Oleh :
KELAS : 2B
KELOMPOK : 2
DRIYARTA L (141411037)
Salah satu masalah dalam proses fermentasi yang menggunakan sel bebas sebagai
biokatalis adalah pemisahan sel dari kaldu fermentasi yang mengandung produk.
Biaya recovery dan recycle sel dapat dikurangi dengan menerapkan metoda untuk
menahan sel agar tetap berada dalam reaktor yanitu dengan cara immobilisasi sel. Sel
immobilisasi adalah sel yang dibatasi ruang gerak/mobilitasnya di dalam matriks
tertentu sehingga tidak terbawa dalam aliran produk dan dapat digunakan kembali
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Immobilisasi Sel
1.2.1.1 memahami dan menguasai prosedur pembuatan sel terimobilisasi dan
1.2.1.2 memahami karakteristik matriks pendukung sel terimmobilisasi.
1.2.2 Tujuan Evaluasi Kinerja Sel Immobilisasi dalam Reaktor Kolom
1.2.2.1 memahami dan menguasai prosedur penggunaan sel terimmobilisas dalam
proses fermentasi;
1.2.2.2 memahami tipe reactor yang tepat untuk sel terimmobilisasi;
1.2.2.3 memahami karakteristik reactor batch dan kontinyu yang menggunakan sel
terimmobilisasi; dan
1.2.2.4 mengevaluasi kinerja reactor “Packed Column”.
1.3 Dasar Teori
1.3.1 Sel Immobilisasi
Sel atau enzim imobilisasi adalah suatu sel yang secara fisik terlokalisasi/terjerat pada
suatu daerah tertentu. Sel/enzim tersebut tetap mempunyai aktivitasnya sebagai
biokatalisator/katalis, serta sel/enzim tersebut dapat dipergunakan secara terus menerus dan
sangat penting untuk proses berkesinambungan.
Selter imobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan tidak
larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat. Dengan sistem
ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga temperatur. Sistem ini
juga membantu sel berada di tempat tertentu selama berlangsungnya reaksi sehingga
memudahkan proses pemisahan dan memungkinkan untuk dipakai lagi di reaksi lain (Sumo
dkk., 1993).
Immobilisasi sel mikroba dibedakan atas 3 macam yakni:
1. Sel mati: untuk reaksi konversi sederhana (1 tahap)
2. Sel hidup: untuk reaksi konversi yang melibatkan biokatalisheterogen (multi
enzim)/memerlukan ATP atau biokoenzim seperti NADP atau koenzim A.
3. Sel dalam fase pertumbuhan: keadaan dimana terdapat aktivitas enzim untuk
pertumbuhan.
Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim.Imobilisasi enzim
dapat dianggap sebagai metode yang merubah enzim dari bentuk larut dalam air “bergerak”
menjadi keadaan “tak begerak” yang tidak larut. Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam
campuran reaksi dan mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk
dengan teknik pemisahan padat/cair yang sederhana. Imobilisasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain melalui pengikatan kimiawi molekul enzim pada bahan pendukung,
pengikatan silang intermolekuler sesama enzim, atau dengan cara menjebak enzim di dalam
gel atau membran polimer (Palmer, 1991).
Imobilisasi sel berkembang setelah imobilisasi enzim. Dalam teknologi imobilisasi
enzim terdapat hambatan pada regenerasi koenzim dan keterbatasan metode yang dapat
diterapkan untuk menyusun molekul enzim dalam rangkaian tertentu, sehingga dapat
melakukan tahapan reaksi katalitis enzim yang berkesinambungan. Untukmencegah
hambatan tersebut dilakukan penelitian-penelitian, sehingga terjadi pengembangan pada
imobilisasi sel, yang dapat digunakan sebagai biokatalis. Hal ini memungkinkan untuk
melakukan imobilisasi seluruh sel dan menjaga sel tetap hidup (viabel). Dalam praktiknya,
metode yang digunakan adalah menjebak sel dalam gel dengan adsorpsi. Selain itu,
pengontrolan perlu dilakukan untuk mencegah inaktivasi dari aktivitas metabolisme yang
penting, sehingga pemisahan biokatalis dari produk lebih mudah dan membuat biokatalis
lebih stabil (Sumo dkk., 1993).
Dewasa ini, teknologi immobilisasi memegang peranan penting dalam perkembangan
proses biokimia dalam suatu bioreaktor. Sel yang mengalami immobilisasi (immoblized
mivrobial cells) telah banyak diterapkan dalam fermentasi misalnya produksi alkohol, asam
amino, antibiotik atau pada degradasi polutan limbah cair.
1.3.2 Kelebihan Sel Immobilisasi
Kelebihan penggunaan sel immobilisasi dibandingkan dengan sel bebas antara lain
sebagai berikut:
1. Immobilisasi menyediakan konsentrasi sel yang tinggi.
2. Immobilisasi memungkinkan penggunaan sel kembali dan mengurangi biaya
recovery sel dan recycle sel.
