Anda di halaman 1dari 6

Zelta Pratiwi Gustimigo|Kualitas Tidur Penderita Diabetes Melitus

Kualitas Tidur Penderita Diabetes Melitus

Zelta Pratiwi Gustimigo


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diabetes melitus (DM) menjadi masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Penderita
penyakit diabetes melitus, umumnya merasakan ketidaknyamanan akibat dari simptom atau tanda dan gejala dari penyakit.
Gejala klinis tersebut, pada malam hari juga dialami oleh penderita penyakit diabetes melitus, hal ini tentu dapat
mengganggu tidurnya. Gangguantidurberupasulitmemulaitidur, seringterbangunatausulitterlelapketikatidur.Gangguan ini
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas tidur pada penderita. kurang tidur selama periode yang lama dapat
menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada serta berdampak pada lamanya proses
penyembuhan.Terjadi penurunan kualitas tidur pada penderita diabetes melitus. Gangguan tidur pada penderita diabetes
dapat memperburuk kondisi penyakit yang dialami penderita.

Kata kunci: diabetes melitus, komplikasi, kualitas tidur, tidur.

The Sleep Quality Of Patient With Diabetes Mellitus


Abstract
Diabetes mellitus ( DM ) is a public health problem, not only in Indonesia but also in the world.Patient ofDiabetes mellitus,
generally feel discomfort because of the signs and symptoms of the disease. Those clinical symptoms also experienced by
patients of diabetes mellitus at night, it certainly can disruptthe sleep pattern. Sleep disordersuch difficultto start sleep,
wake up frequently at night or difficult to sleep loudly. These disorders causesa reduction in the quality of sleep in patients.
Lack of sleep for long periods can cause new diseaseor aggravate the process of recovery. There is reduction in the quality
of sleep in patients with diabetes mellitus. Sleep disorder canaggravate the condition of diabetes mellitus patient.

Keywords: complication,diabetes melitus, quality sleep, sleep.

Korespondensi: ZeltaPratiwi Gustimigo, Alamat Jl. Arif Rahman Hakim No. 1 TR 1 BTN 3 Way Halim Permai Bandar Lampung,
HP. 081369792970, zeltapratiwigustimigo@ymail.com

Pendahuluan meningkatnya frekuensi terbangun, sulit


Diabetes melitus (DM) merupakan suatu tertidur kembali, ketidakpuasan tidur yang
kelompok penyakit metabolik yang ditandai akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas
dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defek tidur.3
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.1
Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan Isi
masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu
juga dunia. Prevalensi penyakit ini terus kelompok penyakit metabolik yang ditandai
bertambah secara global. Prevalensi DM dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defek
menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.1
tahun 2013 secara nasional adalah sebesar 6,9 Keadaan hiperglikemia ini merupakan awal
% meningkat dari tahun 2007 yang hanya penyebab dari kerusakan jaringan terutama
sebesar 5.8% dan menempatkan DM pada berpengaruh terhadap sel tertentu yaitu sel
urutan ke-6 sebagai penyakit penyebab endotel kapiler di retina, sel mesangial di
kematian terbanyak sedangkan untuk Provinsi glomerulus ginjal, dan sel neuron di jaringan
Lampung prevalensi kejadian diabetes melitus saraf tepi.2 Menurut The Expert Committe on
adalah 0,8%.2 The Diagnosis and Classification of Diabetes
Penderita penyakit DM, umumnya Melitus 2003, penyakit DM dikelompokkan
merasakan ketidaknyamanan akibat dari menjadi 4 berdasarkan etiologinya yaitu DM
simptoms atau tanda dan gejala dari penyakit. tipe 1, DM tipe 2, DM tipe khusus lain dan DM
Gejala klinis tersebut, pada malam hari juga gestasional.3 Diabetes melitus tipe 2, yang
dialami oleh penderita penyakit DM, hal ini paling sering dijumpai, ditandai dengan adanya
tentu dapat mengganggu tidurnya. Terjadinya gangguan sekresi dan kerja insulin.
gangguan tidur akan berdampak pada Hiperglikemi pada DM tipe 2 dapat dicegah

