AKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Jasra Putra di Hari Guru
Nasional mengingatkan para pendidik saat ini dituntut untuk memenuhi kebutuhan anak didik
zaman kini.
"Selamat Hari Guru. Jadilah guru sebagai pendidik untuk anak-anak didik zaman now,"
kata Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak Jasra kepada wartawan di
Jakarta, baru-baru ini.
Ia mengatakan bahwa guru adalah salah satu penentu arah peradaban bangsa dalam
memajukan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia di suatu negara agar generasi
bangsa bisa produktif dan bersaing.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini memiliki peluang besar bagi
guru untuk bisa melakukan inovasi, strategi, dan teknik pengajaran bagi peserta didik zaman
kini.
Kendati teknologi memudahkan pendidikan, Jasra berharap hal itu tidak justru menjadi
penghalang untuk guru dan anak didik dalam menciptakan hubungan hangat dengan interaksi
yang berkualitas.
"Pembelajaran zaman now yang menyenangkan dengan sumber informasi yang melimpah
diharapkan tidak menjadi penghalang bagi guru dan murid untuk saling berinterkasi," katanya.
Namun, di lain sisi, kata dia, tantangan kemajuan teknologi tersebut juga berimbas terhadap
perubahan perilaku siswa dan sistem sekolah yang kadang cenderung melahirkan kekerasan
terhadap anak baik sebagai pelaku maupun korban, termasuk oleh guru dan tenaga
kependidikan.
Kemajuan teknologi informasi, lanjut dia, bukanlah segalanya karena hingga saat ini
sejatinya kualitas guru sebagai hal mendasar perlu ditingkatkan. Salah satu yang bisa dilakukan
adalah dengan meningkatkan profesionalitas guru agar bisa menghadirkan kultur sekolah
ramah anak.
Dengan begitu, lanjut dia, guru bisa menjadi instrumen upaya deteksi dini agar kekerasan
dalam satuan pendidikan tidak terulang. Pencetakan profesionalitas guru bisa dimulai dari
lembaga perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana calon para guru sesuai kebutuhan masa
kini.
Dari banyak aspek, guru sejatinya memiliki tanggung jawab besar dalam bersumbangsih
untuk pengembangan karakter diri sehingga bisa menjadi suri teladan peserta didik,
masyarakat, dan bangsa.
Pemerintah dalam hal tersebut, kata dia, perlu untuk mendorong peningkatan dan
pengembangan keterampilan pendidikan, wawasan keilmuan, dan berkarya ilmiah guru.
Maka, untuk mencapai itu juga pemerintah harus memiliki komitmen yang kuat dalam
melakukan program pemberdayaan guru, termasuk memperhatikan soal kesejahteraanya.
Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/11/25/65/1820477/guru-dituntut-dapat-
penuhi-kebutuhan-anak-didik-zaman-now
2. Pentingnya Akses Teknologi & Keahlian Guru di Sekolah-Sekolah Perbatasan
Agregasi Antara, Jurnalis • Rabu 15 November 2017, 17:46 WIB
Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/11/15/65/1814606/catat-pentingnya-
akses-teknologi-keahlian-guru-di-sekolah-sekolah-perbatasan
3. 6 Bulan Pasca Gempa, Ratusan Siswa di Poso Masih Belajar di Tenda
Agregasi Antara, Jurnalis • Rabu 08 November 2017, 16:13 WIB
POSO - Ratusan siswa dari Sekolah Dasar dan SMP Satu Atap di Desa Sedoa, Kecamatan
Lore Utara, Kabupaten Poso, hingga kini masih belajar di bawah tenda darurat pascagempa
bumi yang menghajar wilayah itu enam bulan lalu.
Gempa yang mengguncang wilayah Napu dan sekitarnya itu memorak-morandakan
gedung sekolah hingga tidak dapat digunakan sama sekali.
"Sekarang anak-anak hanya belajar di bawah tenda. Itupun sebagian sudah rusak karena
puting beliung," kata Kepala Sekolah Satap Desa Sedoa, Alrimus Rangka, di Poso, Rabu
(8/11/2017).
Dia mengatakan kondisi tempat dan proses belajar mengajar kini memprihatinkan karena
dari 10 tenda yang digunakan sebelumnya, kini tersisa enam tenda. Sementara empat tenda
lainnya rusak diterjang puting angin beliung pada 4 November 2017. Akibatnya proses belajar
mengajar saat ini akhirnya dilangsungkan di ruangan tribun lapangan sepak bola di Desa
Sedoa.
Alrimus berharap agar seluruh pihak terkait, termasuk pemerhati pendidikan dapat
membantu menyelesaikan masalah tersebut. Kata Alrimus, meskipun demikian semangat
murid dan guru tetap melakukan proses belajar mengajar.
