Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Menurut Varney, Krieb dan Gegor (2012) menyusui adalah cara paling optimal dalam
memberikan nutrisi dan mengasuh bayi. ASI yang diberikan pada bayi terutama pada
minggu-minggu pertama akan memberikan pengaruh pada peningkatan atau justru
penurunan BB bayi. Menurut Coper, sebagian besar bayi mengalami penurunan BB
selama minggu pertama setelah kelahiran, penurunan berat badan sebesar 10%
dinyatakan sebagai batas atas normal, namun jika bayi mengalami kesulitan dalam
kenaikan berat badan, ibu perlu mengetahui cara menyusui secara efektif dengan
menggunakan teknik pemerasan susu, baik dengan tangan ataupun pompa payudara
untuk menjamin proses laktasi serta kecukupan ASI bagi bayi.
Pemerasan susu dengan tangan dapat dilakukan secara rutin sebagai penatalaksanaan
rutin laktasi yang normal, tampa membatasan frekuensi atau jangka waktu
pemeberian ASI pada bayi, volume susu akan sejalan dengan kebutuhan bayi (Fraser,
and Cooper, 2013). Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
produksi ASI ibu dan berpengaruh pada peningkatan BB bayi selama minggu-minggu
pertama kehidupan serta memenuhi kebutuhan bayi adalah teknik marmet.
1
Teknik marmet merupakan teknik pijat payudara menggunakan tangan, selama
bertahun lamanya para ibu telah menggunakan teknik dokter marmet yang
mengutamakan let-down reflex untuk memeras ASI. Banyak pula ibu menyusui
mengatakan bahwa dengan teknik tersebut, produksi ASI dapat meningkat. Ibu
menyusui yang sebelumnya memerah ASI atau belum pernah memerah ASI akan
mendapatkan hasil yang sempurna dengan teknik ini (Sulistyawati, 2009).
Menurut Nurdiansyah (2011) teknik marmet merupakan salah satu cara yang aman
yang dapat dilakukan untuk merangsang payudara untuk memproduksi lebih banyak
ASI. Menurut Roesli (2012) teknik marmet merupakan suatu metode memijat dan
menstimulasi agar ASI keluar secara optimal. Dengan teknik marmet yang mampu
menstimulasi keluarnya ASI serta memproduksi ASI lebih banyak, maka kebutuhan
ASI bayi terutama untuk BB dapat meningkat dan terpenuhi.
Jumlah ASI yang cukup untuk bayi dapat memberikan dampak yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangannya terutama dibulan-bulan awal kehidupan. Dengan
menerapkan teknik marmet untuk menstimulasi banyaknya ASI yang keluar,
diharapkan ASI yang dibutuhkan bayi cukup untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangannya. Pemenuhan kecukupan ASI dapat membantu bayi memulai
kehidupannya dengan baik (Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, 2012).
Kenaikan BB bayi merupakan indikator yang baik untuk menilai status kesehatan dan
gizi bayi, sekaligus acuan menilai kelancaran ASI yang dikeluarkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan bayinya, dengan menerapkan teknik marmet diharapkan akan
ada pengaruh terhadap kelancaran ASI serta terpenuhinya kebutuhan ASI bayi guna
peningkatan BB bayi diminggu-minggu pertama. ASI yang cukup akan membuat
terpenuhinya semua kebutuhan nutrisi untuk bayi (Klien, dan Thonson, 2010).
2
hari terhadap kelancaran ASI dan kenaikan BB bayi dapat mempengaruhi kelancaran
ASI, dan peningkatan BB bayi. Alasan tersebut membuat perawat ingin menerapkan
teknik marmet pada ibu postpartum untuk meningkatkan jumlah ASI dan peningkatan
BB bayi, sehingga dapat meningkatkan jumlah ASI bagi bayi dan memperlancar ASI
yang keluar.
3
1.5.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan
kepustakaan dan sebagai pertimbagan penelitian sejenis.
1.5.3 Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
masukan dalam menentukan kebijakan pelayanan kesehatan
khususnya peyanan keperawatan maternitas.
1.5.4 Bagi Praktik Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
dan masukan bagi perawat dalam penerapan teknik marmet pada ibu
postpartum untuk meningkatkan BB bayi.
