Analsis NPV Lengkap PDF
Analsis NPV Lengkap PDF
Disusun oleh :
A14304041
FAKULTAS PERTANIAN
2008
RINGKASAN
AVENIA NUR AULIA. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani
Vanili Pada Ketinggian Lahan 350-800 mdpl di Kabupaten Tasikmalaya (Studi Kasus:
Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya). Dibimbing oleh
YAYAH K. WAGIONO.
Oleh :
Avenia Nur Aulia
A14304041
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian IPB
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
pertama dari pasangan Endang Hermawan dan Yustiraty Rahayu. Penulis menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Mandalahayu pada tahun 1998. Tahun 1998, penulis
Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian
Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun
2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai
mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Ekonomi Pertanian
2005/2006.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat
serta Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul
“Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani Vanili Pada Ketinggian
dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Adapun topik dan judul penelitian ini berdasarkan pada minat yang tinggi dari
penulis terhadap bidang Studi kelayakan proyek serta usahatani. Pengaruh adanya
pergeseran tempat tanam dari dataran rendah ke dataran yang lebih tinggi, sehingga
diperlukan analisis agar diketahui tanaman yang dapat memberikan keuntungan yang
lebih tinggi baik secara finansial maupun sosial sehingga dapat direkomendasikan kepada
bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan
penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Seiring dengan berakhirnya satu
tahap pendidikan di Institut Pertanian Bogor, maka penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terutama dalam penulisan
skripsi ini. Pihak-pihak yang telah membantu penulis diantaranya:
1. Kedua orang tua (Papap dan Mamah) Endang Hermawan, BA dan Ny.
Yusty Raty Rahayu serta kedua adik tercinta (Wemphy Primadhyta dan Nizar
Luthfy Pauzy), terimakasih atas cinta dan kasih sayang, suri tauladan, nasihat
serta semangat, kesabaran, serta berbagai dukungan baik moril maupun materi
yang telah diberikan kepada penulis.
2. Ir. Yayah K Wagino, M.Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh
kesabaran selalu bersedia membimbing, membantu, mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi serta terimakasih atas ilmu, nasihat dan kepercayaan yang
telah diberikan untuk penulis.
3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama. Terimakasih atas segala
kebaikan hati, bimbingan masukan, kritik serta saran dalam penulisan skripsi ini.
4. A. Faroby Falatehan SP, M.E selaku dosen penguji wakil departemen.
Terimakasih atas segala masukan, kritik dan saran yang dapat bermanfaat bagi
penulisan skripsi ini.
5. Muhammad Asyhar Agmalaro, terimakasih atas kesabaran, semangat, serta
dukungannya.
6. Teman-teman satu perjuangan Idhoet, Rissa, Irna, Uci, Wulan, Vina, Cita, Teteh
Fitri, Emil, Juventy N, Jimmy, Merika, Mail, Kevin, Yudi, Devi, Lingga, Deli,
Nana, Pipih, serta teman-teman kelas semua yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
7. Ua Gandha, Ua Cayur, Teh Yani, Tante muda Reni, Rizwan, Naufal, de’Rizky,
Riska, Gian, Bayu, Zam-zam, Cu-am, dan keluarga besar papap dan mamah
lainnya.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….… x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………… 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................ 10
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 14
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 90
LAMPIRAN ............................................................................................... 92
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Ekspor Vanili Indonesia Tahun 2002-2006............... 7
Nomor Halaman
1. Cashflow Usahatani Vanili per Hektar…………………................. 93
ekonomi nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (Produk
Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja, dan penghasil devisa. PDB sektor pertanian
termasuk pula kehutanan dan perikanan adalah sebesar Rp 63,8 triliun pada tahun 1996,
nilai ini terus meningkat menjadi Rp 66,4 triliun pada tahun 2000. Besarnya PDB
penyerapan tenaga kerja. Sektor tersebut mampu menyerap 45 persen dari total
penyerapan tenaga kerja nasional atau menempati urutan pertama dalam penyerapan
tenaga kerja. Pada tahun 2005 struktur kesempatan kerja pedesaan secara agregat
menunjukkan bahwa 59 persen dari total kesempatan kerja pedesaan berasal dari sektor
pertanian, yang secara absolut besarnya 58 juta orang. Peran sektor pertanian di luar Jawa
juga lebih besar yaitu sebesar 67 persen dibandingkan dengan di Jawa yang besarnya 51
luar Jawa menyumbang 33 persen kesempatan kerja, yang pada umumnya berupa jasa
1
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional:Sektor Pertanian Sebagai “Prime Mover”Pembangunan
Ekonomi Nasional (kwik kian gie) www.bappenas.go.id, diakses 15 Mei 2008
Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber utama
besar saat ini adalah konsumsi masih bertumpu pada beras. Segala upaya telah dilakukan
dalam rangka peningkatan produksi pangan terutama beras yang masih terus menjadi
masalah utama. Meskipun revolusi hijau di bidang produksi telah berhasil mengejar
Dewasa ini masalah yang timbul terkait dengan peran pertanian sebagai sektor
penghasil bahan pangan utama adalah terancamnya kestabilan pangan yang diakibatkan
oleh adanya krisis pangan dimana produktivitas produk pertanian semakin berkurang.
Ada dua faktor yang menjadi penyebab dari adanya pengurangan produktivitas pertanian,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu adanya pengaruh dari
peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan akan diikuti dengan
perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga
menimbulkan banjir dan erosi sedangkan di belahan bumi lain akan mengalami musim
perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan
penggunaan bahan bakar fosil dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung
digambarkan oleh hubungan sebab akibat dimana efek rumah kaca menyebabkan
tersebut, iklim global melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud adalah salah
berubahnya iklim regional, seperti perubahan pola curah hujan, penguapan, pembentukan
awan.
permukaan laut, permukaan tanah turun dan kesuburan tanah pertanian berkurang.
tanaman pangan dalam hal ini adalah padi. Sebagai gambaran, dalam rentang tahun 1995
sampai 2005 total padi yang terendam banjir seluas 1.926.636 ha, dari jumlah tersebut
sebagian diantaranya puso yaitu sebesar 471.711 ha, sedangkan untuk lahan yang
kekeringan seluas 2.131.579 ha serta sebagian diantaranya mengalami gagal panen yaitu
seluas 328.447 ha. Pada tahun 2005 luas padi yang mengalami gagal panen akibat
kekeringan dan banjir mencapai 189.773 ha dari total luas lahan 577.046 ha. Pada tahun
2006 gabah yang hilang mencapai 872.955 ton dengan rata-rata produksi 4,6 ton per ha.
Adapun tahun 2007, luas lahan yang mengalami gagal panen adalah 189.773 ha, dari luas
total 577.046 ha, dengan rata-rata produksi 5 ton gabah per ha, dan gabah yang terbuang
hanya terjadi di negara kita, tetapi juga menimpa sejumlah negara termasuk Cina yang
3
Stok Beras Dunia Menipis. www.prakarsa-rakyat.org diakses tanggal 7 Juni 2008.
mengalami banjir dan Filipina yang mengalami perubahan iklim. Hal ini semakin
menyebabkan persediaan beras dunia semakin berkurang, karena harus diperebutkan oleh
Pertanian Amerika Serikat, persediaan akhir beras dunia per juli 2007 diproyeksikan
sebesar 71,99 juta ton, lebih rendah dibandingkan dengan pada tahun 2006/2007, serta
tahun 2005/2006 sebesar 77,26 juta ton. Meskipun produksi beras dunia per juli
2007/2008 sebesar 420,81 juta ton lebih tinggi sebesar 4,44 juta ton dari tahun
sebelumnya, akan tetapi kebutuhan dunia pun ikut meningkat 6,36 juta ton dibandingkan
periode sebelumnya. 4
Penurunan persediaan beras dunia yang terjadi menyebabkan harga beras di pasar
Internasional meningkat, harga beras di pasar Internasional kini berada diatas 300 dollar
AS per ton, sebelumnya harga rata-rata beras dunia tersebut hanya 220 dollar AS per ton.
Peningkatan harga beras ini mempunyai dampak positif maupun negatif yang akan
tersebut akan memacu para petani untuk meningkatkan produksinya demi memenuhi
kebutuhan mereka sendiri maupun untuk kebutuhan komersil yang pada akhirnya akan
dapat memenuhi persediaan beras nasional, sehingga negara kita tidak terlalu terpengaruh
dengan adanya pembatasan kuota ekspor oleh negara-negara produsen beras. Selain itu,
dengan adanya pengadaan persediaan beras dalam negeri yang terus meningkat akan
mampu mengurangi angka ketergantungan beras dari luar negeri sehingga dapat
mendukung kebijakan pengurangan kuota impor. Kuota impor yang diizinkan pada tahun
2007 yang sesuai dengan izin Menteri Perindustrian dan Perdagangan adalah sebesar 1,5
negatif terkait dengan upaya pengadaan persediaan beras dalam negeri dengan
meningkatkan produktivitas padi tentu memerlukan adanya perluasan lahan sawah, oleh
karena itu dilakukan pembukaan lahan sawah yang baru. Lahan dataran rendah yang
biasanya digunakan sebagai lahan sawah sudah berkurang akibat naiknya permukaan laut
kesuburan lahan dataran rendah, oleh karena itu para petani akan memutuskan untuk
mengalihkan tempat olahannya ke dataran yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan
terancamnya mutu serta jumlah suplai air. 5 Selain itu lahan perkebunan yang biasanya
tempat tanam antara tanaman dataran rendah dan tanaman dataran tinggi.
Adanya persaingan lahan antara tanaman dataran rendah dan dataran tinggi
tersebut dapat menjadi masalah baru bagi para petani dalam menentukan keputusan
dalam menggunakan lahan pertaniannya dengan melihat komoditi yang lebih besar
lain yang lebih penting untuk diperhatikan adalah aspek lingkungan yang merupakan
faktor penting dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan yang mampu menjaga
Komoditi yang akan ditinjau dalam hal ini adalah komoditi padi dan komoditi
vanili. Komoditi padi dipilih karena komoditi ini merupakan sumber makanan pokok
paling utama bagi penduduk negara kita sehingga terkait dengan kepentingan sebagian
besar penduduk Indonesia, terlihat dari banyaknya petani Indonesia yang sebagian besar
5
Dampak Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.www.ecoton.or.id diakses tanggal 23 Mei 2008.
merupakan petani padi. Selain itu, sifatnya yang rentan terhadap adanya pengaruh
tanam dari dataran rendah ke dataran tinggi yang sengaja dilakukan oleh para petani
pengaruh pemanasan global tersebut, seperti banjir, kekeringan ataupun lahan yang
kurang subur.
masih mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan, melihat kebutuhan vanili dunia
diperkirakan mencapai 2.000-2.500 ton per tahun, sementara produksi nasional baru
mencapai 1.300 ton per tahun, dengan demikian masih kurang 700-1.200 ton per tahun.
Vanili juga merupakan komoditi ekspor andalan Indonesia terutama pada tahun 2002-
2004 dimana harga vanili basah pada tahun 2002 mencapai rata-rata Rp 250.000 per kg,
bahkan pada tahun 2003 mencapai Rp 400.000 per kg kemudian pada tahun 2004 harga
vanili basah mulai mengalami penurunan mencapai rata-rata Rp 50.000 per kg hingga
tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan bahkan mencapai Rp 6.500 per kg hingga
Rp 9.000 per kg. Berikut ini adalah Tabel perkembangan ekspor vanili Indonesia tahun
6
http ://unstats.un.org/unsd/comtrade, diakses pada 30 maret 2008
Alasan lain pemilihan vanili sebagai tanaman pembanding karena vanili
merupakan komoditi perkebunan yang secara tidak langsung akan terpengaruh oleh
menyebabkan tanaman-tanaman dataran tinggi dalam hal ini tanaman perkebunan yaitu
tanaman vanili akan terdesak oleh tanaman dataran rendah yang telah beralih tempat
tanam ke dataran yang lebih tinggi sehingga tersaingi oleh adanya tanaman dataran
dan komoditi vanili dengan melihat dua aspek yang dipertimbangan, yaitu aspek finansial
yang akan membandingkan jumlah pendapatan yang diterima petani dari kedua komoditi
tersebut, sedangkan aspek lain yang akan dijadikan bahan pertimbangan adalah aspek
lingkungan yang akan membandingkan kemampuan dari kedua komoditi tersebut dalam
masih didominasi sektor pertanian sebesar 34,91 persen, dengan karakteristik petani pada
kebutuhan pokok, luas lahan yang digunakan untuk sawah mencapai 18,12 persen yaitu
seluas 49.658 ha (BPS Tasikmalaya, 2007). Selain usahatani padi, sebagian petani di
memberikan keuntungan yang lebih besar untuk penghasilan mereka, tanaman investasi
yang ditanam oleh para petani di Kabupaten Tasikmalaya adalah tanaman perkebunan,
Indikator yang dapat dilihat diantaranya adalah produktivitas, luasan lahan tanam, serta
mengalami peningkatan, begitu pula dengan produksi dan luas lahan tanam yang sama-
Produksi mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2004, walaupun
mulai mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006, namun meskipun mengalami
penurunan produksi vanili tahun 2005 dan 2006 masih lebih besar dibandingkan dengan
tahun 2002. Produktivitas komoditi vanili Kabupaten Tasikmalaya tahun 2002 sampai
Selain produktivitas indikator lain yang dapat dilihat adalah luas lahan yang
ditempati, dan rata-rata produksi. Data yang digunakan untuk melihat keseluruhan
indikator tersebut digunakan data tahun terakhir yaitu data untuk tahun 2007 seperti
cocok untuk masing-masing komoditi, selain itu desa ini merupakan desa yang
mempunyai tren pertanian komoditi padi dan vanili dengan ketinggian lahan rata-rata 370
m dpl, serta karakteristik pertanian yang masih menjadikan padi sebagai tanaman utama
meningkat pesat. Seiring dengan adanya peningkatan penduduk, terjadi pula peningkatan
7
www.disbun.jabar.go.id
aktivitas manusia yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya pemanasan global.
