Asrey Putri
Saya Asrey, wanita yang suka menulis, belajar tentang kehidupan dan mencintai keluarga
saya. Keinginan saya banyak, terutama dalam hal menulis, saya ingin dari pemikiran saya
akan lahir tulisan - tulisan yang akan dikagumi banyak orang.
Lihat profil lengkapku
AKADEMI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufiq
serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus kelompok Keperawatan
Medikal Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Sectio Caesarea ex
Chepalo Pelvik Disproportion Di Ruang IBS RS Tugurejo Semarang”. Laporan kasus ini dibuat
sebagai tugas kelompok dan syarat untuk memenuhi nilai dari praktek lapangan KMB II yang
dilaksanakan sejak tanggal 9 januari 2012 sampai 18 februari 2012, pada akhir semester III.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara material maupun moril, selama penulis melaksanakan praktik
Keperawatan Medikal Bedah II sampai selesainya pembuatan laporan ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Rahayu Winarti, S.Kep selaku direktur Akademi Keperawatan STIKES Widya Husada
Semarang
2. Ns. Dyah Restuning P, S.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik STIKES Widya Husada
Semarang
3. Ibu Komaryatun selaku Kepala Bidang Keperawatan RSUD Tugurejo Semarang
4. Bapak Aris selaku Kepala Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Tugurejo Semarang
5. Ibu Eka selaku pembimbing PKL di Instalasi Bedah Sentral RSUD Tuggurejo Semarang
6. Seluruh staf RSUD Tugurejo Semarang yang telah membantu selama praktik Keperawatan
Medikal Bedah
7. Co Ass anestesi Unnisulla (Catra O. Chrisandi, Budi Istiawan, Prima Pribadi Agusta dan Henri
Perwira Negara) yang telah membantu dalam menjelaskan tentang obat-obat anestesi.
8. Kedua orang tua yang telah membantu doa dan materi sehingga laporan kasus ini dapat selesai
dengan baik
9. Teman-teman seangkatan yang telah ikut membantu selama kegiatan praktik Keperawatan
Medikal Bedah ini sampai selesai
10. Pasien dan keluarga yang telah membantu memberikan informasi
11. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangannya. Maka
dari itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
laporan kami selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan kasus praktik Keperawatan Medikal Bedah II ini dapat
memberi pencerahan serta manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
I.2.Tujuan Pembuatan Makalah
BAB II KONSEP DASAR
2.I. Pengertian Sectio Caesarea
2.2. Etiologi
2.3. Patofisiologi
2.4. Pathway Keperawatan
2.5. Pemeriksaan Penunjang
2.6. Komplikasi
2.7. Pengkajian
2.8. Diagnosa Keperawatan
2.9. Fokus Intervensi, dan Rasional
2.10. Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.I. Asuhan Keperawatan Pra Operatif di Kamar Bedah
3.2. Asuhan Keperawatan Intra Operatif di Kamar Bedah
3.3. Asuhan Keerawatan Post Operatif di Kamar Bedah
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
4.1. Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Saat ini operasi Caesar menjadi trend karena berbagai alasan. Dalam 20 tahun
terakhir angka operasi Caesar meningkat pesat. Operasi ini kadang-kadang terlalu sering
dilakukan sehingga para kritikus menyebutnya sebagai Panacea (obat mujarab) praktek
kebidanan. Semakin modern alat penunjang kesehatan, semakin baik obat-obat terutama
antibiotik dan tingginya tuntutan terhadap dokter, menunjang meningkatnya angka operasi
Caesar di seluruh dunia (Seno Adjie, 2002). Di Indonesia angka persalinan caesar di 12 Rumah
Sakit pendidikan antara 2,1 % – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan Caesar nasional
(Rahwan,2004). Di Propinsi Gorontalo, khususnya di RS rujukan angka kejadian SC pada tahun
2008 terdapat 35 % dan meningkat menjadi 38 % pada tahun 2009. (Profil Dikes Propinsi, 2009).
Ada beberapa indikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah Chepalo Pelvik
Disproportion (CPD). Panggul sempit didefinisikan sebagai ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara
alami.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun tertarik dan termotivasi untuk menyusun
Laporan Kasus Keperawatan Medikal Bedah II dengan mengambil kasus berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Ny. A dengan Sectio Caesarea ex ChepaloPelvik Disproportion Di Ruang
IBS RSUD Tugurejo Semarang”.
