Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obesitas selama beberapa dekade terakhir ini angka kejadiannya terus

meningkat di seluruh dunia. Obesitas atau kegemukan bagi kesehatan masyarakat

umum sangat mengancam dan banyak studi telah menunjukkan bahwa obesitas

merupakan faktor resiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes

mellitus, gangguan metabolik dan cacat di masa dewasa (Takeshita & Morimoto,

2000;Florentino, 2002). Secara fisiologik, obesitas didefinisikan sebagai suatu

kondisi akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa

sehingga dapat mengganggu kesehatan (Adityawarman, 2007). Banyak faktor

yang menyebabkan obesitas beberapa diantaranya yaitu faktor lingkungan,

genetik, psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktivitas fisik.

Pengaruh pola makan dan gaya hidup seseorang memegang peranan penting

dalam faktor lingkungan (Muwakhidah, 2008).

Prevalensi obesitas pada orang dewasa di seluruh dunia pada tahun 2000

diperkirakan ada sekitar 300 juta orang dewasa obesitas dan angka ini masih terus

meningkat. Menurut data dari Center for Disease Control (CDC,2014), prevalensi

obesitas bervariasi di seluruh negara bagian. Tidak ada negara yang memiliki

prevalensi kurang dari 20% selalu lebih dari angka tersebut. Pada remaja 20 -25%

mengalami obesitas.

1
2

Peningkatan prevalensi obesitas terjadi karena berkurangnya aktifitas fisik

dan perubahan pola makan. Aktifitas fisik atau berolahraga merupakan kunci

utama keseimbangan energi yang menyumbang pengeluaran energi (Musa, 2010).

Gaya hidup yang serba mudah dan santai yang membuat tubuh menjadi jarang

bergerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari.

Mahasiswa dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres. Stres

merupakan reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial. Stresor

psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa

mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun,

tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut,

sehingga timbullah keluhan antara lain stres (Sriati, 2008). Respon seseorang

untuk menghadapi stres ada macam-macam. Salah satunya dengan makan yang

berlebihan serta tidak dapat mengontrol keinginan untuk makan yang disebabkan

oleh stres. Pada mahasiswa sendiri karena mungkin yang dikonsumsi sebagian

besar makanan cepat saji dan kurangnya berolahraga itu menyebabkan resiko

obesitas pada seseorang semakin besar. Seseorang dengan obesitas atau kelebihan

berat badan mengalami stress dan kesukaran sosial serta psikologis yang berarti

(Barness dan Curran, 2000).

Padahal dari makanan yang dikonsumsi, sebagian besarnya seharusnya

dibakar agar tidak menumpuk menjadi lemak. Penumpukan lemak secara terus-

menerus akan membuat ukuran tubuh menjadi terus bertambah. Ini tentu saja akan

menambah pundi-pundi lemak di bawah kulit (Dewi, 2011). Faktor yang sering
3

ditemukan sehingga terjadinya perubahan pola makan yang menyebabkan asupan

energi melebihi kebutuhan adalah gangguan emosional dan riwayat kebiasaan

makan serta frekuensi asupan makanan berkalori tinggi yang perlu digali dari

orangtua remaja obesitas (Soetjiningsih, 2007). Selain itu, adanya iklan produk

makanan cepat saji atau junk food di televisi dapat meningkatkan pola konsumsi

atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya (Alfadilah, 2010).

Kebanyakan masyarakat saat ini cenderung memilih makanan siap saji

atau junk food yang tinggi kolesterol, lemak dan gula menjadi favoritnya yang

mengadopsi gaya hidup ke barat–baratan. Hal ini menyebabkan tingginya asupan

nutrisi pada masyarakat dan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya obesitas

(Wiyano,2011). Selain itu dengan kemajuan teknologi telah memacu perubahan

gaya hidup, gaya hidup remaja cenderung lebih santai akibat perkembangan

teknologi saat ini. Remaja memiliki aktifitas pasif seperti menonton televisi atau

bermain komputer dan play station. Remaja memiliki kebiasaan berkumpul di

cafe atau mall saat weekend daripada berolahraga secara rutin (Asdie, 2005).

Seseorang yang memiliki asupan energi dan lemak lebih tinggi akan

memiliki resiko yang lebih tinggi pula. Asupan energi yang tinggi ada kaitannya

dengan kebiasaan makan fast food. Fast food umumnya mengandung kalori,

lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi namun rendah serat kasar, vitamin A,

asam askorbat, kalsium dan folat (Khomsan, 2004).


4

Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami

overweight dan 700 juta diantaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), pada laki dewasa terjadi peningkatan dari

13,7% pada tahun 2007 menjadi 19,7% pada tahun 2013. Sedangkan pada wanita

dewasa terjadi kenaikan yang sangat ekstrim mencapai 18,1% dari 14,8% pada

tahun 2007 menjadi 32,9 % pada tahun 2013. Prevalensi untuk obesitas sentral

pada provinsi Jawa timur sendiri telah mencapai 26,6%. Untuk prevalensi

mahasiswa angkatan 2015 yang mengalami kelebihan berat badan berkisar 22,5%

dari jumlah total mahasiswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan antara stress dengan obesitas pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran angkatan 2015 Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan apakah

terdapat hubungan antara stress dengan obesitas pada mahasiswa fakultas

kedokteran angkatan 2015 universitas wijaya kusuma Surabaya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stress

dengan obesitas pada mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2015

universitas wijaya kusuma Surabaya.