Gejala-gejala adanya pemanasan global dapat dilihat dari perubahan iklim yang tidak
menentu, naiknya permukaan laut dan lain-lain. Salah satu gejala pemanasan global
seperti naiknya permukaan laut menjadi masalah dasar yang dapat menggangu stabilitas
tanam pertanian dari lahan dataran rendah dialihkan ke dataran tinggi. Akibat adanya
persaingan antara tanaman untuk lahan dataran rendah dan tanaman lahan dataran tinggi.
Hal ini tentu saja dapat menjadi masalah bagi para petani dalam memanfaatkan lahan
mereka yang terbatas, sementara lahan pertanian mereka harus dimanfaatkan agar dapat
Komoditi yang akan ditinjau dalam masalah diatas untuk penelitian ini adalah
rendah dan vanili sebagai tanaman dataran tinggi. Sebagai tanaman yang pada umumnya
ditanam di dataran rendah, komoditi ini akan rentan terhadap adanya kenaikan
permukaan laut yang diakibatkan oleh buruknya tata ruang, daerah resapan air dan juga
buruknya sistem irigasi yang telah memicu banjir termasuk di daerah sawah. Keadaan ini
akan membuat lahan dataran rendah yang potensial semakin berkurang, sehingga
mengakibatkan adanya pengalihan tempat tanam yang dilakukan petani padi yang
biasanya menanam padi di dataran rendah menjadi cenderung menanam di dataran tinggi.
Hal tersebut akan menyebabkan tanaman dataran tinggi dalam hal ini vanili akan terdesak
karena terjadi persaingan dalam penggunaan lahan antara komoditi padi dan vanili.
Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang memiliki tren
pertanian dengan dua komoditas padi dan vanili. Komoditi padi merupakan tanaman
dipertahankan karena selain dijual, dapat juga mereka gunakan untuk pemenuhan
kebutuhan pokok mereka sehari-hari (subsisten). Dilain hal, komoditi vanili tetap
dipertahankan para petani atas dasar spekulasi mereka sendiri yang masih berkeyakinan
Kabupaten Tasikmalaya, diperkirakan telah terjadi persaingan lahan antara komoditi padi
dan vanili. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan produktivitas serta penggunaan lahan
dari salah satu komoditi, yaitu padi sementara pada komoditi vanili cenderung menurun,
seperti yang terlihat pada Tabel 5. Oleh karena itu, wilayah ini dipilih sebagai daerah
penelitian karena dengan adanya persaingan penggunaan lahan tersebut semakin lama
akan semakin membuat petani kesulitan dalam menentukan komoditi yang akan ditanam
diantara kedua komoditi tersebut sehingga perlu perlu dianalisis komoditi mana yang
Tabel 5. Rekapitulasi Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Padi dan Vanili
Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Menurut Keadaan Tanaman Tahun 2002-
2006
Produktivitas Produksi
Tahun Luas Areal (Ha)
(Kw/ha) (Ton)
Padi Vanili Padi Vanili Padi Vanili
2002 115.851 93 46,02 7,10 533.167 66
2003 114.410 93 44,48 7,10 508.872 66
2004 127.463 65 47,87 15,54 610.178 101
2005 131.526 131 50,65 21,45 666.152 281
2006 109.031 151 54,23 9,74 591.241 147
Sumber : 1. Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, 2007
2. Dinas Perkebunan Jawa Barat 8
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari kedua
menghitung tingkat pendapatan yang diperoleh para petani padi serta analisis kelayakan
usahatani yang digunakan untuk menghitung tingkat kelayakan dari usahatani tersebut.
Alat analisis yang digunakan berbeda antara komoditi padi dan vanili dikarenakan ada
dengan umur panen lebih pendek dari vanili, sedangkan vanili mempunyai umur panen
yang jauh lebih lama dari padi sehingga vanili dikatakan sebagai tanaman investasi.
terkait terutama para petani itu sendiri sehingga dapat membantu mereka dalam
menentukan komoditi yang akan mereka tanam agar mereka dapat mengusahakan lahan
pertanian mereka secara efisien karena lahan yang mereka punya cenderung berskala
kecil. Selain itu, pertimbangan lain yang harus diperhatikan terkait dengan lingkungan.
Oleh karena itu, analisis perlu dilakukan untuk mengetahui komoditi yang memberikan
keuntungan yang lebih besar bagi para petani di Kabupaten Tasikmalaya ditinjau dari
ini adalah :
1. Bagaimana pendapatan usahatani dari komoditi padi dan kelayakan finansial usahatani
8
www.disbun.jabar.go.id
2. Bagaimana perbandingan keuntungan usahatani padi dan usahatani vanili dilihat dari
Kabupaten Tasikmalaya.
3. Wacana bagi masyarakat serta dapat menjadi sumber literatur bagi siapapun yang
1. Penelitian hanya dilakukan pada satu desa sehingga memiliki batasan hanya
menganalisis pendapatan usahatani padi dan kelayakan usahatani vanili di satu desa
saja
mengenai dampak lingkungan secara sederhana baik itu aspek lingkungan pada
merupakan famili terbesar dalam tanaman bunga. Vanili mempunyai 700 genus dan
20.000 spesies (Purseglove et al,1981). Dari sekian banyak jenis, jenis yang mempunyai
nilai ekonomi yaitu vanilla planifoka, v. pompana, dan v. tahinensis. diantara ketiga
tersebut, v. planifoka atau dikenal pula dengan v. fragnans salisha. Mempunyai produksi
yang lebih tinggi dan lebih bermutu karena kadar vanili yang lebih tinggi. V. planifola
juga paling banyak dijumpai di Indonesia (Hadisutrisno, 2005). Kedudukan tanaman ini
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Famili : Orchydaceae
Genus : Vanilla
Species : Vanili sp
Tanaman vanili berbunga setelah 2 tahun, mulai berbuah setelah 3 tahun dan
mencapai hasil maksimal dalam 10-12 tahun (Health dan Reinecaus, 1986). Buah vanili
berbentuk kapsul (polong), bersudut tiga, bertangkai pendek, panjang 10-25 cm, diameter
5-15 mm, dan permukaan licin. Buah vanili akan cukup masak dalam waktu 8-9 bulan
setelah pembuahan. Buah muda berwarna hijau, sedangkan bila sudah masak warnanya
menjadi kekuning-kuningan, biji buahnya banyak, berwarna hitam dan berukuran rata-
Budidaya Vanili
Keadaan iklim yang diperlukan oleh tanaman vanili adalah suhu udara 25-38ºC,
kelembaban udara sekitar 80 persen dan intensitas hujan berulang – ulang tetapi tidak
banyak. Keasaman (pH) tanah yang dikehendaki 6 – 7 dengan keadaan drainase yang
baik. Di wilayah Indonesia dengan curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun pada
ketinggian 350 – 800 mdpl, tanaman vanili akan bisa tumbuh dan berproduksi dengan
baik.
Dalam menanam tanaman vanili yang perlu diperhatikan yaitu keadaan iklim, tipe
tanah dan kesuburan tanah. Lahan datar yang memungkinkan air tergenang di sekitar
perakaran vanili, dan lahan yang terlalu curam kurang baik untuk vanili. Perakaran vanili
relatif dangkal, karena itu sebaiknya vanili ditanam di lahan yang lapisan humusnya
tebal. Di lahan dengan kandungan humus tinggi, perkembangan akarnya 85 persen lebih
baik daripada bila ditanam di daerah biasa dan mengakibatkan pertumbuhan batang
Tanaman vanili memerlukan tanah yang gembur, ringan, porous, sehingga mudah
ditembus oleh akar. Unsur mineral dalam tanah dengan jumlah yang cukup dan imbangan
yang sesuai sangat diperlukan oleh tanaman vanili. Tanaman vanili sangat memerlukan
unsur Kalium (K) dan kalsium (Ca), karena unsur ini memegang peranan penting
terhadap pertumbuhan tanaman vanili, dengan ditemukannya kedua unsur ini pada bagian
vegetatifnya.
Sebelum vanili ditanam perlu disiapkan tanaman penegak atau pelindung terlebih
dahulu. Penanaman tanaman penegak atau pelindung ini dilakukan 6 – 12 bulan sebelum
stek vanili ditanam karena tanaman penegak berfungsi sebagai penunjang (panjatan) dan
juga sebagai naungan. Tanaman penegak atau pelindung memiliki lingkar batang yang
tidak besar, kuat sebagai penyangga, mudah diperbanyak dengan stek, tidak mengalami
hendaknya diatur pada ketinggian 1,5 – 2 m, sehingga sulur vanili mudah menggantung,
Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman penegak atau pelindung adalah 1,5 ×
1,25 m × 2 × 1 m (jarak 1,5 m dan 2 m adalah jarak antar barisan). Banyaknya naungan
yang diperlukan tergantung pada tinggi tempat/lokasi penanaman dari permukaan laut.
Semakin tinggi tempat maka akan semakin sedikit diperlukan naungan. Jenis tanaman
yang baik untuk digunakan sebagai penegak atau pelindung adalah tanaman leguminosa
(bunga kupu – kupu), karena tanaman tersebut dapat memperbaiki kesuburan tanah
melaui peningkatan N dari udara. Tanaman penegak atau pelindung sebaiknya dijaga agar
kuno ini berasal dari dua benua, yaitu asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zheziang (China) sudah dimulai pada
3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesa India
daun, bunga atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan . Akar padi adalah
akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan.
Budidaya Padi
1. Padi Sawah
tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur. Oleh
sebab itu, tanah yang ideal untuk sawah harus memiliki kandungan liat minimal 20
persen. Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum
penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan. Sebelum
diolah lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar 7 hari. Kemudian untuk benih
disarankan menggunakan benih bersertifikat atau berlabel biru dan pada setiap musim
tanam perlu adanya pergiliran varietas benih yang digunakan memperhatikan ketahanan
2. Padi Gogo
Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering, sumber air seluruhnya tergantung
pada curah hujan. Oleh karena itu, untuk pertumbuhan yang baik, tanaman padi gogo
membutuhkan curah hujan lebih dari 200 mm per bulan selama tidak kurang dari 3 bulan.
Lahan kering yang digunakan untuk padi gogo di Indonesia umumnya adalah lahan
Pemberian bahan organik pada lahan kering sebanyak 2-20 ton per ha sangat disarankan
karena dapat memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah. Pada lahan masam
sebaiknya dilakukan pengapuran dengan kapur pertanian atau dolomit untuk menaikkan
Kebutuhan benih untuk padi gogo lebih banyak daripada padi sawah, yaitu sekitar
50 kg per ha. Hal ini disebabkan karena persentase pertumbuhan padi gogo lebih kecil.
Meskipun demikian, padi gogo memiliki kalebihan yaitu tidak perlu disemai terlebih
dahulu, benih dapat langsung ditanam dalam lubang atau diperlakukan seperti pada padi
sawah.
Basuki (2008). Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis diatas yaitu usahatani padi
hibrida yang dilaksanakan oleh petani padi, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat pada musim rendeng 2006/2007 memberikan pendapatan yang lebih kecil
dari usahatani padi hibrida pada waktu dan tempat yang sama. Pendapatan atas biaya
yang dibayarkan usahatani padi inbrida dan padi hibrida adalah Rp 6.152.080,57 dan Rp
4.384.536,55. R/C usahatani padi inbrida lebih besar dari R/C usahatani padi hibrida
menandakan bahwa usahatani padi inbrida lebih efisien daripada usahatani padi hibrida.
R/C atas biaya tunai pada usahatani inbrida adalah 2,10 dan R/C atas biaya tunai pada
faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida. Hasil analisis menunjukkan
bahwa ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan
benih padi hibrida di tempat penelitian, yaitu luas lahan, status lahan, rasio pendapatan
oleh Tiku (2008) dengan membedakan sistem usahatani padi menjadi dua yaitu sistem
mina padi dan non mina padi. Pendapatan usahatani padi sawah dengan metode
minapadi di Desa Tapos I dan Tapos II secara umum hampir sama dengan sistem mina
Padi di daerah lain, terutama di Jawa Barat, namun usahatani mina padi didaerah lain ini
masih tergolong ke mina padi pembibitan karena usahatani mina padi ini cenderung
dijadikan bibit bagi usaha perikanan lain di daerah penelitian. Jika irigasi tersedia
melimpah, maka petani mengusahakan padi sawah minimal satu kali penanaman dalam
setahun, selain menurut petani untuk kebutuhan konsumsi dan dinilai menguntungkan.
Hal tersebut dapat menjaga keseimbangan dan kesuburan tanah dan jika air bukan hanya
melimpah, namun stabil ketersediaannya. Maka petani akan berusaha memelihara ikan di
sawah.
Hasil analisis pendapatan usahatani dapat diketahui bahwa pada sistem mina padi
pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya tidak tunainya lebih besar dari sistem non
mina padi jika tidak terserang penyakit, sedangkan jika terserang penyakit yang terjadi
justru sebaliknya. Dari hasil analisis dengan rata-rata lahan yang sama, sistem mina padi
menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari sistem non mina padi. Pada saat tidak
terserang penyakit, nilai R/C petani sistem mina padi atas biaya tunai dan biaya tidak
tunai 3,64 dan 2,12 lebih besar dari nilai R/C sistem non mina padi atas biaya tunai dan
tidak tunai yakni 3,19 dan 1,98. Namun, pada saat terserang penyakit nilai R/C atas
biaya tunai dan tidak tunai sistem mina padi 1,94 dan 1,24. Nilai tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan non mina padi yaitu 2,18 dan 1,65. Dari penelitian ini dapat dikaji
bahwa bertambahnya faktor resiko yang muncul harus ditanggung petani yang
mengusahakan sistem mina padi, khususnya jika penyakit yang muncul tidak dapat
diatasi oleh ikan. Jika ikan tidak dapat mengatasi hama dan penyakit di sawah, ikan-ikan
petani harus memilih lahan sawah alternatif usaha antara ikan atau padi.
