Anda di halaman 1dari 8

Resin komposit terdiri dari empat komponen utama, yaitu matriks organik,

filler anorganik, coupling agent, dan sistem inisiatior-akselerator (Powers and


Sakaguchi, 2006). Ukuran dan filler bermacam-macam (Roberson, et al., 2006).
Filler jenis hybrid muncul sekitar tahun 1980. Ukuran partikel filler rata
rata 0,5-1 µm dengan 75%-80% dari berat. Komposit ini kuat dan mempunyai
permukaan yang lebih halus dari microfill setelah pemolesan (Gladwin and
Bagby, 2009).
Filler nanofill terdiri dari zirkonia-silika, nanocluster dan partikel nano
silika. Filler ini mempunyai ukuran yang sangat kecil, yaitu kurang dari 20 nm
atau berkisar antara 0,05-0,01µm, sehingga komposit ini lebih mudah dipoles
(Mitra, et al., 2003; Roberson, et al., 2006).
Beberapa sifat bahan komposit resin diantaranya adalah memiliki nilai
estetik yang baik, koefisien ekspansi termal tiga kali lebih besar dibandingkan struktur gigi, dan
modulus elastisitas rendah, yaitu 2.000 lbs/in2 (Roberson et al.,
2006 ; Scianamblo, 2002). Restorasi dengan bahan komposit terdapat pada
Gambar 3.13.
30

Komposit resin merupakan campuran resin polimerisasi yang diperkuat


oleh filler anorganik. Memiliki compressive strength sekitar 280 Mpa dengan
modulus elastisitas sekitar 10-16 Gpa, yang mendekati dentin. Ketahanan fraktur
dari restorasi bonded sama dengan gigi. Resin komposit dengan penyinaran yang
tepat memiliki sifat mekanis baik dan dapat memperkuat stuktur gigi melalui
mekanisme bonding (Cohen, 2011).
Kekurangan dari komposit adalah penyusutan yang terjadi selama
polimerisasi. Penyusutan ini mengakibatkan masalah dalam jangka waktu yang
lama. Perkembangan dental komposit resin menyebabkan restorasi ini menjadi
bahan alternatif sebagai pengganti dari dental amalgam untuk gigi posterior, yaitu
dengan menggunakan komposit hight strength untuk gigi posterior (Cohen, 2011 ;
Walmsley, 2007).
Bahan ini menjadi pilihan jika pasien tidak mengiginkan pembuangan
jaringan gigi yang lebih banyak. Komposit resin ini dapat digunakan sebagai
restorasi gigi setelah perawatan endodontik (Walmsley, 2007 ; Garg, 2011 ;
Manhart, 2011).
31

Restorasi setelah perawatan endodotik dengan menggunakan bahan


komposit dapat dibuat secara direct maupun indirect. Restorasi direct menjadi
pilihan pada kavitas yang kecil, yaitu kehilangan satu linggir proksimal
Restorasi indirect menjadi pilihan pada gigi yang kehilangan struktur gigi
dalam jumlah besar. Resin komposit indirect dikerjakan di laboraturium dapat
meningkatkan conversion rate dari polimer dan sifat fisik dari bahan restorasi.
Komposit indirect memiliki kekuatan dan wear resistance yang lebih baik.
Keuntungan komposit resin yang dibuat secara indirect diantaranya adalah
menurunkan risiko penyusutan polimer, memudahkan dalam insersi, dan hasil
estetik yang lebih baik (Settembrini, 1998 ; Walmsley, 2007).

2.3.2. Porselen
Komposisi dari porselen konvensional adalah Silika (SiO2), felsdpar potas
(K2O.Al2O3.6SiO2), feldspar soda (Na2O.Al2O3.6SiO2), dan pigmen. Silika
terdapat dalam empat bentuk, yaitu quartz kristalin, kristobalit kristalin, trydimite
kristalin, dan silika gabungan non kristal (Anusavice, 1996).
Porselen dapat diklasifikasikan menurut temperatur pembakaran, aplikasi,
teknik pembuatan, dan fase kristalin. Berdasarkan temperatur pembakaran,
porselen diklasifikasikan menjadi high fusing, medium fusing, low fusing, dan
ultra low fusing (Craig, 2002).
High fusing merupakan porselen paling kuat dibandingkan dengan ketiga
lainnya, translusensi baik, dan dapat menjaga keakuratan bentuk dalam proses
pembakaran berulang. Tipe ini digunakan sebagai elemen gigi tiruan (Craig,
2002).
Medium dan low fusing memiliki homogenitas bubuk yang baik,
menguntungkan selama proses pembakaran. Tipe ini digunakan untuk restorasi all
porcelain dan metal porselen. Ultra low dan low fusing digunakan sebagai
restorasi mahkota dan jembatan (Craig, 2002).
Berdasarkan aplikasi, porselen dibedakan menjadi porselen untuk mahkota
dan jembatan, all porcelain sebagai restorasi inlay, onlay, mahkota, veneer, dan
porselen untuk gigi tiruan. Berdasarkan bentuk kristalin, porselen dibedakan
menjadi dua fase, yaitu fase glassy dan fase kristalin.
Nilai estetika dental porselen sangat tinggi, sehingga menjadi pilihan
bahan restorasi untuk gigi anterior. Porselen bersifat rapuh dengan tingkat
34