5

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Mengetahui tingkat stress dengan obesitas pada mahasiswa

di Fakultas Kedokteran angkatan 2015 Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

b) Mengetahui kebiasaan mengkonsumsi junk food dengan

obesitas pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran angkatan

2015 Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

c) Mengetahui kebiasaan olahraga pada mahasiswa di

Fakultas Kedokteran angkatan 2015 Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

d) Menganalisis hubungan antara tingkat stress dengan obsitas

pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran angkatan 2015

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan

pemahaman pengetahuan kepada peneliti mengenai hubungan antara stress

dengan obesitas pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran angkatan 2015

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.


6

2. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini menjadi sumber informasi dan edukasi bagi

masyarakat untuk dapat memahami dan mengontrol antara stress dengan

obesitas, sehingga dapat mencegah terjadinya obesitas.

3. Manfaat bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian

lebih lanjut terutama dalam bidang kesehatan.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

1. Definisi Obesitas

Obesitas merupakan keadaan menumpuknya lemak yang

berlebihan secara menyeluruh dibawah kulit dan jaringan lainnya dalam

tubuh ini disebabkan karena ketidakseimbangan antara makanan yang

masuk dan yang digunakan, dengan demikian terjadi kelebihan kalori

(Sitorus, 2008). Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai salah satu

penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak dalam tubuh

secara berlebihan (Sarafino, 2002). Obesitas merupakan peningkatan total

lemak tubuh yaitu apabila ditemukan total lemak tubuh pada pria lebih

dari 25% dan pada wanita lebih dari 33% (Reilly J.J., 2006). Obesitas ini

timbul karena seseorang kelebihan energi berasal dari makanan yang

dikonsumsi sehingga kelebihannya disimpan dalam tubuh menjadi

timbunan lemak (Wiramihardja, 2000). Dari beberapa definisi tersebut

bisa disimpulkan bahwa obesitas merupakan suatu keadaan yang mana

terjadi penumpukan lemak di dalam tubuh yang berlebihan, dan

mengalami dampak pada berat badan seseorang yang jauh dari berat

normalnya.
8

2. Jenis Obesitas

Pada dasarnya jenis obesitas dapat digolongkan ke dalam tiga

tingkatan,meliputi (Nurmalina, 2011):

a) Obesitas ringan (kelebihan berat badan 20 % sampai dengan 40% dari

berat badan standard),

b) Obesitas sedang (kelebihan berat badan 41 % sampai dengan 100% dari

berat badan standard),

c) Obesitas berat (kelebihan berat badan lebih besar 100 % dari berat badan

standard).

3. Faktor Penyebab Obesitas

Menurut teori ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan

obesitas, yaitu :

a) Faktor genetik

Gemuk ataupun kurus badan seseorang bergantung pada faktor

DNA. Arti dari DNA di sini merupakan komponen molekul dasar bahan

genetika yang tersusun atas neoktivida yang disatukan sedemikian rupa

dalam membuat untaian yang sangat panjang.

Sel penyebab kegemukan itu sudah ada pada diri manusia sejak

awal kelahiran bayi. Sejumlah sel penyebab kegemukan itu akan

bertambahnya usia yang terus mengadakan reaksi sampai pada usia lanjut.

Remaja yang memiliki orang tua dengan badan gemuk akan mewariskan

tingkat metabolisme yang rendah dan kecenderungan kegemukan bila


9

dibandingkan dengan remaja yang memiliki orang tua dengan berat badan

normal (Sitorus, 2008).

b) Faktor fisiologis

Obesitas juga bisa terjadi karena faktor fisiologis. Hal ini

dikarenakan adanya peningkatan jumlah sel lemak dalam tubuh.

Obesitas sendiri akan meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan

menurun sebelum akhirnya berhenti pada usia lanjut

(Wiramihardja,2000).

c) Faktor sosial ekonomi

Obesitas di dalam faktor sosial ekonomi terdapat suatu

kontradiksi hubungan antara status ekonomi sosial dan prevalensi dari

obesitas. Pada status tingkat sosial yang lebih tinggi, khususnya pada

usia dewasa, tubuh yang ramping dianggap sebagai suatu keinginan

yang harus diraih, sedangkan obesitas dipandang sebagai suatu

indikator terhadap status yang lebih rendah. Hal ini justru dipandang

berbanding terbalik pada status tingkat sosial yang rendah dimana

mengalami kesulitan dalam mendapatkan makanan (Iswati, 2011).

d) Faktor Psikologis

Faktor psikologis seseorang dapat berpengaruh terhadap

terjadinya obesitas. Pada beberapa orang, obesitas bermula dari

masalah emosinal yang tidak teratasi (Wiramihardja, 2000). Pada usia


10

dewasa awal, biasanya menjadikan makanan sebagai pelarian untuk

melampiaskan masalah yang sedang dihadapi.

e) Faktor Kebiasaan

Faktor kebiasaan ini dalam masalah obesitas terkait dengan

pola makan yang tidak teratur dan berlebihan, serta kebiasaan jarang

olahraga. Kebiasaan makan berkembang dari usia dini. Orang tua

seharusnya sejak dini dapat mengontrol pola makan pada anaknya

karena apabila tidak ada kontrol diri, baik dari anak maupun orang tua,

mereka akan sulit keluar dari obesitas hingga usia remaja dan dewasa

(Sheperd, 2009).