3. Immobilisasi mengurangi masalah wash out sel pada laju alir yang tinggi.
4. Kombinasi konsentrasi sel yang tinggi dan laju alir yang tinggi (tanpa batasan
wash out) menghasilkan produktivitas volumetric yang tinggi.
5. Immobilisasi menyediakan kondisi micro environmental yang menguntungkan
sepertikontak antar sel, gradient nutrient-produk, gradient pH untuk sel sehingga
menghasilkan kinerja biokatalis yang lebih baik (kecepatan pembentukan dan
yield produk yang lebih tinggi).
6. Immobilisasi menyebabkan kestabilan genetik.
7. Immobilisasi menyediakan perlindungan terhadap kerusakan sel.
1.3.3 Kekurangan Sel Immobilisasi
Kekurangan penggunaan sel terimobilisasi adalah hambatan pada proses difusi baik
substrat maupun produk yang terbentuk. Untuk sel yang hidup, pertumbuhan dan evaluasi gas
sering merusak matriks pendukung sel terimmobilisasi.
1. Immobilisasi Aktif
Immobilisasi ini dilakukan dengan dua metoda yaitu metoda penjeratan dan
metoda pengikatan. Metoda penjeratan dilakukan secara fisik dalam matriks
pendukung. Matriks pendukung yang bisa digunakan yaitu polimer porous (agar,
alginate, carragenan, polyacrylamide, chitosan, gelatin, collagen), porous metal
screen, polyurethane, silicagel, polystyrene, dan selulosa triacetate. Polymeric
beads harus cukup porous untuk keluar masuknya substrat dan produk. Polymeric
beads biasanya dibentuk dengan menggunakan sel hidup di dalamnya.
2. Immobilisasi Pasif
Berbentuk biological films yang berbentuk lapisan-lapisan koloni sel yang tumbuh
dan melekat pada permukaan pendukung yang padat. Material pendukung dapat
bersifat inert atau aktif secara biologis. Biological films digunakan pada
pengolahan limbah atau fermentasi mikroba dengan jamur.
1.3.5 Metode Immobilisasi
Dalam sistem reaktor ini, enzim/sel immobil mengalir dari bawah ke atas dengan
kecepatan aliran yang cukup tinggi untuk partikel dapat bergerak bebas. Sistem ini
bersifat semi kontinyu sebab substrat dapat dikembalikan lagi ke dalam reaktor
beberapa kali untuk mendapatkan produk yang diinginkan
Kecepatan
Volume Volume Laju
Sudut
(mL) (L) (L/detik)
(rpm)
8 71 0.071 0.0011833
9 72 0.072 0.0012
10 71 0.071 0.0011833
11 73.5 0.0735 0.001225
12 71 0.071 0.0011833
13 69 0.069 0.00115
14 74 0.074 0.0012333
15 81 0.081 0.00135
16 77 0.077 0.0012833
17 79 0.079 0.0013167
0.00135
0.0013
Laju (L/detik)
0.00125
y = 2E-05x + 0.001 Kalibrasi
0.0012 R² = 0.533 Kalibrasi regresi
0.00115 Linear (Kalibrasi)
0.0011
0.00105
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kecepatan (rpm)
Menghitung yang konversinya pake kurva laju regresi yang udah diregresi
3.2 Kalibrasi Indeks Bias
3.2.1 Kalibrasi Fermentasi Anaerob
3.2.1.1 Etanol
% Indeks Bias
0 1.3333
3 1.3351
6 1.3361
9 1.3375
12 1.3389
15 1.3417
1.338
1.336
1.334 Etanol
1.332
1.33
1.328
0 3 6 9 12 15
Konsentrasi (%)
3.2.1.2 Glukosa
% Indeks Bias
0 1.3333
3 1.3374
6 1.3416
9 1.3452
12 1.3484
15 1.3504
Kurva Kalibrasi Glukosa Anaerob
1.355
1.35
1.345
Indeks Bias
1.34
1.335
Glukosa
1.33
1.325
1.32
0 3 6 9 12 15
Konsentrasi (%)
1.335
1.334 Etanol
1.333 Linear (Etanol)
1.332
1.331
1.33
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (%)
1.349
1.348
Indeks Bias
1.347
3 rpm
1.346
5 rpm
1.345 8 rpm
1.344
1.343
0 3 6 9
Waktu (menit)
IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan asam asetat dengan menggunakan
metode immobilisasi sel. Sel imobilisasi adalah suatu sel yang secara fisik
terlokalisasi/terjerat pada suatu matriks tertentu. Pada percobaan ini, matriks yang
digunakan adalah Natrium Alginate yang direaksikan dengan CaCl2 membentuk
Kalsium Alginate. Setelah itu sel terimmobilisasi akan diuji pada rekator Packed
Column Reactor secara batch.