kekerasan yang sangat tinggi, melebihi enamel, sehingga dapat mengikis gigi
antagonisnya, dan memiliki tensile strength rendah. Material ini resisten terhadap
korosi dan abrasi (Kidd, 2003 ; Qualthrough, 2005 ; Park, 2002 ; Walmsley,
2007).
Terdapat dua pilihan dalam penggunaan bahan porselen, yaitu seluruhnya
porselen (all porcelain), atau metal porselen. All porcelain digunakan untuk
kavitas gigi yang dalam, sehingga restorasi porselen memiliki ketebalan yang
cukup untuk menahan tekanan kunyah (Qualthrough, 2005). Salah satu bahan inti
dari all porcelain yang sedang berkembang saat ini adalah Zirconia. Zirconia
merupakan bahan dengan sifat biokompatibel yang baik dan adhesi bakteri pada
bahan minimal. Sifatnya rapuh namun memiliki daya transformation toughening,
yang menyebabkan Zirconia memiliki ketahanan terhadap fraktur yang lebih baik
sebagai bahan all porcelain dibandingkan dengan porselen lainnya. Bahan ini
menjadi salah satu pilihan pada restorasi mahkota all porcelain (Raigrodski et al.,
2006).
All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam sehingga restorasi
porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan kunyah
(Qualthrough, 2005). Bahan baru untuk porselen adalah porselen felspathic seperti
In-Ceram, Cerec, IPS Empress, atau fabricated dari sistem keramik lain
diantaranya alumina, zirconia, atau silika. Bahan yang lebih baru adalah lithium
disilicate yang memiliki kekuatan lebih baik, ketahanan terhadap fraktur yang
lebih baik, dan tingkat translusensi yang lebih tinggi. Bahan-bahan ini dapat
menahan tekanan yang besar sebagai restorasi pada gigi posterior yang telah
35

dirawat endodontik (Raigrodski et al., 2006). Restorasi onlay dengan bahan


porselen terdapat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14. Restorasi Onlay Porselen pada Gigi Molar Pertama (Aschheim & Dale, 2001)

Metal porselen merupakan restorasi yang menggabungkan sifat baik dari


logam dan porselen. Memiliki kekuatan dari logam dan sifat estetik dari porselen
(Cohen, 2011 ; Walmsley, 2007). Bahan yang sering digunakan untuk metal
porselen adalah emas-porselen. Bentuk restorasi dengan bahan porselen dapat
berupa inlay, onlay, dan mahkota prostetik (Brenna et al., 2009 ; Segovic, 2004).
Bahan yang dapat digunakan untuk restorasi metal porselen salah satunya adalah
emas porselen, pengurangan jaringannya sebanyak 1,8 hingga 2 mm. Metal
porselen kuat terhadap fraktur karena didukung oleh logam (Brenna et al., 2009 ;
Walmsley, 2007).
Indikasi pemilihan bahan porselen disesuaikan dengan kebutuhan gigi dan
keinginan pasien. Gigi posterior secara umum tidak membutuhkan restorasi
dengan nilai estetika yang tinggi, namun jika pasien mengiginkan restorasi yang
estetis maka bahan ini menjadi pilihan (Suprastiwi, 2006).
36
Porselen merupakan indikasi pada gigi yang membutuhkan nilai estetika
tinggi, sebagai mahkota pada restorasi mahkota pasak, dan gigi dengan
pewarnaan. Veneer merupakan pilihan restorasi pada gigi yang mengalami
pewarnaan (Brenna et al., 2009). Veneer merupakan restorasi yang meliputi
seluruh permukaan labial, incisal edge hingga seluruh kontak proksimal (Chong,
2004).
Penggunaan restorasi mahkota setelah perawatan endodontik perlu
pertimbangan karena membutuhkan pembuangan dinding, sehingga dinding yang
tersisa pada gigi setelah dirawat endodontik cukup tipis. Terdapat beberapa
keadaan yang menyebabkan restorasi porselen menjadi kontraindikasi. Gigi
dengan oklusi edge to edge dan gigi dengan mahkota klinis yang pendek tidak
diindikasikan untuk direstorasi dengan porselen. (Suprastiwi, 2006 ; Walmsley,
2007).
Pembuatan porselen dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi
CAD/CAM (computer-aided design/ computer-assisted manufacturing).
(Raigrodski et al., 2006 ; Rimondini et al., 2002 ; Scarano et al., 2004).
CAD/CAM merupakan suatu teknologi dengan membuat gambar gigi yang sudah
dipreparasi, untuk kemudian dirancang ukuran serta bentuk restorasi oleh
komputer (CAD) dan untuk pembuatan restorasi dengan bantuan komputer
(CAM). Teknologi ini dapat digunakan pada restorasi dengan bahan porselen atau
logam (Anusavice, 1996).

