Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel

normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel- sel normal

berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah

(Anoname I, 2012).

Jumlah penderita kanker diseluruh dunia terus mengalami peningkatan,

baik pada daerah Insiden tinggi di negara-negara Barat, maupun pada

insiden rendah seperti dibanyak daerah di Asia. Satu laporan penelitian

pada tahun 1993 memperkirakan bahwa jumlah kasus baru di seluruh dunia

pada tahun 1985 mencapai 720.000 orang. Angka insiden tertinggi dapat

ditemukan lebih ditemukan berapa daerah di Amerika Serikat (mencapai di

atas 100/100.000 orang:berarti ditemukaan lebih 100 penderita dari 100.000

orang) (Purwoastuti, 2008).

Di Indonesia kanker payudara mendududuki tempat kedua (15,8%)

dari sepuluh kanker tebanyak setelah kanker mulut rahim ditempat pertama.

Kanker payudara umumnya menyerang wanita yang telah berusia lebih dari

40 tahun. Diperkirakan semakin meningkat di masa yang akan

datang(Reksoprodjo dkk,2010).Hal ini mungkin disebabkan antara lain oleh

gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan,penggunaan

insektisida,zat zat pengawet,penyedap rasa,pewarna,serta strees yang

berkepanjangan.
Ditinjau dari tingkat provinsi,Jawa tengah memiliki prevalensi

kanker payudara 1,3 dari total penduduk Jawa Tengah.Dari Prevelansi

kejadian kanker payudara di jawa tengah,kabupaten Boyolali memiliki

pravalensi kanker payudara secara keseluruhan mencapai 0,9%dari jumlah

penduduk
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. NH
Usia : 31 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Baktiya
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
Suku : Batak
Agama : Islam
Masuk Puskesmas : 25 Januari 2018

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : benjolan pada payudara sebelah

Keluhan tambahan : kiriNyeri pada payudara sebelah kiri

Riwayat penyakit sekarang :


pasien mengeluh adanya benjolan pada payudara kiri. Benjolan

ini sebenarnya sudah lama dirasakan oleh pasien tetapi makin cepat

membesar kira-kira 1 tahun belakangan ini pasca meningalnya anak

pasien yang bungsu. Benjolan yang dirasakan makin hari makin

membesar, pasien mengatakan awalnya benjolan ini hanya sebesar

kelereng.
Keluhan disertai dengan nyeri, nyeri dirasakan pasien seperti

terasa ditusuk-tusuk, keluhan nyeri ini lebih dulu muncul dibanding

benjolan yang disadari oleh pasien. Pasien mengaku keluarnya nanah

dari puting susu pasien yang terjadi ± 4 bulan sebelum masuk ke

puskemas. Keluhan juga disertai benjolan pada ketiak dan dada kiri

bagian atas.

Keluhan tidak disertai dengan demam, sakit kepala hebat, rasa

penuh di ulu hati, maupun nyeri pada tulang punggung maupun

paha.

Riwayat persalinan

1. Laki-laki, tahun 2003, BB: 2800 Kg, lahir secara pervaginam

2. Perempuan, tahun 2006 BB: 2500 Kg, lahir secara pervaginam

3. Laki-laki, tahun 2016, BB: 2700 Kg, lahir secara pervaginam

Riwayat haid :

Pasien haid pertama pada usia 15 tahun, siklus > 30 hari, tidak teratur.

Penderita menikah pada usia 23 tahun,

Riwayat menyusui :

Pasien mengaku tidak menyusui anak selama 2 tahun dengan alasan tidak

keluar air susu nya

Riwayat pemakaian KB :

pasien menggunakan suntik kb untuk menunda kehamilannya


Riwayat penyakit dahulu :
Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung

Riwayat habituasi :
Pasien sering menggunakan penyedap saat memasak dan ini sudah dari
pasien kecil

Riwayat operasi :
Pasien pernah dioperasi dan dilakukan kemoterapi 4 bulan yang lalu pada
area payudara yang sakit.

Riwayat pengobatan :
Pasien sering minum obat-obat penghilang rasa nyeri

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.

