Anda di halaman 1dari 5

1.

Guru Dituntut Dapat Penuhi Kebutuhan Anak Didik Zaman Now


Agregasi Antara, Jurnalis • Minggu 26 November 2017, 15:10 WIB

AKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Jasra Putra di Hari Guru
Nasional mengingatkan para pendidik saat ini dituntut untuk memenuhi kebutuhan anak didik
zaman kini.
"Selamat Hari Guru. Jadilah guru sebagai pendidik untuk anak-anak didik zaman now,"
kata Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak Jasra kepada wartawan di
Jakarta, baru-baru ini.
Ia mengatakan bahwa guru adalah salah satu penentu arah peradaban bangsa dalam
memajukan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia di suatu negara agar generasi
bangsa bisa produktif dan bersaing.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini memiliki peluang besar bagi
guru untuk bisa melakukan inovasi, strategi, dan teknik pengajaran bagi peserta didik zaman
kini.
Kendati teknologi memudahkan pendidikan, Jasra berharap hal itu tidak justru menjadi
penghalang untuk guru dan anak didik dalam menciptakan hubungan hangat dengan interaksi
yang berkualitas.
"Pembelajaran zaman now yang menyenangkan dengan sumber informasi yang melimpah
diharapkan tidak menjadi penghalang bagi guru dan murid untuk saling berinterkasi," katanya.
Namun, di lain sisi, kata dia, tantangan kemajuan teknologi tersebut juga berimbas terhadap
perubahan perilaku siswa dan sistem sekolah yang kadang cenderung melahirkan kekerasan
terhadap anak baik sebagai pelaku maupun korban, termasuk oleh guru dan tenaga
kependidikan.
Kemajuan teknologi informasi, lanjut dia, bukanlah segalanya karena hingga saat ini
sejatinya kualitas guru sebagai hal mendasar perlu ditingkatkan. Salah satu yang bisa dilakukan
adalah dengan meningkatkan profesionalitas guru agar bisa menghadirkan kultur sekolah
ramah anak.
Dengan begitu, lanjut dia, guru bisa menjadi instrumen upaya deteksi dini agar kekerasan
dalam satuan pendidikan tidak terulang. Pencetakan profesionalitas guru bisa dimulai dari
lembaga perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana calon para guru sesuai kebutuhan masa
kini.
Dari banyak aspek, guru sejatinya memiliki tanggung jawab besar dalam bersumbangsih
untuk pengembangan karakter diri sehingga bisa menjadi suri teladan peserta didik,
masyarakat, dan bangsa.
Pemerintah dalam hal tersebut, kata dia, perlu untuk mendorong peningkatan dan
pengembangan keterampilan pendidikan, wawasan keilmuan, dan berkarya ilmiah guru.
Maka, untuk mencapai itu juga pemerintah harus memiliki komitmen yang kuat dalam
melakukan program pemberdayaan guru, termasuk memperhatikan soal kesejahteraanya.

Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/11/25/65/1820477/guru-dituntut-dapat-
penuhi-kebutuhan-anak-didik-zaman-now
2. Pentingnya Akses Teknologi & Keahlian Guru di Sekolah-Sekolah Perbatasan
Agregasi Antara, Jurnalis • Rabu 15 November 2017, 17:46 WIB