1.2.Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan sectio
caesarea (Pre, Intra dan Post Operatif) di kamar bedah.
2. Tujuan khusus
a) Memahami definisi Sectio Caesarea.
b) Mengetahui Etiologi, Patofisiologi Sectio Caesarea.
c).Mengetahui Manifestasi klinik Sectio Caesarea.
d).Mengetahui penatalaksanaan dalam Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sectio Caesarea.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. Dalam operasi caesar ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan
lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Setelah bayi
dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu-persatu, sehingga jahitannya berlapis-lapis.
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui
abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal. 227)
Jenis-jenis operasi sectio caesarea :
Distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan, persalinan abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin
dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari :
Oleh karena gaya uterus yang kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi uterus) dan
kurangnya upaya utot volunter selama persalinan kala dua.
2) Panggul sempit
c. Gawat janin
Keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan keadaan janin, jika penentuan waktu
sectio caesarea terlambat, kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan
waktu yang tepat untuk sectio caesarea.
d. Letak sungsang
Janin dengan presetasi bokong mengalami peningkatan resiko prolaps tali pusat dan
terperangkapnya kepala apabila dilahirka pervaginam dibandingkan dengan janin presentasi
kepala.
2.3. Patofisiologi
Amnion terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari
kantung amnion adalah bakteriostatik yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan infeksi pada
janin. Atau disebut juga sawar mekanik terhadap infeksi. Setelah amnion terinfeksi oleh bakteri
dan disebut kolonisasi bakteri maka janin akan berpotensi untuk terinfeksi juga pada 25% klien
cukup bulan yang terkena infeksi amnion, persalinan kurang bulan terkena indikasi ketuban
pecah dini daripada 10% klien persalinan cukup bulan indikasi ketuban pecah dini akan menjadi
tahap karioamnionitis (sepsis, infeksi menyeluruh). Keadaan cerviks yang baik pada kontraksi
uterus yang baik, maka persalinan per vagina dianjurkan, tetapi apabila terjadi gagal induksi
cerviks atau induksi cerviks tidak baik, maka tindakan sectio caesarea tepat dilakukan secepat
mungkin untuk menghindari kecacatan atau terinfeksinya janin lebih parah.
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang normal dan komplikasi
setiap prosedur pembedahan utama. Kompikasi sectio caesarea (Hecker, 2001 ; 341)
a. Perdarahan
Frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih besar bila sectio caesarea dilakukan selama
persalinan atau bila terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24 jam diberikan
untuk mengurangi sepsis.
Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung kemih, pembuluh didalam
ligamen yang lebar, dan ureter, terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat
terjadi akibatterlalu antusias dalam menggunakan retraktor didaerah dinding kandung kemih.
* Komplikasi Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik
di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal
pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).
2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan
kuat
3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian narkotik biasanya
disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg
5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama setelah
pembedahan
6. Ambulasi, satu hari setelahpembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat tidur dengan
bantuan orang lain
7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari keempat
setelah pembedahan
8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk memastikan
perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia
9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin
spekrum luas setelahjanin lahir
a. Data Subyektif
1. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
a) Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
Tempat
Bentuk operasi yang harus dilakukan
Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di bedah.
Kegiatan rutin sebelum operasi.
Kegiatan rutin sesudah operasi.
Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
b) Pengalaman Bedah Terdahulu
Bentuk, sifat, rontgen
Jangka waktu
2. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
a. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan.
b. Metode-metode penyesuaian yang lazim.
b. Data Obyektif
1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),
kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.
3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan
diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah
vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk,
koordinasi waktu berjalan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN SECTIO CAESAREA
EX CPD DI IBS RS TUGUREJO SEMARANG
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk kelahiran janin dengan insisi melalui
abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal. 227).
