Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN POTENSI GEMPA BUMI MERUSAK BERDASARKAN

PARAMETER KEGEMPAAN DI WILAYAH BUSUR BANDA


Drajat Ngadmanto

Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika


Jln. Angkasa I No.2 Kemayoran-Jakarta Pusat
e-mail: darajata@yahoo.com

ABSTRACT

Banda arc has a high seismicity, therefore, it is necessary to reduce the earthquake risk. Earthquake parameters
variation from Gutenberg - Richter relation, log n(M)=a – bM, has introduced the model of earthquakes prediction
related to earthquake risk. Earthquake data from NEIC catalogue for a period of 1973 - 2009 has been used to
analyze earthquake parameters variation (a-value, b-value) in the area of Banda arc within coordinates 1°-13° S
and 120°-135° E. This research used ZMAP ver. 6.0. to analyze the earthquake data. The result of spatial analyze
shows the areas of potential destructive earthquakes are surrounding of Flores, Alor and western part of Seram.
The probability of earthquakes occurrence with the magnitude 6.5 RS in these areas is 7 – 15 years, whereas the
magnitude 7 RS is about 20–60 years.
Keywords: a-value, b-value, earthquake parameters, Banda arc.

Pendahuluan yang dikemukakan oleh Gutenberg-Ricther,


Wilayah Busur Banda merupakan salah satu merupakan hubungan pangkat (power law).
wilayah dengan tingkat seismisitas yang tinggi Secara global nilai-b mendekati 1, yang berarti 10
(Gambar 1). Hal ini disebabkan karena wilayah kali penurunan aktivitas terkait dengan kenaikan
ini menjadi pertemuan tiga lempeng tektonik dalam tiap unit magnitude.3
besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Berdasarkan pengamatan perubahan nilai-
lempeng Pasific. Batas-batas lempeng-lempeng b, diketahui bahwa nilai-b menggambarkan
ini merupakan sebuah zona subduksi yang aktivitas stress lokal. Secara statistik perubahan
merupakan zona aktif gempa bumi.1 Dari data- nilai-b yang signifikan telah teramati di beberapa
data National Earthquake Information Center medan stress seperti di zona tumbukan lempeng,
(NEIC),2 ada beberapa gempabumi besar yang di sepanjang patahan dan di zona aftershock. Ada
terjadi dan menimbulkan korban jiwa yang cukup indikasi penurunan nilai-b menjelang terjadinya
banyak, seperti gempa di Flores, Alor, Seram, gempa bumi besar (foreshocks) dan kenaikan
dan Laut Banda. Untuk meminimalisasi dampak nilai-b setelah terjadinya sebuah gempa bumi
bencana, tentunya upaya mitigasi perlu dilakukan besar tersebut (aftershocks).4
secara dini dan optimal. Upaya mitigasi dapat Analisis terhadap parameter kegempaan
dilakukan dengan penelitian ilmu kebumian yang diharapkan dapat menentukan daerah-daerah
makin intens, pemasangan jaringan pemantau yang berpotensi gempabumi merusak pada
yang representatif dan mutakhir serta diseminasi masa yang akan datang sebagai usaha mitigasi
informasi. bencana gempabumi. Penelitian ini difokuskan
Salah satu cara untuk meneliti proses gem- pada analisis nilai-a dan nilai-b dan kemungkinan
pabumi dalam upaya mitigasi adalah hubungan waktu terjadinya kembali gempabumi merusak
frekuensi-magnitude (Frequency-Magnitude dari katalog gempabumi di wilayah Busur Banda.
Disribution, FMD). FMD dari gempabumi