JAKARTA - Sekolah di daerah perbatasan dan pedalaman terus menjadi prioritas


pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Namun minimnya akses teknologi
dan infrastruktur digital masih menjadi kendala di kawasan perbatasan dan pedalaman.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan pentingnya akses
teknologi dan keahlian guru dalam pengembangan TIK di sekolah-sekolah perbatasan.
"Guru-guru di sekolah garis depan merupakan patriot bangsa, mereka berjuang dan bekerja
keras, dengan segala keterbatasan alat serta infrastruktur, untuk mencerdaskan anak bangsa.
Ini penting, pada zaman ini, bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak kita di
kawasan terdepan, terluar dan tertinggal" ungkap Muhajir dalam pembukaan workshop 'Guru
Garis Depan', baru-baru ini.
Dalam sambutannya, Muhadjir menegaskan betapa para guru menjadi tulang punggung
penguatan nasionalisme dan transformasi pembelajaran di kawasan perbatasan.
"Kawasan perbatasan ini penting, harus dikelola dengan percepatan infrastruktur
teknologi. Para gurus garis depan merupakan pahlawan masa kini, yang menanamkan
nasionalisme dan nilai-nilai keindonesiaan bagi generasi masa kini dan mendatang," terang
mantan Rektor Universitas Muhamadiyah Malang itu.
Sementara itu, Menkominfo Rudiantara yang juga turut hadir dalam kegiatan tersebut
menjelaskan pentingnya akses teknologi dan infrastruktur untuk pendidikan.
"Kementrian Komunikasi dan Informatika memprioritaskan program pengembangan
infrastruktur. Ini sesuai dengan amanah Presiden Joko Widodo tentang penguatan
infrastruktur teknologi digital dan komunikasi. Program USO untuk akses internet di kawasan
perbatasan serta pedalaman dan infrastruktur Palapa Ring yang dibangun dari Aceh sampai
Papua, sejak 2013, merupakan bukti keseriusan pemerintah. Ke depan, pemerintah akan
mengupayakan satelit untuk infrastruktur digital negeri ini," jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Rudiantara mendorong para guru garis depan untuk tetap semangat
dalam mengajar dan menginspirasi siswa-siswi di sekolah.
"Keterbatasan infrastruktur jangan menjadi penurun semangat, harusnya jadi penyemangat
untuk terus belajar dengan kreativitas dan inovasi dengan unsur-unsur yang ada di masyarakat,
yang ada di lingkungan. Guru yang cerdas dan kreatif, pasti memiliki cara-cara inovatif untuk
pembelajaran, dengan atau tanpa teknologi," jelasnya.
Sekjen Kemdikbud, Didik Suhardi, PhD mengungkapkan program pelatihan ini bertujuan
meningkatkan kualitas pendidik di sekolah kawasan garis depan. "Program USO, kerjasama
antara Kemkominfo dan Kemdikbdud sangat membantu sekolah-sekolah di kawasan
perbatasan dan terdalam untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui teknologi. Lebih
dari 700 sekolah telah mendapat fasilitas infrastruktur teknologi internet, yang memungkinkan
siswa dan masyarakat menjadikan teknologi digital sebagai akses pengetahuan," ungkap Didik.

Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/11/15/65/1814606/catat-pentingnya-
akses-teknologi-keahlian-guru-di-sekolah-sekolah-perbatasan
3. 6 Bulan Pasca Gempa, Ratusan Siswa di Poso Masih Belajar di Tenda
Agregasi Antara, Jurnalis • Rabu 08 November 2017, 16:13 WIB

POSO - Ratusan siswa dari Sekolah Dasar dan SMP Satu Atap di Desa Sedoa, Kecamatan
Lore Utara, Kabupaten Poso, hingga kini masih belajar di bawah tenda darurat pascagempa
bumi yang menghajar wilayah itu enam bulan lalu.
Gempa yang mengguncang wilayah Napu dan sekitarnya itu memorak-morandakan
gedung sekolah hingga tidak dapat digunakan sama sekali.
"Sekarang anak-anak hanya belajar di bawah tenda. Itupun sebagian sudah rusak karena
puting beliung," kata Kepala Sekolah Satap Desa Sedoa, Alrimus Rangka, di Poso, Rabu
(8/11/2017).
Dia mengatakan kondisi tempat dan proses belajar mengajar kini memprihatinkan karena
dari 10 tenda yang digunakan sebelumnya, kini tersisa enam tenda. Sementara empat tenda
lainnya rusak diterjang puting angin beliung pada 4 November 2017. Akibatnya proses belajar
mengajar saat ini akhirnya dilangsungkan di ruangan tribun lapangan sepak bola di Desa
Sedoa.
Alrimus berharap agar seluruh pihak terkait, termasuk pemerhati pendidikan dapat
membantu menyelesaikan masalah tersebut. Kata Alrimus, meskipun demikian semangat
murid dan guru tetap melakukan proses belajar mengajar.
Bahkan terkait peristiwa itu, pihak Kepolisian dan TNI turut membantu menyemangati
anak sekolah.
"Saya juga telah berkoordinasi dengan Kadis Pendidikan. Kadis telah merespon baik untuk
tindakan selanjutnya. Kami juga berharap kiranya agar pihak-pihak terkait dapat membantu
kami," kata Alrimus.
Dia katakan, sejak peristiwa gempa bumi terjadi yang telah berlangsung selama enam bulan,
proses belajar mengajar dilaksanakan di dalam tenda bantuan Dinas Sosial. Dalam tenda
bantuan itu murid serta guru tidak dapat berkonsentrasi belajar mengajar terutama ketika
hujan turun.
"Kalau hujan turun, pasti lumpur akan mengalir masuk di dalam tenda, namun kami tetap
melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik," katanya.
Dia mengatakan 10 tenda yang digunakan belajar mengajar di sekolah Satap itu, masing-
masing tiga tenda digunakan untuk siswa SMP, enam tenda untuk murid SD dan satu tenda
untuk kantor guru.

Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/11/08/65/1810655/miris-6-bulan-pasca-
gempa-ratusan-siswa-di-poso-masih-belajar-di-tenda
4. Sekolah Terlilit Utang Akibat Dana BOS Belum Cair
Agregasi Antara, Jurnalis • Rabu 18 Oktober 2017, 19:14 WIB

LEBAK - Sejumlah SD dan SMP di Kabupaten Lebak terlilit utang akibat belum cairnya
dana bantuan operasional sekolah (BOS).
"Kami terpaksa mengutang dulu agar kegiatan belajar mengajar (KBM) sekolah berjalan
lancar," kata Kepala SMPN 3 Rangkasbitung Tito Sutanto di Lebak, Rabu (18/10/2017).
Pihak sekolah belum menerima dana pencairan BOS sejak Juli sampai Oktober 2017,
sehingga sekolah kebingungan untuk mendukung biaya operasional KBM sekolah.
Biasanya, pencairan dana BOS setiap per triwulan, namun hingga kini belum ada kepastian.
Karena itu, pihaknya berharap pencairan dana BOS agar tepat waktu, sehingga tidak
menjadikan hambatan bagi sekolah.
Akibat keterlambatan pencairan dana BOS, terpaksa mengutang ke koperasi agar
pelaksanaan KBM sekolah berjalan lancar.
"Kami berharap manajemen dana BOS diperbaiki kinerja juga profesional sehingga
pencairan dana pendidikan tepat waktu," ujarnya.
Menurut dia, selama ini sumber anggaran pelaksanaan KBM sekolah hanya mengandalkan
dana BOS karena sekolah dilarang memungut biaya pendidikan. Apabila, dana BOS tersebut
mengalami keterlambatan tentu sekolah kebingungan, karena tidak memiliki sumber anggaran
lain.
Karena itu, satu-satunya sekolah mengutang terlebih dahulu untuk menutupi biaya
operasional sekolah, termasuk pembayaran guru honorer.
"Kami sudah biasa jika dana BOS terlambat mengutang dengan nilai Rp20 juta per bulan,"
katanya menjelaskan.
Kepala SDN 1 Rangkasbitung Timur Kabupaten Lebak Helit Maryati mengaku bahwa
sekolah belum menerima pencairan dana BOS sehingga terpaksa mengutang untuk
menunjang pelaksanaan KBM berjalan. Keterlambatan pencairan dana BOS itu tentu
menjadikan hambatan karena sekolah harus mencari dana untuk menutupi biaya operasional.
Apalagi, sekolahnya itu memperkerjakan sembilan guru honorer. "Beruntung, pembayaran
honor guru lancar dari uang mengutang itu," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengakui
sekolah SD dan SMP belum menerima pencairan dana BOS dari pemerintah.
Karena itu, pihaknya memperjuangkan agar pencairan dana BOS bisa direalisasikan. Sebab,
pencairan dana BOS itu menjadi kewenangan provinsi.
"Kami berharap dana BOS tersebut segera dicairkan guna menunjang pelaksanaan KBM,"
katanya.

Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/10/18/65/1797957/astaga-sekolah-terlilit-
utang-akibat-dana-bos-belum-cair
5. Tak Ada Kursi dan Meja, Pelajar di Wilayah Ini Belajar di Lantai
Agregasi Antara, Jurnalis • Rabu 04 Oktober 2017, 15:07 WIB

PAINAN - Puluhan pelajar SMPN 2 Bayang, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir


Selatan, Sumatera Barat terpaksa belajar di lantai karena tidak tersedia bangku dan meja belajar
di sekolah ini.
"Awalnya tiga ruang kelas tidak memiliki bangku dan meja belajar, namun saat ini hanya
tinggal dua kelas saja, karena satu kelas lainnya telah kami penuhi dengan memperbaiki kursi
dan meja yang rusak," kata Kepala SMPN 2 Bayang Alwis, di Painan, Rabu (4/10/2017).
Ia menambahkan total pelajar di sekolah itu berjumlah 623 orang yang dibagi ke dalam 23
kelas. Sedangkan 21 ruang kelas lain kursi belajarnya tidak seragam karena kekurangan, dan
akhirnya dicukupi dengan kursi plastik, katanya lagi.
Sejak dilantik empat bulan lalu sebagai kepala sekolah, ia mengaku prihatin dengan kondisi
sekolah tersebut dan ke depan ia berharap ada upaya khusus dari pemerintah kabupaten
setempat untuk mengatasinya.
Terpisah, pelajar kelas VII pada sekolah tersebut Putra, mengaku melaksanakan proses
belajar mengajar tanpa menggunakan kursi dan meja sejak ia terdaftar sebagai pelajar di
sekolah itu.
"Kami belajar hanya menggunakan karpet, tentu saja kami berharap bisa belajar
menggunakan kursi dan meja sebagaimana pelajar lainnya," kata dia.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan Zulkifli mengaku belum
mendapat informasi terkait adanya pelajar di daerah itu yang belajar tanpa kursi dan meja.
"Kami belum menerima laporan, jika laporannya ada kami pastikan akan ditindaklanjuti
secepatnya," kata dia lagi.

Sumber : https://news.okezone.com/read/2017/10/04/65/1788567/miris-tak-ada-kursi-
dan-meja-pelajar-di-wilayah-ini-belajar-di-lantai

Anda mungkin juga menyukai