4. Dampak Obesitas

Dampak obesitas bisa terjadi dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Dampak tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan atau

masalah kesehatan fisik dan psikologis pada diri seseorang yang

mengalami obesitas. Gangguan yang bisa ditimbulkan dari obesitas

diantaranya gangguan psikososial dan gangguan kesehatan.

a) Gangguan psikososial

Pada kelompok anak, remaja, dan dewasa muda, obesitas akan

berpengaruh pula pada perkembangan psikososial (Thompson,

2001).
11

b) Gangguan kesehatan lain

Obesitas secara konsisten dihubungkan dengan timbulnya penyakit

jantung, hipertensi, diabetes, stroke, hingga kematian dini

(Wiramihardja,2000). Selain itu, obesitas juga dapat menimbulkan

gangguan pernafasan, seperti infeksi saluran nafas, mendengkur saat tidur,

dan sering mengantuk pada siang hari (Santrock, 2002).

5. Pencegahan Obesitas

Presentase remaja yang mengalami obesitas meningkat setiap

tahunnya. Kebiasaan makan yang tidak sehat, kurangnya olahraga, dan

stress bisa berdampak pada remaja menderita obesitas. Beberapa cara

untuk mencegah terjadinya obesitas pada remaja sebagai berikut

(Nurmalina, 2011):

a) Orang tua menjadi teladan yang baik dengan memberikan contoh

mengkonsumsi makanan sehat dan selalu beraktifitas olahraga setiap

hari.

b) Untuk remaja setiap harinya minimal harus makan sekitar 5 porsi buah

dan sayuran.

c) Menghindari makanan yang padat energi atau mengandung tinggi

kalori seperti Cheeseburger.

d) Pada sore hari dapat menjaga makanan dengan makan kue atau snack,

supaya malam hari tidak makan terlalu banyak dan selalu perhatikan

kalori makanan tersebut (100 – 150 Kkal).


12

e) Membatasi untuk menonton TV, bermain computer dan bermain video

game.

6. Pengukuran Obesitas dan Klasifikasinya

Metode yang paling berguna dan banyak digunakan untuk

mengukur tingkat obesitas adalah Body Mass Index (BMI). Di Indonesia,

istilah BMI diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT

merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan atau kelebihan berat badan

(Nyoman, Bakri, & Fajar, 2002). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai

berikut:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


IMT =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Kategori ambang batas IMT di Indonesia dimodifikasi berdasarkan

pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa Negara berkembang.

Berikut ini, gambaran kategori ambang batas IMT yang dapat digunakan

untuk standar obesitas untuk orang Indonesia.

Kategori IMT (kg/m2)


Underweight < 18,5 kg/m2
Batas normal 18,5 – 22,9 kg/m2
Overweight ≥23 kg/m2
Sumber : WHO, 2002

Penggunaan IMT memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat digunakan bagi

ibu hamil dan orang yang berotot, seperti pada seorang atlet (Nyoman, Bakri, &

Fajar, 2002).
13

B. Stres

1. Definisi Stres

Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku

dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik

tekanan internal dan eksternal (stressor). Stressor dapat mempengaruhi

semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental,

perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain

dan keluhan-keluhan fisik (Sriati, 2008). Stresor psikososial adalah setiap

keadaan atau persitiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan

seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau

penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua orang

mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut, sehingga

timbullah keluhan antara lain stres (Sriati, 2008).

(Branon dan Feist, 2007) menjelaskan bahwa stres dapat

didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, diantaranya :

a) Stimulus yaitu sebagai respons dan sebagai interaksi yang

menimbulkan stres disebut juga dengan stressor.

b) Respon yaitu suatu reaksi individu yang muncul karena adanya situasi

tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat berupa

respon fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar, dan pusing serta

psikologis, seperti : takut,cemas, sulit tidur, sulit konsentrasi dan

mudah tersinggung.
14

c) Interaksi yaitu hubungan seseorang dengan stimulus lingkungannya,

individu sendiri merupakan agen aktif yang bisa mempengaruhi akibat

dari stresor melalui tingkah laku, kognisi dan strategi emosi.

2. Sumber stres (Stressor)

Stressor merupakan semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan

menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respon fisiologis non

spesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stress

reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul

pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas,

terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya

mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan

koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya

reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo, 2002).