Pada tahap pembuatan media dilakukan pembuatan media aktivasi untuk
bakteri Acetobacter Aceti dan media produksi. Media aktivasi dan media produksi
dibuat pada erlenmeyer. Media aktivasi untuk Acetobacter Aceti diperoleh dengan
komposisi Bacto Pepton 2%, ekstrak ragi 0.5%, Aquadest, dan Sukrosa 2%.
Sedangkan untuk media produksi komposisinya adalah etanol 10%, glukosa 2%,
NH4NO3 2%, KH2PO4 0.1%, MgSO4.7H2O 0.02%. Kemudian, membuat larutan
CaCl2 2% sebanyak 200 ml. Larutan CaCl2 berfungsi untuk menstabilkan beads (
sebagai isotonik ) yang dibuat dan memperkuat dinding beads. Selanjutnya, kedua
media dan larutan tersebut disterilisasi pada suhu 100oC selama ± 1 jam untuk
mengeliminasi semua kehidupan mikroba. Setelah disterilisasi, media dan larutan
dikeluarkan lalu dimasukkan ke dalam freezer setelah suhu tidak terlalu tinggi.
Kemudian memasukan biakan Acetobacter Aceti ke dalam media aktivasi untuk
diinkubasi dalam Incubator Shaker selama 24 jam. Kemudian media aktivasi di
sterilisasi selama 40 menit pada suhu 80oC. Selain pembuatan larutan CaCl2
dibuat pula natrium alginat 8% sebanyak 200 ml yang kemudian di pasteurisasi
pada suhu 80oC. Pasterurisasi merupakan suatu bentuk sterilisasi yang bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan tanpa merusak
komponen komponen yang terdapat dalam natrium alginat. Natrium Alginat 8%
dipasteurisasi dengan cara dimasukkan kedalam water bath dengan
mempertahankan suhunya tetap 80oC. Kemudian diberi Stirrer Magnetik sampai
padatan Natrium Alginat larut. Pemanasan bertujuan untuk melarutkan Natrium
Alginat, karena Natrium Alginat tidak larut dalam suhu ruangan.
Pembuatan Beads dilakukan dengan cara mencampurkan Natrium Alginat
dengan media aktivasi yang telah berisi bakteri. Setelah homogen, campuran
tersebut disuntikkan ke dalam larutan CaCl2 yang diaduk perlahan diatas Hot
Plate dengan Stirrer magnetik ( pemanasan tidak dilakukan ). Beads akan
terbentuk dengan sendirinya. Suntikan yang digunakan telah disterilisasi terlebih
dahulu menggunakan alkohol 70 %. Beads yang baik akan berbentuk bulat
sempurna dan berukuran kecil, berwarna coklat kekuningan dan dinding Beads
akan mengeras dalam larutan CaCl2. Semakin kecil beads yang dibuat maka akan
semakin kecil pula perpindahan massa yang terjadi. Kemudian Beads yang
terbentuk akan diuji dalam media produksi “Packed Column Reactor”.
Kolom yang digunakan pada praktikum ini adalah reaktor Packed Column.
Matriks pendukung sel terimmobilisasi umumnya bersifat rapuh, karena itu dipilih
bioreaktor yang memiliki gesekan hidronamik yang rendah seperti Packed
Column sehingga tidak akan merusak matriks sel terimmobilisasi.
Beads dimasukkan ke dalam reaktor kolom yang sudah didesinfeksi dengan
3
Alkohol 70% hingga memenuhi reaktor sampai dengan nya. Kemudian
4
dilakukan Kalibrasi dengan menggunakan CaCl2 dalam Erlenmeyeryang dialirkan
ke dalam reaktor kolom melalui selang silikonyang dihubungkan dengan Pompa
Peristaltik. Pompa Peristaltik berfungsi untuk mengatur harga Q yang diberikan.
Setelah kalibrasi selesai, media produksi dalam Erlenmeyer dialirkan ke dalam
reaktor kolom melalui selang silikon yang dihubungkan dengan Pompa Peristaltik.
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak delapan kali setiap tiga menit satu
kali dengan menggunakan botol sampel ( ukuran kecil ) hingga botol sampel terisi
sampai dengan setengahnya. Hal ini dilakukan pada setiap harga Q. Masing-
masing sampel di cek indeks biasnya. Indeks bias yang diperoleh
mengindikasikan kandungan alcohol dalam sampel yang dihasilkan. Nilai indeks
bias semakin tinggi dari waktu ke waktu maka kandungan alcohol semakin
bertambah selama proses dalam reactor berlangsung.
V. KESIMPULAN
Imobilisasi sel merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
membuat suatu produk asam lemah seperti asam asetat dengan
menggunakan bakteri seperti Acetobacter Aceti.
Berdasarkan hasil pengamatan grafik, semakin lama media produksi
dialirkan pada sel immobilisasi, maka konsentrasi asam asetat yang
diperoleh semakin semakin besar.
Dari praktikum ini dapat membuktikan bahwa bakteri dapat mengkonversi
etanol menjadi asam asetat.
VI. DAFTAR PUSTAKA