Pathway : Lampiran
3. Pengkajian
a. Status Fisiologis : Baik Tingkat Kesadaran : Composmentis
b. Status Psikososial :
Subyektif :
Pasien / keluarga sering bertanya tentang operasi (lamanya operasi, dokternya siapa)
Pasien mengatakan takut menghadapi operasi
Obyektif :
Pasien kelihatan tegang
Kulit teraba dingin
Tremor atau gemetar
TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt, S : 36’ C
Data lain :
Hasil USG dan pelvimetri = CPD (pinggul sempit)
Hb : 15.5 g/dl
Gol darah : O
Gula darah sewaktu : 92
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia :32 thn
Dx. INTERVENSI KEPERAWATAN
No TT
Keperawatan Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Takut, Cemas b/d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat - Untuk mengetahui
kurangnya tindakan keperawatan kecemasan Ps. (berat, tingkat kecemasan dan
pengetahuan, selama 1 x 10 menit sedang, ringan) tepat cara memberikan
ancaman kegagalan diharapkan takut,cemas asuhan keperawatan
operasi ps. Berkurang atau hilang 2. Kaji TTV - Untuk mengetahui
DS : dengan KH : seberapa tingkat
- Ps. Mengatakan - Ps. Terlihat rileks kecemasan ps.
takut menghadapi - Ps. Mengungkapkan - membantu
3. Beri dukungan
operasi cemas berkurang/hilang mengurangi
emosional
- Ps/keluarga sering - TTV dalam batas normal kecemasan
bertanya tentang TD : < 140/90 mmHg - Membantu
operasi N : 60-90 x/mnt 4. Ajarkan teknik
mengurangi
DO : S : 36’-37’ C relaksasi (tarik nafas
kecemasan
- Ps. Kelihatan RR : 16-24 x/mnt dalam, imajinasi dll) - Agar ps. Mengetahui
tegang 5. Beri pengetahuan tentang jalannya
- Kulit teraba tentang jalannya operasi dan kecemasan
dingin operasi sectio pasien berkurang
- Tremor atau
gemetar
- TD : 123/89
mmHg
- N : 92 x/mnt
- RR : 22 x/mnt
- S : 36’ C
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No
Tanggal/ jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT
Dx
1 31 jan 2012 - Mengkaji tingkat kecemasan S : - ps. Mengatakan cemas
09.20 ps., Memberi ps. Dukungan menghadapi operasi berkurang
emosional, Mengajarkan ps. - Ps. Kooperatif
Teknik relaksasi (tarik nafas - Ps. Bertanya tentang lama nya
dalam), Memberi pengetahuan operasi, dokternya siapa
ke ps. Tentang jalannya operasi O : - Ps. Terlihat aktif bertanya
sectio - Ps. Terlihat melakukan teknik
relaksasi nfas dalam
- Ps. Tidak terlihat tremor
- Kulit masih teraba dingin
- TD : 123/89 mmHg
- N : 92 x/mnt
- S : 36’ C
- RR : 22 x/mnt
EVALUASI
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No Tanggal/jam Evaluasi (SOAP) TT
1 31 jan 2012 S : - ps. Mengatakan cemas menghadapi operasi berkurang
09.30 - Ps. Kooperatif
- Ps. Bertanya tentang lama nya operasi, dokternya siapa
O : - Ps. Terlihat aktif bertanya
- Ps. Terlihat melakukan teknik relaksasi nfas dalam
- Ps. Tidak terlihat tremor
- Kulit masih teraba dingin
- TD : 123/89 mmHg
- N : 92 x/mnt
- S : 36’ C
- RR : 22 x/mnt
A :Masalah cemas, takut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi Beri dukungan emosional, kaji TTV
A. Pengkajian
1. Subyektif : -
2. Obyektif
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
No CM : 27.63.07
Usia : 32 thn
No
Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TT
Dx
1, 2, 31 jan 2012 - Mengkaji Pola nafas klien S:-
3 09.30 O : - TD :115/57 mmHg, RR :24 x/mnt,
- Memberi posisi supinasi (kaki
S : 36’ C, N ; 81 x/mnt
lebih rendah dari kepala)
- ps. terlihat terbaring dengan posisi
- Memberi obat anestesi (antara supinasi, kaki lebih rendah dari kepala
09.32
- terpasang O2 dengan nassal kanul 3
lumbal 3 dan 4)
lt/mnt
- Memasang manset tensimeter
- jumlah pendarahan ; 500cc
09.34 di ekstremitas atas (sinistra) - terpasang infus NaCl 500cc
- terpasang inf. RL (guyur 200cc)
- Memasang alat pemantau HR
- Oxytocin 1 A (drip)
dan saturasi O2 di ekstremitas
- Bledstop 1 A (Bolus)
atas (dekstra) - Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4 cc
(IV)
- Memasang nassal kanul O2
- Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
3lt/mnt
- Tramadol 3 x 100 mg ( IV)