3. Tingkat Stres dan Alat ukur

Stres dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu sebagai berikut

(Rasmund, 2004) :

a) Stres ringan

Stres ringan merupakan stres yang tidak merusak aspek

fisiologis dari seseorang. Stres ringan pada umumnya

dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur

seperti halnya lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dan

dikritik. Kondisi seperti ini tidak akan menimbulkan

penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.


15

b) Stres sedang

Stres sedang merupakan stres yang terjadi lebih lama dari

beberapa jam sampai beberapa hari seperti pada waktu

perselisihan, kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja

yang berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru,

permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat

berpengarug pada kondisi kesehatan seseorang.

c) Stres berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa

minggu sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh

beberapa faktor seperti kesulitan finansial, hubungan yang

tidak harmonis dan penyakit fisik yang lama.

Sedangkan alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem

scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian. Terdapat

beberapa kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui tingkat stres

pada mahasiswa, antara lain :

1) Kessler Psychological Distress Scale (KPDS) merupakan

kueisioner ini terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan

kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana

responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban

dimana responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban

dimana responden kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk

jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5


16

untuk jawaban dimana responden selalu mengalami stres

dalam 30 hari terakhir (Carolin, 2010).

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut

(Carolin, 2010) :

a) Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres

b) Skor 20-24 : stres ringan

c) Skor 25-29 : stres sedang

d) Skor >30 : stres berat.

2) Perceived Stress Scale (PSS-10) merupakan self report

questionnaire yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat

mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang lalu dalam

kehidupan subjek penelitian. Skor PSS diperolehi dengan

reversing responses (sebagai contoh , 0=4, 1=3, 2=2, 3=1,

4=0) terhadap empat soal yang bersifat positif (pertanyaan

4, 5, 7, dan 8) dan menjumlahkan skor jawaban masing-

masing. Soal dalam PSS ini akan menanyakan tentang

perasaan dan pikiran responden dalam satu bulan terakhir

ini (Olpin & Hesson, 2009).

3) Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) merupakan

skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status

emosional negatif dari depresi, kecemasan, dan stres

(Lovibond & Lovibond,1995).


17

Menurut Australian Centre of postraumatic Mental Health

the University of Melbourne, kuesioner Depression Anxiety

and Stres Scale (DASS) terdiri dari 42 pertanyaan yang

terdiri dari tiga jenis keadaan emosional yaitu depresi,

kecemasan, dan stres pada seseorang. Skala untuk stres

terdiri dari 14 pertanyaan yaitu nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14,

18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, dan 39. Setiap pertanyaan dinilai

dengan skor antara 0-3, yaitu :

0 : Tidak pernah atau tidak sesuai dengan saya sama sekali

1 : Kadang-kadang

2 : Lumayan sering

3 : Sangat sesuai dengan saya atau sering sekali.

4. Penatalaksanaan Stres

Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri

menghadapi stresor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis

atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri secara psikis atau mental yaitu

dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih

jelas, dan pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan

menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik,

olahraga teratur, dan istirahat yang cukup. Selain itu, perbaikan diri secara

sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan

kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi

atau meniadakan dampak negatif stresor (Yulianti, 2004).


18

C. Junk Food

1. Definisi Junk Food

Junk food merupakan makanan yang tidak bergizi atau makanan

yang tidak berguna. Istilah ini untuk menunjukkan makanan yang

dianggap tidak memiliki nilai nutrisi yang baik. Junk food termasuk

makanan cepat saji (fast food) yang mengandung lemak tinggi seperti

hamburger, pizza, ayam goreng (yang di goreng beserta kulitnya) serta

cemilan – cemilan seperti kentang goreng bermentega (friench fries),

keripik kentang keju, biskuit gurih, dan manis, serta minuman bersoda

yang sangat disukai remaja (Sari, 2008).

Junk food apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat berdampak

pada berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, diabetes, hipertensi,

pengerasan pembuluh darah (ateroskleresis), penyakit jantung koroner,

stroke, kanker. Penyakit ini biasanya menyerang orang tua usia 40 tahun,

tetapi sekarang penyakit ini menyerang remaja di seluruh dunia. Salah satu

faktor yang diduga kuat sebagai penyebabnya adalah konsumsi junk food

yang meningkat pada remaja di Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya

peningkatan jumlah penderita obesitas pada usia anak-anak maupun

remaja. Seberapa banyak konsumsi junk food yang berlebihan, sangat

bergantung pada pola makan sehari – hari. Apabila sehari sudah cukup

protein dan lemak, tambahan jajanan seperti ini tentu akan


19

membahayakan, kalau tidak diimbangi dengan makan sayur dan buah yang

cukup setiap harinya (Sari, 2008).

2. Frekuensi makan

Frekuensi makan yang baik dan benar untuk anak dan remaja ialah

yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.