Riwayat alergi :
Tidak ada alergi makanan dan obat.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
TD : 130 /70 mmHg
Rr : 24 x/menit
Hr : 82 x/menit
T : 37,0 0c

Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Rambut :pasien tidak lagi memiliki rambut
Mata : pupil isokor, R.cahaya +/+, ukuran 2mm/2mm
Hidung : tidak ada secret, tidak ada deviasi.
Bibir : mukosa bibir basah, sianosis -
Gigi : terdapat ada caries

b. Pemeriksaan leher:
Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP

c. Pemeriksaan thoraks
a. Paru-paru :
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas,
Tampak massa di mammae sinitra (lihat
status Lokalis)
Palpasi :vokal fremitus normal +/+, tidak ada
krepitasi.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+. Rh -, wh -.
b. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : teraba ictus cordis, massa -
Perkusi :batas jantung : normal, tidak ada pembesaran
Batas jantung kanan : ICS IV linea
parasternal dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea
midclavikularis sinistra
Batas jantung atas : ICS II linea parasternal
sinistra
Pinggang jantung : ICS III parasternal
sinistra
Auskultasi : BJ I dan II murni reguler
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus normal, tidak ada bunyi tambahan.
Palpasi : Soepel, tidak teraba massa, defans muscular -, nyeri
tekan-
Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen
e. Pemeriksaan ekstrimitas
Kekuatan otot : 5555
5555
Sensibilitas : dextra dan sinistra tidak ada kelainan
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Edema : (-/-)

STATUS LOKALIS :
Pemeriksaan mammae sinistra :
 Inspeksi : Tampak massa jaringan parut yang panjangnya
barukuran sekitar 5 cm a/r mammae sinitra, retraksi +, peau
d’orange -, abses -, darah-. Tidak tampak benjolan a/r axila
sinistra, retraksi putting +
 Palpasi : pada pemeriksaan ini tidak lagi teraba massa.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

V. DIAGNOSA KERJA
Post op + kemoterapi Ca mammae sinitra
VI. PENATALAKSANAAN
Konservatif
 Umum
o Diet biasa

o Edukasi penderita mengenai penyakitnya dan hal-hal yang

dapat dilakukan penderita untuk mendeteksi dini kelainan

pada payudara

o Edukasi pasien untuk mencegah agar tidak terjadi

perluasan pada kankernya tersebut dengan cara tidak

terlalu stress dan tidak mengonsumsi makanan yang

berpenyedap

 Khusus
Asam mefenamat 3x1
Vitamin B complex 1x1
Omeperazol 2x1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar

payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya

yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008).

3.2. Anatomi payudara

normal Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial

dari dinding depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di

sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari

sternum batas medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas

lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major

dan sebagian M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus

externus. Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas

sampai ke aksila. Ekor ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki

suatu hiatus (dari Langer) dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial

aksilaI. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan secara normal di

bawah fascia sebelah dalam.


Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar

daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan

secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta

duktusnya adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam

bedah.Suatu biopsy payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur

semacam itu, sebagian dari 1 atau lebih lobus diangkat.

Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang

retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik. Lobus-lobus

parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan dengan posisi

dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju papilla

seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.Segmen

dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh

karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul dalam

bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang

jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan


lactiferous sinuse .Pada area bebas lemak di bawah areola, bagian yang

dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya

tempat untuk menyimpan susu. Intraductal papillomas sering terjadi di sini.

Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita

jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan

dalam dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel

ke elemen parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial

terfiksasi ke kulit, sehingga tidak mungkin dilakukan total mastectomy

subkutan yang ideal. Dengan adanya invasi keganasan, sebagian dari

ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan

fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini berbeda dengan penampilan

kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau d'orange, dimana pada peau

d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel rambut dan kulit yang

bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit.

Suplai darah

Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang

dari A. axillaries, dan A. intercostal.

2 cabang pectoral dari mammae.Setelah vena ini melewati tepi lateral

dari iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di belakang, vena

intercostalis berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana masuk vena

azygos, hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke

dalam vena cava superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica.

Melaui jalur kedua jalur pertama, metastasis ca mammae dapat mencapai


paru-paru.Melalui jalurketiga, metastasis dapat ke tulang dan system saraf

pusat.