- Dokter, perawat mencuci - Lebar luka 15 cm,horizontal (dijahit)
tangan
- Melakukan desinfektan di
dengan NaCl
akan di sayat
horizontal)
- Mengeluarkan bayi
cc
- Mengobservasi pendarahan
- Memantau TTV
kolaborasi :
*Oxytocin 1 A (drip)
*Bledstop 1 A(bolus)
Aquabides 4 cc (IV)
*Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
iodyne
09.52
EVALUASI
Nama : Ny. A Usia : 32 thn
No CM : 67.23.07
No Dx Tanggal/jam EVALUASI (SOAP) TT
1. 31 jan 2012 S:-
09.55 O :- - TD :115/57 mmHg, RR :24 x/mnt, S : 36’ C, N ; 81 x/mnt
- ps. terlihat terbaring dengan posisi supinasi, kaki lebih rendah
dari kepala
- terpasang O2 dengan nassal kanul 2 lt/mnt
A : Masalah resiko gangguan pola nafas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi Beri terapi O2, Monitor TTV, dan posisi
supinasi kaki lebih rendah dari kepala
2. 09.55 S:-
O : - jumlah pendarahan ; 500cc
- terpasang infus NaCl 500cc
- terpasang inf. RL (guyur 200cc)
- Oxytocin 1 A (drip)
- Bledstop 1 A (Bolus)
- Efedrin 1 A (10 mg) + Aquabides 4 cc (IV)
- Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
- Tramadol 3 x 100 mg ( IV)
A : Masalah resiko defisit volume cairan teratasi
P : Lanjutkan intervensi Monitor intake dan output, dan
kolaborasi pemberian cairan elektrolit
3. 09.55 S:-
O : - Lebar luka 15 cm, horizontal (dijahit)
A : Masalah resiko infeksi teratasi
P : Lanjutkan intervensi lakukan tindakan steril (desinfektan
dalam mengganti balut)
BROMAGE SCORE
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini penulis akan membahas permasalahan tentang Asuhan
Keperawatan pada ny. A dengan sectio caesarea (pre,intra,post) ex CPD (Chepalo Pelvik
Disproportion/panggul sempit) di IBS RSUD Tugurejo Semarang.
Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan
pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang
muncul pada asuhan keperawatan antara teori dengan kasus yang penulis kelola. Penulis akan
membahas tentang diagnosa yang muncul, yang tidak muncul, serta dukungan dan hambatan
dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada ny. A selama 35 menit.
a. Diagnosa yang muncul
1. Cemas b/d situasi, ancaman pada konsep diri, kurangnya pengetahuan
Kecemasan penulis ambil sebagai diagnosa pertama kali sebelum menjalani operasi karena
tindakan operasi dapat menaikkan tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan hormon pemicu
stress (Ibrahim, 2006). Perawatan pre operasi yang efektif dapat mengurangi resiko post operasi,
salah satu prioritasnya adalah mengurangi kecemasan pasien. Cemas merupakan reaksi normal
pasien terhadap ancaman pembedahan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain jenis kelamin, usia,
pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan tipe kepribadian sedangkan faktor
eksternalnya antara lain ancaman terhadap integritas biologis dan ancaman terhadap konsep diri
(Stuart and Sundeen, 1998).
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pre operasi didapatkan data subyektif yaitu
pasien sering bertanya tentang jalannnya operasi, dokter yang mengoperasi dan lamanya operasi.
Dan data obyektif yaitu pasien terlihat tremor atau bergetar, kulit teraba dingin, pasien terlihat
tegang, TD : 123/89 mmHg, N : 92 x/mnt, RR : 22 x/mnt, S : 36’ C.
Untuk mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan pasien maka dilakukan intervensi dan
implementasi yang tepat dan sesuai. Implementasi yang kami lakukan adalah mengkaji tingkat
kecemasan pasien, apakah sedang, berat, ringan, lalu kami memberi pasien dukungan emosional,
mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam dan memberi pengetahuan tentang jalannya
operasi.
Dengan implementasi tersebut kami mengevaluasi keadaan pasien dan didapat hasil masalah
cemas teratasi sebagian ditandai dengan pasien tidak lagi terlihat tremor, pasien melakukan
teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam, pasien juga mengungkapkan cemas berkurang. Tetapi
kami tetap melanjutkan intervensi untuk tetap memberi dukungan emosional serta mengkaji
tanda tanda vital pasien.