Sebagai contoh frekuensi makan yang baik yaitu sehari 3 kali terdiri dari

makan pagi, selingan siang,makan siang, selingan sore, makan malam, dan

sebelum tidur. Makanan selingan sangat diperlukan, terutama apabila porsi

makanan utama yang dikonsumsi pada pagi hari,siang hari, dan malam

hari belum mencukupi. Makan selingan tidak boleh berlebihan karena

dapat menyebabkan nafsu makan remaja pada saat menyantap makanan

utama berkurang sehingga berakibat kekenyangan oleh makanan selingan.

Memilih makanan selingan yang padat gizi, bersih dan terhindar

dari bahan tambahan seperti bahan pengawet, pemanis buatan, pewarna,

dan penyedap yang dapat membahayakan kesehatan remaja (Amelia,

2008).

3. Takaran konsumsi makanan

Secara sederhana, kita dapat menghitung takaran yang kita

butuhkan sehari – hari untuk mencukupi kebutuhan gizi pada remaja : nasi

/ pengganti : 3 – 5 piring, lauk hewani : 2- 3 potong, lauk nabati : 4 – 6

potong, sayuran 1 ½ - 2 mangkuk, buah – buahan 2 – 3 potong, dan susu : 1

gelas (Sulistyoningsih, 2011).


20

D. Olahraga

1. Definisi Olahraga

Olahraga merupakan salah satu kunci utama untuk kesehatan jiwa

dan raga seseorang. Apabila kita tidak berolahraga atau melakukan

aktifitas fisik terkadang bisa menimbulkan penyakit juga, khususnya untuk

seseorang yang memiliki obesitas atau kelebihan berat badan. Terdapat

beberapa pengertian dari beberapa ahli mengenai aktivitas fisik

diantaranya menurut (Almatsier, 2003). Aktifitas fisik ialah gerakan fisik

yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktifitas fisik

adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang

memerlukan pengeluaran energi. Aktifitas fisik yang tidak ada (kurangnya

aktifitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis,

dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global

(WHO, 2010). Oleh karena itu, olahraga atau melakukan aktifitas fisik

berperan sangat penting bagi tubuh seseorang, supaya tetap sehat dan

bugar setiap hari.

2. Jenis – jenis olahraga

Terdapat beberapa jenis olahraga atau aktifitas fisik yang sesuai untuk

remaja,diantaranya sebagai berikut (Nurmalina, 2011):

a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya

tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan

(endurance). Contoh : berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju

/ piring, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, belajar di rumah.


21

b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau terus menerus,

gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh :

berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan

peliharaan, bersepeda, bermain alat musik, jalan cepat.

c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga

membutuhkan kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh :

berlari, bermain sepak bola, aerobik, bela diri (misal karate,

taekwondo, pencak silat), dan outbound.

Berdasarkan aktifitas fisik di atas, dapat disimpulkan faktor

kurangnya aktifitas fisik atau berolahraga seseorang penyebab dari

obesitas. Lakukan minimal 30 menit olahraga sedang untuk kesehatan

jantung, 60 menit untuk mencegah kenaikan berat badan, dan 90 menit

untuk menurunkan berat badan.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi olahraga

Beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas fisik atau olahraga bagi

remaja yang memiliki obesitas, berikut ini beberapa faktor tersebut

(Karim, 2002) :

a. Umur

Aktifitas fisik remaja sampai dewasa meningkat mencapai

maksimal pada usia 25 – 30 tahun, kemudian akan terjadi

penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira – kira

sebesar 0,8 – 1 % per tahun, tetapi bila rutin berolahraga

penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.


22

b. Jenis kelamin

Sampai pubertas biasanya aktifitas fisik remaja laki – laki

hampir sama dengan remaja perempuan, tetapi setelah pubertas

remaja laki – laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

c. Pola makan
Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas

fisik atau berolahraga, karena bila jumlah makanan dan porsi

makanan lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah lelah, dan

tidak ingin melakukan kegiatan seperti olahraga atau menjalankan

aktifitas lainnya. Kandungan dari makanan yang berlemak juga

banyak mempengaruhi tubuh untuk melakukan aktifitas sehari –

hari ataupun berolahraga, sebaiknya makanan yang akan

dikonsumsi dipertimbangkan kandungan gizinya agar tubuh tidak

mengalami kelebihan energi namun tidak dapat dikeluarkan secara

maksimal.

d. Penyakit / kelainan pada tubuh

Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh,

obesitas, hemoglobin / sel darah dan serat otot. Bila ada kelainan

pada tubuh seperti kekurangan sel darah merah, maka orang

tersebut tidak diperbolehkan untuk melakukan olahraga yang berat.

Obesitas juga menjadikan kesulitan dalam melakukan aktifitas

fisik.
23

4. Aktifitas fisik remaja obesitas

Aktifitas remaja obesitas sama seperti aktfitas fisik yang dilakukan

oleh remaja dengan berat badan yang normal. Hanya saja yang

membedakan dari semua itu durasi dan frekuensi saat beraktifitas atau

berolahraga, remaja yang obesitas cenderung menyukai kegiatan di dalam

ruangan misalnya nonton TV lebih dari 1 jam, belajar sambil ngemil,

bermain game, tidur dalam waktu yang lama, dan makan yang tidak

teratur. Kegiatan di luar ruangan tidak begitu disukai karena cuaca di luar

yang panas sehingga terlalu banyak keluar keringat dan mudah lelah

(Adina, 2004).

