidence for the strong
interaction between chitosan microspheres and mucus glycoprotein and/or mucosal surfaces".
Which of the following data reported in the paper support the statement above: (1) the zeta
potential, (2) the amount of mucin adsorbed, (3) the rat small intestine particle count data.
Jawab :
(3) the rat small intestine particle count data
4. Do you think the in vitro and the in vivo data reported in this paper are consistent? Explain.
Jawab :
Iya. Data In vitro dan in vivo pada penelitian ini konsisten karena EC (etilselulosa) batch
menampilkan nilai terendah dari parameter yang berkaitan (adsorpsi mucin) dan EIG
6/7
(emulsifikasi dan ionotropic gelation) batch menampilkan nilai tertinggi dari parameter yang
berkaitan (data jumlah partikel).
5. Based on its mucoadhesive properties, what part of our digestive system do you think is the
most suitable target for extended drug release? Explain.
Jawab :
Kitosan cocok untuk aplikasi penghantaran obat secara oral, buccal dan sublingual. Kitosan
adalah polimer muco/bioadesif, yang merupakan komponen/bagian yang bagus untuk oral
cavity drug delivery. Kitosan adalah polimer yang aman secara biologis dan memperpanjang
waktu adesi gel oral dan pelepasan obat. Mukoadesi dihasilkan oleh hydrogel kitosan yang
cocok untuk memperpanjang waktu tinggal obat dan meningkatkan efek terapeutik.
7/7