2. Resiko gangguan pola nafas b/d posisi klien.
Kami mengambil dan menjadikan diagnosa ini sebagai diagnosa pertama pada intra operatif
di kamar bedah karena, menurut abraham maslow, kebutuhan dasar utama yang harus di penuhi
adalah pola pernafasan. Gangguan pola nafas adalah keadaan vital yang bila tidak segera di
tangani akan sangat beresiko besar bagi pasien.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan pada pasien di dapatkan data obyektif sebagai
berikut yaitu diketahui bahwa dilakukan spinal anestesi pada pasien, dimana yang teranestesi
adalah daerah sekitar abdomen ke ekstremitas bawah. Posisi pasien disini sangat diperlukan
sebab, bila posisi pasien tidak dipertahankan yang terjadi adalah obat anestesi bisa naik ke atas
daerah sekitar jantung, paru-paru dan otak yang akan mengganggu pola nafas pasien. Bila pola
nafas pasien terganggu maka pasien tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup sesuai
kebutuhan, dan saraf-saraf juga tidak mendapat oksigen, keadaan seperti ini bisa menyebabkan
kelumpuhan sistem saraf atau stroke.
Untuk menangani resiko gangguan pola nafas maka implementasi yang kami lakukan adalah
mengkaji pola napas klien, memberi klien posisi yang lebih tinggi dari kaki, memonitor TTV,
dan memberi terapi oksigen.
Dengan implementasi tersebut, hasilnya dapat diketahui masalah berhubungan dengan resiko
gangguan pola nafas pasien teratasi namun tetap melanjutkan intervensi untuk beri terapi
oksigen, jaga posisi pasien (kaki lebih rendah dari kepala), monitor TTV.
3. Resiko defisit volume cairan b/d pendarahan
Resiko defisit volume cairan penulis angkat sebagai diagnosa prioritas kedua karena selama
proses pembedahan pasien banyak mengeluarkan darah, keadaan itu akan mempengaruhi
keseimbangan asam basa dalam tubuh (stewart). Cairan elektrolit di dalam tubuh berfungsi
sebagai proses metabolik dan mempercepat proses penyembuhan.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan selama intra operasi yaitu pendarahan pasien
sebanyak 500 cc, maka perlu dikolaborasikan untuk pemberian cairan elektrolit tambahan
melalui IV (intra vena) seperti cairan NaCl 0,9%, dan Ringer Laktat (RL).
Untuk mengurangi resiko defisit volume cairan intervensi dan implementasi yang kami
lakukan antara lain memonitor jumlah pendarahan, memonitor TTV, mengkolaborasi cairan
elektrolit seperti infuse NaCl 0,9 % (500cc), infuse ringer laktat (guyur 200cc), oxytocin 1 A
(drip), Bledstop 1 A (Bolus) untuk mengatasi pendarahan selama kelahiran, Efedrin 1 A (10 mg)
+ aquabides 4 cc (IV) sebagai bronkodilator, Ketorolac 3 x 30 mg (IV) sebagai anti inflamasi.
Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko defisit volume
cairan dapat teratasi, dan perlu adanya intervensi lanjut yaitu monitor jumlah pendarahan,
monitor TTV.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (insisi bedah, kulit tak
utuh, trauma jaringan)
Dalam melakukan operasi, teknik steril sangat diperlukan untuk menghindari kemungkinan
infeksi pada pasien karena terdapat jaringan terbuka akibat insisi bedah.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain lebar luka 15 cm,
horizontal. Untuk mengurangi resiko infeksi yang mungkin terjadi maka kami melakukan
implementasi antara lain mengkaji luka apakah terdapat tanda-tanda infeksi, menggunakan
larutan desinfektan sebelum melakukan insisi, menutup luka dengan jahitan agar kuman patogen
dan non patogen tidak masuk selama jaringan kulit terbuka, dan menutup jahitan dengan balut
(kassa steril) yang sebelumnya di beri larutan desinfektan (iodyne)
Dengan implementasi yang kami lakukan dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko
infeksi teratasi, tetap lanjutkan intervensi melakukan teknik steril (memberi desinfektan saat
ganti balut).