Aktifitas remaja tidak harus berupa program olahraga yang

terstruktur. Aktifitas apapun yang membuat mereka tetap bergerak aktif

dapat menjadi cara yang tepat untuk membakar kalori dan meningkatkan

stamina. Bila orang tua menginginkan anaknya menjadi remaja yang aktif,

maka orang tua harus menjadi contoh sebagai individu yang aktif. Salah

satu contoh mudah yang dapat dilakukan adalah dengan membiasakan diri

menggunakan tangga,bukan lift atau eskalator, berolahraga setiap pagi hari

setidaknya 30 menit cukup untuk beraktifitas. Biarkan seseorang secara

bergantian memilih aktifitas apa yang akan mereka lakukan pada akhir

pekan (Adina, 2004).

5. Manfaat aktifitas fisik bagi remaja

Remaja membutuhkan aktifitas fisik karena ada keuntungan bagi

mereka dalam waktu jangka panjang dan keuntungan bagi mereka


24

terutama dalam tahun – tahun atau masa – masa pertumbuhan sehingga

pertumbuhan mereka dapat menjadi optimal.Beberapa keuntungan untuk

remaja dari aktif secara fisik antara lain (Nurmalina, 2011) :

a. Membantu menjaga otot dan sendi tetap sehat.

b. Membantu meningkatkan mood atau suasana hati,.

c. Membantu menurunkan kecemasan, stress, dan depresi (faktor

yang berkontribusi pada penambahan berat badan).

d. Menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi

dan diabetes.

e. Meningkatkan fungsi organ – organ vital seperti jantung dan paru –

paru.

f. Mengurangi kanker yang terkai dengan kelebihan berat badan.

6. Cara mengukur aktifitas fisik

Aktifitas fisik diukur menggunakan kueisoner yang disebut

APARQ (Adolescent Physical Activity Recall Questionnare). Seseorang

menuliskan jenis, frekuensi, dan durasi aktifitas yang biasa dilakukan

selama seminggu kedalam kueisoner tersebut. Selanjutnya aktifitas di nilai

menjadi dua yaitu aktif, kurang aktif dan inaktif.

Seseorang dikatakan aktif apabila berpartisipasi dalam aktifitas

berat paling sedikit 3 kali seminggu untuk minimal 20 menit per hari,

dikatakan kurang aktif hanya melakukan aktifitas sedang paling sedikit 3

jam perhari dalam 1 minggu, dan dikatakan tidak aktif bila tidak

memenuhi syarat diatas (Booth, 2006).


25

BAB 3

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

STRES RINGAN

TINGKAT STRES
STRES SEDANG

STRES BERAT
OBESITAS

JENIS KELAMIN
UMUR

JUNK FOOD OLAHRAGA RIWAYAT KELUARGA

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : : diteliti

: tidak diteliti

Penjelasan Kerangka Konsep

Obesitas dapat terjadi karena beberapa faktor yang terdiri dari :

1. Umur

Umur belum bisa memastikan sebagai penyebab utama obesitas,

dikarenakan obesitas tidak memandang umur seseorang, pada umur

berapapun bisa mengalami kegemukan.


26

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin tidak bisa dihubungkan dengan penyebab utama obesitas,

dikarenakan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap obesitas.

3. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang memiliki peranan yang kuat dalam menimbulkan

obesitas. Namun pada dasarnya seseorang yang memiliki orang tua

obesitas belum tentu kelak bisa mengalami obesitas.

4. Stres

Stres disini pada dasarnya terletak pada faktor psikologis yang bisa

berdampak obesitas. Beberapa orang apabila memiliki permasalahan

berlebih yang menyebabkan stress, makanan sebagai pelarian untuk

melampiaskan masalah tersebut sehingga bisa menimbulkan obesitas.

5. Junk food

Junk food ini terdiri dari minuman dan makanan cepat saji yang

mengandung lemak atau kalori tinggi dan serat yang rendah apabila

dikonsumsi secara berlebihan bisa menimbulkan obesitas.

6. Olahraga

Olahraga yang tidak teratur akan menjadikan penyebab utama obesitas

bagi masyarakat umumnya. Apabila olahraga yang tidak teratur namun

untuk konsumsi makanan yang tetap atau meningkat, bisa menimbulkan

obesitas.
27

A. Hipotesis Penelitian

H0 : Stres, junk food dan olahraga tidak berhubungan dengan obesitas

pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya angkatan 2015.

H1 : Stres, junk food, dan olahraga berhubungan dengan obesitas pada

mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya angkatan 2015.


28

BAB 4

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Stress, dengan

Obesitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya Angkatan 2015” ini termasuk penelitian potong lintang

atau cross sectional study karena data diambil dalam satu kali periode.

Pada penelitian ini akan digunakan jenis observasional analitik.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2015 kelas A dan

C yang berjumlah 80 siswa.