Penelitian mengenai usahatani vanili telah dilakukan oleh Salim (1993) dan
menyatakan bahwa pendapatan dari usahatani vanili memang besar tetapi biaya yang
diperlukan sebelum tanaman vanili berproduksi juga cukup besar. karena itu petani
vanili pemula, diperlukan bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan seperti Bank
Studi kelayakan finansial dan pemasaran komoditi lada telah dilakukan oleh
Wuriyanto (2002) dengan menggunakan metode studi kasus dengan melakukan metode
survei dan observasi langsung. Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani lada dan
usahatani lada dengan menggunakan kriteria NPV, Payback Period, Net B/C dan IRR,
serta mengetahui keragaan pasar lada dengan menghitung marjin pemasaran dengan
tidak layak. Analisis switching value yang dilakukan didapat nilai toleransi penurunan
harga dan produksi lada sebesar 15,22 persen dan 6,83 persen. Kenaikan biaya
operasional yang dapat ditolerir adalah sebesar 19,93 persen dan dan 6,83 persen untuk
pemasaran bunga/tanaman hias. Analisis switching value dilakukan untuk melihat sejauh
mana perubahan yang terjadi dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek
untuk usaha florist skala besar (lima unit florist), pada penurunan harga output 25 persen,
dan kenaikan harga input 35 persen. Aspek finansial untuk usaha florist skala besar layak
dan menguntungkan untuk dijalankan, sedangkan usaha florist kecil tidak. Analisis
sensitivitas menunjukkan usaha florist skala besar sangat sensitif terhadap perubahan
Pada tahun 2003, Apriyadi melakukan penelitian tentang analisis kelayakan usaha
dan nilai tambah pengolahan ikan pada industri kerupuk udang/ikan di Indramayu.
Sistem produksi yang digunakan bukan berdasarkan skala ekonomi namun berdasarkan
focused facilities, yang membuat kapasitas pabrik tidak digunakan seluruhnya. Total
penerimaan produsen yang berproduksi dalam skala kecil pada industri ini adalah Rp
skala besar adalah Rp 2.982.292.300 dengan total output sebesar 382.600 Kg. Nilai
tambah pada produsen yang berproduksi pada skala kecil adalah Rp 5.055 dicapai pada
tingkat 18,40 persen dari total inputnya dan keuntungan perusahaan sebesar 65,21 persen.
Produsen yang berproduksi dengan skala besar, nilai tambah ini diperoleh pada tingkat
21,21 persen dari total inputnya dan keuntungan perusahaan sebesar 71,95 persen. Hasil
analisis terhadap nilai tambah ini menyimpulkan bahwa dengan semakin besar nilai
berusaha menganalisis antara dua komoditi yaitu komoditi vanili dan komoditi padi
dengan melihat besar pendapatan yang diperoleh dari masing-masing komoditi serta
pendapatan usahatani untuk komoditi padi dan analisis kelayakan usaha untuk komoditi
vanili dalam rangka peningkatan kesejateraan petani dengan introduksi aspek lingkungan
sebagai pertimbangan bagi para petani dan pihak terkait. Penelitian ini juga diharapkan
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
keuntungan yang diperoleh dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi dengan penerimaan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk
menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan dan tindakan. Bentuk dan
jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan sehari-
hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan
kewajibannya.
adalah suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang
mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur
modal yang beraneka ragam jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang
perannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya dan mencari keuntungan atau laba. Ilmu usahatani pada dasarnya
kerja, modal, waktu, dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya
(Soekartawi, 1986).
Adapun ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah : (1) sempitnya lahan yang dimiliki petani,
(2) kurangnya modal, (3) pengetahuan petani yang masih terbatas serta kurang dinamis,
usahatani komersil adalah usahatani dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Dari segi petani, pengelolaan usahatani pada dasarnya terdiri dari
pemilihan antara berbagai alternatif penggunaan sumberdaya yang terbatas yang terdiri
dari lahan, tenaga kerja, modal, waktu, dan pengelolaan. Hal ini dilakukan agar ia dapat
mencapai tujuan sebaik-baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan kesukaran-
intern dan faktor ekstern. Faktor kendala intern terdiri dari kualitas dan kuantitas unsur-
unsur produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan modal. Faktor ekstern meliputi adanya
pasar bagi produksi yang dihasilkan, tingkat harga sarana produksi dan hasil, termasuk
tenaga kerja buruh dan sumber kredit, tersedianya informasi dan teknologi yang mutakhir
Dewi, 2007). Tingkat produksi dan produktivitas usahatani dipengaruhi oleh teknik
budidaya, yang meliputi varietas yang digunakan, pola tanam, pemeliharaan dan
produksi yang perlu diperhatikan yaitu bibit, pupuk, obat-obatan serta tenaga kerja.
menghasilkan output, sehingga produksi yang dihasilkan akan dinilai secara ekonomi
berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya
merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani. Pendapatan ini dianggap sebagai balas
Penerimaan usahatani merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu
tertentu. Sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai
dalam proses produksi tetapi tidak termasuk biaya tenaga kerja keluarga. Pengeluaran
tunai adalah pengeluaran yang harus dibayar dengan uang, seperti pembelian sarana
apabila bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Selisih antara penerimaan
dan pengeluaran usahatani disebut pendapatan usahatani (net farm income). Pendapatan
bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan
usahatani.
mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan
harapan untuk mendapatkan hasil (returns) diwaktu yang akan datang dapat
Gittinger (1986) proyek didefinisikan sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah
diungkapkan oleh Husnan & Suwarsono (2004), proyek ialah suatu usaha yang
masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam
waktu yang tertentu pula, atau suatu pendirian usaha baru kedalam suatu bauran produk
yang sudah ada dengan menginvestasikan sumberdaya yang dapat dinilai secara
independen.
Analisis kelayakan usaha atau juga dapat disebut studi kelayakan proyek perlu
dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat atas invetasi
yang telah ditanamkan. Definisi studi kelayakan proyek menurut Husnan dan Suwarsono
(2000) studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu
1999). Selain untuk memperbaiki pemilihan investasi, analisis kelayakan proyek juga
bertujuan menghindari ketelanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan
yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsano, 2000). Suatu proyek
investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan
dalam jangka panjang, karena itu perlu dilakukan analisis untuk menghindari kesalahan
a. Ruang lingkup kegiatan proyek, untuk menentukan pada bidang-bidang apa proyek
akan beroperasi.
b. Cara kegiatan proyek dilakukan, untuk menentukan apakah proyek akan ditangani
d. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan fasilitas-
fasilitas pendukung.
e. Hasil kegiatan proyek serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh
hasil tersebut.
f. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun tidak bermanfaat akibat dari adanya proyek
1. Investor
Pihak yang akan menanamkan modal dalam suatu usaha akan lebih
diharapkan dari investasi tersebut beserta resikonya. Semakin tinggi resiko investasi,
2. Kreditur (Bank)
Para kreditur (Bank) akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang
angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan tepat pada waktunya, dengan memperhatikan
3. Pemerintah
suatu rencana proyek yang kongkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan
3. Penilaian dilakukan dengan cara analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan
dan perekonomian.
4. Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan
dicapai.
anggaran.
apa yang akan dipelajari. Aspek-aspek studi kelayakan usaha yang biasanya dianalisis
antara lain menyangkut aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi. Menurut
kadariah et al (1978) menyatakan bahwa proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek
manajerial administratif, aspek organisasi, aspek komersil, aspek finansial, dan aspek
ekonomi. Dilain pihak, Gitingger (1986) menyebutkan proyek penelitian memiliki enam
aspek yaitu aspek teknis, aspek institusional manajerial, aspek komersil, aspek sosial,
Aspek Pasar
mempelajari tentang :
1. Permintaan, baik secara total maupun diperinci dan proyeksi permintaan dimasa
mendatang
2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun impor. Perkembanganm di
masa lalu dan yang akan datang, jenis barang yang menyaingi, dan sebagainya.
3. Harga, perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya,
mix, identifikasi siklus kehidupan produk, dan pada tahap apa produk akan dibuat.
5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai
oleh perusahaan
Pengkajian aspek pasar dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa
aspek ini bertanggung jawab dalam menentukan ciri-ciri pasar yang akan dipilih.
oleh perusahaan maupun industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi
perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat-
syarat masuk dan sebagainya. Kohls (1998) mengklasifikasikan pasar menjadi dua
macam berdasar sifat bentuknya, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar bersaing tidak
sempurna. Asumsi yang harus dipenuhi pada pasar bersaing sempurna antara lain: (1)
Banyak pembeli dan penjual, (2) pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil
dari barang atau jasa yang dipasarkan (sebagai price taker), (3) barang dan jasa yang
dipasarkan bersifat homogen (tidak ada diferensiasi produk), (4) pembeli maupun penjual
bebas keluar masuk pasar, dan (5) informasi pasar yang sempurna.
Struktur pasar yang kedua adalah pasar bersaing tidak sempurna yang dapat
dilihat dari sisi pembeli dan penjual. Berdasarkan sisi pembeli terdapat pasar persaingan
monopsonistik, oligopsoni ,dan monopsoni. Apabila dilihat dari sisi penjual terdiri dari
Aspek Teknis
dipergunakan teknologi yang telah usang, atau teknologi yang masih tahap coba-coba
(Hasan dan Suwarsono, 2000) teknologi yang sudah usang akan mengakibatkan sebuah
perusahaan sulit untuk bersaing dengan perusahaan yang lain, sedangkan teknologi yang
berkaitan dengan proses produksi yasng dijalankan, seperti teknologi yang digunakan dan
skala produksi yang dipilih, fasilitas lokasi dan produksi, dan pemilihan proses produksi
mencakup teknologi, perlengkapan dan alat-alat, bahan, tenaga kerja dan pengawasan
kualitas.
Aspek Manajemen
organisasi dan manajerial yang tepat dan tidak tumpang tindih, yang secara jelas
sehingga dalam pelaksanaan suatu proyek, harus memperhatikan manfaat proyek tersebut
dan pengaruh terhadap perkembangan industri lain. Aspek sosial dapat dilihat
manfaatnya pada lingkungan sekitar, dapat berupa manfaat maupun pengorbanan yang
dirasakan.
apakah suatu proyek bisa memberikan sumbangan atau peranan nyata terhadap
perekonomian secara keseluruhan dan apakah sumbangan tersebut cukup besar dalam
Aspek Finansial
Kadariah et, al. (1978) menyatakan bahwa analisis finansial dimulai dengan
analisis biaya dan manfaat suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk
membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning dari suatu proyek, apakah
proyek akan menjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu
membayar kembali dana tersebut, dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa
Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri
dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan
suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat
jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin,
biaya pendahuluan sebelum operasi seperti biaya penelitian. Biaya operasional disebut
sebagai biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana
yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan dan didasarkan pada situasi
produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi contohnya biaya bahan
mentah, biaya tenaga kerja, biaya perlengkapan penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan
antara lain meliputi barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan-cadangan yang
tidak terduga, pajak, jasa pinjaman dan biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan
nilai suatu proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas,
perubahan dalam waktu penjualan. Perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya
direct benefit, indirect benefit dan itangible benefit. Direct benefit disebutkan sebagai
keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan
sebagainya
investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas seseorang
bisa berinvestasi dan dengan kas pula seseorang membayar kewajibannya, sehingga
untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan maka perlu dilakukan
analisa aliran kas (cashflow). Kuntjoro (2002) menyebutkan bahwa cashflow adalah
susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan
terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan antara kegiatan dengan
proyek (with project) dan tanpa project (without project), arus tersebut menggambarkan
keadaan dari tahun ketahun selama jangka hidup (life time period). Adapun yang
termasuk kedalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow
biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa dan
nilai sisa (salvage value). Komponen outflow diantaranya biaya barang modal, bahan-
bahan tenaga kerja, tanah, pajak dan debt service (biaya bunga).
Nilai waktu uang adalah adalah suatu konsep dimana sejumlah uang tertentu pada
masa yang akan datang memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu
sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi
akan lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan
perhitungan present value dari suatu anggaran tertentu. Kuntjoro (2002) menyebutkan
alasan penggunaan present value yaitu karena adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan
biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai
uang yang sama jumlahnya yang diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga
dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang.
Menurut Kadariah et. al,1999 dalam menentukan umur suatu proyek terdapat
1. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode yang kira-kira sama dengan umur
proyek secara ekonomis yaitu umur ekonomis suatu aset berupa jumlah tahun selama
2. Proyek-proyek dengan investasi modal yang sangat besar, umur proyek yang
digunakan berdasarkan unsur-unsur pokok investasi adalah umur teknis yang lama
dengan umur ekonomis yang dapat lebih pendek akibat obsolescence (ketinggalan
zaman karena penemuan teknologi baru yang efisien menggantikan teknologi lama).
3. Proyek dengan umur diatas 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai
sesudah itu, jika di-discount dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka
penting yang mempengaruhi kelancaran jalannya proyek, meliputi ketersedian dana, baik
modal tetap dan modal kerja, sumber dana, proyeksi keuangan dan besaran dana yang
diperlukan dalam proyek, dan menghitung biaya dan manfaat finansial melalui analisis
kelayakan investasi seperti Net Present Value, Payback Period, dan Internal Rate Return
aliran kas dari suatu investasi dan menganalisis kelayakan finansialnya, yaitu:
Net Present Value yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai
sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang untuk
menghitung nilai sekarang perlu ditentukan dengan tingkat bunga yang relevan.
Sedangkan NPV dari suatu proyek merupakan nilai bersih sekarang arus kas tahunan
Suatu proyek dikatakan layak atau bermanfaat untuk dilaksanakan jika NPV
proyek tersebut lebih besar atau sama dengan nol (NPV ≥ 0). Jika nilai NPV sama
dengan nol, berarti proyek tidak untung tetapi juga tidak rugi (hanya mampu menutupi
biaya yang dikeluarkan). Jika nilai NPV lebih kecil dari nol, maka proyek tidak layak
untuk dijalankan karena tidak menghasilkan senilai biaya yang keluarkan. Oleh karena
itu, sumberdaya yang digunakan dalam proyek tersebut sebaiknya dialokasikan pada
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa mendatang atau penerimaan kas dengan
lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih kecil dari
tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Penerapannya
lebih sulit bila dibandingkan dengan NPV, karena dalam hal tertentu terdapat
kemungkinan dihasilkannya nilai IRR yang lebih dari satu yang dapat membuat NPV
Net B/C Ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini dan arus manfaat
dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Untuk pemilihan ukuran B/C Ratio dari manfaat
proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C Ratio sebesar satu atau lebih jika
arus biaya dan manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitas kapital (Gittinger,
1986).