1.5.5 Bagi masyarakat
Memberi informasi atau pengetahuan kepada masyarakat tentang
pentingnya pemberian ASI bagi bayi dengan teknik marmet untuk
meningkatkan BB bayi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi yang dimaksud dengan postpartum adalah masa setelah kelahiran bayi
dan masa bagi ibu untuk memulihkan kondisi fisiknya meliputi alat-alat
kandungan dan saluran reproduksi kembali pada keadaan sebelum hamil
yang berlangsung selama enam minggu.
Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, yaitu sebagai
berikut
1) Pengecilan rahim atau involusi
5
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :
1) Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil.
2) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta atau ketuban dikeluarkan, kontriksi vascular
dan thrombosis merurunkan tempat plasenta kesuatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur.
3) Serviks (mulut rahim)
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam setelah
pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi padat dan
kembali ke bentuk semula.
4) Lochea
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
keluarnya discharge vagina dalam jumlah bervariasi. Secara
mikroskopis, lochea terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel
6
epitel dan bakteri. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu
dan warnanya, diantaranya :
a. Lochea rubra atau merah (kruenta)
Lochea rubra mengandung darah dan debris desidua serta debris
trofoblastik. Aliran menyambur, menjadi merah muda atau coklat
setelah 3-4 hari.
b. Lochea serosa
Lochea serosa ini muncul sekitar 10 harisetelah bayi lahir.
Mengandung darah lama (old blood), serum, leukosit, dan debris
jaringan. Warna cairan ini menjadi kuning sampai putih.
c. Lochea alba
Lochea alba muncul setelah 10 hari masa nifas / post partum .
akibat campuran leukosit dan berkurangnya kandungan cairan,
lokia menjdai warna putih atau putih kekuningan.
Fisiologi laktasi
Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka
produksi hormon esterogen dan progesterone berkurang. Pada hari
kedua atau ketiga setelah persalinan, kadar esterogen dan progesterone
menurun drastis sedangkan kadar prolaktin tetap tinggi sehingga mulai
terjadi sekresi ASI. Saat bayi mulai menyusu, rangsangan isapan bayi
7
pada putting susu menyebabkan prolaktin dikeluarkan dari hipofise
sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Reflek menyusu pada ibu
Menurt Bobak, Lowdermild dan Jensen (2005), reflek yang terjadi
sewaktu menyusui adalah :
1. Reflek prolaktin
Rangsangan dan isapan bayi dimulai dari serabut syaraf yang
memicu kelenjar hipofise bagian depan untuk mengeluarkan hormon
prolaktin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan sel kelenjar
hipofise mengeluarkan ASI, makin banyak hisapan yang dilakukan
bayi maka makin banyak pula produksi ASI yang keluar, begitu pula
sebaliknya.
2. Reflek aliran (let down reflex)
Rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar
hifofisis depan tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang
mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu
kontraksi otot polos yang ada di dindng alveolus dan dinding saluran,
sehingga ASI dipompa keluar. makin sering menyusui, pengosongan
alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya
bendungan ASI makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran ASI
yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu proses menyusui
tetapi juga mudah terkena infeksi.
8
Gambar 2.1. Reflek prolaktin
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down
adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan
cemas.
9
2. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar
areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus
laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi,
lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
3. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia
akan menelannya.
Dalam memenuhi kebutuhan ASI untuk bayi selama 6 bulan
pertamanya, seorang ibu perlu mengetahui banyak hal tentang manfaat
dari kandungan ASI serta mengenai cara pemberian ASI mulai dari cara
menyusui yang benar, cara memegang, dan cara perawatan payudara,
sampai dengan cara memerah ASI yang efektif.
10
Menghambat pertumbuhan bakteri pathologis
Merangsang pertumbuhan mikroorganik yang dapat
menghasilkan berbagai asam organik dan mensintesa
berbagai jenis vitamin dalam usus.
Memudahkan pengendapat kalsium casenat (protein susu).
Memudahkan berbagai jenis penyerapan mineral.
