Abstrak - Untuk memenuhi kebutuhan energi membaiknya perekonomian di Sumatera dan adanya
listrik di Pulau Sumatera, PLN telah membuat program peningkatan rasio elektrifikasi di Sumatera.
jaringan interkoneksi dari seluruh pembangkit yang Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi
ada di kepulauan Sumatera. Namun interkoneksi listrik setiap tahunnya di Sumatera Barat, maka dirasakan
yang telah terpadu di Sumatera belum sepenuhnya perlu untuk membangun pembangkit tenaga listrik yang
menyelesaikan masalah defisit listrik yang terjadi. Hal baru. PLTU Batubara kambang 2x100 MW merupakan
itu dikarenakan pasokan energi dari pembangkit yang salah satu usaha pemanfaatan batubara yang berlimpah
tersedia masih lebih kecil dari beban yang harus dan mengurangi pemakaian solar untuk beberapa PLTD
dipenuhi. di Sumatera Barat. Lokasi pembangunan PLTU Batubara
Pembangunan PLTU Batubara Kambang 2x100 Kambang 2x100 MW berada di kabupaten Pesisir Selatan,
MW di daerah Sumatera Barat, termasuk ke dalam Sumatera Barat.
proyek 10.000 MW. PLTU Kambang akan dibangun
dengan kapasitas 2x100 MW. Pembangunan PLTU 1.2 Permasalahan
Kambang merupakan salah satu solusi untuk Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam
memenuhi kebutuhan beban yang terus berkembang penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
di Sumatera, khususnya di daerah Sumatera Barat. 1. Bagaimana kondisi eksisting ketenaga listrikan di
Adapun tinjauan pembangunan PLTU ini meliputi Sumatera Barat.
aspek teknis, ekonomi, sosial, serta aspek lingkungan. 2. Kebutuhan energi listrik di Sumatera dalam jangka
pendek dan berapa besar kapasitas daya yang
Kata Kunci : Interkoneksi Sumatera, PLTU Batubara, diperlukan pembangkit untuk mensuplai kebutuhan
Proyek 10.000 MW. energi listrik saat ini dan proyeksinya untuk masa
mendatang.
3. Bagaimana layout perencanaan serta komponen
I. PENDAHULUAN peralatan yang sesuai untuk pembangunan PLTU
1.1 Latar Belakang Kambang 2 x 100 MW.
Pulau Sumatera merupakan wilayah Negara 4. Seberapa besar peranan pembangunan PLTU
Indonesia yang sangat potensial untuk berkembang. Kambang 2x100 MW dalam mensuplai kebutuhan
Pertumbuhan ekonomi di Sumatera tercatat rata-rata 8 % listrik sistem kelistrikan Sumatera, khususnya
per propinsi pertahunnya. Pemerintah daerah tampaknya Sumatera Barat.
juga semakin tanggap menyongsong peluang 5. Dampak dari pembangunan PLTU Kambang 2x100
pengembangan daerah mereka, namun pertumbuhan MW terhadap tarif listrik di Sumatera Barat, ditinjau
ekonomi dan industri di Sumatera ini juga perlu dibarengi dari kemampuan daya beli masyarakat.
dengan penyediaan infrastruktur yang baik. Rasanya sulit
untuk menyangkal bahwa ketersediaan listrik turut 1.3 Batasan Masalah
mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan Dalam penulisan Tugas Akhir ini permasalahan
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. diatas dibatasi sebagai berikut:
Kebutuhan listrik di Pulau Sumatera jauh lebih kecil 1. Kebutuhan energi listrik di Sumatera Barat dibatasi
dibanding dengan kebutuhan listrik di Pulau Jawa, dengan hanya dalam kurun waktu antara 2009 sampai 2025.
pangsa hanya sekitar 16% pada tahun 2003 dan menjadi 2. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam
18% pada tahun 2025. Mengingat Pulau Sumatera akan pembangunan PLTU ini dibatasi hanya dalam aspek
menjadi lumbung energi dan dapat dikatakan pemakaian teknik, ekonomi, sosial dan lingkungan.