Suatu proyek dinyatakan layak jika nilai Net B/C lebih besar atau sama dengan
satu, hal ini berarti proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai Net
B/C lebih kecil dari satu, maka proyek menghasilkan manfaat lebih kecil dibandingkan
dengan biaya yang dikeluarkan yang artinya tidak layak untuk dilaksanakan.
Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Payback period dapat diartikan
juga sebagai rasio antara nilai investasinya dengan kas masuk bersih, yang hasilnya
merupakan satuan waktu. Kelemahan metode ini yaitu tidak memperhatikan aliran kas
masuk setelah payback, sehingga metode ini pada umumnya digunakan sebagai
sampai pada tingkat mana perubahan-perubahan yang terjadi masih dapat ditolerir
sehingga suatu proyek masih dapat dikatakan layak atau terus diusahakan. Dalam analisis
ini dicoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan
Pada analisis switching value dicari berapa nilai pengganti pada komponen biaya
dan penurunan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan
apabila nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat diskonto yang digunakan,
Analisis Sensitivitas
pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Dalam analisis
sensitivitas perubahan nilai yang dipilih dianalisis terhadap masalah yang dianggap
penting pada analisis proyek dan akan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap
1. Harga jual output yang akan berpengaruh terhadap manfaat, manfaat sekarang netto,
1. Analisis ini tidak dipakai dalam pemilihan proyek karena merupakan analisis parsial
2. Analisis ini hanya mengidentifikasi apa yang akan terjadi bila terdapat perubahan
Sektor pertanian merupakan sektor sentral yang mempunyai peran sangat penting
bagi perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu yang memberikan
kontribusi cukup besar yaitu sekitar 17 persen terhadap PDB (produk domestik bruto)
paling besar terhadap PDRB yaitu sekitar 34,91 persen pada akhir tahun 2005 (BPS,
2006). Oleh karena itu sektor pertanian haruslah mendapat perhatian yang lebih besar
terdapat berbagai macam permasalahan yang hingga saat ini masih belum dapat teratasi,
seperti penurunan produktivitas pertanian terutama bahan pangan utama yang dapat
pangan. Salah satu faktor penyebab adanya penurunan produktivitas pertanian yaitu
adanya ketidakpastian cuaca yang diakibatkan oleh perubahan iklim, sehingga petani sulit
perubahan iklim. Pemanasan global diakibatkan oleh adanya efek rumah kaca
yang dimaksud salah satunya adalah peningkatan temperatur bumi, disebut pemanasan
global dan berubahnya iklim regional, seperti perubahan pola curah hujan, penguapan,
bagi sektor pertanian diantaranya adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana,
kenaikkan permukaan laut, permukaan tanah turun dan kesuburan tanah pertanian
berkurang. Akibat lain yang akan ditimbulkan dengan adanya pemanasan global tersebut
terkait dengan perubahan tempat tanam dari tanaman dataran rendah ke tempat yang lebih
tinggi sehingga tanaman dataran tinggi terdesak dan terjadi persaingan dalam penggunaan
Komoditi yang akan ditinjau kali ini adalah komoditi padi serta vanili. Padi
sebagai tanaman yang mempunyai kecenderungan ditanam di dataran dataran rendah padi
rentan terhadap adanya pengaruh pemanasan global, terlihat dengan adanya penurunan
produktivitas yang terjadi beberapa tahun ini akibat adanya perubahan iklim tanaman
padi pun akan berpindah tempat tanam ke permukaan yang lebih tinggi karena dari
pergeseran tempat tanam yang terjadi dengan tanaman dataran rendah termasuk padi.
Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis keuntungan yang dihasilkan oleh kedua
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan yang
akan digunakan untuk menghitung pendapatan yang dihasilkan petani dari komoditi padi,
kelayakan usaha. Analisis yang digunakan untuk kedua komoditi tersebut berbeda karena
adanya perbedaan sistem tanam, tanaman padi lebih pendek masa tanamnya sehingga
dalam setahun tanaman ini sudah mengalami dua kali masa panen, sedangkan untuk
komoditi vanili merupakan tanaman tahunan yang mempunyai umur proyek biasanya
sepuluh tahun dan baru menghasilkan pada tahun tanam ke tiga. Selain itu, dilakukan
mengetahui komoditi yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi pengaruh
pemanasan global.
cocok untuk masing-masing komoditi, selain itu desa ini merupakan desa yang
mempunyai tren pertanian komoditi padi dan vanili. Hasil penelitian dapat dijadikan
komoditi yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga bersifat ramah lingkungan
REKOMENDASI
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN
Tasikmalaya pada bulan Maret-April 2008. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Kabupaten Tasikmalaya
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data hasil wawancara dan panduan kuesioner terhadap petani mengenai
data output dan input, Sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait
yaitu Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, Dinas
Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan cara simple
random sampling atau pengambilan responden secara acak sederhana. Jumlah responden
yang dipilih adalah 20 petani padi dan 20 petani vanili di Desa Cibongas, Kecamatan
kuantitatif suatu usaha berupa pendapatan, nilai R/C rasio. Dalam penggunaan analisis
pendapatan usahatani, data yang dipakai adalah data dari komoditi padi karena
merupakan komoditi pokok yang memiliki syarat kuantitatif untuk penghitungan nilai
pendapatan dan nilai R/C rasio. Analisis kedua yaitu analisis kelayakan investasi untuk
menghitung kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, payback period dan analisis
switching value. Data yang dipakai untuk analisis ini adalah data dari komoditi vanili
yang memiliki kriteria sebagai suatu proyek atau usaha dengan sifat investasi atau
Pendapatan petani padi dalam penelitian ini dibedakan atas pendapatan biaya
tunai, pendapatan biaya total dan pendapatan tunai. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh
dari pengurangan penerimaan total usaha tani dengan biaya tunai yang benar-benar
dikeluarkan dalam bentuk uang tunai atau pendapatan atas biaya yang benar-benar
dikeluarkan oleh petani (explicit cost). Pendapatan atas biaya total adalah pendapatan
yang diperoleh dengan memperhitungkan biaya input milik keluarga sebagai biaya
(imputed cost). Pendapatan biaya total didapat dari penerimaan total petani setelah
dikurangi oleh biaya tunai ditambah biaya yang diperhitungkan. Sedangkan pendapatan
tunai adalah pendapatan dari hasil penerimaan tunai dalam bentuk uang tunai setelah
dikurangi oleh biaya tunai. Penerimaan tunai didapat dari penerimaan total yang
dikurangi dengan penerimaan diperhitungkan yang merupakan penerimaan atas nilai
produksi dari jumlah fisik produk yang dikonsumsi sendiri. Ketiga pendapatan tersebut
Dimana:
Kelayakan suatu usaha untuk terus dilakukan atau dikembangkan dapat dilakukan
Net Present Value (NPV) ialah nilai bersih manfaat yang dihasilkan oleh suatu
proyek selama umur proyek. Dengan kata lain Net Present Value (NPV) merupakan
selisih antara nilai sekarang dari penerimaan yang diperoleh dari penjualan yang
dilakukan dengan nilai sekarang dari pengeluaran yang dilakukan untuk memproduksi
produk yang dihasilkan pada tingkat bunga tertentu. Rumus untuk mendapatkan NPV
n
Bt-Ct
NPV= ∑
t=1 (1+i) t
Dimana :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto)
a) NPV > 0, berarti manfaat yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan,
dikembangkan.
b) NPV < 0, berarti manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan,
dilanjutkan.
c) NPV = 0, berarti suatu proyek sangat sulit untuk diteruskan atau dikembangkan
karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang
dikeluarkan.
suatu proyek. IRR juga mengandung pengertian bahwa tingkat suku bunga (discount
rate) yang membuat besarnya net present value (NPV) suatu usaha atau proyek sama
dengan nol. Nilai Internal Rate of Return (IRR) diperoleh dengan menggunakan rumus
⎛ NPV1 ⎞
IRR=i1 + ⎜ ( i 2 -i1 ) ⎟
⎝ NPV1 -NPV2 ⎠
Dimana :
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
Jika ternyata IRR suatu proyek sama dengan nilai i (tingkat suku bunga yang
berlaku), maka NPV proyek itu adalah nol. Namun jika IRR kurang dari tingkat suku
bunga yang berlaku, maka nilai NPV kurang dari nol. Maka suatu proyek akan layak
untuk dilaksanakan apabila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan manfaat yang akan diperoleh oleh
suatu proyek dari investasi yang ditanamkan pada proyek tersebut. Perhitungan Net B/C
dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk setiap satu
rupiah pengeluaran proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara nilai kini
(present value) dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang
negatif (Kadariah et. al, 1999). Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah
sebagai berikut :
Bt-Ct
∑ (1+i ) t
Dimana :
Bt : penerimaan (benefit) pada tahun ke-t
Ct : biaya (cost) pada tahun ke-t
N : umur proyek
I : tingkat suku bunga
atau tingkat pengembalian investasi merupakan metode yang mengukur periode jangka
waktu atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal investasi.
Dalam hal ini biasanya digunakan pedoman untuk menentukan suatu proyek yang akan
dipilih adalah suatu proyek yang paling cepat mengembalikan biaya investasi tersebut.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan Payback Periode adalah sebagai berikut :
I
Payback period =
Ab
Dimana :
I = besarnya investasi yang diperlukan
Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Jika masa pengembalian investasi (payback periode) lebih kecil dari umur proyek
yang ditentukan, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Pada dasarnya
semakin cepat discounted payback periode menunjukkan semakin kecil resiko yang
pada tingkat manfaat dan biaya yang terjadi, sehingga masih memenuhi kriteria minimum
merupakan biaya yang cukup penting dalam kegiatan produksi. Selain itu penurunan
6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat pengaruh
yang akan terjadi apabila kedaan berubah-ubah. Dalam melakukan analisis sensitivitas,
pemilihan perubahan nilai yang dipilih dianalisis terhadap nilai-nilai yang dianggap
penting dalam analisis proyek dan akan menentukan pengaruh perubahan tersebut
terhadap daya tarik proyek. Dalam analisis ini dilakukan analisis sensitivitas terhadap
proyek usahatani vanili dengan perubahan nilai diantaranya kenaikkan biaya produksi
seperti peningkatan harga bibit, harga pupuk serta biaya kerja. Selain kenaikkan biaya
produksi dilakukan juga analisis sensitivitas dengan perubahan harga jual produk dan
perubahan volume produksi. Tingkat diskonto yang digunakan yaitu 16 persen hingga
proyek mencapai titik impas dengan nilai Net Present Value sama dengan nol.
BAB V
GAMBARAN UMUM
Jawa Barat, dan secara astronomis terletak antara 1070 56’ BT - 1080 8’ BT dan 70 10’ LS
- 70 49’ LS dengan jarak membentang Utara Selatan sepanjang 75 Km dan arah Barat
Kecamatan yang memiliki luas wilayah relatif besar yaitu: Kecamatan Cipatujah
sebesar 24,465,45 ha, meliputi 15 Desa. Adapun kecamatan yang memiliki luas wilayah
relatif kecil yaitu : Kecamatan Sukaresik sebesar 1.749,88 ha meliputi 8 desa, dan
kecamatan yang memiliki jumlah desa paling sedikit yaitu: Kecamatan Karangjaya
5.1.2. Topografi
meter di atas permukaan laut (dpl). Secara umum wilayah tersebut dapat dibedakan
menurut ketinggiannya, yaitu : bagian Utara merupakan wilayah dataran tinggi dan
bagian Selatan merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian beskisar antara 0 –
wilayah 1.000 meter diatas permukaan air laut (mdpl), dan kecamatan Cipatujah,
Curam (> 40 %) sebesar 33,39 persen dari luas Kabupaten Tasikmalaya, Agak
persen dari luas Kabupaten Tasikmalaya. Dari data kemiringan lahan terlihat bahwa
sebagian besar bentang alam Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh bentuk permukaan
bumi agak curam sampai dengan curam yaitu sebesar 78,47 persen kondisi kemiringan
permukiman perkotaan hanya sebesar 21,53 persen dari total luas kabupaten atau sebesar
normal rata-rata 20º - 34º C. Temperatur di dataran rendah pada umumnya 34º C dan
kelembaban 50 persen, sedangkan pada daerah dataran tinggi mempunyai temperatur 18º
- 22º C dengan kelembaban berkisar antara 61 % - 73 %. Curah hujan rata-rata per tahun
217,195 mm dengan jumlah hari hujan efektif selama satu tahun sebanyak 84 hari. Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan November, dengan musim hujan terjadi antara bulan
1. Wilayah dengan curah hujan antara 2500-3000 mm per tahun meliputi Kecamatan
2. Wilayah dengan curah hujan antara 3000-3500 mm per thn meliputi: Kecamatan
Manonjaya.