2.1.2.1 ASI mengandung berbagai antibody yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi.
2.1.2.2 ASI lebih aman dari kontaminasi, karena diberikan langsung,
sehingga kecil kemungkinan tercemar bahaya.
2.1.2.3 Risiko alergi pada bayi kecil sekali karena tidak mengandung
beta laktoglobulin.
2.1.2.4 ASI dapat dijadikan sebagai perantara untuk menjalin
hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
2.1.2.5 Temperature ASI sama dengan temperature tubuh bayi.
2.1.2.6 ASI membantu pertumbuhan gigi lebih baik.
2.1.2.7 Kemungkinan bayi tersedak saat menetek sangat kecil.
2.1.2.8 ASI mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi
2.1.2.9 ASI lebih ekonomis, tersedia setiap waktu pada suhu yang
ideal dan dalam keadaan segar
2.1.2.10 Dengan memberikan ASI kepada bayi, akan membantu
memberikan jarak kelahiran atau KB alami.
11
Bagi ibu
Manfaat ASI adalah untuk membantu memulihkan diri seorang ibu
dari proses persalinan, pemberian ASI pada bayi membuat rahim
berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan.
Ibu yang menyusui bayinya akan cepat pulih.
Pemberian ASI pada bayi adalah cara terbaik untuk mencurahkan
kasih sayangnya kepada buah hatinya.
12
dan aka berefek dengan peningkatan BB bayi yang merupakan salah
satu indicator/tanda bayi cukup ASI.
13
mempengaruhi rangsangan isapan bayi berkurang
(Novianti, 2009).
14
d. Pariritas.
Ibu yang melahirkan anak kedua dan seterusnya
mempunyai produksi ASI lebih banyak dibandingkan
dengan kelahiran anak yang pertama (Soetjaningsih,
2005: Nichol, 2005)
e. Faktor kenyamanan ibu
Faktor kenyaman ibu yang secara tidak langsung
mempengaruhi produksi ASI meliputi putting lecet,
pembengkakan dan nyeri akibat insisi. Faktor
ketidaknyamanan yang seorang ibu rasakan sering
menyebabkan ibu berhenti menyusui bayinya. Dengan
berhentinya menyusui maka rangsang isapan bayi akan
berkurang sehingga produksi ASI akan menurun (Suradi
& Tobing, 2004).
f. Faktor bayi
Berat badan
Bayi kecil, premature atau dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) mempunyai masalah
dengan proses menyusui karena reflek
menyusuinya masih relative lemah (Suradi &
Tobing, 2004).
Status kesehatan
Bayi yang sakit dan memerlukan perawatan akan
mempengaruhi produksi ASI, hal ini disebabkan
tidak adanya rangsangan terhadap reflek let –
down (Suradi & Tobing, 2004).
2.1.6.2 Faktor langsung
a. Prilaku menyusu
Waktu menyusui
15
Inisiasi dapat dilakukan segera pada jam – jam
pertama kelahiran, dengan melakukan inisiasi
menyusui dini (IMD) akan dapat meningkatkan
produksi ASI (Roesli, 2005). IMD dilakukan
berdasarkan pada reflek atau kemampuan bayi dalam
mempertahankan diri. Bayi yang baru lahir berusia
20 menit dengan sendirinya akan dapat langsung
mencari putting susu ibu. Selain membantu bayi
belajar menyusu kepada ibunya dan memperlancar
pengeluaran ASI, proses inisiasi diharapkan dapat
mempererat ikatan perasaan antara ibu dan bayinya,
serta berpengaruh terhadap lamanya pemberian ASI
kepada bayinya (Suryaprajoko, 2009).
Frekuensi dan lama menyusui
Bayi setidaknya disusui secara on demand karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5 -
6 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam (Suradi & Tobing, 2002).