listrik di pulau ini masih tergolong rendah menyebabkan
peningkatan kebutuhan listrik di pulau ini diasumsikan 1.4 Tujuan
lebih tinggi dibanding Jamali, yaitu sebesar 8,6% per Tujuan dari penulisan ini adalah mempelajari dan
tahun, dari 21,14 TWh pada tahun 2003 menjadi 128,91 menganalisa pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW
TWh pada tahun 2025. Peningkatan pertumbuhan di Sumatera Barat dalam usaha pemenuhan kebutuhan
kebutuhan listrik 8,6% per tahun tersebut juga dipicu oleh tenaga listrik di Sumatera Barat khususnya dan di
i
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Sumatera pada umumnya melalui program 10.000 MW cerobong. Uap itu kemudian dialirkan ke turbin yang akan
dengan mempertimbangkan aspek teknik, ekonomi, sosial menyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros turbin
dan lingkungan. dikopel / digandeng dengan poros generator akibatnya
gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan
II. TEORI PENUNUJANG generator sehingga menghasilkan energi listrik.
2.1 Pembangkit Tenaga Listrik Sedangkan uap yang sudah dipakai dialirkan ke
Secara umum pembangkitan tenaga listrik dapat kondensor untuk didinginkan sehingga berubah menjadi
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu : air dan dengan bantuan pompa, air itu dialirkan ke boiler
1. Berdasarkan metode pembangkitannya, dapat sebagai air pengisi.
dibedakan menjadi: PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro
a. Metode pembangitan dengan konversi langsung static, yaitu suatu alat untuk mengendalikan partikel yang
(direct energy conversion), yaitu terbangkitnya akan keluar cerobong dan alat pengolah abu batubara.
energi listrik (dari energi primer) terjadi secara Pada waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada
langsung, tanpa keterlibatan bentuk energi lain kondensor naiknya begitu cepat, sehingga menyebabkan
sebagai perantara. kondensor menjadi panas. Sedangkan untuk mendingikan
b. Metode pembangkitan dengan konversi tak kondensor bisa di gunakan air, tapi harus dalam jumlah
langsung (indirect energy conversion), yaitu yang besar, hal inilah yang menyebabkan PLTU dibangun
terbangkitnya energi listrik (dari energi primer) dekat dengan sumber air yaitu di tepi sungai atau di tepi
berlangsung dengan cara melibatkan suatu bentuk pantai.
energi lain.
2. Berdasarkan proses pembangkitannya, dapat
dibedakan menjadi :
a. Pembangkit non thermal, yaitu pembangkit yang
dalam pengoperasiannya tanpa melalui proses
thermal atau pemanasan.
b. Pembangkit thermal, yaitu pembangkit yang dalam
pengoperasiannya melalui proses thermal atau
pembakaran.
2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2.5.1 Tahap Pra Konstruksi
Pembakaran batubara akan menghasilkan uap dan gas a. Persepsi Masyarakat
buang yang panas. Gas buang itu berfungsi juga untuk Dampak kegiatan pembangunan pembangkit listrik
memanaskan pipa boiler. Gas buang selanjutnya dialirkan tenaga uap pada tahap pra konstruksi antara lain ketika
ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat pengendap diadakan survei awal, dapat menurunkan persepsi
abu, setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui masyarakat karena ketidaktahuan masyarakat terhadap
ii
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
rencana kegiatan. Ini dapat diatasi dengan diadakannya c. Flora dan Fauna
penyuluhan kepada masyarakat mengenai rencana Pada saat pembuangan air pendingin ke laut, maka
kegiatan yang akan dilaksanakan secara rutin, dengan akan terjadi perubahan biota laut. Dampak tersebut berupa
mengadakan pendekatan terhadap tokoh-tokoh kematian biota yang sensitif terhadap temperatur.
masyarakat setempat dan para pemuka agama di daerah Sehingga dapat menurunkan keanekaragaman spesies
tersebut. sebagai akibatnya komunitas biota laut akan didominasi
oleh spesies yang resisten terhadap temperatur yang
b. Interaksi Sosial tinggi.
Jika pembangunan pembangkit terletak di lingkungan
permukiman penduduk, maka akan terjadi pemindahan 2.5.4 Tahap Pasca Operasi
penduduk. Bentuk pengelolaan lingkungan yang dapat Pada tahap ini dampak yang ditimbulkannya antara
dilakukan adalah mengadakan penyuluhan, menempatkan lain adanya pemutusan hubungan kerja dan tanah atau
penduduk di daerah yang baru dengan susunan sesuai lahan bekas pembangkit menjadi tanah yang gersang
dengan daerah asal, memperhatikan keinginan penduduk sehingga perlu untuk segera dilakukan pengolahan tanah
dan memberi penyuluhan kepada pendatang atau pekerja atau lahan tersebut.
untuk dapat membaur dengan penduduk setempat.