Majority | Volume4 | Nomor 8 | November 2015|133


Zelta Pratiwi Gustimigo|KualitasTidurPenderita Diabetes Melitus

dengan menggunakan obat antihiperglikemi manifestasi klinis dapat berupa gangguan


oral disamping modifikasi diet.3Hiperglikemia sensoris, motorik, dan otonom. Proses kejadian
memiliki peran sentral terjadi komplikasi pada neuropati biasanya progresif dimana terjadi
DM. Pada keadaan hiperglikemia, akan terjadi degenerasi serabut-serabut saraf dengan
peningkatan jalur polyol, peningkatan gejala-gejala nyeri atau bahkan baal. Saraf yang
pembentukan protein glikasi non enzimatik terserang biasanya adalah serabut saraf
serta peningkatan proses glikosilasi itu sendiri, tungkai atau lengan. Neuropati disebabkan
yang menyebabkan peningkatan stres oksidatif adanya ke rusakan dan disfungsi pada struktur
dan pada akhirnya menyebabkan komplikasi syaraf akibat adanya peningkatan jalur polyol,
baik vaskulopati, retinopati, neuropati ataupun penurunan pembentukan myoinositol,
nefropati diabetika. Komplikasi kronis ini penurunan Na/K ATPase, sehingga
berkaitan dengan gangguan vaskular, yaitu menimbulkan kerusakan struktur syaraf,
komplikasi mikrovaskular dan komplikasi demielinisasi segmental, atau atrofi axonal.3
makrovaskular. 3 Komplikasi makrovaskular yang
Komplikasi mikrovaskular pertama pertama adalah arterosklerosis. Timbul akibat
adalah retinopati. Kecurigaan akan diagnosis aterosklerosis dan pembuluh-pembuluh darah
DM terkadang berawal dan gejala besar, khususnya arteri akibat timbunan
berkurangnya ketajaman penglihatan atau plakateroma. Makroangioati tidak spesifik pada
gangguan lain pada mata yang dapat mengarah diabetes, tetapi pada DM timbul lebih cepat,
pada kebutaan. Retinopati diabetes dibagi lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai
dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka
proliferatif dan proliferatif. Retinopati. Non kematian akibat penyakit,kardiovaskular dan
proliferatif merupakan stadium awal dengan penderita diabetes meningkat 4 hingga 5 kali
ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan dibandingkan orang normal.4
retinoproliferatif, ditandai dengan adanya Komplikasi makrovaskular kedua yaitu
pertumbuhan pembuluh darah kapiler, makroangiopati. Komplikasi makroangiopati
jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Pada umumnya tidak ada hubungannya dengan
stadium awal retinopati dapat diperbaiki kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi
dengan kontrol gula darah yang baik, telah terbukti secara epidemiologi bahwa
sedangkan pada kelainan sudah lanjut hampir hiperinsulinemia merupakan suatu faktor
tidak dapat diperbaiki hanya dengan kontrol resiko mortalitas kardiovaskular, dimana
gula darah, malahan akan menjadi lebih buruk peninggian kadar insulin menyebabkan resiko
apabila dilakukan penurunan kadar gula darah kardiovaskular semakin tinggi pula. Kadar
yang terlalu singkat.3 insulin puasa lebih dari 15 mU/mL akan
Komplikasi mikrovaskular kedua adalah meningkatkan risiko mortalitas koroner
nefropati diabetika.Diabetes mellitus tipe 2, sebesar 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini
merupakan penyebab nefropati paling banyak, dikenal sebagai factor aterogenik dan diduga
sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal berperan penting dalam timbulnya komplikasi
terminal. Kerusakan ginjal yang spesifik pada makrovaskular.3
DM mengakibatkan perubahan fungsi Komplikasi makrovaskular yang ketiga
penyaring, sehingga molekul-molekul besar berupa Penyakit Jantung Koroner. Berdasarkan
seperti protein dapat lolos ke dalam kemih. studi epidemiologis, maka diabetes merupakan
Akibat nefropati diabetika dapat timbul suatu faktor risiko koroner. Ateroskierosis
kegagalan ginjal yang progresif. Nefropati koroner ditemukan pada 50 hingga 70%
diabetik ditandai dengan adanya proteinuri penderita diabetes. Akibat gangguan pada
persisten atau lebih dari 0.5 gr/24 jam, koroner timbul insufisiensi koroner atau angina
terdapat retinopati dan hipertensi. Dengan pektoris yaitu, nyeri dada paroksimal seperti
demikian upaya preventif pada nefropati tertindih benda berat dirasakan didaerah
adalah kontrol metabolisme dan kontrol rahang bawah, bahu, lengan hingga
tekanan darah.2,3 pergelangan tangan yang timbul saat
Komplikasi mikrovaskular neuropati beraktifitas atau emosi dan akan mereda
umumnya berupa polineuropati diabetika, setelah beristirahat atau mendapat nitrat
kompikasi yang sering terjadi pada penderita sublingual. Akibat yang paling serius adalah
DM, lebih 50% diderita oleh penderita DM. infark miokardium, dimana nyeri menetap dan