Bahkan terkait peristiwa itu, pihak Kepolisian dan TNI turut membantu menyemangati
anak sekolah.
"Saya juga telah berkoordinasi dengan Kadis Pendidikan. Kadis telah merespon baik untuk
tindakan selanjutnya. Kami juga berharap kiranya agar pihak-pihak terkait dapat membantu
kami," kata Alrimus.
Dia katakan, sejak peristiwa gempa bumi terjadi yang telah berlangsung selama enam bulan,
proses belajar mengajar dilaksanakan di dalam tenda bantuan Dinas Sosial. Dalam tenda
bantuan itu murid serta guru tidak dapat berkonsentrasi belajar mengajar terutama ketika
hujan turun.
"Kalau hujan turun, pasti lumpur akan mengalir masuk di dalam tenda, namun kami tetap
melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik," katanya.
Dia mengatakan 10 tenda yang digunakan belajar mengajar di sekolah Satap itu, masing-
masing tiga tenda digunakan untuk siswa SMP, enam tenda untuk murid SD dan satu tenda
untuk kantor guru.
Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/11/08/65/1810655/miris-6-bulan-pasca-
gempa-ratusan-siswa-di-poso-masih-belajar-di-tenda
4. Sekolah Terlilit Utang Akibat Dana BOS Belum Cair
Agregasi Antara, Jurnalis • Rabu 18 Oktober 2017, 19:14 WIB
LEBAK - Sejumlah SD dan SMP di Kabupaten Lebak terlilit utang akibat belum cairnya
dana bantuan operasional sekolah (BOS).
"Kami terpaksa mengutang dulu agar kegiatan belajar mengajar (KBM) sekolah berjalan
lancar," kata Kepala SMPN 3 Rangkasbitung Tito Sutanto di Lebak, Rabu (18/10/2017).
Pihak sekolah belum menerima dana pencairan BOS sejak Juli sampai Oktober 2017,
sehingga sekolah kebingungan untuk mendukung biaya operasional KBM sekolah.
Biasanya, pencairan dana BOS setiap per triwulan, namun hingga kini belum ada kepastian.
Karena itu, pihaknya berharap pencairan dana BOS agar tepat waktu, sehingga tidak
menjadikan hambatan bagi sekolah.
Akibat keterlambatan pencairan dana BOS, terpaksa mengutang ke koperasi agar
pelaksanaan KBM sekolah berjalan lancar.
"Kami berharap manajemen dana BOS diperbaiki kinerja juga profesional sehingga
pencairan dana pendidikan tepat waktu," ujarnya.
Menurut dia, selama ini sumber anggaran pelaksanaan KBM sekolah hanya mengandalkan
dana BOS karena sekolah dilarang memungut biaya pendidikan. Apabila, dana BOS tersebut
mengalami keterlambatan tentu sekolah kebingungan, karena tidak memiliki sumber anggaran
lain.
Karena itu, satu-satunya sekolah mengutang terlebih dahulu untuk menutupi biaya
operasional sekolah, termasuk pembayaran guru honorer.
"Kami sudah biasa jika dana BOS terlambat mengutang dengan nilai Rp20 juta per bulan,"
katanya menjelaskan.
Kepala SDN 1 Rangkasbitung Timur Kabupaten Lebak Helit Maryati mengaku bahwa
sekolah belum menerima pencairan dana BOS sehingga terpaksa mengutang untuk
menunjang pelaksanaan KBM berjalan. Keterlambatan pencairan dana BOS itu tentu
menjadikan hambatan karena sekolah harus mencari dana untuk menutupi biaya operasional.
Apalagi, sekolahnya itu memperkerjakan sembilan guru honorer. "Beruntung, pembayaran
honor guru lancar dari uang mengutang itu," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengakui
sekolah SD dan SMP belum menerima pencairan dana BOS dari pemerintah.
Karena itu, pihaknya memperjuangkan agar pencairan dana BOS bisa direalisasikan. Sebab,
pencairan dana BOS itu menjadi kewenangan provinsi.
"Kami berharap dana BOS tersebut segera dicairkan guna menunjang pelaksanaan KBM,"
katanya.
Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/10/18/65/1797957/astaga-sekolah-terlilit-
utang-akibat-dana-bos-belum-cair
5. Tak Ada Kursi dan Meja, Pelajar di Wilayah Ini Belajar di Lantai
Agregasi Antara, Jurnalis • Rabu 04 Oktober 2017, 15:07 WIB
Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/10/04/65/1788567/miris-tak-ada-kursi-
dan-meja-pelajar-di-wilayah-ini-belajar-di-lantai