125
Teori log n( M ) = a − bM ................. (1)
Tatanan tektonik di Busur Banda cukup kom-
pleks, sebelah selatan terdapat palung Timor dan di mana n(M) adalah jumlah kumulatif gem-
di utara adalah palung Seram. Kedua palung ini pabumi dengan magnitude lebih besar atau sama
melingkar membentuk setengah lingkaran mulai dengan M, sedangkan a dan b adalah konstanta
dari selatan pulau Timor, Tanimbar, berbelok ke yang disebut sebagai parameter-parameter keg-
atas di sebelah timur pulau Seram dan Buru.1 empaan. Dalam penelitian ini nilai-b ditentukan
Hal ini disebabkan tumbukan lempeng Eurasia dengan metode maximum likelihood. Metode
yang relatif diam dengan lempeng Indo-Australia maksimum likelihood menggunakan persamaan
dari sebelah selatan dengan kecepatan sekitar 70 berikut:3
mm/tahun, sementara lempeng pasifik menabrak
dari sebelah timur dengan kecepatan sekitar 90 log e 0.4343
mm/tahun. Gambar 2 menunjukkan zona-zona b= = (2)
subduksi di wilayah busur banda yang merupakan
M − M min M − M min
jalur tumbukan antarlempeng.
dimana M adalah magnitude rata-rata dan M
Zona subduksi di bawah Busur Banda sangat min adalah magnitude minimum. Standar deviasi
unik, di mana slab litosfer yang menunjam mem- menggunakan formula:
bentuk struktur yang menyerupai sendok. Hal n
(3)
∑ (M − M ) / n(n − 1)
2
ini dimungkinkan oleh proses terputarnya Busur δb = 2.30b 2 i
Banda yang hampir 180o berlawanan dengan arah i =1

putar jarum jam. Dari penampang vertikal yang di mana n adalah jumlah gempa pada sampling
ditunjukkan dalam Gambar 3a. berikut terlihat perhitungan.
jelas bahwa litosfer yang menunjam di bawah a ditentukan dengan menggunakan formula
Busur Banda terdefleksi di atas diskontinuitas berikut:
seismik pada kedalaman 660 km. Geometri dari
litosfer yang tersubduksi di bawah Busur Banda a = log N ( M ≥ M o) + log(b ln 10) + M o.b (4)
digambarkan secara 3-D dengan lebih jelas dalam
diagram blok pada Gambar 3b.6 di mana Mo adalah magnitude terkecil pada
Metode untuk mengetahui parameter ke- wilayah penelitian.
gempaan suatu wilayah adalah dengan hubungan
Gutenberg-Richter yang dituliskan sebagai:

Gambar 1. Peta seismisitas di wilayah Busur Banda


(data dari katalog gempabumi NEIC 1973–2009)2
Gambar 2. Peta tektonik di wilayah Busur Banda5.

126
Jumlah frekuensi kumulatif gempabumi per tahun Metodologi
atau disebut indeks seismisitas adalah Penelitian ini dilakukan menggunakan data
(5) sekunder yaitu data gempabumi dari katalog
N 1 (M ) = 10 a1 −bM
'

NEIC wilayah Busur Banda, meliputi batas


1°–13° LS dan 120° BT–135° BT dalam kurun
Dengan demikian dapat diformulasikan kemung-
waktu Januari 1973–Maret 2009. 2 Langkah-
kinan terjadinya satu kali atau lebih gempabumi
langkah pengolahan dan analisis data seperti
dengan magnitude lebih besar dari M dalam
ditunjukkan pada Gambar 4.
periode T sebagai:
Langkah pertama dalam pengolahan data
P ( M , T ) = (1 − e − N ( M )•T
) (6) adalah melakukan seleksi data dan penyeragaman
magnitude menjadi magnitude moment (Mw),
Dengan diperoleh N1(M) dapat dihitung kemung- Selanjutnya adalah melakukan dekluster katalog
kinan waktu terjadinya kembali gempabumi gempabumi dengan tujuan untuk menghilangkan
merusak, yaitu : pengaruh foreshock dan aftershock sehingga
1
diperoleh gempa yang independent. Kemudian
θ= tahun (7) dibuat plot distribusi frekuensi magnitude untuk
N1 (M )
melihat kelengkapan data sehingga diketahui
kelengkapan magnitude (Mc). Langkah beri-
kutnya adalah menghitung nilai-a, nilai-b, dan

(a) (b)
Gambar 3. a) Penampang vertikal di bawah busur Banda: dari Selatan/kanan ke Utara/kiri. b) Dia-
gram blok/kartun yang menggambarkan struktur 3-D dari penunjaman litosfer yang membuat sebuah
bentuk sendok di bawah busur Banda.