Majority | Volume4 | Nomor 8 | November 2015|134


Zelta Pratiwi Gustimigo|Kualitas Tidur Penderita Diabetes Melitus

lebih hebat dan tidak mereda dengan yang berirama sepanjang kurang lebih 24 jam,
pemberian nitrat. Namun gejala-gejala dapat yaitu berirama sirkadian. Umumnya,
tidak timbul pada penderita diabetes sehigga organisme-organisme tersebut menjadi terlatih
perlu perhatian yang lebih teliti.5 seirama dengan siklus cahaya siang-malam
Komplikasi makrovaskular keempat yang terjadi di lingkungannya.8 Irama sirkadian
berupa stroke. Aterosklerosis serebri mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan
merupakan penyebab mortalitas kedua fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu
tersering pada penderita diabetes. Kira-kira tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi
sepertiga penderita stroke juga menderita hormone, kemampuan sensorik, dan suasana
diabetes. Stroke lebih sering timbul dan hati tergantung pada pemeliharaan siklus
dengan prognosis yang lebih serius untuk sirkadian 24 jam.9 Zona tidur otak depan basal
penderita diabetes. Akibat berkurangnya aliran meliputi bagian-bagian dari hipotalamus. Dari
arteri karotis interna dan arteri vertebralis hipotalamus, jalur endokrin dan saraf yang
timbul gangguan neurologis akibat iskemia menuju ke berbagai bagian tubuh, mengatur
berupa pusing, sinkop, hemiplegia parsial atau irama ini, termasuk pelepasan melatonin di
total, afasia sensorik dan motorik serta malam hari, yang berfungsi sebagai sinyal
keadaan pseudo-dementia.6 waktu sistemik.10
Komplikasi makrovaskular kelima yaitu Sebagian besar, organisme hidup
penyakit pembuluh darah. Proses awal menunjukkan adanya fluktuasi fungsi tubuh
terjadinya kelainan vaskuler adalah adanya yang berirama sepanjang kurang lebih 24 jam,
aterosklerosis, yang dapat terjadi pada seluruh yaitu berirama sirkadian. Umumnya,
pembuluh darah. Apabila terjadi pada organisme-organisme tersebut menjadi terlatih
pembuluh darah koronaria, maka akan seirama dengan siklus cahaya siang-malam
meningkatkan risiko terjadi infark miokar, dan yang terjadi di lingkungannya.10 Irama sirkadian
pada akhirnya terjadi payah jantung. Kematian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan
dapat terjadi 2 hingga 5 kali lebih besar pada fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu
diabetes dibanding pada orang normal. Risiko tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi
ini akan meningkat lagi apabila terdapat hormone, kemampuan sensorik, dan suasana
keadaan keadaan seperti dislipidemia, hati tergantung pada pemeliharaan siklus
obesitas, hipertensi atau merokok. Penyakit sirkadian 24 jam.8 Zona tidur otak depan basal
pembuluh darah pada diabetes lebih sering meliputi bagian-bagian dari hipotalamus. Dari
dan lebih awal terjadi pada penderita diabetes hipotalamus, jalur endokrin dan saraf yang
dan biasanya mengenai arteri distal. Pada menuju ke berbagai bagian tubuh, mengatur
diabetes, penyakit pembuluh darah perifer irama ini, termasuk pelepasan melatonin di
biasanya terlambat didiagnosis yaitu bila sudah malam hari, yang berfungsi sebagai sinyal
mencapai fase IV. Faktor-faktor neuropati, waktu sistemik.10
makroangiopati dan mikroangiopati yang Irama biologis tidur seringkali menjadi
disertai infeksi merupakan faktor utama sinkron dengan fungsi tubuh yang lain. Jika
terjadinya proses gangren diabetik. Pada siklus tidur-bangun menjadi terganggu
penderita dengan gangren dapat mengalami misalnya perputaran dinas kerja, maka fungsi
amputasi, sepsis, atau sebagai faktor pencetus fisiologis lain dapat berubah juga. Kegagalan
koma, ataupun kematian.7 untuk mempertahankan siklus tidur-bangun
Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar individual yang biasanya dapat secara
yang dialami seseorang yang dapat berlawanan mempengaruhi kesehatan
dibangunkan kembali dengan indera atau keseluruhan seseorang.8
rangsangan yang cukup.5 Tiap individu Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif
membutuhkan jumlah yang berbeda untuk dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur,
tidur. Tanpa jumlah tidur yang cukup, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur,
kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat frekuensi terbangun dan aspek subjektif
keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas seperti kedalaman dan kepulasan tidur.11
harian akan menurun, dan meningkatkan Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat
iritabilitas.8 bervariasi dan individual yang dapat
Sebagian besar, organisme hidup dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk
menunjukkan adanya fluktuasi fungsi tubuh tidur pada malam hari atau efisiensi tidur.