Menyusui malam hari
Menyusui pada malam hari dianjurkan umtuk lebih
sering dilakukan karena akan memacu produksi ASI,
hal ini karena prolaktin lebih banyak disekresi pada
malam hari (Suradi & Tobing, 2004: Depkes, 2007).
b. Faktor psikologi
Faktor psikologi ibu yang mempengaruhi kurangnya
produksi ASI antara lain adalah ibu yang berada dalam
keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurang percaya
diri, terlalu lelah, ibu tidak suka menyusi, serta
kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta
16
pasangan kepada ibu (Lawrence, 2004; Novianti,
2009).
c. Faktor fisiologi
Faktor fisiologi ibu meliputi status kesehatan, nutrisi,
intake cairan, pengobatan dan merokok. Selama
menyusui, seorang ibu membutuhkan banyak kalori,
protein, dan vitamin yang sangat tinggi. Ibu yang
menyusi membutuhakan tambahan 800 kalori perhari
selama menyusui (Suryoprajoko, 2009). Selain
kebutuhan makanan, ibu menyusui juga memerlukan
minum yang cukup karena kebutuhan tubuh akan cairan
pada ibu menyusui meningkat. Asupan cairan yang
cukup 2000 cc perhari menjaga produksi ASI ibu
(Pillitteri, 2003; Suryoprajogo, 2009)
17
Berpeeran dalam produksi ASI, bila ibu tidak sehat, asupan
makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa
nutrien yang akan diolah oleh sel – sel acini payudara. Hal ini
menyebabkan produksi ASI menurun.
Makanan dan istirahat ibu
Makanan diperlukan oleh ibu dalam jumlah yang lebih banyak
mulai dari hamil hingga nifas. Istirahat berarti mengadakan
pelemasan pada otot – otot dan syaraf setelah mengalami
ketegangan karena beraktivitas.
Teknik marmet ini merupakan salah satu cara yang aman yang dapat
dilakukan untuk merangsang payudara untuk memproduksi lebih
banyak ASI (Nurdiansyah, 2011).
18
yang sangat mudah untuk dilakukan oleh siapa saja termasuk suami
atau orang lain.
19
1. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1 – 1,5 cm dari
aerola, hindari melingkari jari pada aerola.
2. Dorong kearah dada. Hindari meregangkan jari. Bagi ibu yang
payudaranya besar, ankat dan dorong kearah dada.
3. Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan.
4. Gerakan ibu jari dan ibu jari lainnya hingga menekan gudang ASI
hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat maka ibu tidak akan
kesakitan saat memerah.
Catatan :
Perhatikan posisi dari ibu jari dan jari - jari lainnya dengan baik.
5. Putar ibu jari dan jari – jari lainnya ketitik gudang ASI lainnya.
Begitu pula saat memerah payudara lain, gunakan kedua tangan.
Misalkan, saat memerah payudara kiri gunakan tangan kiri. Juga
saat memerah payudara kanan, gunakan tangan tangan. Saat
memerah ASI, jari – jari berputar seiring jarum jam atau
berlawanan arah agara semua gudang ASI kosong. Pindahkan ibu
jari dan jari lainnya pada posisi jam 6 dan jam 12, posisi jam 11
dan jam 5, jam 2 dan jam 8, serta jam 3 dan jam 9.
Hindari gerakan gerakan berikut :
- Menekan / memencet payudara. Hal tersebut dapat melukai
payudara.
- Menarik – narik putting. Hal ini dapat merusak lapisan lemak
pada aerola.
- Menekan dan mendorong ( slidding on ) payudara. Hal ini dapat
menyebabkan kulit pada payudara memar atau memerah.
20
Cara mengeluarkan ASI dengan mudah :
1. Pemijatan (massage)
Pijatlah sel – sel produksi ASI dan seluruh ASI mulai dari bagian atas
payudara. Dengan gerakan memutar, pijat payudara dengan menekan
kearah payudara.
2. Penekanan (stroke)
Tekanlah daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar putting
dengan tekanan lembut, dengan jari seperti menggelitik.
3. Mengguncang (shake)
Guncanglah payudara dengan arah memutar. Gerakan gravitasi ini
akan membantu keluarnya ASI.
Prosedur berikut diperuntukan bagi para ibu yang ingin memberikan
ASI eksklusif , bagi mereka yang ingin meningkatkan produksi ASI
agar terjadi peningkatkan BB bayi, serta menjaga agar produksi ASI
optimal.
Perahlah kedua payudara hingga ASI kosong dari gudang payudara
(ditandai dengan aliran ASI yang menurun).