2.6 Energi Terjual
2.5.2 Tahap Konstruksi Perkiraan energi terjual PLN diperoleh dengan
a. Iklim, Flora, dan Fauna menjumlahkan energi terjual pada sektor rumah tangga,
Pada tahap konstruksi akan terjadi penurunan kualitas sektor komersil, sektor publik dan sektor industri.
udara berupa meningkatnya kandungan debu akibat
transportasi bahan bangunan, peralatan, dan pekerja di 2.7 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik
sepanjang jalan yang dilewati sarana transportasi menuju Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui
lokasi proyek. Jika lokasi pusat pembangkit tenaga listrik akan kebutuhan listrik di tahun yang akan datang dapat
dekat laut (untuk mempermudah transportasi bahan dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
bakar), maka dampak yang lain adalah terjadi perubahan metode regresi dan metode DKL 3.01 Metode regresi
mendasar pada biota laut. Ini akibat dari kegiatan adalah suatu peramalan dengna menggunakan metoda
reklamasi pantai. kecenderungan. Sedangkan metode DKL 3.01 merupakan
b. Sosial Ekonomi Budaya metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap
Dengan adanya pembangunan pembangkit tenaga pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi
listrik, maka akan tercipta lapangan kerja (sementara) tiap pelanggan.
selama pembangunan, serta terjadi peningkatan maupun
penurunan pendapatan masyarakat. Penurunan tingkat 2.6.1 Model DKL 3.01
pendapatan masyarakat terjadi akibat dari kegiatan Salah satu model peramalan beban adalah model
penguasaan lahan oleh PLN, sedangkan peningkatan DKL 3.01, digunakan untuk menyusun perkiraan dengan
pendapatan merupakan dampak tidak langsung dari model sektoral yaitu metode gabungan antara
kegiatan pengadaan tenaga kerja. kecenderungan ekonometris dan analitis. Perkiraan
kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk
2.5.3 Tahap Operasi menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat
a. Iklim wilayah. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung
Pada tahap pengoperasian akan terjadi penurunan kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan
kualitas udara yaitu berupa peningkatan konsentrasi gas- pelanggan menjadi lima sektor yaitu:
gas SO2, NOx dan CO2. Kegiatan yang menimbulkan 1. Sektor rumah tangga.
dampak terhadap kualitas udara adalah pengoperasian 2. Sektor bisnis.
unit-unit pembangkit yaitu pembakaran bahan bakar 3. Sektor publik.
minyak, gas alam, dan batubara. Saat pengoperasian juga 4. Sektor industri.
akan terjadi peningkatan kebisingan yang disebabkan oleh Dari parameter-parameter tersebut dapat diperoleh
dioperasikannya unit-unit pembangkit dan boiler. Tingkat konsumsi energi per kelompok pelanggan, sehinggga
kebisingan yang tinggi dapat mengganggu kesehatan didapatkan energi konsumsi total. Dengan peramalan ini
pendengaran penduduk setempat. diketahui energi konsumsi yang natinya dapat
b. Dampak Terhadap Air memprediksi kapasitas pembangkit yang akan di bangun.
Pada saat pusat pembangkit tenaga listrik beroperasi Metode DKL 3.01 ini menggunakan pendekatan analisa
akan terjadi penurunan kualitas air permukaan yang data statistik penjualan tenaga listrik.
digunakan sebagai pendingin. Jika pembangkit dibangun
dekat laut dan menggunakan air laut sebagai 2.6.2 Model Regresi Linier
pendinginnya, maka kenaikan temperatur air laut disekitar Metode Regresi Linier Berganda dapat digunakan
outlet akan mengganggu biota laut. Air laut juga akan untuk menghitung proyeksi kebutuhan energi listrik
terjadi peningkatan logam Fe,Ni, akibat adanya rembesan jangka panjang. Dalam ini diperlukan faktor / parameter
penimbunan logam padat. yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam
iii
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
iv
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
maka : untuk i = 6%
KB = P x CF x SFC x 8760 ............................ (4.1) 0 , 06 (1 + 0 , 06 ) 25
dimana : CRF = = 0,0783
(1 + 0 , 06 ) 25 − 1
KB = kebutuhan batubara perhari (kg/hari).