Katalog gempabumi NEIC 1973 - 2009


− Seleksi data
− Penyeragaman magnitude menjadi
Mw
Peta sebaran nilai-a, nilai-b, densitas dan − Dekluster data gempa
kemungkinan waktu terjadinya kembali − Penentuan Mc
gempabumi merusak

Analisis spasial

Daerah potensi gempabumi merusak Analisis temporal

Gambar 4. Diagram alir pengolahan data

127
kemungkinan waktu terjadinya kembali gem- yaitu 9,96, sedangkan nilai b yaitu 1,28. Dengan
pabumi merusak dengan menggunakan software wilayah kegempaan Busur Banda yang relatif
ZMAP ver. 6.0. ZMAP yang merupakan software luas besarnya nilai-b seperti hasil penelitian
berbentuk Grapich User Interface (GUI) dengan sebelumnya di beberapa wilayah lain didapatkan
basis MATLAB yang dikembangkan oleh Stefan nilai-b mendekati satu.4 Nilai-a menunjukkan
Wiemer dkk. sejak tahun 1993 untuk analisis tingkat keaktifan gempabumi, dengan nilai-a
seismisitas.7 9,96 yang berarti wilayah Busur Banda memi-
Perhitungan Nilai-b menggunakan metode liki keaktifan kegempaan yang relatif tinggi.
maximum likelihood. Pemetaan spatial nilai-a, besarnya parameter ini bergantung banyaknya
nilai-b, dan kemungkinan waktu terjadinya even dan untuk wilayah tertentu bergantung pada
kembali gempabumi merusak dilakukan dengan penentuan volume dan time window.3
membagi wilayah penelitian menjadi grid-grid Variasi parameter kegempaan secara spatial
dan parameter kegempaan dihitung untuk tiap dapat dilihat pada Gambar 6a dan 6b. Pada
titik grid dalam radius konstan. Dalam penelitian Gambar 6a tampak variasi spatial nilai-b di
ini digunakan radius konstan 110 km dan grid wilayah Busur Banda. Terlihat adanya anomali
pengolahan data 0.2° x 0.2°. Pemetaan spasial nilai-b yang relatif rendah dibandingkan wilayah
dari pemetaan parameter kegempaan dilakukan lain yang ditunjukkan oleh warna biru, yaitu di
setelah memilih radius konstan dan Mc yang sekitar Flores, Alor, dan di sebelah barat Seram.
digunakan. Selanjutnya nilai-a, nilai-b dan ke- Berdasarkan hasil penelitian para ahli sebelum-
mungkinan waktu terjadinya kembali gempabumi nya, nilai-b yang rendah biasanya bekorelasi
merusak dihitung menggunakan luasan lingkaran dengan tingkat stress yang tinggi, sedangkan
yang berpusat pada node (pusat grid). Sebagai sebaliknya.3,4
analisis tambahan dibuat pemetaan densitas Distribusi spatial nilai-a (Gambar 6b)
gempabumi di wilayah penelitian untuk melihat tampak mirip dengan sebaran nilai-b, di mana
seismic gap secara spasial. nilai-a yang rendah, warna biru, juga terjadi
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai-b di wilayah sekitar Flores, Alor, dan sebelah
secara temporal dengan menggunakan metode barat Seram. Nilai-a yang rendah menunjukkan
sliding time-window pada lokal area yang didapat aktivitas kegempaan yang relatif rendah, yang
dari analisis spasial. Data yang digunakan adalah berarti adanya akumulasi energi (asperity) di
data tanpa proses dekluster. Nilai-b dihitung dari wilayah-wilayah tersebut dan sebaliknya.
N even pada daerah kluster, kemudian window
digeser sejauh N/10, langkah ini dilakukan sam-
pai pada even gempa terakhir.8 Pada penelitian ini
digunakan jumlah even 100 dengan pergeseran
10 even.

Hasil dan Pembahasan


Distribusi frekuensi-magnitude menggambarkan
distribusi katalog tentang bagaimana hubungan
magnitude dan jumlah gempa yang terjadi.
Parameter paling penting dalam menentukan
nilai-a dan nilai-b adalah magnitude completenes
(Mc). Dari distribusi frekuensi magnitude
(Gambar 5) diketahui kelengkapan magnitude
(Mc) dari katalog adalah 4,9. Hal ini menunjuk-
kan katalog NEIC merekam dengan baik gempa
dengan magnitude terkecil 4,9 di wilayah Busur Gambar 5. Distribusi frekuensi-magnitude kegem-
Banda. Distribusi frekuensi magnitude diperoleh paan di wilayah Busur Banda, slope dari kurva meru-
parameter kegempaan secara umum, nilai-a pakan nilai-b dari relasi Gutenberg-Richter.

