Anda di halaman 1dari 8

Nama:Bintang Fajar Fadillah

Kelas:X IS 1
Sistem Hukum & Peradilan Nasional
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

A. Pengertian Sistem, Hukum, dan Peradilan Nasional


1. Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan susunan, dimana masing – masing unsur yang ada di dalamnya tidak
diperhatikan hakikatnya, tetapi dilihat menurut fungsinya terhadap keseluruhan kesamaan susunan
tersebut.

2. Hukum
Hukum sulit didefinisikan karena kompleks dan beragamnya sudut pandang yang akan dikaji. Prof. Van
Apeldoorn mengatakan bahwa ” definisi hukum sangat sulit dibuat karena tidak mungkin untuk
mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan”. Karena itu, sebaiknya kita lihat dulu pengertian hukum
menurut para ahli hukum terkemuka berikut ini :
Prof. Mr. E.M. Meyers
Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku
manusia dalam masyarakat, dan menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan
tugasnya.
Leon Duguit
Hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat
tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan yang
pelanggaran terhadapnya akan menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya.
Drs. E. Utrecht, S.H
Hukum adalah himpunan peratuan ( perintah dan larangan ) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
S.M. Amin, S.H
Hukum merupakan kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi, dengan tujuan mewujudkan
ketertiban dalam pergaulan manusia.
J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto, S.H
Hukum adalah peratuan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, dan yang
pelanggaran terhadapnya mengakibatkan diambilnya tindakan, yaitu hukuman terentu.

1). Tujuan dan Penggolongan Hukum


a. Tujuan Hukum
Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa
Dengan demikian, hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam masyarakat yang dapat
memaksa orang supaya mentaati tata tertib dalam masyarakat sera memberikan sanksi yang tegas
(berupa hukuman) terhadap siapa saja yang tidak mematuhinya.

b. Penggolongan hukum
Berdasarkan Wujudnya
– Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam
berbagai peraturan negara.
– Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan masyarakat
tertentu (hukum adat). Alam praktik ketatanegaraan hukum tidak tertulis disebut konvensi (Contoh:
pidato kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus)

Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya


– Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu saja (hukum adat Manggarai-Flores,
hukum adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa Minangkabau, dan sebagainya.
– Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum Indonesia, Malaysia, Mesir dan
sebagainya).
– Hukum internasional, yaiu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara atau lebih (hukum
perang, hukum perdata internasional, dan sebagainya).
Berdasarkan Waktu yang Diaturnya
– Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum positif
– Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (ius constituendum).
– Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang mengatur suatu peristiwa yang menyangkut hukum yang
beraku saat ini dan hukum yang berlaku pada masa lalu.
Berdasarkan Pribadi yang Diaturnya
– Hukum satu golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku hanya bagi golongan tertentu saja.
– Hukum semua golongan, yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi semua golongan.
– Hukum antargolongan yaitu hukum yang mengatur dua orang atau lebih yang masing-masingnya
tunduk pada hukum yang berbeda.
Berdasarkan Isi Masalah yang Diaturnya
Berdasarkan isi masalah yang diaturnya, hukum dapat dibedakan menjadi: hukum publik dan hukum
privat.
– Hukum Publik, yaitu hukum yang mengaur hubungan antara warga negara dan negara yang
menyangkut kepentingan umum. Dalam arti formal, hukum publik mencakup Hukum Tata Negara
Hukum Administrasi Negara, hukum Pidana dan Hukum Acara.
a. Hukum Tata Negara
Hukum Taa Negara mempelajari negara tertentu, seperti bentuk negara, bentuk pemerintahan, hak-hak
asasi warga negara, alat-alat perlengkapan negara, dan sebagainya. Singkatnya mempelajari hal-hal yang
bersifat mendasar bagi negara.
b. Hukum Administrasi Negara
Adalah Seperangkat peraturan yang mengatur cara bekerja alat-alat perlengkapan negara termasuk cara
melaksanakan kekuasaan dan wewenang yang dimiliki oleh setiap organ negara. Singkatnya
mempelajari hal-hal yang bersifat teknis dari negara.
c. Hukum Pidana
Aalah hukum yang mengatur pelangaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan
hukum yang diancam dengan sanksi piana tertentu. Dalam KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana),
pelanggaran (Ovrtredingen) adalah perbuatan yang melanggar (ringan) dengan ancaman denda.
Sedangkan kejahaan (misdrijven) adalah perbuatan yang melanggar (berat) seperti pencurian,
penganiayaan, pembunuhan dan sebagainya.
d. Hukum Acara
Disebut juga hukum formal (Pidana dan Perdata), hukum acara adalah seperangkat aturan yang berisi
tata cara menyelesaikan, melaksanakan atau mempertahankan hukum material. Di dalam Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) No.8/1981 diatur tata cara penangkapan, penahanan, penyitaan
dan penuntutan. Selain iu juga diatur siapa-siapa yang berhak melakukan penyitaan, penyelidikan,
pengadilan yang berwenang, dan sebagainya.
– Hukum Privat (Hukum Perdata), adalah hukum yang mengatur kepentingan orang-perorangan.
Perdata, berarti warga negara pribadi, atau sipil. Sumber pokok hukum perdata adalah Buergelijk
Wetboek (BW). Dalam arti luas hukum privat (perdata) mencakup juga Hukum Dagang dan hukum Adat.
Hukum Perdata dapat dibagi sebagai berikut:
a. Hukum Perorangan
Adalah himpunan peraturan yang mengatur manusia sebagai subjek hukum dan tentang kecakapannya
memiliki hak-hak serta bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknya itu. Manusia dan Badan
Hukum (PT, CV, Firma, dan sebagainya) merupakan “pembawa hak” atau sebagai “subyek hukum”.
b. Hukum Keluarga
Adalah hukum yang memuat serangkaian peraturan yang timbul dari pergaulan hidup dalam keuarga
(terjadi karena perkawinan yang melahirkan anak). Hukum keluarga dapat dibagi sebagai berikut:

Kekuasaan Orangtua, yaitu kewajiban membimbing anak sebelum cukup umur. Kekuasaan Orangtua
putus ketika seorang anak telah dewasa (21 tahun), terlalu nakal putusnya perkawinan.
Perwalian, yaitu seseorang/perkumpulan terenu yang bertindak sebagai wali untuk memelihara anak
yatim piatu sampai cukup umur. Hal ini terjadi, misalnya, karena perkawinan kedua orangtuanya puus.
Di Indonesia, wali pengawas dijalankan oleh pejabat Balai Harta Peninggalan.
Pengampuan, yaitu seseorang/perkumpulan tertentu yang ditunjuk hakim untuk menjadi kurator
(pengampun) bagi orang dewasa yang diampuninya (kurandus) karena adanya kelainan; sakit ingatan,
boros, lemah daya, tidak sanggup mengurus diri, dan berkelakuan buruk.
Perkawinan yaitu mengatur perbuaan-perbuatan hukum serta akibat-akibatnya antara dua pihak (laki-
laki dan perempuan) dengan maksud hidup bersama untuk jangka waku yang lama menurut undang-
undang. Di Indonesia, diatur dengan UU No. 1/1974.
c. Hukum Kekayaan
Adalah peaturan-peraturan hukum yang mengatur hak dan kewajiban manusia yang dapat dinilai
dengan uang. Hukum kekayaan mengatur benda (segala barang dan hak yang dapat menjadi milik orang
atau obyek hak milik) dan hak-hak yang dapat dimiliki atas benda. Hukum kekayaan mencakup:

Hukum Benda, mengatur hak-hak kebendaan yang bersifat mutlak (diakui dan dihormati setiap orang).
Hukum bena terdiri dari: 1) Hukum Benda Bergerak: karena sifatnya (kendaraan bermotor) dan karena
peneapan undang-undang (surat-surat berharga); 2) Hukum Benda idak Bergerak: karena sifatnya (tanah
dan bangunan) karena tujuannya (mesin-mesin pabrik) an karena peneapan unang-nang (hak opstal dan
hipotik).
Hukum Perikatan, mengatur hubungan yang bersifat kehartaan antara dua orang atau lebih. Pihak
pertama (kreditur)berhak atas suau prestasi (pemenuhan sesuau). Pihak lain (sebitur) wajib memberikan
sesuau. Bila debitur tidak menepati perkataannya, hal itu inamakan wanpresasi. Obyeknya adalah
prestasi, yaitu hal pemenuhan perikatan yang terdiri dari: 1) memberikan sesuatu; yaitu membayar
harga menyerahkan barang, dan sebagainya; 2) berbuat sesuatu; yaitu memperbaiki barang yang rusak,
memboongkar bangunan, karena puusan pengadilan, dan sebagainya; 3) iak berbua sesuatu; yaitu tidak
mendirikan bangunan, tidak memakai merk tertentu karena putusan pengadilan.
d. Hukum Waris
Hukum yang mengaur kedudukan hukum harta kekayaan seserang seelah ia meninggal, eruama
berpindahnya harta kekayaan iu kepada orang lain. Hukum waris mengatur pembagian hara peninggalan
ahli waris, uruan penerimaan waris, hibah, sera wasiat. Pembagian waris dapat ilakukan engan cara:
a. Menurut Undang-undang, yaitu pembagian warisan kepada si pewaris yang memiliki hubungan darah
erdekat. Contoh: jika seorang ayah meninggal, hartanya akan diwariskan kepada istri dan anaknya,
tetapi apabila ia tiak mempunyai keturunan pembagian warisannya diatur menurut undang-undang.
b. Menurut Wasiat, yaitu pembagian waris berdasarkan pesan atau kehendak terakhir (wasiat) dari si
pwaris yang harus inyaakan secara tertulis dalam ake noaris. Penerimaan warisan disebu legaaris, an
bagian warisan yang diterimannya disebu legaat.
Dalam arti luas, hukum perdata mencakup pula Hukum agang an Hukum Adat.
e. Hukum Dagang (Bersumber dari Wetboek Van Koopehandel)
Hukum dagang aalah hukum yang mengaur soal-soal perdaganganperniagaan yang timbul karena
tingkah laku manusia (person) dalam perdagangan atau perniagaan. Hal-hal yang diatur mencakup: Buku
1 (perniagaan pada umumnya), dan Buku II (hak an kewajiban yang timbul daam dunia perniagaan).
f. Hukum Adat
Hukum adat adalah hukum yang umbuh dan berkembang di dalam masyarakat terentu serta hanya
dipatuhi dan diaai oleh masyaraka yang bersangkutan. Contoh: pernikahan menurut adat Manggarai-
Flores,
pernikahan daerahBugis, pembagian waris di Batak.