P = daya pembangkit (kWh). Sehingga untuk PLTU batubara konvensional, dengan :
CF = capacity factor (%). m = faktor manfaat yaitu sebesar 85% (65% hingga 85%)
SFC = kebutuhan batubara tiap kWh (kg/kWh). To = jumlah jam per tahun (24 jam x 365 hari = 8760 jam)
Sebuah pembangkit batubara thermal, berbahan bakar Ps = biaya pembangkitan (US$/kWh)
batubara dengan kapasitas pembangkit 2x100 MW, Biaya Total Investasi
= .............................. (4.4)
batubara yang digunakan yaitu jenis lignit dengan nilai Kapasitas Pembangkit
kalor 4200 kcal/kg, capasity factor (CF) pembangkit 200 x10 6
sebesar 85%, dan kebutuhan batubara tiap kWh sebesar Ps =
0,514 kg/kWh, maka nilai estimasi banyaknya batubara 200 x10 3 kWh
yang dibutuhkan oleh pembangkit adalah sebagai berikut : = 1000 US$/kWh
KB = 2 x 100 x 0,85 x 0,514 x 8760 maka di dapat capital cost (CC) sebagai berikut :
= 765.448,8 ton per tahun untuk i = 12% untuk i = 6%
PLTU Kambang 2 x 100 MW, direncanakan akan CRF .Ps CRF .Ps
CC = CC =
beroperasi selama kurun waktu 25 tahun, sehingga m.To m.To
0,1275 x 1000
kebutuhan batubara selama beroperasi : = = 0,0783 x 1000
KB = 765.448,8 x 25 0,85 x 8760 0,85 x 8760
= 19.136.220 ton = 0,017123 US$/kWh = 0,010515 US$/kWh
Dengan banyaknya batubara yang dibutuhkan yaitu
sebesar 19.136.220 ton selama beroperasi, dengan 4.3.2 Biaya Bahan Bakar (Fuel Cost)
mengasumsikan bahwa cadangan batubara jenis lignit di Untuk perhitungan biaya bahan bakar (fuel cost),
Propinsi Sumatera Barat yaitu sebanyak ± 200 juta ton, sangat dipengaruhi oleh harga bahan bakar yang
maka dapat dilhat bahwa kebutuhan akan batubara digunakan yakni batubara. Untuk harga batubara dengan
sebagai bahan bakar pada PLTU Kambang yaitu sebesar 4200 kcal yaitu sebesar 48.83 US$/ton atau 0,04883
9,568% dari cadangan batubara propinsi Sumatera Barat. US$/kg = Rp 537,13/kg dengan asumsi 1US$ = Rp
10.000.
4.3 Analisa Ekonomi Teknologi PLTU Biaya bahan bakar, dapat ditentukan dengan
Sedangkan untuk analisa mengenai aspek ekonomi menggunakan persamaan berikut :
yaitu menyangkut teknologi yang akan diaplikasikan pada 860 . Ui
pembangkit tersebut, seperti pada sistem pembangkitan, FC = / kWh .......................... (4.5)
η
investasi yang dibutuhkan, biaya bahan bakar, proyeksi dimana :
laba-rugi serta kelayakan investasi. 1kWh = 860 kcal
4.3.1 Estimasi Biaya Investasi Modal (Capital Cost) FC = harga bahan bakar (US$/satuan energi)
Biaya modal ini sering disebut juga fixed charge rate,
yaitu suatu faktor yang biasa digunakan untuk 860 x (1,16 x 10-5)
=
0,375
mengkonversikan pengeluaran-pengeluaran modal karena
pajak pendapatan, pajak milik, nilai asuransi dan = 0,026 US$/kWh
pengeluaran-pengeluaran tambahan dalam bentuk biaya = 2,26 cent/kWh
tahunan. Effisiensi (η) dari pembangkit terdiri banyak faktor,
CRF . Ps tetapi pada PLTU Kambang mempunyai effisiensi yang
CC = ............................................ (4.2) berkisar antara 32% hingga 37,5%. Untuk perhitungan
m .To
biaya bahan bakar (fuel cost) diasumsikan effisiensi (η)
CRF merupakan faktor pengembalian modal, yang sebesar 37,5%, maka didapat sebesar 0,0266 US$/kWh.