128
Nilai-b dan nilai-a yang relatif rendah di mengindikasikan adanya peluang terjadi gem-
Flores, Alor, dan di sebelah barat Seram mengin- pabumi besar di daerah ini. Teori gap kegempaan
dikasikan bahwa di wilayah tersebut berpeluang (seismic gap) berhipotesis bahwa ukuran relatif
terjadi gempa besar di waktu yang akan datang dan frekuensi kejadian gempabumi di suatu dae-
yang disebabkan oleh adanya akumulasi energi rah gempa bergantung pada ukuran dan frekuensi
yang menimbulkan tingkat stress yang tinggi di kejadian gempa daerah tersebut. Wilayah dimana
daerah-daerah tersebut. telah terjadi banyak gempa kecil tidak berpeluang
Variasi spatial densitas kegempaan (Gambar terjadi gempa besar, sedangkan wilayah yang
7) juga mengindikasikan adanya zona gap dalam waktu lama tidak terjadi gempa maka akan
ke­gempaan (seismic gap) di wilayah Flores, berpeluang terjadinya gempa besar.9
Alor, dan di sebelah barat Seram. Hal ini juga Gambar 8a. menunjukkan kemungkinan
mendukung bahwa ketiga daerah tersebut perlu waktu terjadinya kembali gempabumi dengan
diwaspadai akan ancaman gempabumi besar. magnitude 6,5 SR di sekitar Flores, Alor, dan
Seismic gap juga tampak di sebelah selatan di sebelah barat Seram adalah sekitar 7 hingga
Seram. Hal ini perlu juga diwaspadai karena sekitar 15 tahun. Untuk gempabumi dengan

(a) (b)
Gambar 6. a. Peta variasi spatial nilai-b di wilayah Busur Banda (1973–2009), b. Peta variasi spatial nilai-a di
wilayah Busur Banda (1973–2009)

Gambar 7. Peta densitas kegempaan wilayah Busur


Banda (1973–2009).

129
magnitude 7 SR (Gambar 8b), kemungkinan Analisis temporal nilai-b belum mampu
waktu terjadinya kembali di wilayah ini berkisar dijadikan analisis tanda-tanda awal sebuah gem-
20 sampai 60 tahun. Kemungkinan waktu pabumi secara mutlak dan konsisten. Akan tetapi,
terjadinya kembali gempabumi yang pendek dalam beberapa kasus hal tersebut dapat memberi
biasanya berkorelasi dengan nilai-b dan nilai-a petunjuk perlu diwaspadainya kenaikan yang
yang tinggi, yang berarti berkorelasi dengan diikuti oleh penurunan yang tajam dari nilai-b,
wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang karena mengindikasikan akan terjadi gempabumi
relatif tinggi.3 merusak. Dari ketiga tempat yang berpotensi
Analisis temporal nilai-b digunakan untuk gempabumi merusak, yang perlu mendapat
melihat pola perubahan nilai-b terhadap waktu perhatian lebih dalam waktu dekat adalah Flores,
dan hubungannya dengan gempabumi yang karena dari grafik perubahan nilai-b terhadap
terjadi. Berdasarkan Gambar 9, tampak bahwa waktu menunjukkan bahwa nilai-b menurun
gempa-gempa dengan Magnitude > 6,5 SR walaupun tidak signifikan. Sementara untuk
(bintang berwarna kuning pada grafik bawah) Alor, walaupun di tahun terakhir menunjukkan
biasanya didahului dengan adanya penurunan nilai-b yang turun, tetapi hal ini disebabkan oleh
nilai-b menjelang kejadian (grafik atas). Hal ini beberapa gempa di tahun-tahun akhir dengan
ditunjukkan oleh tanda panah berwarna merah. magnitude sekitar 6 SR. Untuk wilayah Seram
Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian tampak nilai-b sedang beranjak meningkat dan
sebelumnya yang mengatakan bahwa gempa tidak signifikan. Jadi untuk wilayah Alor dan
besar didahului kenaikan nilai-b yang diikuti Seram berdasarkan analisis temporal nilai-b
penurunan nilai-b sebelum kejadian.9 Akan tetapi, menunjukkan indikasi yang cukup aman dari
ada beberapa kejadian gempabumi justru terjadi gempabumi merusak dalam beberapa tahun ke
pada saat nilai-b dalam keadaan meningkat atau depan.
saat berada di puncak. Kejadian ini ditunjukkan
pada Gambar 9 oleh tanda panah berwarna Kesimpulan
ungu dan hijau yang menghubungkan kejadian Berdasarkan analisis spasial parameter kegem-
gempabumi merusak dengan perubahan nilai-b. paan di wilayah Busur Banda dapat disimpulkan
Hal ini dimungkinkan terjadi karena beberapa bahwa ada beberapa wilayah yang berpotensi
kasus menunjukkan bahwa nilai-b naik secara terjadi gempabumi merusak sehingga perlu
tiba-tiba sebelum gempabumi merusak.10 diwaspadai untuk kepentingan mitigasi, yaitu di