Aliran limfatik

Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok

inkonstan yang bervariasi.Seringnya pembagian menurut Haagensen.

Klasifikasi utama

Haagensen adalah axillary dan internal thoracic (mammary). 1.

Drainase Aksilaris (35.3 nodes). Group 1.External mammary nodes (1.7

nodes), juga dikenal sebagai anterior pectoral nodes. Ini terletak sepanjang

batas lateral dari M. pectoralis minor, di bawah M. pectoralis major,

sepanjang sisi medial dari aksila mengikuti aliran lateral thoracic artery

pada dinding dada, mulai dari iga 2-6. Di bawah areola terdapat perluasan

jaringan pembuluh-pembuluh limfatik, dinamakan subareolar plexus of

Sappey.

Group 2. Scapular nodes (5.8 nodes).Terletak di atas pembuluh-pembuluh

darah subsakapular.Limfatik dari KGB ini salng berhubungan dengan

pembuluh limfe intercistal.

Group 3. Central nodes (12.1 nodes).Merupakan kelompok kelenjar getah

bening yang terbesar; merupakan KGB yang paling mudah dipalpasi di

aksila karena ukurannya yang besar. Ketika KGB ini membesar, dapat

menekan intercostobrachial nerve, cabang kutaneus lateral dari second atau

third thoracic nerve, dapat timbul nyeri.


Group 4. Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes). Terletak antara

otot pektoralis mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan

kelompok KGB terkecil dari KGB aksila dan tidak dapat ditemukan

walaupun M. pectoralis major diangkat.

Group 5. Axillary vein nodes (10.7 nodes).Merupakan kelompok KGB

terbesar kedua di aksila.Terletak di permukaan ventral dan kaudal dari

bagian lateral vena aksilaris.

Group 6. Subclavicular nodes (3.5 nodes).Terletak pada permukaan ventral

dan kaudal dari bagian medial vena aksilaris. These lie on the caudal and

ventral surfaces of the medial part of the axillary vein.

2. Drainase Internal Thoracic (Mammary)(8.5 Nodes) Pembuluh-pembuluh

limfatik timbul dari tepi medial mammae pada fascia pectoralis. KGB ini

juga menerima trunkus limfatikus dari kulit mammae kontralateral, hati,

diafragma, rectus sheath, bagian atas rectus abdominis. KGB sekitar 4-5

setiap sisinya, kecil, dan biasanya dalam lemak dan jaringan ikat dari ruang

interkosta.Saluran ini bermuara ke ductus thoracicus atau ductus limfatikus

dextra.Rute ke vena aksilaris lebih pendek daripada rute aksila. Dalam

staging, bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular, cervical, atau

contralateral internal mammary dianggap telah mengadakan metastasis jauh

(M1). Yang termasuk KGB regional :


1. KGB aksila (ipsilateral) : interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB

sepanjang vena aksilaris dan bagian-bagiannya yang dapat dibagi ke dalam

beberapa tingkat :

a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor

b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis

minor dan KGB interpectoral (Rotter's)

c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis

minor termasuk subclavicular, infraclavicular, or apical Catatan : KGB

intramammary disandikan sebagai KGB aksila.

2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi

sternum dalam fascia endothoracica.

Persarafan

Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-

cabangnya melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus

kutaneus lateral keempat juga mempersarafi papilla mammae.

3.3 . Epidemiologi

Kanker payudara adalah salah satu kanker paling umum di Amerika

Serikat lebih dari 160,000 wanita mengalami kanker ini setiap tahun, dan

40.000 perempuan meninggal setiap tahun karena keganasan ini. Kira-kira 1

dari 9 wanita di Amerika Serikat akan menderita kanker payudara,

walaupun 1% kasus terjadi pada pria. Risiko meningkat dengan usia, dan

meningkat pesat saat menopouse. risiko besar. Terjadi pada wanita usia 60
tahun ke atas, dan memiliki kesempatan 3-4% menderita kanker payudara

selama 1 dekade kehidupan mereka (Weiss, 1995). Kanker payudara adalah

penyakit dominan peradaban Barat. Ini adalah kanker paling umum pada

wanita dan penyebab kematian paling umum pada perempuan antara usia 35

dan 55. Di Inggris setiap tahun, lebih 24.000 kasus baru yang didiagnosis

dan 30.000 perempuan kondisi meninggal. Kanker payudara sangat jarang

terjadi sebelum usia 25 (Churchill, 1990).