Lakukan prosedur stimulasi reflek keluarnya ASI agar ASI mudah
dikeluarkan ( massage, store and shake ) pada kedua payudara.
Prosedur tersebut dapat dilakukan kapanpun.
Ulangi seluruh proses memerah ASI dengan teknik marmet pada
tiap payudara dan teknik stimulasi reflek keluarnya ASI sekali atau
dua kali. Aliran ASI biasanya menurun pada kali kedua atau ketiga.
Ini artinya gudang ASI mongering.
21
3. Perahlah lagi tiap payudara selama 3 – 5 menit.
4. Lakukan lagi Pijat ( message ), penekanan ( stroke ), guncang (
shake ).
5. Perahlah lagi tiap payudara selama 2 – 3 menit.
Setelah mengetahui cara efektif untuk memerah ASI, seorang ibu juga
perlu mengetahui posisi menyusui atau cara menyusui yang benar,
agar bayi nyaman dan ibu bisa optimal menyusui bayinya, serta
peningkatan produksi ASI sehingga BB bayi bisa meningkat.
22
ke doktek atau bidan. Pemantauan pertumbuhan sangat penting untuk
melihat apakah bayi sehat atau cukup nutrisi. Bayi yang sehat akan
mengalami penambahan BB pada tiap bulannya, sebaliknya bayi yang
sakit akan mengalami penurunan BB setiap bulannya. Bayi baru lahir
harus segera ditimbang BB nya dan pada setiap bulan dala satu tahun
pertama kehidupan. (Varney, Krieb & Cardin, 2010).
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk
mengeksplorasi penerapan intervensi pada ibu postpartum terhadap kelancaran
pengeluaran ASI yang berpengaruh pada peningkatan BB bayi dengan diberikan
intervensi berupa Teknik Marmet.
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 di BPM Nur Akhsanah.
24
penelitian
7 Mengidentifikasi
kerangka kerja,
hipotesis, dan
variabel penelitian
8 Mengidentifikasi
desain/rancangan
penelitian
9 Mengidentifikasi
tempat, waktu dan
subjek penelitian
10 Melakukan
penyusunan
instrumen dan
metode
pengumpulan data
11 Mengidentifikasi
dan menguji
keabsahan data
12 Manajemen dan
analisis data
13 Memahami etika
penelitian
14 Mengidentifikasi
teknik penulisan
daftar pustaka
15 Penyajian dan
presentasi proposal
penelitian
Kondisi dan situasi tempat penelitian sangat memungkinkan dan strategis untuk
melakukan penelitian. Sarana dan prasarana yang dimiliki puskesmas sangat
memadai. Jumlah pasien yang dirawat cukup untuk melakukan penelitian dan jumlah
25
tenega kesehatan atau perawat yang bertugas sangat cukup. Penelitian ini dilakukan
pada ibu Post Partum di BPM Nur Akhsanah.
Subjek penerapan intervensi di BPM Nur Hasanah adalah ibu post partum hari
pertama yang bersedia menjadi responden dengan kriteria, bentuk putting kedua
payudara ibu normal, bayi yang tidak diberi susu formula pada saat penelitian, reflek
hisap bayi baik, BB > 2500 gram.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi penerapan
teknik marmet yang dilakukan selama 7 hari untuk menilai apakah responden
melakukan teknik tersebut pada saat akan menyusui bayinya selama 6 hari penerapan,
dan akan dievaluasi pada hari ke 7, untuk lembar observasi bayi meliputi BB bayi,
frekuensi BAK, dan frekuensi menyusu, kemudian untuk teknik marmet
menggunakan instrument berupa panduan Standar Operasional Prosedur (SOP),
sedangkan instrument lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
kueosener karakteristik responden yang berisi data umur, usia, pekerjaan dan paritas.
26
5) Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta kesediaan
responden dalam keterlibatan penelitiannya.
6) Setelah pasien bersedia menjadi responden peneliti memberikan lembar
informed concent sebagai bentuk persetujuan kepada keluarga responden.
7) Kemudian peneliti melakukan wawancara selama 20 menit untuk
mendapatkan informasi tentang karakteristik responden untuk mengetahui
tingkat kelancaran ASI pada ibu post partum.