Majority | Volume4 | Nomor 8 | November 2015|135


Zelta Pratiwi Gustimigo|KualitasTidurPenderita Diabetes Melitus

Beberapa penelitian melaporkan bahwa kaki, nyeri dan ketidaknyamanan fisik.Nokturia


efisiensi tidur pada usia dewasa muda adalah adalah berkemih pada malam hari yang
80-90%.12 mengganggu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini
Manusia dapat mengembangkan yang paling umum pada lansia dengan
aktivitasnya sesuai dengan kualitas tidur yang penurunan tonus kandung kemih atau pada
dialaminya karena adanya tidur dengan orang yang berpenyakit jantung, diabetes,
tahapan-tahapannya. Dengan siklus tidur- uretritis, atau penyakit prostat. Setelah
bangun itu maka manusia dapat memelihara seseorang berulang kali terbangun untuk
kesegarannya, kebutuhan dan metabolisme berkemih, menyebabkan sulit untuk kembali
seluruh tubuh sepanjang usianya.13 tidur.16
Durasi dan kualitas tidur beragam Jika kadar gula darah sampai diatas 160
diantara orang-orang dari semua kelompok – 180mg/dl, maka glukosa akan sampai ke air
usia. Seseorang mungkin merasa cukup kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal
beristirahat dengan 4 jam tidur sementara akan membuang air tambahan untuk
yang lain membutuhkan 10 jam. Hingga usia 1 mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
bulan neonatus memerlukan tidur selama 20 hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih
jam sehari. Sesudah itu tampaknya ia cukup dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
tidur selama 10-12 jam sehari. Orang dewasa sering berkemih dalam jumlah yang banyak.
cukup tidur selama 6-8 jam sehari, bergantung Akibatnya penderita merasakan haus yang
pada kebiasaan yang membekas semasa berlebihan sehingga penderita banyak minum.
perkembangan menjelang dewasa.13 Dengan kondisi yang seperti ini penderita
Menurut riset University of Chicago, sering terbangun untuk minum.18 Sejumlah
Amerika Serikat, keseimbangan metabolisme besar kalori hilang kedalam air kemih,
terganggu bila kurang tidur minimal tiga hari penderita Diabetes Mellitus mengalami
dan dapat dihubungkan dengan kuantitas dan penurunan berat badan. Untuk
kualitas tidur. Kurang tidur dapat mengkompensasikan hal ini penderita