(a) (b)
Gambar 8. a. Peta kemungkinan waktu terjadinya kembali gempabumi, M=6,5 SR., b. Peta kemungkinan
waktu terjadinya kembali gempa bumi, M=7 SR.

130
a b

Gambar 9. Grafik bawah menunjukkan jumlah kumulatif gempa terhadap waktu dan grafik atas menunjukkan
variasi nilai-b terhadap waktu untuk daerah (a) Flores, (b) Alor dan (c) Seram. Tanda bintang berwarna kuning
menunjukkan gempabumi dengan magnitude > 6,5 SR.

sekitar Flores, Alor dan di sebelah barat Seram. Daftar Pustaka


Kemungkinan waktu terjadinya kembali gem- 1
Ibrahim G., dan Subardjo. 2005. Pengetahuan Seis-
pabumi dengan magnitude 6,5 SR di wilayah mologi. Jakarta: Badan Meteorologi dan Geo-
tersebut bervariasi sekitar 7–15 tahun. Untuk fisika.
gempabumi dengan magnitude 7 SR berva- 2
http://neic.usgs.gov diakses Maret 2009.
riasi sekitar 20–60 tahun. Dari analisis temporal 3
Rohadi, S., Grandis H., dan Mezak A. Ratag. 2007.
nilai-b, daerah di sekitar Flores perlu mendapat Studi Variasi Spatial Seismisitas Zona Sub-
perhatian lebih dalam beberapa tahun ke depan. duksi Jawa. Jurnal Meteorologi dan Geofisika,
Vol.8, No.1.
4
Kulhanek, O. 2005. Seminar on b-value. Prague:
Ucapan Terima Kasih Dept. of Geophysics: Charles University.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hamson, G. 2004. The Tectonic Evolution of East
5

Bapak Prof. Dr. Wahjoe Soeprihantoro yang Timor and the Banda Arc. Honours Litera-
telah memberi bimbingan dalam penulisan ini. ture Review submitted as part of the B.Sc.
Kepada Bapak Muzli, Pupung Susilanto, Bam- (Hons) degree in the School of Earth Sci-
bang Sunardi, M. Najib Habibie dan teman-teman ences, University of Melbourne.
Puslitbang BMKG maupun teman-teman DFP 6
Widiyantoro, S. 2008. Fisika Interior Bumi. Jakarta:
Gelombang III tahun 2009 yang tidak bisa saya Badan Meteorologi dan Geofisika.
sebutkan satu persatu, penulis juga mengucapkan 7
Wyss M, Wiemer, S, and Zúñiga, R, 2002, ZMAP A
banyak terima kasih atas masukan, saran, dan Tool For Analyses Of Seismicity Patterns, Typi-
diskusi selama penulisan. cal Applications And Uses: A Cookbook.
8
Nuannin P., Kulhanek, O., and Persson, L. 2006. Spa-
tial and temporal b value anomalies preceding
the devastating off coast of NW Sumatra earth-
quake of December 26, 2004. Geophys. Res.
Let., 32, L11307.

131
9
Rohadi, S. 2008. Studi Aplikasi Wavelet pada Pe- Muzli. 2009. Signatures of Tectonic Stress in Seis-
10

riodisitas dan Prediksi Aktivitas Gempabumi micity. Master Thesis in Free University Ber-
di Zona Subduksi Jawa. Master Thesis Pasca lin. Germany.
Sarjana ITB. Bandung.

132

Anda mungkin juga menyukai