2). Unsur hukum :


Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
Peraturan diadakan oleh badan – badan resmi yang berwajib.
Peraturan bersipat memaksa.
Sanksi pelanggar peraturan tersebut adalah tegas.

III ) Sistem Hukum


Jadi, sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum dari unsur hukum yang saling berhubungan dan
bekerjasama sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.

A. Peran Lembaga Hukum


Lembaga hukum (lembaga peradilan) adalah lembaga yang mengatur segala sesuatu tentang hukum.
Peran lembaga hukum dalam menjalankan hukum adalah mengatur segala sesuatu hukum yang berlaku.

B. Perbuatan Yang Sesuai Dengan Ketentuan Hukum


Sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum adalah sikap yang mentaatii semua hukum dan Norma yang
berlaku.

Contoh Perilaku yang sesuai dengan ketentuan hukum:


Di Keluarga
– Mematuhi nasihat orangtua
– Melaksanakan tugas sesuai dengan kesepakatan keluarga
– Membersihkan rumah sesuai jadwal yang yelah ditetapkan

Di Sekolah
– Menghormati Guru
– Mematuhi tata tertib sekolah
– Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
– Tidak menyontek saat ulangan
– Melaksanakan tugas piket

Di Masyarakat
– Ikut Melaksanakan ronda malam
– Mengikuti kegiatan kerja bakti
– Mentaati peraturan (adat istiadat) yang berlaku di masyarakat

D. Analisis Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia


I. Pengertian KKN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah “KKN”, KKN adalah singkatan dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme. Korupsi adalah merupakan salah satu perbuatan yang melanggar hukum. Yaitu
penyalahgunaan sesuatu yang berharga yang bisa merugikan orang lain, korupsi tidak hanya berupa
materi, tetapi juga bisa berupa korupsi waktu, dan intelektual.
II. Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Salah satu upaya pemberantasan korupsi oleh pemerintah Indonesia adalah pembentukan KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). KPK bertugas menyelidiki para pejabat-pejabat yang dicurigai melakukan
tindakan korupsi.Upaya pemberantasn Korupsi sdiatur dalam TAP MPR No. 8 tahun 2001 mengenai
pemberantasan dan pencegahan korupsi. Tetapi, meskipin begitu, tingkat korupsi di Indonesia masih
tetap tinggi, hal ini disebabkan karena kurangnya moral yang dimiliki para pejabat kita.

E. Menampilkan peran serta dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia


Peran kita sebagai pelajar dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia ada tiga, yaitu:
1. Sebagai Pelapor
Peran kita sebagai pelapor adalah melaporkan setiap kejadian korupsi yang kita ketahui kepada pihak
yang berwenang.

2.Sebagai Saksi
Peran kita sebagai saksi adalah bersedia menjadi saksi dan memberikan keterangan yang sejujur-
jujurnya jika kita diminta untuk menjadi saksi pada sidang kasus korupsi

3.Sebagai Korban
Jika kita menjadi korban tindak korupsi, maka sebaiknya kita melaporkan kejadian korupsi yang kita
alami kepada pihak yang berwenang supaya ada tindakan hukum yang dilakukan untuk menangkap dan
mengadili sipelaku korupsi

Anda mungkin juga menyukai