menyebabkan seseorang merasa mengantuk seringkali merasakan lapar yang luar biasa
yang berlebihan pada siang hari dan kurang Sehingga banyak makan. Hal ini dapat
berenergi serta menyebabkan gangguan mengganggu tidur penderita pada malam hari
konsentrasi.14Penderita diabetes mellitus, karena sering bangun.18
umumnya mengeluh sering berkemih, merasa Gatal-gatal pada kulit merupakan salah
haus, merasa lapar, rasa gatal-gatal pada kulit, satu gejala klinis penyakit diabetes mellitus.
dan keluhan fisik lainnya seperti mual, pusing Hal ini membuat penderita DM tidak nyaman
dan lain-lain. Gejala klinis tersebut, pada untuk tidur dan dapat menyebabkan terbangun
malam hari juga dialami oleh penderita dari tidur.18Bila gula tidak dikontrol atau tidak
penyakit diabetes mellitus, hal ini tentu dapat diobati, gejala kronis ini akan timbul dan ini
mengganggu tidurnya.15 Terjadinya gangguan akan menyebabkan penderita merasa tidak
tidur akan berdampak pada meningkatnya nyaman dan susah untuk tidur.19Keluhan nyeri
frekuensi terbangun, sulit tertidur kembali, pada ekstremitas merupakan keluhan umum
ketidakpuasan tidur yang akhirnya pada penderita diabetes mellitus, terutama
mengakibatkan penurunan kualitas tidur.16 pada penderita menahun apalagi dengan
Disamping itu, kurang tidur selama periode kendali glukosa yang tidak baik. Sensasi yang
yang lama dapat menyebabkan penyakit lain dirasakan dapat bermacam-macam seperti rasa
atau memperburuk penyakit yang ada3 serta terbakar, tertusuk. Hal ini ini menyebabkan
berdampak pada lamanya proses penderita susah untuk tidur. Ketidaknyamanan
penyembuhan.17 fisik merupakan penyebab utama kesulitan
Terdapat beberapa faktor gangguan untuk tidur atau sering terbangun pada malam
tidur yang dapat mempengaruhi kualitas tidur hari.8
pada penderita Diabetes Mellitus yaitu, faktor Faktor psikososial juga berperan
fisik, psiksosial, dan lingkungan.Faktor fisik terhadap kualitas tidur. Gangguan tidur
yang menyebabkan gangguan tidur pada dilaporkan oleh 90% individu yang mengalami
penderita Diabetes Mellitus meliputi nokturia, stres, perasaan cemas, dan depresi.12 Hal ini
sering merasa haus, sering merasa lapar, gatal- terjadi pada seseorang yang mempunyai
gatal pada kulit, kesemutan dan kram pada penyakit.8 Seseorang dapat mengalami stres