3. Wilayah dengan curah hujan antara 3500-4000 mm per thn meliputi Kecamatan
4. Wilayah dengan curah hujan di atas 4000 mm per thn meliputi Kecamatan Taraju,
Hutan, Perkebunan, Kolam (empang). Dari klasifikasi tersebut yang memiliki prosentase
terbesar yaitu : Kawasan Hutan yang meliputi hutan rakyat dan hutan negara yaitu
sebesar : 24,25 persen, Tegalan (kebun), campuran yaitu sebesar 23,53 persen, dan sawah
yang meliputi sawah irigasi teknis, semi teknis, dan tadah hujan yaitu sebesar 18,12
persen, lahan Kolam (empang) memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 1,75 persen.
perbandingannya dengan propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut
peningkatan, yaitu dari 2,95 persen pada tahun 2001 menjadi 3,44 persen pada tahun
2004. Tingkat elastisitas terhadap pertumbuhan propinsi rata-rata 0,70 persen, berarti
ekonomi Kabupaten Tasikmalaya 0,70 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Tasikmalaya masih dibawah pertumbuhan Jawa Barat dan belum
menyumbang cukup besar yaitu sektor pertanian terutama sub sektor Tanaman Bahan
mengalami peningkatan cukup tajam terutama pada harga berlaku (hingga lebih dari 200
harga yang tajam dari komoditi pertanian melebihi peningatan produksi pertanian itu
sendiri. Hanya masih harus diteliti kembali apakah peningkatan harga tersebut sampai
pada tingkat petani, atau pada tingkat tengkulak yang tidak berdampak pada peningkatan
harga cukup besar pada tahun 2005, hal ini dimungkinkan karena kenaikkan harga BBM
persentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap nilai total
Kabupaten Tasikmalaya dengan propinsi Jawa Barat dapat diperoleh pula indicator LQ
(Location Quetient) yang menggambarkan kemampuan daerah dalam memberikan
kontribusi perekonomian terhadap propinsi Jawa Barat. Jika suatu sektor memiliki LQ >
dan jika suatu sektor memiliki LQ < 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut belum mampu
sebesar 34,91 persen, sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 24,87 persen, dan
sektor jasa sebesar 15,90 persen, dan bangunan sebesar 8,18 persen. Keempat sektor
tersebut memiliki nilai LQ > 1, hal ini menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kabupaten
perubahan struktur ekonomi sebagaimana diharapkan dari sector pertanian yang memiliki
nilai tambah yang kecil kepada sektor industri pengolahan yang memiliki nilai tambah
yang besar belum terjadi. Kondisi ini berbeda dengan propinsi Jawa Barat yang telah
memiliki struktur ekonomi dengan kontribusi yang besar di sektor industri pengolahan.
5.4. Kependudukan
dan jenis kelamin serta pengelompokan umur berdasarkan usia sekolah merupakan
umum hal ini berkaitan dengan kepentingan penyusunan perencanaan dalam upaya
sektor seperti perencanaan tingkat kebutuhan pangan, kebutuhan sarana dan prasarana
persen dari 1.567.059 jiwa pada tahun 2001 menjadi 1.616.102 jiwa pada tahun 2004.
Pertumbuhan penduduk sebesar 1,01 persen tersebut masih lebih kecil dari rata-rata
meningkat, sehubungan dengan pertumbuhan kawasan perkotaan yang menjadi daya tarik
mempengaruhi indeks pendidikan suatu daerah yang besarannya tergantung pada tingkat
partisipasi penduduk usia sekolah pada setiap jenjang baik partisipasi kasar maupun
partisipasi murni menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dalam menyusun
program dan tolok ukur kinerja sektor pendidikan memerlukan basis data penduduk
menurut kelompok umur usia 0-24 tahun menurut jenis kelamin serta penduduk usia 7-24
tahun yang masih sekolah menurut jenis kelamin. Penduduk Kabupaten Tasikmalaya
menurut kelompok umur, proporsi terbesar berada pada kelompok umur 7-12 tahun yaitu
sebesar 213.848 orang, yang terdiri dari 104.130 laki-laki dan 109.718 perempuan.
Kemudian kelompok umur 19-24 tahun sebesar 213.848 orang, yang terdiri dari 79.791
salah satu desa di Kecamatan Cikatomas. Luas wilayah desa ini sekitar 1.215,4 ha yang
digunakan untuk lahan sawah seluas 169 ha, sawah tadah hujan seluas 108 ha,
pemukiman seluas 145 ha, perkebunan rakyat seluas 402 ha, dan hutan rakyat seluas 70
ha. Jumlah penduduk pada tahun 2006 adalah 4.013 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki
2.164 jiwa dan penduduk perempuan 1.939 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak
1.039 orang.
Tasikmalaya dapat diungkapkan bahwa para kepala keluarga petani responden masih
dapat digolongkan usia kerja (berusia antara 27 –53 tahun), dengan rata-rata memiliki
anak 4 orang, sementara itu tingkat pendidikan yang dimiliki masih relatif rendah. Rata-
rata setara sekolah menengah pertama (SMP) walau terdapat juga petani yang
berpendidikan perguruan tinggi, dengan pengalaman bertani yang relatip cukup lama
yaitu antara 4 – 15 tahun. Berikut adalah tabel karakteristik penduduk Desa Cibongas
Tabel 10. Karakteristik Responden Petani Padi dan Petani Vanili di Desa Cibongas,
Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya
Jumlah
(Petani Jumlah Persentase
Kriteria Karakteristik Padi) Persentase(%) (Petani Vanili) (%)
Laki-laki 18 90 17 85
Jenis Kelamin Perempuan 2 10 3 15
<30 tahun 1 5
30-40 tahun 12 60 9 45
41-50 tahun 6 30 7 35
Usia > 50 tahun 2 10 3 15
SD 11 55 6 30
SMP 7 35 6 30
Pendidikan SMU 2 10 6 30
Terakhir Perguruan Tinggi 2 10
PNS 5 25 4 20
Pekerjaan Wiraswasta 3 15 7 35
diluar Buruh 3 15 3 15
Usahatani Hanya bertani 9 45 6 30
<Rp 600.000 7 35 2 10
Rp 600.000-Rp
800.000 4 20 3 15
Rp 800.000-Rp
1000.000 3 15 10 50
Rp 1000.000-Rp
Tingkat 2000.000 2 10 3 15
Pendapatan >Rp 2000.000 4 20 2 10
Jumlah 3-4 Orang 5 25 6 30
Tanggungan 5-6 Orang 3 15 8 40
7-8 Orang 7 35 4 20
> 8 Orang 5 25 2 10
Sumber : Data Primer (diolah)
Kepemilikan lahan berkisar antara 0,02 – 0,41 ha yang terdiri atas sawah, tegal,
kebun dan kolam. Sedangkan luas lahan yang digunakan untuk usahatani vanili yaitu
berkisar antara 0,02 – 0,5 ha dan untuk usahatani padi antara 0,02-0,4 ha. Pendapatan
para responden terutama diperoleh dari bertani, disamping itu juga banyak yang bekerja
sebagai pegawai dan melakukan usaha budidaya tanaman perkebunan lainnya seperti
kelapa dan kakao. Umumnya dari keadaan yang ditemui di daerah penelitian bahwa
tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengusahakan padi maupun vanili tersebut
merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Adapun tujuan penggunaan tenaga kerja oleh
para petani padi maupun vanili adalah sebagai upaya agar dapat menekan biaya
usahataninya.
2.500.000 serta pekerjaan yang dilakukan diluar usahatani terdiri dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS), wiraswasta, dan buruh. Sementara itu terdapat juga responden yang tidak
keluarga. Hal ini adalah disebabkan karena tidak terbiasanya atau kekurang pahaman
mereka tentang arti dan peran usaha perbankan, juga karena adanya kekhawatiran mereka
bahwa nantinya akan mendapat hukuman bila tidak mampu mengembalikan pinjaman
Pada proses pemasaran produksi tanaman vanili maupun padi terlihat adanya
kebiasaan ataupun rasa ketergantungan para petani kepada pedagang pengumpul. Kondisi
ini juga menyebabkan besarnya selisih harga jual yang di peroleh para petani karena tidak
langsung memasarkan padi maupun vanili, sehingga sangat diperlukan peran aktif dan
insentif harga yang menarik dari para pedagang di tingkat ini terutama kepada para petani
vanili agar tetap tertarik untuk mengusahakan dan tidak menelantarkan atau bahkan
Penentuan harga biasanya dilakukan oleh para pedagang dan para petani dengan
cara tawar menawar, namun biasanya lebih mendekati ke harga yang ditawarkan oleh
pedagang. Hal ini menggambarkan bahwa masih banyak petani menerima harga yang
seadanya, tanpa memiliki kemampuan untuk sekedar tawar menawar agar memperoleh
tingkat harga yang sedikit lebih baik dari harga seadanya tersebut.
position bisa semakin kuat. Dalam hal ini peran pemerintah bisa saja membantu
memfasilitasi permodalan seperti jasa kredit yang lebih transparan, mudah dimengerti
oleh petani mengenai proses dan manfaatnya bagi para petani yang membutuhkannya.
Sebagian besar petani responden vanili menyatakan bahwa mereka tetap memiliki
rasa optimisme yang besar dimana vanili akan tetap mempunyai pangsa pasar
internasional (dunia) dan peluang ekspor yang meningkat berdasarkan informasi dari
media massa yang bisa mereka ketahui setiap hari. Hal ini dilatar belakangi kepercayaan
mereka bahwa vanili akan tetap dibutuhkan bahkan akan lebih diminati seiring dengan
vanili sebagai bahan bakunya. Namun peluang ini lebih sering tidak didukung dengan
ketidakpastian pasar dan harga vanili serta tingginya biaya pemeliharaan yang akan
dikeluarkan bila dilakukan tindakan pemeliharaan seperti yang dianjurkan para pemerhati
vanili. Untuk itu bukanlah hal yang mudah diharapkan dapat terjadinya perbaikan
produksi, mutu dan produktivitas vanili tersebut. Lain halnya dengan para petani vanili
yang mengusahakan vanili sepenuhnya untuk tujuan komersil (dijual) sebagai tanaman
investasi para petani responden padi menyatakan bahwa tujuan utama dari usahatani
mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) untuk kemudian dijual
6.1. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah per Hektar di Desa Cibongas
tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Secara harfiah pendapatan dapat didefinisikan
sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang
analisis pendapatan usahatani, dengan melakukan analisis ini dapat diketahui gambaran
usahatani saat ini sehingga dapat melakukan evaluasi untuk perencanaan kegiatan
Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu
tertentu. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total
padi sawah dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Biaya atau pengeluaran
usahatani. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang
oleh petani untuk pembelian barang dan jasa bagi usahataninya. Untuk biaya yang
diperhitungkan merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani.
Komponen penerimaan terdiri atas nilai produk yang dijual atau penerimaan yang
diterima secara tunai oleh petani serta produk yang dikonsumsi atau penerimaan yang
sebenarnya tidak diterima tunai oleh petani, sedangkan yang tergolong biaya tunai
adalah yang dikeluarkan untuk biaya benih, pupuk, petisida, sewa alat bajak atau traktor,
pajak lahan atau Pajak Bumi dan Banguna dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar
keluarga (TKLK). Sedangkan yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya untuk
Pendapatan atas biaya tunai adalah jumlah pendapatan apabila menggunakan nilai
tunai baik itu biaya maupun manfaatnya diperoleh dengan cara pengurangan penerimaan
tunai oleh biaya tunai. Begitu pula dengan biaya total yaitu jumlah pendapatan yang
biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan, nilainya diperoleh dari hasil pengurangan
Penerimaan usahatani padi dihitung dari jumlah output yang dihasilkan dari
budidaya padi tersebut. Untuk penghitungan penerimaan usahatani padi, komponen yang
dihitung adalah penjualan padi selama satu musim tanam. Jumlah produksi yang
dihasilkan dari usahatani padi, mencapai 4.798,35 kg dalam bentuk gabah kering panen
(GKP) dengan harga jual rata-rata Rp 2.500 perkilogram, penerimaan tunai yang
diperoleh petani dari produksi padi adalah Rp 6.888.900 atau 57,43 persen dari total
penerimaan usahatani diperoleh dari hasil perkalian antara produksi padi sawah perhektar
yang dijual yaitu 2.755,56 Kg dengan harga jual yang sama yaitu Rp 2.500 per kg.
Penerimaan diperhitungkan diperoleh dari hasil kali antara produksi padi sawah
perhektar yang tidak dijual oleh keluarga petani sebesar 2.042,79 Kg dengan harga jual
yang sama yaitu Rp 2.500 per kg, maka penerimaan diperhitungkan yang diterima petani
adalah Rp 5.106.975 atau 42,57 persen dari total penerimaan usahatani. Rata-rata
Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Responden Petani Padi Per Musim Tanam per
Hektar di Desa Cibongas, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten
Tasikmalaya Periode Januari-April 2008
Uraian Satuan Harga/satuan Volume Nilai Persentase
(Rp) (Rp) (%)
A. Penerimaan Usahatani
A.1. Penerimaan Tunai Kg 2500 2755,56 6.888.900 57,43
A.2. Penerimaan Diperhitungkan Kg 2500 2042,79 5.106.975 42,57
A 3. Total Penerimaan Usahatani Kg 2500 4798,35 11.995.875 100
B. Biaya Usahatani
B.1. Biaya Tunai
1. Benih Kg 5000 24,83 124.150 1,48
2.Pupuk
a. Urea Kg 2500 197,56 493.900 5,89
b. SP-36 Kg 2000 132,54 265.080 3,16
c. KCL Kg 2500 62,6 156.500 1,87
d. Kandang Kg 200 1860,34 372.068 4,44
3. Pestisida 272.037,69 3,24
4. Tenaga Kerja Luar Keluarga
- Perempuan HOK 15000 60,75 911.250 12,32
- Laki-laki HOK 20000 26,86 537.200 7,27
5. Sewa Traktor Ha 1 830.466,4 11,23
6. Pajak Lahan Ha 1 44.333,29 0,60
7. Irigasi Ha 1 175.000 2,37
Total Biaya Tunai 4.181.985,34 56,52
B.2 Biaya diperhitungkan
1.Sewa Lahan Ha 1 2.399.177 32,43
2. Tenaga Kerja Dalam Keluarga
- Perempuan HOK 15000 16,79 251.850 3,40
- Laki-laki HOK 20000 27,21 544.200 7,36
3. Penyusutan Alat 21.262,5 0,27
Total Biaya Diperhitungkan 3.216.489,5 43,48
C Total Biaya Usahatani (B1+B2) 7.398.474,84 100
D. Pendapatan Atas Biaya Tunai
(A3-B1) 7.813.889,66
E. Pendapatan Atas Biaya Total
(A3-C) 4.597.408,16
F. Pendapatan Tunai
(A1-B1) 2.706.914,66
G. R/C Atas Biaya Tunai (A3/B1) 2,86
H. R/C Atas Biaya Total (A3/C) 1,62
Sumber : Data Primer (diolah)
diperhitungkan. Penerimaan tunai yang diperoleh petani dari produksi sawahnya adalah
sebesar Rp 6.888.900 per hektar dan penerimaan diperhitungkan yang diterima petani
permusim tanam adalah Rp 5.106.975 per hektar sehingga total penerimaan yang
Biaya usahatani untuk usahatani padi terdiri atas dua komponen yaitu biaya tunai
dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri atas pembelian benih, upah Tenaga Kerja
Luar Keluarga (TKLK), biaya obat-obatan, pembelian pupuk, sewa traktor, dan pajak
lahan. Selain itu untuk biaya yang diperhitungkan diantaranya adalah biaya sewa lahan
dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK). Total biaya usahatani yang dikeluarkan
selama satu kali musim tanam adalah sebesar Rp 8.389.624,84. Biaya yang dikeluarkan
sepenuhnya dari petani itu sendiri. Sedangkan biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani
adalah Rp. 4.181.985,34 atau sebesar 56,54 persen dari besar total biaya usahatani
perhektar dengan biaya yang diperhitungkan Rp 3.216.489,5 atau sebesar 43,47 persen
Pengeluaran terbesar yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani padi sawah
adalah adalah sewa lahan yaitu sebesar Rp 2.399.177 per hektar atau sebesar 32,42 persen
dari total biaya usahatani. Sebagian besar petani responden merupakan petani pemilik
lahan, maka biaya untuk sewa lahan ini merupakan biaya yang diperhitungkan.
Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 1.617.750,-
HOK per hektar atau 19 persen dari total biaya usahatani ditambah dengan biaya tenaga
kerja yang diperhitungkan yaitu biaya tenaga kerja dalam keluarga yaitu sebesar Rp
796.050,- HOK atau 10,76 persen dari total biaya usahatani. Jumlah pengeluaran total
untuk biaya tenaga kerja yaitu Rp 2.413.800 HOK per hektar atau sebesar 28,37 persen
dari total biaya usahatani. Besarnya biaya untuk faktor produksi tenaga kerja ini
disebabkan karena tanaman padi sawah sangat rentan terhadap hama dan penyakit
sehingga usahatani ini sangat membutuhkan perawatan yang cukup intensif mulai dari
1.287.548 per hektar atau sekitar 17,41 persen dari total biaya usahatani. Besarnya biaya
untuk faktor produksi pupuk disebabkan karena padi merupakan tanaman yang boros
unsur hara. Oleh karena itu dibutuhkan pupuk yang banyak untuk memenuhi kebutuhan
terbesar keempat adalah biaya untuk sewa traktor karena sebagian besar petani di Desa
dikeluarkan untuk sewa traktor yaitu Rp 830.466,4 per hektar atau sekitar 11,23 persen
dari total pengeluaran usahatani. Pengeluaran untuk biaya pestisida adalah sebesar Rp
272.037,65 perhektar atau sekitar 3,68 persen dari total biaya usahatani.
Total biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan petani di Desa Cibongas untuk
satu kali musim tanam adalah sebesar Rp 7.398.474,84 per hektar yang terdiri dari total
biaya tunai sebesar Rp 4.181.985,34 atau 56,53 persen dari total biaya usahatani dan
biaya yang diperhitungkan sebesar Rp 3.216.489,5 atau sebesar 43,47 persen dari total
biaya usahatani. Pendapatan atas biaya tunai usahatani diperoleh dengan mengurangi
total penerimaan dengan total biaya tunai, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai
sebesar Rp 7.813.889,66 per hektar. Pendapatan atas biaya total usahatani diperoleh
setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya usahatani, maka diperoleh
pendapatan atas biaya total sebesar 4.597.408,16 per hektar. Sedangkan pendapatan tunai
merupakan pengurangan antara penerimaan tunai dengan total biaya tunai, sehingga
Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) menunjukkan
bahwa usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya
usahatani. Hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio
atas biaya tunai adalah 2,87, artinya bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang dikeluarkan
oleh petani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,87. dengan memasukkan biaya
yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio atas biaya total
adalah sebesar 1,62, artinya setiap Rp 1 biaya total yang dikeluarkan dapat menghasilkan
penerimaan sebesar Rp 1,62. Nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu menunjukkan
yang terjadi. Dalam analisis ini dilakukan pengambilan contoh analisis pendapatan yang
dapat mewakili kejadian yang akan terjadi dengan bahan pertimbangan kejadian-kejadian
terjadi perubahan biaya input maupun harga jual output. Variabel-variabel input yang
digunakan adalah kenaikan harga pupuk, benih, upah tenaga kerja, sewa traktor
Tabel 12. Hasil Perbandingan antara Usahatani Padi Permusim dengan Perubahan
Output maupun Input
Variabel Total Biaya Pendapatan Pendapatan Pendapatan R/C R/C
yang Atas Atas Biaya Atas Biaya Tunai Atas Atas
berubah Usahatani Tunai Total (Rp) Biaya Biaya
(Rp) (Rp) (Rp) Tunai Total
Harga
Benih
(10%) 7.410.889,84 7.891.474,66 4.584.985,16 2.694.499,66 2,86 1,62
Harga
Pupuk
(10%) 7.527.229,64 7.685.134,86 4.468.645,36 2.578.159,86 2,78 1,59
Harga
Pestisida
(10%)
7.125.678,61 7.786.685,90 4.570.196,40 2.679.710,90 2,85 1,62
Harga Upah
(10%)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel tersebut, usahatani padi dengan adanya
kenaikan harga input ataupun penurunan harga output, tetap memberikan keuntungan dan
usahatani masih bersifat layak untuk diusahakan. Ketika terjadi peningkatan harga benih
sebesar 10 persen, total biaya atas usahatani adalah sebesar Rp 7.410.889,84. Pendapatan
atas biaya tunai sebesar Rp 7.891.474,66 sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu Rp
4.584.985,16. Pendapatan tunai sebesar Rp 2.694.499,34. R/C atas biaya total yaitu
sebesar 2,86 artinya setiap setiap Rp 1 biaya total yang dikeluarkan dapat menghasilkan
penerimaan sebesar 2,86 sedangkan R/C atas biaya tunai sebesar 1,62 yang artinya setiap
1,62. karena B/C lebih dari satu, maka usahatani padi dengan perubahan kenaikan biaya
Ketika terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 10 persen, total biaya atas
tunai sebesar Rp 2.578.159,86. R/C atas biaya total yaitu sebesar 2,78 nilai R/C atas
Perubahan harga pestisida yang mengalami kenaikan sebesar 10 persen total biaya
usahatani adalah sebesar Rp 7.125.678,61 dengan nilai pendapatan atas biaya tunai
sebesar Rp 7.786.685,90 dan nilai pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp
perhitungan menunjukkan nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 2,84 dan R/C rasio
Kenaikan harga upah sebesar 10 persen menghasilkan total biaya atas usahatani
pendapatan atas biaya total adalah Rp 4.372.950,16 Pendapatan tunai yang diterima
petani sebesar Rp 2.526.206,66 Nilai R/C rasio yang diperoleh adalah 2,77 untuk R/C
atas biaya total dan 1,57 untuk R/C atas biaya tunai.
Ketika terjadi kenaikan harga sewa traktor sebesar 10 persen maka total biaya
usahatani yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 8.472.671,48. Pendapatan atas biaya tunai
adalah Rp 7.561.543,02 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.523.203,52 serta
pendapatan total yaitu Rp 2.454.568,02. Nilai R/C biaya total adalah 2,701dan R/C atas
pendapatan atas biaya tunai yang berubah menjadi Rp 7.627.964,68 Pendapatan atas
biaya total yang diterima petani sebesar Rp 3.589.625,18 dan pendapatan tunai sebesar
Rp 2.520.989,68 nilai R/C rasio yang diperoleh yaitu 2,73 dan 1,43 masing-masing
merupakan R/C rasio atas biaya total dan R/C rasio atas biaya tunai.
pendapatan atas biaya tunai juga menjadi Rp 6.433.918,84 serta pendapatan atas biaya
diperoleh petani menjadi Rp 1.837.641,34. Nilai R/C rasio atas biaya total dan biaya
perubahan kenaikan harga input maupun penurunan harga output tetap memberikan hasil
yang menunjukkan bahwa usahatani padi tersebut bersifat layak, terlihat dari nilai R/C
rasio dari masing-masing perubahan yang masih lebih besar dari satu. Pendapatan yang
diterima dari masing-masing perubahan tersebut juga masih menunjukkan nilai yang
positif.
penerimaan secara periodik dari usahatani vanili di daerah penelitian. Nilai arus tunai
(cashflow) memuat perhitungan penerimaan, biaya investasi, dan biaya operasional yang
meliputi biaya variabel, dan biaya tetap serta net benefit selama umur proyek berjalan.
Komponen penerimaan yang terdapat dalam perhitungan cashflow adalah nilai penjualan
produk. Penerimaan yang masuk dalam cashflow budidaya vanili adalah sebesar Rp
57.846.187,5 pada tahun kelima sampai tahun kesepuluh, sedangkan untuk tahun kesatu
sampai tahun keempat belum ada komponen penerimaan yang masuk ke cashflow karena
tanaman vanili baru berproduksi pada tahun kelima. Biaya yang yang dikeluarkan dari
Biaya yang masuk ke dalam cashflow terbagi menjadi dua macam yaitu biaya
sarana dan prasarana serta biaya tenaga kerja. Biaya sarana dan prasarana terdiri dari
biaya pembelian bibit vanili, stum lamtoro, pupuk kandang, pestisida, handsprayer dan
biaya perlengkapan lainnya. Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya persiapan lahan,
Biaya yang dikeluarkan untuk sarana dan prasarana Rp 18.278.743,4 sementara itu untuk
biaya tenaga kerja sebesar Rp 19.844.432,4, sehingga biaya total selama sepuluh tahun
suatu proyek layak untuk dilaksanakan. Dalam analisis finansial dilakukan pengukuran
terhadap berbagai kriteria investasi yaitu Net Present value, Gross B/C, Internal Rate of
16 persen. Dari perhitungan dihasilkan nilai NPV pada usahatani vanili sebesar Rp
8.593.840,85. Nilai NPV merupakan jumlah total penjumlahan Present Value tiap tahun
dari tahun ke-nol sampai tahun ke-sembilan, menunjukkan selisih antara nilai sekarang
dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang
akan datang. NPV pada usahatani vanili sebesar Rp 8.593.840,5 lebih besar dari nol
Perhitungan gross B/C pada usahatani vanili menghasilkan nilai gross B/C sebesar
2,1 dimana nilai tersebut lebih besar dari satu (2,1>1) yang artinya setiap pengeluaran
sebesar Rp 1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,1. Nilai tersebut diperoleh dari
hasil pembagian antara total biaya manfaat sebesar Rp 82.219.925 dengan biaya
investasi suatu proyek terhadap pengeluaran investasinya. Pemakaian nilai IRR ini
yang akan diterimanya atas proyek yang diinvestasikannya. Nilai IRR selalu
dibandingkan dengan tingkat bunga yang berlaku seperti tabungan ataupun deposito.
Nilai IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku menyebabkan proyek
investasi menarik bagi investor. Usahatani vanili ini dibandingkan dengan tingkat bunga
16 persen. Nilai IRR untuk usahatani vanili ini adalah sebesar 30,56 persen, artinya
tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan kas bersih di masa yang akan datang adalah tingkat bunga 30,56 persen.
proyek tersebut layak untuk dilaksanakan karena IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
D. Payback Period
mengembalikan jumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan (A. Kartamihardja, 1983).
Payback period menggambarkan waktu yang dibutuhkan oleh sebuah proyek investasi
nilai uang menurut waktu. Payback period proyek ini adalah 5,71 tahun.
Nilai NPV, gross B/C dan IRR yang diperoleh dari perhitungan diatas
menunjukkan bahwa usahatani vanili masih layak untuk diusahakan. Namun seringkali
harga, seperti perubahan pada harga bibit, harga pupuk, harga pestisida, penurunan harga
jual dan naiknya biaya tenaga kerja yang digunakan. Untuk kejadian-kejadian seperti itu
perubahan harga bibit, perubahan biaya pupuk, dan perubahan biaya tenaga kerja,
• Fluktuasi harga bibit didaerah penelitian mengalami peningkatan harga bibit
8.593,684 dan IRR menjadi 27,78, B/C rasio menjadi 2,07 serta payback period
8.122.132 dan IRR menjadi 25,92, B/C rasio menjadi 2,05 serta payback period
menjadi 5,72 tahun dan usahatani vanili juga masih layak diusahakan
• Biaya kerja di daerah penelitian dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami
dan IRR menjadi 25,08, B/C rasio menjadi 1,99 serta payback period menjadi
Terjadi fluktuasi perubahan harga jual usahatani vanili, yaitu harga jual produk
mengalami penurunan sebesar 10 persen. Dengan demikian yang akan digunakan dalam
perhitungan analisis sensitivitas sebesar -10 persen dengan NPV Rp 5.852.977,329, IRR
25,34, dan B/C rasio 1,89 serta payback period 5,74 tahun dan usahatani vanili juga
NPV berubah menjadi Rp 7.223.408,969, IRR menjadi 28,7 dan B/C rasio menjadi 1,99
serta payback period 7,39 tahun dan usahatani vanili masih layak diusahakan.
Hasil perhitungan analisis usahatani vanili dengan penurunan harga jual,
penurunan volume produksi, kenaikkan harga bibit, harga pupuk dan biaya tenaga kerja
perhitungan analisis sensitivitas terlihat bahwa penurunan harga jual merupakan faktor
perubahan yang dapat ditolerir oleh proyek agar proyek dapat dilaksanakan. Untuk
mendapatkan nilai perubahan yang menyebabkan proyek impas dan tetap layak
dilaksanakan, harus dicoba beberapa tingkat perubahan yang menyebabkan nilai NPV
sama dengan nol. Perubahan dapat dilakukan untuk menurunkan nilai NPV atau
menaikkan nilai NPV sesuai dengan kondisi awal proyek. Jika hasil perhitungan analisis
kelayakan menghasilkan nilai NPV lebih besar daripada nol (positif) maka harus
Dalam analisis usahatani vanili digunakan skenario penurunan nilai NPV sama
dengan nol, hal ini disebabkan karena nilai NPV proyek positif. Angka dari hasil analisis
ini menunjukkan nilai maksimum perubahan yang dapat ditolerir oleh usahatani vanili
agar proyek ini dapat tetap dilaksanakan. Perubahan melebihi nilai maksimum akan
1. Peningkatan biaya
Hasil analisis switching value menunjukkan peningkatan biaya total maksimum yang
dapat ditolerir oleh proyek usahatani vanili adalah sebesar 45,75 persen (Lampiran 6).