3.4. Gejala Klinis

Kanker Payudara Gejala kanker payudara bisa dialami oleh laki-laki

maupun perempuan, tetapi kanker payudara sangat jarang pada pria

dibandingkan dengan wanita.Lebih dari 1 dari 10 perempuan cenderung

menderita gejala kanker payudara.

Gejala kanker payudara dapat terdeteksi ketika benjolan atau massa

tumbuh cukup besar, baik dirasakan atau dilihat pada mamografi. Gejala

kanker payudara sering belum terdeteksi sampai kanker itu sudah dalam

tahap lanjut, dan mungkin sudah metastasis ke daerah vital tubuh.Untuk itu,

penting bagi wanita memeriksakan diri secara teratur. Gambaran klinis yang

dapat ditemukan menurut Churchill (1990), yaitu:

1. Benjolan pada payudara, keras atau lembut.

2. Nyeri, yang bervariasi dengan siklus haid dan independen dari

siklus haid
3. Perubahan pada kulit payudara:

- Skin dimpling

- Skin ulcer

- Peau d'orange

4. Gangguan puting:

- Puting tertarik ke dalam

- Eksim (ruam yang melibatkan puting atau areola, atau keduanya)

- Putting discharge.

3.5. Etiologi (Faktor risiko)

Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih

sering untuk berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak

memiliki beberapa faktor risiko tersebut.2 Beberapa faktor risiko tersebut

3,4 :

• Umur :

Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring

bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara

ratarata pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum

menopause. Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau

sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat

tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival

rates-nya lebih rendah.


• Riwayat kanker payudara :

Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu

payudara mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada

payudara yang lainnya.

• Riwayat Keluarga :

Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya

atau saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko

lebih tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum

usia 40 tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik

dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.

• Perubahan payudara tertentu :

Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang

terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan

meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical

hyperplasia dan lobular carcinoma in situ [LCIS].

• Perubahan Genetik :

Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko

terjadinya kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen

lainnya. BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum,

gen BRCA-1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma,poorly

differentiated, dan tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2


berhubungan dengan invasive ductal carcinoma yang lebih well

differentiated dan mengekspresikan reseptor hormon.Wanita yang memiliki

gen BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker payudara 40-85%.

Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung untuk berkembang

menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.

• Riwayat reproduksi dan menstruasi :

Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan

risiko untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya

paparan justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang

meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia

12 tahun), nuliparitas,dan menopause yang terlambat (di atas 55 tahun)

berhubungan juga dengan peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir dari

epitel payudara yang terjadi pada akhir kehamilan akan memberi efek

protektif, sehingga semakin tua umur seorang wanita melahirkan anak

pertamanya, risiko kanker meningkat. Wanita yang mendapatkan

menopausal hormone therapymemakai estrogen, atau mengkonsumsi

estrogen ditambah progestin setelah menopause juga meningkatkan risiko

kanker.

• Ras :

Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,

dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi

pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi. • Wanita yang mendapat


terapi radiasi pada daerah dada : Wanita yang mendapat terapi radiasi di

daerah dada (termasuk payudara) sebelum usia 30 tahun, risiko untuk

berkembangnya kanker payudara akan meningkat di kemudian hari.

• Kepadatan jaringan payudara :

Jaringan payudara dapat padat ataupun berlemak.Wanita yang

pemeriksaan mammogramnya menunjukkan jaringan payudara yang lebih

padat, risiko untuk menjadi kanker payudaranya meningkat.

• Overweight atau Obese setelah menopause:

Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah

menopause meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena

sumber estrogen utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi

androstenedione menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan

kata lain obesitas berhubungan dengan peningkatan paparan estrogen jangka

panjang.

• Kurangnya aktivitas fisik :

Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnyakurang, risiko untuk

menjadi kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu

mengurangi peningkatan berat badan dan obesitas.