berarti nilai investasi yang ditanam untuk saat ini, yang
dihitung sampai dengan masa tahun pemanfaatan barang 4.3.3 Biaya Operasi dan Perawatan (Operation &
yang dibeli. Maintenance)
i (1 + i ) n Biaya operasi dan perawatan (O&M) dapat
CRF = ..................................... (4.3) ditentukan dengan persamaan berikut :
(1 + i ) n − 1
O & M Cost
dimana : Gs = .................................... (4.6)
m . To
i = bunga 12% dan 6% pertahun untuk pinjaman lunak. dimana :
n = masa pengoperasian pembangkit (PLTU). Gs = biaya O&M (US$/kWh)
maka : m = faktor manfaat (85%)
To = jam pertahun (8760 jam)
untuk i = 12% Biaya O&M tetap dan O&M variabel sudah termasuk
0 ,12 (1 + 0 ,12 ) 25 ke dalam biaya operasi dan perawatan (O&M) pertahun
CRF = = 0,1275
(1 + 0 ,12 ) 25 − 1 tiap unit pembangkit listrik batubara yaitu sebesar
v
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
4.736380,5 US$/tahun, maka besarnya biaya O&M berbanding Investment Cost. Pada tahun pertama untuk
adalah sebesar 0,318 cent/kWh investasi dengan subsidi 85% dengan suku bunga 6%
didapat persentase pertumbuhan keuntungan sebesar
4.3.4 Analisa Biaya Pembangkitan Total PLTU ±1,24%, kemudian untuk suku bunga 12% didapat
Biaya pembangkitan total merupakan penjumlahan persentase pertumbuhan keuntungan sebesar ± 0,74%.
dari biaya modal (capital cost), biaya bahan bakar (fuel
cost), biaya operasi dan perawatan (O&M), untuk suku 4.3.9 Payback Periode (PP)
bunga 6% didapat TC sebesar 0,0372 US$/kWh dan Payback Periode adalah lama waktu yang dibutuhkan
untuk bunga 12% didapat TC sebesar 0,0418 US$/kWh agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali
Tabel 4.1 Biaya Pembangkitan Energi Listrik PLTU dengan utuh. Investasi awal PLTU yaitu sebesar
Perhitungan
Suku Bunga 200.000.000 US$, karena nilai investasi terlalu mahal,
12% 6% maka di subsidi oleh pemerintah sebesar 85%. Sehingga
Biaya Pembangkitan (US$/kWh) 1000 1000
Umur Operasi (tahun) 25 25
investasi pembangunan PLTU menjadi 30.000.000 US$ .
Kapasitas (kW) 200.000 200.000 untuk suku bunga 6%, dengan pendapatan pertahun (CIF)
Biaya Bahan Bakar (US$/kWh) 0,02666 0,02666 sebesar 3,72 million US$ didapat nilai PP selama ± 1
Biaya O&M (US$/kWh) 0,00318 0,00318 tahun. Sedangkan untuk suku bunga 12% dengan
Biaya Modal (US$/kWh) 0,011986 0,00736 pendapatan pertahun (CIF) sebesar 2,23 million US$
Biaya Total (US$/kWh) 0,0469 0,0403
didapat nilai PP selama ± 2 tahun.
Investasi (million US$) 200 200
vi
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
vii
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Lanjutan Tabel 4.7............................................................................... sebesar 1,6 cents US$/kWh. Keputusan ini diambil
Load Beban Konsumsi Daya Cadangan berdasarkan konferensi ”Kyoto Protocol”.
Tahun
Faktor Puncak Energi Total Mampu Sistem
(t)
(LF) (MW) (GWh) (MW) (MW)
2019 0,54 967,18 4.235,41 586,2 -380,98
2020 0,54 1048,89 4.610,80 586,2 -462,69
2021 0,54 1142,61 5.041,35 586,2 -556,41
2022 0,55 1250,39 5.536,39 586,2 -664,19
2023 0,55 1374,66 6.106,91 586,2 -788,46
2024 0,55 1518,26 6.765,85 586,2 -932,06
2025 0,55 1684,53 7.528,39 586,2 -1098,33
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mulai tahun
2012 sudah diperlukan adanya penambahan daya untuk
memenuhi kebutuhan beban listrik di Sumatera Barat,
artinya di Sumatera Barat kemungkinan akan mengalami
krisis dalam penyediaan tenaga listrik mulai tahun 2012 Gambar 4.3 Grafik Emisi Gas dari
sebesar 26,78 MW. Berbagai Pembangkit
viii
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
sehingga setelah pembangunan PLTU diharapkan 15. PT PLN (PERSERO) Wilayah Sumatera Barat,
IPM propinsi Sumatera Barat akan semakin Statistik Sumatera Barat 2008, Padang 2008.
meningkat dengan seiringnya reduksi shortfall. 16. PT. PLN (PERSERO), Statistik PLN 2008,
Jakarta, 2008.