2. Sampel

a. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2015 yang

sesuai dengan kriteria penelitian. Kriteria responden yang layak

untuk diteliti yaitu sebagai berikut :


29

a) Kriteria inklusi

Pada penelitian ini, kriteria inklusi adalah sebagai

berikut;

1) Bersedia mengisi Informed Consent

2) Mahasiswa aktif / mengikuti KRS Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya angkatan 2015 pada tahun

pembelajaran 2016.

b) Kriteria eksklusi

1) Mahasiswa yang menolak mengisi kuisioner.

2) Mahasiswa yang sudah mengikuti penelitian

mendadak sakit dan tidak dapat mengikuti

perkuliahan.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel berdasarkan simple random

sampling. Oleh karena peneliti tidak bisa memberikan kesempatan

yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Peneliti mempunyai beberapa kriteria responden.


30

c. Besar Sampel

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut :

n = N/1+N (d2)

= 80/1+80 (0,12)

= 80/1+80 (0,01)

= 80/1,8

= 45

d : Penyimpangan = 0,1

N : Populasi (Dahlan, M.Sopiyudin, 2008).

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

perhitungan rumus di atas adalah sebanyak 45 responden dari total

80 populasi.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2016.


31

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas :

Variabel bebas adalah stress, junk food, dan olahraga.

2. Variabel Tergantung :

Variabel tergantung adalah obesitas.

E. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Skala Pengukuran Skala


. Operasional Data
1 Stres Tingkat dimana Kuesioner dengan DASS 42, Ordinal
mahasiswa harus dengan kategori sebagai
berperan dalam berikut:
mengatasi 1. Tidak pernah
ancaman yang 2. Kadang-kadang
disebabkan oleh 3. Lumayan sering
perubahan, yang 4. Sering sekali
di pengaruhi oleh
stressor yang
dihadapi
2 Junk makanan cepat Kuesioner dengan 8 Ordinal
Food saji yang pertanyaan, dengan kategori
mengandung sebagai berikut :
lemak dan serat 1. Sering
rendah yang 2. Kadang – kadang
dikonsumsi 3. Tidak pernah
responden
3 Olahraga Kebiasaan Kuesioner dengan Ordinal
olahraga yang menggunakan jenis olahraga
dilakukan terdiri dari :
responden dalam 1. Olahraga ringan,
1 minggu 2. Olahraga sedang, dan
3. Olahraga berat
32

4 Obesitas Suatu keadaan menggunakan Indeks Masa Ordinal


dimana terjadi Tubuh ( IMT ) dengan
penumpukan ketentuan berat badan
lemak tubuh sebagai berikut :
berlebih yang 1. Underweight < 18,5
terjadi pada kg/𝑚2
responden, 2. Batas Normal 18,5 -22,9
sehingga berat kg/𝑚2
badan (BB) jauh 3. Overweight ≥ 23 kg/𝑚2
di atas normal

F. Prosedur Penelitian/Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Langkah dan Teknik Pengumpulan Data

Populasi : Mahasiswa angkatan 2015 Universitas Wijaya


Kusuma Surabaya kelas A dan C sejumlah 80 mahasiswa.

Sampel : 45 mahasiswa dengan menggunakan rumus Slovin


(Dahlan, M.Sopiyudin, 2008)

Persetujuan responden

Pengolahan dan Analisis Data


Data akan dianalisis dengan menggunakan program SPSS

Kesimpulan
33

Penjelasan Pengumpulan Data

a. Survei

Survei dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada

responden

b. Pengumpulan Data

G. Analisis Data

1. Teknik Analisis Data

Analisis data akan dilakukan dengan melihat hasil dari pengisian

kuesioner mengenai hubungan antara stres dengan obesitas pada

mahasiswa angkatan 2015 Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Kemudian hasil pengukuran akan dikategorikan dan diproses

menggunakan program komputer yaitu SPSS dengan uji korelasi

Spearman.

2. Langkah – Langkah Teknik Analisis Data

Langkah teknik analisis data menggunakan kuesioner dengan alat

ukur DASS 42 (Depression Anxiety Stres Scale 42) terdiri dari 42

pertanyaan yang terdiri dari tiga jenis keadaan emosional yaitu depresi,

kecemasan, dan stres pada seseorang. Skala untuk stres terdiri dari 14

pertanyaan yaitu nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, dan

39.
34

Setiap pertanyaan dinilai dengan skor antara 0-3, yaitu :

0 : Tidak pernah atau tidak sesuai dengan saya sama sekali

1 : Kadang-kadang

2 : Lumayan sering

3 : Sangat sesuai dengan saya atau sering sekali.