Majority | Volume4 | Nomor 8 | November 2015|136


Zelta Pratiwi Gustimigo|Kualitas Tidur Penderita Diabetes Melitus

emosional karena penyakit. Oleh karena itu ruangan tidak diatur maka seseorang tidak
emosi seseorang dapat mempengaruhi akan dapat tidur, walaupun dapat tidur maka
kemampuan untuk tidur. Stres emosional seseorang akan terbangun dengan
menyebabkan seseorang menjadi tegang dan kerongkongan kering seakan-akan seseorang
seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. tersebut menderita radang amandel.20Ruang
Stres juga menyebabkan seseorang mencoba dan tempat tidur yang nyaman. Ruang tidur
terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun merupakan tempat dimana seseorang
selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. melepaskan pikiran-pikiran yang penat atau
Stres yang berlanjut dapat menyebabkan lelah setelah seharian melakukan aktifitas.
kebiasaan tidur yang buruk.8 Stres dapat Apabila ruang tidur kotor ataupun bau maka
mengubah pola tidur seseorang dalam bisa dikatakan itulah faktor utama dari
beberapa waktu. Selama adanya stres susahnya tidur .20 Ukuran, kekerasan dan posisi
psikologis, waktu yang dibutuhkan untuk tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. 8
memulai tidur meningkat. 12 Cahaya atau lampu yang terlalu terang.
Penderita penyakit yang memiliki Tingkat cahaya dapat mempengaruhi
resiko terhadap kecemasan adalah mereka kemampuan untuk tidur. Level cahaya yang
yang takut dan khawatir akan penyakitnya, normal adalah cahaya disiang hari lebih terang
diisolasi dari keluarga dan kerabat, dan tidak apabila dibandingkan dengan malam hari.
familiar dengan lingkungan. Perasaan cemas Seseorang yang terbiasa dengan lampu yang
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk redup disaat tidur akan mengalami kesulitan
memulai tidur sangat lama, tahap tidur non eye tidur jika sorot lampu yang terlalu terang.12
rapid movement(NREM) ke 4 dan tidur rapid Ruangan yang terlalu panas/terlalu dingin
eye movement (REM) menurun, serta pasien seringkali menyebabkan seseorang gelisah.
lebih sering terbangun pada malam Keadaan ini akan mengganggu tidur
hari.12Depresi merupakan suatu penyakit yang seseorang.8 tahap tidur REM menurun jika
berpengaruh kepada efek kejiwaan. Seseorang suhu terlalu panas/terlalu dingin.Hasil
yang telah terkena depresi akan mengalami penelitian yang dilakukan oleh Kawakani
gangguan tidur yang mana ciri khas seseorang melaporkan bahwa tidur responden terganggu
yang terkena sindrome tersebut adalah susah akibat bau ruangan yang tidak nyaman.
untuk tidur dan selalu. 20 Sementara hal yang sama juga dilaporkan oleh
Faktor lingkungan juga bisa Karota-Bukit (2003)21 bahwa 13% responden
mempengaruhi seseorang untuk tidur dan mengalami gangguan tidur pada tingkat sedang
dapat menyebabkan gangguan tidur pada karena bau yang tidak nyaman.
setiap individu yaitu: suara/kebisingan,
ventilasi yang baik, ruang dan tempat tidur Ringkasan
yang nyaman, cahaya/lampu yang terlalu Diabetes adalah penyakit metabolik
terang, dan suhu yang terlalu panas/terlalu akibat gangguan insulin yang memiliki berbagai
dingin serta bau yang tidak nyaman.Suara macam komplikasi. Penderita diabetes
mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang mellitus, umumnya mengeluh sering berkemih,
diperlukan untuk membangunkan orang merasa haus, merasa lapar, rasa gatal-gatal
tergantung pada tahap tidur. Suara yang pada kulit, dan keluhan fisik lainnya seperti
rendah lebih sering membangunkan seseorang mual, pusing dan lain-lain. Gejala klinis
dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras tersebut, pada malam hari juga dialami oleh
membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan penderita penyakit diabetes mellitus, hal ini
4. Level suara pada percakapan yang normal tentu dapat mengganggu tidurnya. Terjadinya
sekitar 50 dB.3 Level suara dibawah 40 dB gangguan tidur akan berdampak pada
biasanya dibutuhkan oleh seseorang untuk meningkatnya frekuensi terbangun, sulit
tidur dan peningkatan intensitas suara dapat tertidur kembali, ketidakpuasan tidur yang
menyebabkan seseorang terbangun dari akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas
tidurnya. 12 tidur. Disamping itu, kurang tidur selama
Ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik periode yang lama dapat menyebabkan
adalah esensial untuk tidur yang tenang.8 penyakit lain atau memperburuk penyakit yang
Kelembaban ruangan perlu diatur agar paru- ada.8
paru tidak kering karena apabila kelembaban