8) Setelah itu teknik marmet dilakukan sesuai SOP.
9) Teknik marmet dapat dilakukan 2 kali perhari pagi dan sore hari, setiap satu
sesi dilakukan dengan waktu sekitar 15 sampai 20 menit.
10) Setelah dilakukan teknik marmet sekitar 15 sampai 20 menit, dapat dilakukan
evaluasi terkait penerapan teknik marmet terhadap kelancaran ASI.
11) Peneliti mengukur BB bayi dan frekuensi menyusu setelah menyusu sebanyak
3 kali pengukuran, yaitu pengukuran I di hari ke 3, pengukuran ke II di hari ke
7 dan pengukuran ke III hari ke 10.
12) Lalu evaluasi apakah dengan dengan teknik marmet memberikan dampak
pada kelancaran ASI dan peningkatan BB bayi, pada penguran ke I, II, dan III.
13) Data yang diperoleh kemudian didokumentasikan dilembar observasi.
3.7 Definisi Operasional (Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur, Skala
Ukur)
27
Tabel 3.2
Definisi operasional
Alat
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Ukur
Teknik metode memerah lembar Observasi 1 = bila subyek penelitian Nominal
postpartum marmet
menggunakan
tangan agarASI
keluar secara
optimal
ke 3 Frekuensi menyusu 8 –
28
2 : lancar jika, ketiga
indikator terpenuhi
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu bener-bener mengukur
apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Reabilitas adalah indeks yang menunjukkna
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan. Hal ini
berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asa
(Notoatmodjo, 2010).
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data
dengan cara mencatat tingkat kelancaran ASI sebelum diberikan teknik marmet
dan sesudah dilakukan teknik marmet selama tujuh hari dan pengaruhnya
terhadap peningkatan BB bayi. Dalam hal ini ini analisa data yang digunakan
adalah dengan mengobservasi tingkat kelancaran ASI dan peningkatan BB bayi .
Menurut (Budiati, 2009)dengan menggunakan 10 indikator ibu dan bayi yaitu:
1. Payudara tegang karena terisi ASI.
2. Ibu rileks, let down reflek baik
3. Frekuensi menyusu > 8 kali sehari
4. Ibu menggunakan kedua payudara bergantian
29
5. Ibu terlihat memerah payudara karena payudara penuh
6. Payudara kosong setelah bayi menyusu sampai kenyang dan tertidur
7. Bayi Nampak menghisab kuat dengan irama perlahan
8. Ibu menyusu tampa jadwal
9. Bayi mengalami peningkatan BB
10. Frekuensi BAB dan BAK normal.
Analisa data pada penelitian ini untuk membandingkan distribusi frekuensi hasil
penelitian pada responden sebelum dan sesudah dilakukan tindakan teknik
marmet untuk memperlancar pengeluaran ASI dan pengaruhnya pada
peningkatan BB bayi.
Akademi Keperawatan Panca Bhakti Bandar Lampung dan lembar persetujuan untuk
responden dan informed consent kepada klien yang akan diberikan penerapan teknik
30
Proverawati, A dan Rahmawati, E. 2010. Kapita Selekta ASI & Menyusui. Jakarta:
Muha Medika.
Varney, H., Kriebs, JM., Geger, CL. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4:
Volume 2. Jakarta: EGC
Biancuzzo, M. (2003). Breastfeeding the newborr, Clinical strategies for nurse. St.
Louis: Mosby.
Budiarti, T. (2009). Efektifitas Pemberian Paket Sukses ASI Terhadap Produksi ASI
Ibu Menyusui Dengan Secsio Sesaria Di Wilayah Depok Jawa Barat.
Tesis. Depok: FKI UI. Tidak dipublikasikan
Widiastuti, A., Afifah, S dan Rahmawati, WR. (2015). Pengaruh Teknik Marmet
Dengan Masase Payudara Pada Ibu Nifas Tiga Hari Post Partum
Terhadap Kelancaran ASI Dan Kenaikan BB Bayi. Jurnal riset
kesehatan vol. 4 No. 3.
31