Peningkatan biaya sebesar 45,75 persen menyebabkan Net Present Value bernilai nol
pada Discount factor 16 persen. Peningkatan biaya lebih dari jumlah tersebut proyek
2. Penurunan penerimaan
Penurunan penerimaan total yang masih dapat ditolerir oleh proyek adalah 17,8
persen (Lampiran 7). Pada tingkat ini didapat nilai Net present value sebesar nol
pada discount factor 16 persen. Penurunan penerimaan lebih dari itu akan menjadikan
BAB VII
PERBANDINGAN KEUNTUNGAN USAHATANI PADI DAN VANILI
Rata-rata pendapatan tunai yang dihasilkan dari usahatani padi dalam satu kali
dalam satu tahun diperoleh dengan cara mengalikan jumlah pendapatan dari rata-rata
pendapatan satu kali musim tanam dengan jumlah musim tanam dalam dua tahun yaitu
lima kali musim tanam. Jadi rata-rata pendapatan tunai yang diperoleh petani dalam dua
usahatani vanili, maka pendapatan usahatani harus disesuaikan dengan umur proyek
vanili selama 10 tahun, oleh karena itu dilakukan konversi nilai pendapatan dua tahun
terhadap nilai pendapatan 10 tahun menjadi Rp 67.672.866,5 juga dengan menggunakan
Pendapatan usahatani vanili belum bisa diterima pada musim tanam pertama
sampai musim tanam keempat, karena komoditas ini baru bisa berproduksi dan
menghasilkan buah pada tahun tanam keempat (tahun kelima), oleh karena itu
pendapatan yang didapat selama sepuluh tahun merupakan pendapatan yang diperoleh
pada tahun tanam keempat sampai umur terakhir proyek pada tahun tanam ke enam.
vanili belum menghasilkan, biaya yan diperlukan dari tahun pertama sampai tahun ke
empat adalah Rp 14.834.565,4 dan pendapatan yang dihasilkan pada tahun tanam kelima
hingga tahun tanam ke sembilan yaitu Rp 57.846.187,5 sehingga pendapatan total yang
didapatkan oleh petani selama 10 tahun masa tanam adalah Rp 43.011.622,1. Jumlah
tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan besar pendapatan yang dihasilkan oleh
komoditi padi.
Aspek lingkungan termasuk sebagai aspek sosial. Aspek sosial yaitu aspek yang
analisis sosial harus dipertimbangkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu
usahatani atau proyek bertanggung jawab terhadap keadaan sosial tidak terkecuali aspek
diperoleh juga dilakukan identifikasi mengenai aspek lingkungan terkait dengan adanya
isu pemanasan global yang telah melanda dunia. oleh karena itu dilakukan identifikasi
dampak lingkungan terhadap komoditi padi karena tanaman ini diketahui merupakan
salah satu komoditi pertanian yang berperan besar dalam menyebabkan adanya
pemanasan global.
Tanaman padi berperan aktif sebagai media pengangkut metana dari lahan sawah
ke atmosfer. Lebih dari 90 persen metana diemisikan melalui jaringan aerenkima dan
ruang interseluler tanaman padi, sedangkan kurang dari 10 persen sisanya dari gelembung
air. Kemampuan tanaman padi dalam mengemisi metana beragam, bergantung pada sifat
fisiologis dan morfologis suatu varietas. 9 Selain itu, masing-masing varietas mempunyai
umur dan aktivitas akar yang berbeda yang erat kaitannya dengan volume emisi metana.
Pemilihan varietas padi yang ditanam di suatu daerah ditentukan oleh potensi hasil panen,
kondisi ekosistem, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit endemik serta kondisi
ekstrim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap varietas padi menghasilkan emisi
metana yang berbeda-beda, sehingga penggunaan varietas yang tepat diharapkan dapat
menekan emisi metana. Padahal jumlah varietas padi sangat banyak. Oleh karena itu
diperlukan penelitian yang berkelanjutan untuk mengetahui varietas padi yang mampu
menekan emisi metana. Penekanan emisi metana dengan menanam varietas yang tepat
merupakan pilihan yang paling mudah diterapkan petani. Apalagi varietas-varietas padi
yang diintroduksikan ke petani mempunyai daya hasil yang tinggi atau minimal sama
9
Varietas padi Rendah Emisi Gas, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. www.pustaka-deptan.go.id
diakses tanggal 15 juni 2008
dengan varietas yang biasa ditanam petani. Hasil pengujian beberapa varietas padi sawah
irigasi, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut sejak tahun 1995 menunjukkan
bahwa varietas Cisadane mengemisi metana paling tinggi, sedangkan IR36 dan Dodokan
paling rendah. Cisadane diduga mempunyai kemampuan fotosintesis yang lebih baik dari
varietas lain sehingga eksudat akar yang dihasilkan lebih mudah terdegradasi.
Tabel 13. Emisi metana dan hasil gabah beberapa varietas padi yang ditanam 10
Ekosistem/varietas Emisi CH4 (Kg/ha) Hasil (Ton/ha) Indeks produksi padi
per Kg
Dodokan 74 3,3 44,5
10
Setyanto, Prihastyo. Warta Penelitian dan pengembangan Pertanian Vol.28 No.24.2006 diakses tanggal 9
Juni 2008
Punggur 105 5,65 63,4
Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, ketersediaannya sangat diperlukan dalam rangka mendukung
dampak yang terjadi dengan adanya peningkatan produktivitas tersebut, terutama yang
menyalurkan metana dari lahan sawah ke atmosfer, seperti diketahui metana merupakan
salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi pada peningkatan pemanasan global. Lahan
sawah Indonesia yang luasnya sekitar 10,9 juta hektar diduga memberi kontribusi sekitar
Dilihat dari penggunaan pupuk, padi membutuhkan berbagai macam pupuk kimia
seperti urea, SP-36, KCL, dan ZA selain itu diperlukan juga pestisida kimia seperti
pestisida cair maupun pestisida padat. Semakin banyak bahan kimia yang digunakan
tentu saja lebih berbahaya terhadap lingkungan. Dilihat dari perakarannya, padi
merupakan tanaman dengan akar serabut sehingga tidak bisa dijadikan sebagai tanaman
konservasi.
CO2 di atmosfir dengan mereduksi pemanfaatan bahan bakar fosil dan produksi gas
11
Dampak Pemanasan Global Bagi Indonesia. www.handy.hagemman.com, diakses tanggal 15 juni 2008
kembali tanah-tanah kritis secara besar-besaran untuk menciptakan wilayah serapan gas
CO serta melokalisasi gas CO2 atau dengan menangkap dan menyuntikkannya ke dalam
sumur-sumur minyak bumi. Peran perkebunan menjadi sangat penting terkait dengan hal
tersebut, karena dapat berperan sebagai wilayah serapan CO2. Tanaman perkebunan yang
bersifat tahunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa, kakao maupun vanili dapat sekaligus
menjadi tanaman penghijauan untuk lahan-lahan gundul atau kritis yang di sisi lain
mente dan jarak pagar merupakan jenis tanaman yang cocok untuk konservasi lahan
karena dapat tumbuh dengan baik di lahan kritis dan relatif mampu bertahan di wilayah
kering.
kegiatannya berupa sampah-sampah organik hasil pembersihan kebun dan sampah ikutan
dari pembelian bahan-bahan sarana produksi berupa bekas kemasan pupuk organik
maupun anorganik, botol-botol dari plastik dan gelas bekas kemasan pupuk daun
(gandasil) dan fungisida. Jumlah limbah bekas kemasan ini tidak begitu banyak dan
dapat dikelola dengan cara dijual kepada lapak pemulung barang bekas, atau dipakai
sendiri untuk keperluan lain. Sedangkan limbah organik berupa rerumputan, sisa-sisa
daun dan batang pohon vanili yang ditebang pada waktu proses pemangkasan dan
tinggi, tanaman ini membutuhkan tanaman penegak sebagai tempat merambat, tanaman
untuk merambat tersebut biasanya merupakan tanaman perakaran tunggang yang kuat
sebagai pupuk kimianya, karena sebagian besar pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik. Sedangkan pestisida kimia yang digunakan adalah insektisida dan fungisida
dalam jumlah terbatas. Usahatani vanili sebagai kegiatan produksi menghasilkan limbah
dari kegiatannya berupa sampah-sampah organik hasil pembersihan kebun dan sampah
ikutan dari pembelian bahan-bahan sarana produksi berupa bekas kemasan pupuk organik
maupun anorganik, botol-botol dari plastik dan gelas bekas kemasan pupuk daun
(gandasil) dan fungisida. Jumlah limbah bekas kemasan ini tidak begitu banyak dan
dapat dikelola dengan cara dijual kepada lapak pemulung barang bekas, atau dipakai
sendiri untuk keperluan lain. Sedangkan limbah organik berupa rerumputan, sisa-sisa
daun dan batang pohon vanili yang ditebang pada waktu proses pemangkasan dan
komoditi padi, sehingga dilihat dari aspek lingkungan komoditi vanili lebih disarankan
ditanam oleh para petani karena meskipun keuntungannya tidak sebesar keuntungan yang
diperoleh dari usahatani padi, komoditi vanili tentu saja akan lebih besar peranannya
7.3. Dampak Isu Pemanasan Global Bagi Produktivitas dan Penggunaan Lahan
Pertanian di Desa Cibongas.
Pemanasan global kini tengah menjadi perhatian dunia, dampak pemanasan
bumi. Perubahan iklim merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan di bumi karena
akan memberikan dampak seperti naiknya permukaan laut akibat mencairnya es dan
gletser di kutub, naiknya curah hujan di sebagian belahan bumi dan di belahan lain terjadi
kekeringan, serta penyebaran penyakit tropis dan punahnya beberapa spesies karena tidak
lalu. Peningkatan suhu tersebut disebabakan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah
kaca seperti metana dan karbondioksida di atmosfer akibat kegiatan manusia yang
berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas, batubara dan adanya
Isu pemanasan global yang bergulir akhir-akhir ini cukup mendapat perhatian
bagi sebagian besar petani padi dan pengusaha komoditi vanili di Kabupaten
Tasikmalaya. Masing-masing pengusaha tani baik padi maupun vanili, sedikit banyak
merasakan dampak yang terjadi akibat pemanasan global seperti perubahan siklus hujan,
maupun vanili tetap stabil, bahkan cenderung meningkat karena para petani masih
mampu mengatasi kendala yang terjadi. Tren komoditi pangan utama sebagai makanan
pokok yang terus diusahakan serta diupayakan ketersediaanya begitu pula dengan para
petani vanili yang dijalani oleh pengusaha tani di Kabupaten Tasikmalaya telah
berlangsung lama sebelum isu pemanasan global terjadi. Selain itu, para petani di Desa
penelitian juga menyadari bahwa pola usahatani berbagai aspek, baik finansial, maupun
dapat diwariskan ke anak cucu mereka, terlihat dengan telah diadakannya program
setempat walaupun masih terdapat berbagai kendala seperti ketidakyakinan dari para
petani itu sendiri dalam melaksanakannya, sehingga masih sedikit para petani yang
BAB VIII
8.1 Kesimpulan
1. Analisis pendapatan usahatani padi di Desa Cibongas menunjukkan bahwa komoditi
tersebut menguntungkan terlihat dari nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 1,62 yang
penerimaan sebesar 1,62, sedangkan untuk R/C rasio atas biaya tunai sebesar 2,86
2. Analisis kelayakan usahatani vanili di Desa Cibongas bersifat layak. Hal ini terlihat
dari NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 8.593.840,85, IRR yang lebih besar
dari tingkat suku bunga (30,56>16), nilai gross B/C sebesar 2,1 dan nilai payback
3. Dilihat dari aspek finansial, analisis pendapatan usahatani padi menunjukkan bahwa
usahatani tersebut mampu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi petani yaitu
tahun umur proyek, tetapi apabila dilihat dari aspek lingkungan, komoditi vanili lebih
usahatani padi.
8.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil analisis, yaitu :
1. Dalam menentukan suatu proyek ataupun usahatani penting dilakukan pertimbangan
dari berbagai aspek, tidak hanya mementingkan aspek finansial yang bersifat profit
oriented, tetapi aspek lain yang lebih penting menyangkut kepentingan orang banyak
dengan demikian komoditi vanili lebih dianjurkan untuk ditanam di dataran tinggi
kemiskinan, namun permasalahan ini sangat terkait dengan kelangsungan hidup umat
komoditas didataran tinggi maupun dataran rendah. Hal ini mengingat dampak
pemanasan global yang kian hari mengganggu stabilitas lahan tanam komoditas
pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, Siti. 2002. Analisis Kelayakan Usaha Florist di Pusat Promosi dan Pemasaran
Bunga/ Tanaman Hias, Rawa Belong Jakarta. Skripsi. Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Apriyadi, Andri.2003. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Pengelolaan Ikan Pada Industri
Kerupuk Udang di Indramayu. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Basuki, Thohir. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Petani Untuk Menanam Padi Hibrida. Skripsi. Departemen
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Brown, Maxwell L. 1979. Farm Budgets, From farm Income Analysis to Agricultural
Project Analysis. The Jhon Hopkins University Press, Baltimore and
London.
Gunawan , Prayitno. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani dan Sistem pemasaran Pisang
Lampung, Kasus Desa Bumi Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi
Lampung. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hantari, Indiarti. 2007. Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Padi Sawah Lahan
Sempit. ). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Husnan, Suad dan Suwarsono.1999. Studi Kelayakan Proyek. Penerbit LIPP AMP
YKPN. Yogyakarta.