3.2.3.5. Logam Cor


Logam cor merupakan campuran dari dua atau lebih dari logam. Bahan
yang dapat digunakan pada logam cor, yaitu alloy emas, alloy cobalt-chromium,
alloy perak-palladium, alloy alumnium-tembaga, stainless steel, alloy nickel
chromium, dan alloy nikel-titanium (Anusavice, 1996).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa logam cor yang mengandung alloy
emas lebih rendah dari 65% hingga 75% rentan terhadap korosi. Alloy emas
sendiri memiliki sifat lunak, karena itu harus diperkuat dengan tembaga, perak,
atau platinum. Palladium juga dapat ditambahkan untuk mencegah potensi karat
dari perak. Penambahan platinum dan palladium dalam emas akan menurunkan
koefisien akspansi termal (Anusavice, 1996).
Sifat yang diharapkan logam cor adalah biokompatibel, mudah dicairkan,
dicor, dan dipoles. Sifat lainnya adalah mengalami penyusutan yang sedikit ketika
memadat, mempunyai ketahanan abrasi yang baik, kekuatannya tinggi, tahan
terhadap tekanan dan korosi (Anusavice, 1996).
41

Bahan logam cor diindikasikan untuk gigi posterior karena kekuatannya


yang baik. Logam cor merupakan pilihan bahan restorasi untuk gigi setelah
perawatan endodontik. Bentuk restorasinya dapat berupa inlay, onlay, dan
mahkota penuh. Inlay merupakan restorasi indirek intra koronal yang tidak
melindungi bonjol gigi (Qualtrough, 2005).
Inlay sebagai restorasi indirek, merupakan restorasi yang dapat menahan
beban kunyah yang lebih besar dibandingkan dengan restorasi yang dibuat secara
direk. Inlay bukan restorasi pilihan pada gigi setelah perawatan endodontik,
karena daya dukung intrakoronalnya tidak dapat melindungi gigi dari risiko
fraktur (Heasman, 2003 ; Suprastiwi, 2006 ; Weine, 2004).
Onlay merupakan restorasi indirek yang menutupi sebagian permukaan
ekstra koronal gigi dan tetap mengikuti kontur dari gigi. Onlay merupakan pilihan
restorasi pada perawatan endodontik (Qualtrough, 2005).
Onlay digunakan secara luas pada gigi setelah perawatan endodontik,
terutama pada gigi posterior karena menyatukan dinding-dinding gigi dan
melindungi bonjol. Pembuangan kamar pulpa pada perawatan endodontik
menyebabkan gigi membutuhkan dukungan, baik dari intrakoronal maupun
ekstrakoronal, karena itu restorasi onlay menjadi pilihan (Stock et al., 2007 ;
Suprastiwi, 2006 ; Weine, 2004).
Restorasi mahkota penuh logam, seperti pada Gambar 3.16 merupakan
restorasi indirek ekstra koronal yang meliputi permukaan luar gigi dan
membentuk kembali kontur anatomi gigi secara menyeluruh. Restorasi mahkota
42

merupakan restorasi yang meliputi seluruh permukaan gigi (Qualtrough, 2005 ;


Walmsley, 2007).

Gambar 3.16. Restorasi Mahkota Penuh Logam (Johnson, 2005)


Restorasi ini diindikasikan pada kavitas yang meliputi permukaan
proksimal dan gigi dengan beban oklusal yang tinggi, untuk mengurangi tekanan
pada gigi, seperti pada gigi posterior. Hal ini akan mencegah gigi dari risiko
fraktur (Johnson, 2002). Prosedur pembuatan logam cor membutuhkan waktu
pengerjaan yang panjang dan kunjungan berulang (Walmsley, 2007).

Anda mungkin juga menyukai