5.2 Saran 17. DJLPE – DESDM, Indonesia Energy Outlook
1. Pembangunan PLTU Kambang 2x100 MW perlu & Statistics 2004, Jakarta, 2005.
segera dilakukan, sehingga kebutuhan energi listrik di 18. DESDM, RUKN 2006-2026, Jakarta, 2007.
Sumatera Barat untuk tahun-tahun mendatang dapat 19. Abdul Kadir, Energi : Sumber Daya, Inovasi,
terpenuhi dengan baik. Tenaga Listrik dan Potensi Ekonomi,
2. Pemerintah daerah propinsi Sumatera Barat harus Universitas Indonesia, Jakarta, 1995.
meningkatkan infrastruktur yang ada, dengan begitu 20. DJLPE, Potensi Batubara Sumatera Barat,
tingkat kesejahteraan masyarakat dapat meningkat 2009.
dan nilai IPM di propinsi Sumatera Barat meningkat. 21. Arif Satria Putra Permana, Studi Perencanaan
3. Analisa perkiraan kebutuhan energi listrik Sumatera Pembangunan PLTU Teluk Sirih 2 x 100 MW,
Barat 2009 – 2025 ini dapat dijadikan pertimbangan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS,
dalam melaksanakan realitasnya di lapangan. Surabaya, 2009.
4. Seringnya terjadi pemadaman di wilayah Sumatera 22. Tim Markal BPPT, Prakiraan Penduduk dan
Barat terutama karena adanya perbaikan atau Laju Pertumbuhan PDB Tahun 2003 s.d. 2025,
kerusakan sebaiknya melakukan penjadwalan Jakarta, 2004.
pembangkit dengan baik sehingga pemadaman 23. DESDM, Peraturan Menteri ESDM No. 269-
ataupun defisit dapat di kurangi bahkan dihilangkan. 12/26/600.3/2008 tentang Biaya Pokok
Adapun solusi yang dilakukan adalah dengan Penyediaan (BPP) Listrik Propinsi di
pembangunan pembangkit PLTU Kambang 2x100 Indonesia, Jakarta, 2008.
MW dan merealisasikan ”Skenario Energi Mix 24. Presiden Republik Indonesia, Undang -
Nasional” dalam jangka waktu tertentu (2005-2025), Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun
yang tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional 2009 tentang Ketenagalistrikan, Jakarta, 2009.
(KEN).
BIOGRAFI PENULIS
DAFTAR PUSTAKA
1. Anab Afifi, Interkoneksi Kelistrikan Sumatera Penulis dilahirkan di
2008, PT. Pro Fajar, Jakarta, 2008. Magetan pada tanggal 30
2. Moch Muchlis dan Adhi Darma Permana, Juni 1985 dengan nama
Proyeksi Kebutuhan Listrik PLN Tahun 2003 lengkap Hamid Paminto
s.d. 2020, 2004. Nugroho. Pada tahun
3. PT PLN (PERSERO) P3B Sumatera, Status 1998, lulus dari SD Negeri
Harian Pembangkit SUMBAGTENG, 2009. 2 Magetan dan
4. DJLPE, Pembangunan PLTU di Sumatera melanjutkan studi ke
Barat, 2009. SLTP Negeri 1 Magetan.
5. Syariffuddin Mahmudsyah, Diktat Kuliah Pada tahun 2004, lulus
Manajemen Energi Listrik, Jurusan Teknik dari SMU Negeri 2
Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008. Magetan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Politeknik
6. P. Shlyakhin, Turbin Uap, Erlangga, Jakarta, Elektronika Negeri Surabaya – ITS program Diploma
1990. mengambil bidang studi Teknik Elektro Industri dan lulus
7. M.M. El Wakil, Instalasi Pembangkit Daya, pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan
Erlangga, Jakarta, 1992. program Sarjana di Jurusan Teknik Elektro Institut
8. Zuhal, Ketenagalistrikan Indonesia, PT. Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan mengambil
Ganeca Prima, 1995. bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Penulis dapat
9. Syariffuddin Mahmudsyah, Diktat Kuliah dihubungi melalui e-mail : midtho@yahoo.com.
Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik
Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008.
10. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga
Listrik, Graha Ilmu, 2006.
11. Ari Sulistiyawati, Analisis Korelasi dan
Regresi Linier, 2009.
12. UNDP, Human Development Index 2007 s.d.
2008, Human Development Index, 2008.
13. Pemerintah Propinsi Sumatera Barat,
Demografi Sumatera Barat, 2009.
14. Badan Pusat Statistik, Sumatera Barat Dalam
Angka 2008, Padang, 2008.
ix