Kohls, R.L and W.D Downey. 1972. Marketing of Agricultural Products, Fouth Ed.
Macmillan. New York.
Soehardjo dan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor.
Soekartawi, dkk.1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Tiku, Gilda . 2008.Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Menurut Sistem Minapadi
dan Sistem Non Minapadi di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-
ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor..
Wuriyanto, Lilik. 2002. Studi Kelayakan Finansial dan Pemasaran Komoditi Lada (Studi
Kasus Desa giri Mulya, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur,
Provinsi Lampung). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
93
93
94
Lampiran 2. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili (Kenaikkan Harga Pupuk sebesar 10 persen)
Tahun Biaya Manfaat Net Benefit DF 16% PV 16% Df 30% PV 30% DF 25% PV 25%
1 3302647,7 -3302647,7 0,862068966 -2847110,086 0,769230769 -2540498,231 0,8 -2642118,16
2 5131078,3 -5131078,3 0,743162901 -3813227,036 0,591715976 -3036141,006 0,64 -3283890,11
3 2959001,95 -2959001,95 0,640657674 -1895707,305 0,455166136 -1346837,483 0,512 -1515009
4 3860927,95 -3860927,95 0,552291098 -2132356,136 0,350127797 -1351818,196 0,4096 -1581436,09
5 4279274,95 4248981 -30293,95 0,476113015 -14423,34388 0,269329074 -8159,041512 0,32768 -9926,72154
6 4989001,95 14709354 9720352,05 0,410442255 3989643,212 0,207176211 2013825,708 0,262144 2548131,968
7 4179274,95 21378488 17199213,05 0,35382953 6085589,468 0,159366316 2740975,225 0,2097152 3606936,405
8 3818274,3 22536648 18718373,7 0,305025457 5709580,488 0,122589474 2294675,586 0,16777216 3140421,987
9 3818274,3 14452590 10634315,7 0,26295298 2796325,004 0,094299595 1002811,668 0,134217728 1427313,692
10 3818274,3 4893864 1075589,7 0,226683603 243818,549 0,07253815 78021,28731 0,107374182 115490,5646
Total 40156030,65 82219925 42063894,35 8122132,812 -153144,4841 1805914,536
Net B/C = 2,047511262
IRR= 25 % +5{1805914,536/1805914,536-(-153144)}=25%+0,92=25,92%
PBP=5,72
Lampiran 3. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili (Kenaikkan Harga Upah Tenaga Kerja sebesar 10 persen)
tahun biaya manfaat net benefit df 16% PV 16% Df 30% PV 30% DF 25% PV 25%
1 3284179,94 -3284179,94 0,862068966 -2831189,603 0,769230769 -2526292,262 0,8 -2627343,95
2 5227737,3 -5227737,3 0,743162901 -3885060,419 0,591715976 -3093335,68 0,64 -3345751,87
3 2953874,5 -2953874,5 0,640657674 -1892422,365 0,455166136 -1344503,641 0,512 -1512383,74
4 3945993 -3945993 0,552291098 -2179336,806 0,350127797 -1381601,835 0,4096 -1616278,73
5 4406174,8 4248981 -157193,8 0,476113015 -74842,01412 0,269329074 -42336,86065 0,32768 -51509,2644
6 5113174,8 14709354 9596179,2 0,410442255 3938677,427 0,207176211 1988100,047 0,262144 2515580,8
7 4406174,8 21378488 16972313,2 0,35382953 6005305,601 0,159366316 2704815,032 0,2097152 3559352,057
8 3987083,5 22536648 18549564,5 0,305025457 5658089,385 0,122589474 2273981,355 0,16777216 3112100,503
9 3987083,5 14452590 10465506,5 0,26295298 2751936,121 0,094299595 986893,0283 0,134217728 1404656,505
10 3987083,5 4893864 906780,5 0,226683603 205552,2713 0,07253815 65776,18019 0,107374182 97364,8148
Total 41298559,64 82219925 40921365,36 7696709,597 3,091539499 -368504,6367 1535787,115
Net B/C =1,990866648
IRR= 25 % +5{153578,115/1535787,115-(-368505)}=25%+0,08=25,08%
PBP=5,7
94
95
Lampiran 4. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili (Penurunan Harga Jual sebesar 10 persen)
Tahun Biaya Manfaat Net Benefit DF 16% PV 16% Df 30% PV 30% DF 25 PV 25%
1 3218830,4 -3218830,4 0,862068966 -2774853,793 0,769230769 -2476023,385 0,8 -2575064,32
2 5047260 -5047260 0,743162901 -3750936,385 0,591715976 -2986544,379 0,64 -3230246,4
3 2833274,5 -2833274,5 0,640657674 -1815159,05 0,455166136 -1289610,605 0,512 -1450636,54
4 3735200,5 -3735200,5 0,552291098 -2062917,985 0,350127797 -1307797,521 0,4096 -1529938,12
5 4153547,5 3824082,99 -329464,51 0,476113015 -156862,3413 0,269329074 -88734,37151 0,32768 -107958,931
6 4863274,5 13238416,8 8375142,3 0,410442255 3437512,289 0,207176211 1735130,249 0,262144 2195493,303
7 4153547,5 19240641 15087093,5 0,35382953 5338259,2 0,159366316 2404374,513 0,2097152 3163992,831
8 3734456 20282982,3 16548526,3 0,305025457 5047721,794 0,122589474 2028675,134 0,16777216 2776382,002
9 3734456 13007332,8 9272876,8 0,26295298 2438330,588 0,094299595 874428,5302 0,134217728 1244584,456
10 3734456 4404478,05 670022,05 0,226683603 151883,0127 0,07253815 48602,16016 0,107374182 71943,06981
Total 39208302,9 73997933,94 34789631,04 5852977,329 -1057499,675 558551,3425
Net B/C =1,887302649
IRR= 25 % +558551,3425/(558551,3425+(-1057500)}=25%+0,34=25,34%
PBP=5,74
Lampiran 5. Analisis Sensitivitas Usaha Vanili (Penurunan Volume Produksi sebesar 5 persen)
Tahun Biaya Manfaat Net Benefit DF 16% PV 16% Df 30% PV 30% DF 25% PV 25 %
1 3218830,4 -3218830,4 0,862068966 -2774853,793 0,769230769 -2476023,385 0,8 -2575064,32
2 5047260 -5047260 0,743162901 -3750936,385 0,591715976 -2986544,379 0,64 -3230246,4
3 2833274,5 -2833274,5 0,640657674 -1815159,05 0,455166136 -1289610,605 0,512 -1450636,544
4 3735200,5 -3735200,5 0,552291098 -2062917,985 0,350127797 -1307797,521 0,4096 -1529938,125
5 4153547,5 4036531,95 -117015,55 0,476113015 -55712,62636 0,269329074 -31515,68977 0,32768 -38343,65542
6 4863274,5 13973886,3 9110611,8 0,410442255 3739380,049 0,207176211 1887502,033 0,262144 2388292,22
7 4153547,5 20309563,6 16156016,1 0,35382953 5716475,581 0,159366316 2574724,77 0,2097152 3388162,148
8 3734456 21409815,6 17675359,6 0,305025457 5391434,636 0,122589474 2166813,036 0,16777216 2965433,259
9 3734456 13729960,5 9995504,5 0,26295298 2628347,695 0,094299595 942572,0299 0,134217728 1341573,904
10 3734456 4649170,8 914714,8 0,226683603 207350,847 0,07253815 66351,71963 0,107374182 98216,75378
Total 39208302,9 78108928,75 38900625,85 7223408,969 -453527,9913 1357449,24
Net B/C =1,992152758
IRR = 25%+5(1357449,24/1357449,24+453527,9913)=25+3,75=28,75%
PBP=6,3
95
96
Lampiran 6 . Nilai Pengganti (Switching Value) Usaha Vanili dengan Kenaikkan Biaya
Kenaikkan Kenaikkan
Tahun Biaya Biaya 25% Manfaat Net benefit DF 16% PV 16% Biaya 50% Manfaat Net Benefit PV 16%
1 3218830,4 4023538 -4023538 0,862068966 -3468567,241 4828245,6 -4828245,6 -4162280,69
2 5047260 6309075 -6309075 0,743162901 -4688670,482 7570890 -7570890 -5626404,578
3 2833274,5 3541593,125 -3541593,125 0,640657674 -2268948,812 4249911,75 -4249911,8 -2722738,575
4 3735200,5 4669000,625 -4669000,625 0,552291098 -2578647,481 5602800,75 -5602800,8 -3094376,977
5 4153547,5 5191934,375 4248981 -942953,375 0,476113015 -448952,3748 6230321,25 4248981 -1981340,3 -943341,881
6 4863274,5 6079093,125 14709354 8630260,875 0,410442255 3542223,732 7294911,75 14709354 7414442,25 3043200,394
7 4153547,5 5191934,375 21378488 16186553,63 0,35382953 5727280,66 6230321,25 21378488 15148166,8 5359868,72
8 3734456 4668070 22536648 17868578 0,305025457 5450371,167 5601684 22536648 16934964 5165595,13
9 3734456 4668070 14452590 9784520 0,26295298 2572868,692 5601684 14452590 8850906 2327372,108
10 3734456 4668070 4893864 225794 0,226683603 51183,79756 5601684 4893864 -707820 -160451,1882
Total 39208302,9 49010378,63 82219925 33209546,38 3890141,657 58812454,35 82219925 23407470,7 -813557,5363
kenaikkan secara proporsional yang mengakibatkan manfaat sekarang netto sama dengan nol pada tingkat oportunitas kapital 16 % =
25%+25(3890141,657/3890141,657+813557,5363)=25+20,75=45,75%
96
97
Lampiran 7. Nilai Pengganti (Switching Value) Usaha Vanili dengan Penurunan Penerimaan
Penurunan Penurunan
Manfaat Manfaat
Tahun Biaya Manfaat Net Benefit DF 16% PV 16% 50% Net Benefit PV16% 25% Net Benefit PV 16%
1 3218830,4 -3218830,4 0,862068966 -2774853,793 -3218830,4 -2774853,8 -3218830,4 -2774853,793
2 5047260 -5047260 0,743162901 -3750936,385 -5047260 -3750936,4 -5047260 -3750936,385
3 2833274,5 -2833274,5 0,640657674 -1815159,05 -2833274,5 -1815159 -2833274,5 -1815159,05
4 3735200,5 -3735200,5 0,552291098 -2062917,985 -3735200,5 -2062918 -3735200,5 -2062917,985
5 4153547,5 4248981 95433,5 0,476113015 45437,13146 2124490,5 -2029057 -966060,45 -4153547,5 -1977558,025
6 4863274,5 14709354 9846079,5 0,410442255 4041247,07 7354677 2491402,5 1022576,86 3611633,85 -1251640,65 -513726,2104
7 4153547,5 21378488 17224940,5 0,35382953 6094692,599 10689244 6535696,5 2312522,42 12502950,9 8349403,4 2954265,48
8 3734456 22536648 18802192 0,305025457 5735147,204 11268324 7533868 2298021,53 18171714,8 14437258,8 4403731,46
9 3734456 14452590 10718134 0,26295298 2818365,275 7226295 3491839 918189,471 19156150,8 15421694,8 4055180,604
10 3734456 4893864 1159408 0,226683603 262818,7833 2446932 -1287524 -291860,58 12284701,5 8550245,5 1938200,46
Total 39208302,9 82219925 43011622,1 8593840,85 1901659,6 -5110478 65727151,85 26518848,95 456226,5565
Penurunan secara proporsional yang mengakibatkan manfaat sekarang netto sama dengan nol pada tingkat oportunitas kapital 16 % =
15%+35(456226,5566/456226,5566+5110478)=15+2,8=17,8%
97
Lampiran 8. Tabel Rata-rata Produksi Vanili Responden per Hektar
Luas Produksi Tahun panen ke- Produksi tahun panen ke-(per ha)
Respon (bata)
den Luas (ha) 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 50 0,071429 40 150 230 250 150 60 560 2100 3220 3500 2100 840
2 200 0,285714 200 600 850 900 500 200 700 2100 2975 3150 1750 700
3 250 0,357143 250 750 1000 1250 700 500 700 2100 2800 3500 1960 1400
4 100 0,142857 100 300 450 450 300 150 700 2100 3150 3150 2100 1050
5 50 0,071429 45 150 200 250 150 55 630 2100 2800 3500 2100 770
6 80 0,114286 50 250 325 400 225 70 437,5 2187,5 2843,75 3500 1968,75 612,5
7 100 0,142857 75 300 450 450 280 100 525 2100 3150 3150 1960 700
8 150 0,214286 150 450 675 700 450 125 700 2100 3150 3266,667 2100 583,3333
9 20 0,028571 12,5 65 90 100 60 18 437,5 2275 3150 3500 2100 630
10 250 0,357143 250 825 1150 1200 780 225 700 2310 3220 3360 2184 630
11 230 0,328571 200 800 1000 1000 700 175 608,6957 2434,783 3043,478 3043,478 2130,435 532,6087
12 140 0,2 120 350 600 650 350 120 600 1750 3000 3250 1750 600
13 150 0,214286 120 450 650 650 325 100 560 2100 3033,333 3033,333 1516,667 466,6667
14 150 0,214286 100 400 500 700 500 150 466,6667 1866,667 2333,333 3266,667 2333,333 700
15 180 0,257143 135 500 825 650 550 140 525 1944,444 3208,333 2527,778 2138,889 544,4444
16 300 0,428571 250 925 1400 1125 1100 275 583,3333 2158,333 3266,667 2625 2566,667 641,6667
17 200 0,285714 200 600 950 930 625 200 700 2100 3325 3255 2187,5 700
18 160 0,228571 150 400 700 700 425 130 656,25 1750 3062,5 3062,5 1859,375 568,75
19 40 0,057143 40 120 180 200 125 35 700 2100 3150 3500 2187,5 612,5
20 70 0,1 65 235 320 325 230 70 650 2350 3200 3250 2300 700
Total 12139,95 42026,73 61081,39 64390,42 41293,12 13982,47
Rata-rata 606,9973 2101,336 3054,07 3219,521 2064,656 699,1235
99
99