Interpretasi skor stres adalah sebagai berikut :

Normal : 0-14

Ringan :15-18

Sedang : 19-25

Berat : 26-33

Sangat berat : >34


35

DAFTAR PUSTAKA

Adina, Fitri. 2004. Dunia Bunda : Obesitas Mengintai Anakku. Jakarta :


Gramedia
Adityawarman. 2007. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh
pada Remaja. http://eprints.undip.ac.id (diunduh 02 Februari
2015).
Alfadillah. 2010. Fast Food Bagi Kehidupan Masyarakat. Dikutip dari
http://wans84.wordpress.com (diunduh 08 Juli 2015)
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Amelia, Friska. 2008. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik dan
Status Gizi pada Remaja DI Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
Provinsi Jambi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Asdie, A,H. 2005. Mencegah Obesitas Sejak Dini. http://www.kompas.com
Booth, Michael L, & Okely, Anthony D. 2006. APARQ (Adolscent Physical
Activity Recall Questionare). University Sydney : NSW.
Brannon, L., & Feist. 2007. Health psychology. San Fransisco :
Wadsworth.Cavanaugh, M. A. (2000). An empirical
examination of self-reported work stress among U.S
managers. Journal of Applied Psychology
Barness, Lewis A. John S. Curran. 2000. Nutrisi, Dalam: Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Ed. 15. Vol.I. Jakarta: EGC pp. 178- 232
CDC. 2014. Division of Nutrition, Physical Activity, and Obesity.
http://www.cdc.gov/obesity/data/prevalence-maps.html (diunduh
31 maret 2016).
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Salemba
Medika. Jakarta. Halm; 121-140
Dewi, L. 2011. Pola Makan Sehat dan Gaya Hidup yang Benar. Dikutip dari
http://www.rumahsakitmitrakemayoran.com/ (diunduh 08 Juli
2015)
Iswati Widjaja. 2011. Penyebab Obesitas. http://repository.usu.ac.id (diunduh 13
Mei 2016)
Karim, Faizati. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan.
Jakarta: Tim Departemen Kesehatan.
Kasper, Dennis L,et al. 2005. Harrison’s Principle of internal Medicine, 16th
edition. New York: McGraw-Hill Company. 64:h.422-426
Kemenkes. R.I, 2013. Pokok - pokok hasil Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS )
Nasional. http://www.depkes.go.id (diunduh 31 maret 2016).
Khomsan, A., 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja grafindo
Persada
Lovibon, S.H. Lovibon.P.F. 1995. Manual for the Depression, Anxiety and Stress
Scale. Second Edition. Psychology Foundation.
36

Musa. 2010. Faktor Risiko Obesitas Pada Remaja. Dikutip dari


http://www.dik.undip.ac.id (diunduh 08 Juli 2015)
Muwakhidah dan Dian Tri H. 2008. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Obesitas pada Remaja. Jurnal Kesehatan.I( 2 ) :133-140, hal.133.
Nurmalina, Rina. 2011. Pencegahan & Manajemen Obesitas. Bandung :Elex
Media Komputindo.
Nyoman,S., Bakri,B.,& Fajar,I. 2002. Penilaian status gizi. Jakarta:EGC.
Reily J.J. 2006. Obesity in childhood and adolescence: evidence based clinical
and public health perspectives. Postgraduate Medical Journal.
;82:429-437
Sarafino,E.P. 2002. Health psychology: Biopsychology social interactive (4𝑡ℎ
ed.). New York: John Willey & Sons.
Sari, Reni Wulan. 2008. Bahaya Makanan Cepat Saji dan Gaya Hidup Sehat
(Dangerous Junk Food). Yogyakarta : Oz.
Sheperd,A. 2009. Obesity; Prevalence, causes and clinical consequences.
Medical Sciences-Nurses And Nursing Journal. Vol. 23, Hal 51-
58.
Sherwood Lauralee. 2010. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, edisi 6.
Jakarta:EGC. 17h. 701-708
Sitorus, Ronald. 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Bandung : Yama
Widya.
Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Buku Ajar I, Jakarta
Sriati Aat. 2008. Hubungan antara tingkat stress dengan siklus menstruasi.
http://repository.unand.ac.id (diunduh 31 maret 2016).
Santrock,J.W. 2002. A topical approach to life-span development. New York :
McGraw-Hill.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Ibu Dan Anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sunaryo. 2002. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC
Takeshita, & Morimoto; Florentino “ Definition of Obesity”, 2002. Dalam
Universitas Sumatera Utara, 2013. http://repository.usu.ac.id
(diunduh 03 Februari 2016).
Thompson.J.K. 2001. Body image, eating disorders and obesity: An integrative
guide for assessment and treatment. Washington, DC: American
Psychological Association.
WHO. 2002. Appropiate body-mass index for Asians populations and its
implications for policy and intervention strategis.
http://www.who.int/nutrition/publication/bmi_asia_strategies.pdf
(diunduh 13 Mei 2016)
WHO. 2010. Physical Activity. Geneva.
Wiyano, Ageng, Nurfitriyani, Leli, dan Mentaya Putra, Ihsan. 2011. Penerapan
Mata Ajar Kesehatan pada Pendidikan Sekolah Dasar dan
Menengah dalam mencegah Epidemik Sindrom Metabolik. Karya
Tulis Ilmiah. Institut Pertanian Bogor, hal 2-3.
Wiramihardja,K. 2000. Obesitas dan penanggulangannya. Bandung:Granada.
Yulianti Devi.2004. Manajemen Stres. Jakarta:ECG. Hal 26-110
37

Anda mungkin juga menyukai