• Diet :

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum

alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena

alkohol akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi

banyak makan berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar

estrogen serum, sehingga akan meningkatkan risiko kanker.

3.6. Klasifikasi kanker payudara

1. Non invasive carcinoma

a) Ductal carcinoma in situ Ductal carcinoma in situ, juga disebut

intraductal cancer, merujuk pada sel kanker yang telah terbentuk dalam

saluran dan belum menyebar.Saluran menjadi tersumbat dan membesar

seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya.Kalsium cenderung terkumpul

dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai

kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications)

atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram

seorang wanita tanpa gejala kanker.

DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya

massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada

mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter

melakukan biopsy tumor jinak.Sekitar 20%-30% kejadian kanker payudara

ditemukan saat dilakukan mamografi.Jika diabaikan dan tidak ditangani,

DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh

tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu

sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya.Tipe pertama, dengan

perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal.Sel

ini disebut solid, papillary atau cribiform.Tipe kedua, disebut

comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal perkembangannya,

terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan.

b) Lobular carcinoma in situ Meskipun sebenarnya ini bukan kanker,

tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif.

Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang

melewati dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute,

Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25%

munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum sebagai infiltrating

ductal carcinoma) sepanjang hidupnya. Gamba

2. Invasive carcinoma

I. Paget’s disease dari papilla mammae Paget’s disease dari papilla

mammae pertama kali dikemukakan pada tahun 1974. Seringnya muncul

sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat berupa lesi

bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya berhubungan

dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin

berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan

menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau perubahan

pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat

dan bervakuola (Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan

untuk Paget's disease meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified


radical mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker

invasif

II. Invasive ductal carcinoma

a. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST)

(80%) Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada

60% kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun

makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita

perimenopause or postmenopause dekade kelima sampai keenam, sebagai

massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada potongan

meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi bintang di bagian

tengah dengan garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke

sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul dalam

kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.

b. Medullary carcinoma (4%) Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari

kanker payudara, berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan

merupakan kanker payudara herediter yang berhubungan dengan BRCA-1.

Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis dan

perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik mikroskopik dari

medullary carcinoma berupa

(1) infiltrat limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel

limfosit dan plasma;


(2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis

aktif;

(3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada

diferensiasi duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan

dengan DCIS dengan karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang

dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini

mempunyai 5- year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau

invasive lobular carcinoma.

c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%) Mucinous carcinoma (colloid

carcinoma), merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara, sekitar 2%

dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya muncul sebagai massa

tumor yang besar dan ditemukan

pada wanita yang lebih tua. Karena komponen musinnya, sel-sel kanker ini

dapat tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.

d. Papillary carcinoma (2%) Papillary carcinoma merupakan tipe khusus

dari kanker payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.

Biasanya ditemukan pada wanita dekade ketujuh dan sering menyerang

wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm.

McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB

aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan

tubular carcinoma.
e. Tubular carcinoma (2%) Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain

dari kanker payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.

Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause dan pada periode awal

menopause. Long-term survival mendekati 100%.

III. Invasive lobular carcinoma (10%)

Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payuda

ra.Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat,

nucleoli tidak jelas, dan sedikit sitoplasma.Pewarnaan khusus dapat

mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma, yang dapat menggantikan

inti (signet-ring cell carcinoma).Seringnya multifokal, multisentrik, dan

bilateral.Karena pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit untuk

dideteksi.

IV. Kanker yang jarang (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

3.7. Diagnosis

a. Gejala Gejala yang yang paling sering meliputi :

1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting

susunya

a. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di

daerah ketiak

b. Puting susu terasa mengeras


2. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya

a. Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara

b. Puting susu tertarik ke dalam payudara

c. Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak.