Majority | Volume4 | Nomor 8 | November 2015|137


Zelta Pratiwi Gustimigo|KualitasTidurPenderita Diabetes Melitus

Simpulan adolescents aged 16 to 19 years. BMC


Terjadi penurunan kualitas tidur pada Pediatrics. 2014; 14(204):1-11.
penderita diabetes. Gangguan tidur pada 12.Knutson KL, Cauter EV,Ryden AM, Mander
penderita diabetes dapat memperburuk BA. Role of Sleep Duration and Quality in
kondisi penyakit yang dialami penderita. the Risk and Severity of Type 2 Diabetes
Mellitus. Arch Intern Med.
Daftar pustaka 2006;166(16):1768-74.
1. American Diabetes Association, Diagnosis 13.Broman ML, Hetta JE. High incidence of
and Classification of Diabetes Mellitus. diabetes in men with sleep complaints or
Diabetes Care. 2006; 29(1): 43–8. short sleep duration: a 12-year follow-up
2. Departemen Kesehatan. Laporan riset study of a middle-aged population. Diabetes
kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Care. 2005;28:2762-7.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 14.Bjorkelund C, Bondyr D, Lapidus L. Sleep
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. disturbances in midlife unrelated to 32-year
2014. diabetes incidence: the prospective
3. Kasper DL, Fauci AS, Hauser S , Braunwald E, population study of women in Gothenburg.
Longo D, Jameson JL. et al. Harrison Diabetes Care. 2005;28:2739-44.
Principles of Internal Medicine. New York: 15.Yaggi HK, Araujo AB, McKinlay JB.Sleep
McGraw-Hill; 2005. duration as a risk factor for the
4. Sja'bani M, Asdie AH, Widayati K. development of type 2 diabetes. Diabetes
Microalbuminuria Prevalence Study in Care. 2006;29:657-61.
Hypertensive Patients with Type 2 Diabetes 16.Miller MA, Cappuccio FP. Inflammation,
in Indonesia, Acta Med Indones. 2005; sleep, obesity and cardiovascular disease.
37(4): 199-204. CurrVascPharmacol. 2007; 5: 93–102.
5. Aso Y. Cardiovaskuler Disease in Patient 17.Seugnet L, Suzuki Y, Thimgan M, Donlea J,
with Diabetic Nephropathy. Current Gimbel SI, Gottschalk L. et al. Identifying
Molecular Medicine Journal. 2008; 8(1):533- sleep regulatory genes using a Drosophila
43. model of insomnia. J Neurosci. 2009; 29(1):
6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 7148-57.
Petunjuk Praktis Pengelolaan DM Tipe 2. 18.Suarez EC. Gender-specific associations
Jakarta: PB Perkeni. 2011. between disturbed sleep and biomarkers of
7. Brownlee M. The Pathobiology of Diabetic inflammation, coagulation and insulin
Complications A Unifying Mechanism, resistance. Brain Behav Immunity. 2008;
Diabetes. 2005; 54: 1615 –25. 22(1): 29–30.
8. Potter& Perry. Buku Ajar Fundamental 19.Beihl DA, Liese AD, HaffnerSM . Sleep
Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. duration as a risk factor for incident type 2
edisike-4. Jakarta: Penerbit Buku diabetes in a multiethnic cohort. Ann
Kedokteran EGC;2005. Epidemiol. 2009; 19:351-7.
9. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi 20.Kawakami N, Takatsuka N, Shimizu H.Sleep
Kedokteran Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2008. disturbance and onset of type 2 diabetes.
10.Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Diabetes Care. 2004; 27: 282–3.
Kedokteran Edisi ke-19. Jakarta: EGC; 2008. 21.KarotaB. Sleep Quality and Factors
11.Silversten B, Pallesen S, Sand L, Mary H. Interfering with Sleep Among Hospitalized
Sleep and body mass index in Elderly in Medical Units, Medan Indonesia.
adolescence:results from a large Master of Nursing Science Thesis in Adult
population-based study of Norwegian Nursing. Prince of Songkla University,
Thailand;2003.

Majority | Volume4 | Nomor 8 | November 2015|138

Anda mungkin juga menyukai