Kulit mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk

3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu Pada awal kanker payudara

biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika sel kanker telah menyebar,

biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar limfe yang berada di sekitar

payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh lain,

paling sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak. Pada 33% kasus kanker

payudara, penderita menemukan benjolan pada payudaranya. Tanda dan

gejala lain dari kanker payudara yang jarang ditemukan meliputi

pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan pada puting susu dapat

berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau eritema kulit payudara,

massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50% wanita dengan

kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada payudara

biasanya berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.

b. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah

terdapat edema (peau d’orange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema.
2. Palpasi

Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk

palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap

massa yang teraba atau suatu lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya,

ukurannya, konsistensinya, bentuk, mobilitas atau fiksasinya.

c. Pemeriksaan penunjang

1. Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan

untuk mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat

dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan

mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat

dideteksi melalui palpasi. Mammografi telah digunakan di Amerika Utara

sejak tahun 1960 dan teknik ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk

meningkatkan kualitas gambarnya. Mammografi konvensional menyalurkan

dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy) setiap penggunaannya. Sebagai

perbandingan, Foto X-ray thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi

mammografi. Mammografi dapat digunakan baik sebagai skrining maupun

diagnostik. Mammografi mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal

(CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran jaringan

mammae yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan axillary tail of

Spence. Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih

baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih

besar. Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma

payudara dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative


sebesar 7%. Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma

mammae antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti

bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan mammae dan kumpulan

mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting

karsinoma pada wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya

kelainan mammografi yang ada. Mammografi lebih akurat daripada

pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan

tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer

Center Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun

harus dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40

tahun, pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan

pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas screening

mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma

mammae stadium II, III dan IV pada populasi yang dilakukan skrining

dengan mammografi.

2. Ultrasonografi (USG)

Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang

penting untuk membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau

meragukan, baik digunakan untuk menentukan massa yang kistik atau

massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan USG, kista mammae

mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas yang halus dan

daerah bebas echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak biasanya

menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang
lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma mammae

disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas

tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan

fine-needle aspiration biopsy (FNAB), coreneedle biopsy dan lokalisasi

jarum pada lesi payudara. USG merupakan pemeriksaan yang praktis dan

sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak dapat mendeteksi lesi dengan

diameter ≤ 1 cm.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan

pada mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada

pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka

kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil. MRI

sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk

skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma

mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam

memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara,

menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau

menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.

4. Biopsi

Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan

pemeriksaan sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada

biopsi eksisional dengan resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan


patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari karsinoma mammae dan

juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin

terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah,

sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi

yang berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan yang

mencurigakan jika hasil sitologi FNA adalah negatif, kecuali secara klinis,

pencitraan dan pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil negatif.

Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti

jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core

needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di

klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal. Open biopsy dengan lokal

anestesi sebagai prosedur awal sebelum memutuskan tindakan defintif

merupakan cara diagnosis yang paling dapat dipercaya. FNAB atau core-

needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan hasil yang cepat dengan

biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya negatif maka harus

dilanjutkan dengan open biopsy.Open biopsy dapat berupa biopsy insisional

atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional mengambil sebagian massa

payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-needle

biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau

klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle

biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara diambil.


5. Biomarker

Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis.

Biomarker sebagai salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma

mammae. Biomarker ini mewakili gangguan biologik pada jaringan yang

terjadi antara inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker ini

digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian kemopreventif jangka

pendek dan termasuk perubahan histologis, indeks dari proliferasi dan

gangguan genetik yang mengarah pada karsinoma. Nilai prognostik dan

prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain

(1) petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen

(PNCA), BrUdr dan Ki-67;

(2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2;

(3) petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth factor

(VEGF) dan indeks angiogenesis;

(4) growth factors dan growth factor

receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-2/neu dan

epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53. 2.8. Skrining

Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American Cancer

Society :

Wanita berumur ≥ 40 tahun harus melakukan screening

mammogram secara terus-menerus selama mereka dalam keadaan sehat,

dianjurkan setiap tahun.


Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis

payudara (termasuk mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan

kesehatan yang periodik oleh dokter, dianjurakan setiap 3 tahun.

Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara

sendiri mulai umur 20 tahun. untuk kemudian melakukan konsultasi

ke dokter bila menemukan kelainan.

Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan

pemeriksaan MRI dan mammogram setiap tahun.

Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan

mammogram setiap tahun, dan konsultasi ke dokter apakah perlu

disertai pemeriksaan MRI atau tidak.

Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI

periodik tiap tahun.

Wanita termasuk risiko tinggi bila : - mempunyai gen mutasi dari

BRCA1 atau BRCA2 - mempunyai kerabat dekat tingkat pertama

(orang tua, kakak-adik) yang memiliki gen mutasi dari BRCA1 atau

BRCA2 tetapi belum pernah melakukan pemeriksaan genetik -

mempunyai risiko kanker ≥ 20 -25% menurut penilaian faktor risiko

terutama berdasarkan riwayat keluarga - pernah mendapat

radioterapi pada dinding dada saat umur 10-30 tahun

- mempunyai Li-Fraumeni syndrome, Cowden syndrome, atau

BannayanRiley-Ruvalcaba syndrome, atau ada kerabat dekat

tingkat pertama memiliki salah satu sindrom-sindrom ini.


Wanita dengan risiko sedang bila : - mempunyai risiko kanker

15-20% menurut penilaian faktor risiko terutama berdasarkan

riwayat keluarga - mempunyai riwayat kanker pada satu payudara,

ductal carcinoma in situ (DCIS), lobular carcinoma in situ (LCIS),

atypical ductal hyperplasia (ADH), atau atypical lobular

hyperplasia (ALH) - mempunyai kepadatan yang tidak merata atau

berlebihan terlihat pada pemeriksaan mammogram

3.8. Penatalaksanaan

Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif.Terapi kuratif dianjurkan

untuk stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan

bahkan inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi

multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif

diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan

metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi.

A. Terapi secara pembedahan 1. Mastektomi partial (breast conservation)

Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari reseksi

tumor primer hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan

pemeriksaan status KGB (kelenjar getah bening) aksilla.Reseksi tumor

payudara primer disebut juga sebagai reseksi segmental, lumpectomy,

mastektomi partial dan tylectomy.Tindakan konservatif, saat ini merupakan

terapi standar untuk wanita dengan karsinoma mammae invasif stadium I

atau II.Wanita dengan DCIS hanya memerlukan reseksi tumor primer dan
radioterapi adjuvan.Ketika lumpectomy dilakukan, insisi dengan garis

lengkung konsentrik pada nipple-areola complex dibuat pada kulit diatas

karsinoma mammae.Jaringan karsinoma diangkat dengan diliputi oleh

jaringan mammae normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas

dari jaringan tumor.Dilakukan juga permintaan atas status reseptor

hormonal dan ekspresi HER-2/neu kepada patologis. Setelah penutupan luka

payudara, dilakukan diseksi KGB aksilla ipsilateral untuk penentuan

stadium dan mengetahui penyebaran regional.Saat ini, sentinel node biopsy

merupakan prosedur staging yang dipilih pada aksilla yang tidak ditemukan

adanya pembesaran KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan hasil

negatif, diseksi KGB akilla tidak dilakukan.

2. Modified Radical Mastectomy

Modified radical mastectomy mempertahankan baik M. pectoralis

mayor and M. pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I

dan II tetapi tidak level III. Modifikasi Patey mengangkat M. pectoralis

minor dan diseksi KGB axilla level III. Batasan anatomis pada Modified

radical mastectomy adalah batas anterior M. latissimus dorsi pada bagian

lateral, garis tengah sternum pada bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm

dari lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia. Seroma

dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi tersering dari

mastektomi dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari semua kasus.

Pemasangan closed-system suction drainage mengurangi insidensi dari

komplikasi ini. Kateter dipertahankan hingga cairan drainage kurang dari 30


ml/hari. Infeksi luka jarang terjadi setelah mastektomi dan kebanyakan

terjadi sekunder terhadap nekrosis skin-flap. Pendarahan sedang dan hebat

jarang terjadi setelah mastektomi dan sebaiknya dilakukan eksplorasi dini

luka untuk mengontrol pendarahan dan memasang ulang closed-system

suction drainage. Insidensi lymphedema fungsional setelah modified radical

mastectomy sekitar 10%. Diseksi KGB aksilla ekstensif, terapi radiasi,

adanya KGB patologis dan obesitas merupakan faktorfaktor predisposisi.

B. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)

1. Radioterapi

Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma

mammae. Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy,

radiasi adjuvan diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal, juga

dilakukan untuk stadium I, IIa, atau IIb setelah lumpectomy. Radiasi juga

diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi. Pada

karsinoma mammae lanjut (Stadium IIIa atau IIIb), dimana resiko rekurensi

dan metastasis yang tinggi maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan

dengan terapi radiasi adjuvan.

2. Kemoterapi

a. Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada

karsinoma mammae tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran

kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm

tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi maka


kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang tidak menguntungkan

termasuk invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang

tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif

sehingga direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan. Contoh

regimen kemoterapi yang digunakan antara lain siklofosfamid, doxorubisin,

5-fluorourasil dan methotrexate.

Untuk wanita dengan karsinoma mammae yang reseptor

hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan cocok

untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat ini, berdasarkan NSABP B-

15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah modified radical mastectomy

diikuti kemoterapi adjuvan dengan doxorubisin diikuti terapi radiasi.

b. Neoadjuvant chemotherapy

Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang

diberikan sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan

apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy. Rekomendasi

saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah kemoterapi

neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau

lumpectomy dengan diseksi KGB aksilla bila diperlukan, diikuti kemoterapi

adjuvan, dilanjutkan dengan terapi radiasi. Untuk Stadium IIIa inoperabel

dan IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk menurunkan beban atau

ukuran tumor tersebut, sehingga memungkinkan untuk dilanjutkan modified

radical mastectomy, diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.

3. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik

berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor

hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular

invasif yang masih berdiferensiasi baik. Setelah berikatan dengan reseptor

estrogen dalam sitosol, tamoxifen menghambat pengambilan estrogen pada

jaringan payudara. Respon klinis terhadap anti-estrogen sekitar 60% pada

wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang positif,

tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal yang negatif.

Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang

berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan dapat

terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang pengunaan

tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen

dihentikan setelah 5 tahun. Beberapa ahli onkologi merekomendasikan

tamoxifen untuk ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada karsinoma

mammae stadium lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif.

Untuk semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen

(tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.

4. Terapi antibodi anti-HER2/neu

Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae

yang baru didiagnosis, saat ini direkomendasi. Hal ini digunakan untuk

tujuan prognostik pada pasien tanpa pembesaran KGB, untuk membantu

pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan regimen adriamycin

menberikan respon yang lebih baik pada karsinoma mammae dengan


overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan overekspresi Her-2/neu mungkin

dapat diobati dengan trastuzumab yang ditambahkan pada kemoterapi

adjuvan.

3.9.Prognosis

Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae

antara tahun 1983-1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan,

epidemiologi dan hasil akhir program data, didapatkan bahwa angka 5-year

survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb 70%, dimana

pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%.
DAFTAR PUSTAKA

Bruncardi, F.C., et al. 2004. Schwartz’s Principal Of Surgery. Edisi 8


Volume 1.United States of America.

Burkitt, H.G., Clive R.G., Gatt, D., 1990. Essential Surgery Problem,
Diagnosis, and Management. New York.

Current. 2003. Surgical Diagnosis and Treatment, 11th Edition. Lange


Medical Book. United States of America.

Lester S. C, The Breast, in V. Kumar, Abul K. Abbas, N. Fausto, J.C.Aster


dkk. 2010 , Pathologic Basis of Disease, Eight Ed. Saunders,
and inprint of Elsevier Inc 1065-1095

Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika;


Januari 2000. Jakarta.

National Cancer Institute, Malaysia, 2005

Available from http://www.nci.org/new/nci-reports.htm

National Cancer Research, Malaysia, Research on cancer diagnosis in


Malaysia: current status 2009

Nurmaya. 2008. Karakteristik Penderita Kanker Payudara Rawat Inap di


Rumah Sakit St. Ekisabeth Medan Tahun 2003-2007. Skripsi.
FKM USU Medan

Prawirohardjo, S., 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Rasjidi, I., 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Pelita Harapan

Anda mungkin juga menyukai