5. Resiko cidera b/d efek anestesi, immobilisasi, dan kelemahan fisik
Sikap perawat dalam mendukung safety patient sangat diperlukan untuk menjamin
keselamatan pasien yang dirawat. Asuhan keperawatan ini bertujuan mencegah terjadinya
kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi.
Dari hasil pengkajian yang kami lakukan didapatkan data antara lain posisi pasien supinasi
(kaki lebih rendah dari kepala), pasien terlihat terbaring dengan spinal anestesi (pasien sadar,
ekstremitas bawah tidak bisa bergerak).
Untuk mengurangi resiko cidera pada pasien maka kami melakukan intervensi dan
implementasi antara lain memberi penghalang samping bed (kanan, kiri) pasien, menganjurkan
pasien untuk menggerak-gerakkan ekstremitas bawah.
Dengan implementasi tersebut dapat diketahui hasilnya yaitu masalah resiko cidera teratasi
pasien dapat dipindah ke ruangan ditandai dengan pasien dapat mengangkat kaki tetapi belum
dapat menekkukan lutut dan dikaji dengan bromage score yaitu scorenya 1. Delegasikan
keperawat ruangan untuk tetap melanjutkan intervensi memberi penghalang bed samping.
Keberhasilan penulis dalam mencapai tujuan kepeperawatan tidak lepas dari faktor
pendukung yang ada selama melakukan asuhan keperawatan dalam waktu 35 menit, diantaranya
adalah :
1. Kepercayaan yang diberikan oleh perawat klinik kepada penyusun untuk melakukan perawatan
pada pasien selama 35 menit.
2. Kepercayaan pasien terhadap kemampuan perawat dan sikap kooperatif dari pasien selama
tindakan keperawatan.
3. Bimbingan oleh perawat dan penguji yang sangat membantu dalam keefektifan prosedur
pelaksanaan tindakan keperawatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. A
dengan Sectio Caesarea ex Chepalo Pelvik Disproportion di Ruang IBS RSUD Tugurejo
Semarang” dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul adalah cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan, situasi dan kegagalan operasi, resiko gangguan pola nafas berhubungan
dengan posisi pasien, resiko defisit cairan berhubungan dengan perdarahan, resiko infeksi
berhubungan dengan lebar luka pembedahan, resiko cidera berhubungan dengan tempat (bed),
dan resiko injury berhubungan dengan efek anestesi dan immobilisasi. Pada tahap ini penulis
menarik kesimpulan :
Hal-hal yang harus diperhatikan perawat dalam penatalaksanaan pasien pre, intra, post operasi
yaitu :
- Sebelum operasi dilakukan perawat harus melakukan pengkajian pre operatif awal, rencanakan
metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, perawat sebisa mungkin melakukan
wawancara terhadap keluarga pasien dan pastikan kelengkapan pemeriksaan pre operatif dan
tentukan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai. Sebelum operasi kasus yang banyak terjadi
adalah pasien mengalami kecemasan untuk itu sebagai perawat harus bisa memberi dukungan
emosional kepada pasien, dan mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim-tim
bedah.
- Saat pelaksanaan operasi perawat harus memperhatikan status emosional pasien dan memenuhi
kebutuhan pasien akan suplai oksigen, volume cairan tubuh, dan kemungkinan infeksi. Perawat
harus bisa bertindak cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Setelah dilakukan operasi, efek anestesi dapat mempengaruhi sistem pernafasan dan sistem
motorik pasien. Maka dari itu pemantauan secara terus menerus diperlukan guna mengurangi
resiko akan cidera yang akan dialami pasien karena efek anestesi.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre, intra
dan post sectio caesarea di kamar bedah adalah :
1. Bagi Perawat
Peningkatan pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan tentang teori dan prosedure asuhan
keperawatan penting agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan
yang dibutuhkan klien maka dari itu perawat klinik di IBS perlu mengikuti sejumlah pelatihan-
pelatihan IBS.
2. Bagi Akademik
Pengetahuan dalam tindakan asuhan keperawatan di ruang bedah sangat diperlukan maka untuk
akademik bisa menambah jam-jam kuliah sperti kunjungan IBS sesering mungkin, agar
mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuannya. Jadi sewaktu mahasiswa terjun ke
lapangan mahasiswa sudah memiliki bekal dan siap mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC
http//:www.SC/sectio-caesarea.html
http// : www.SC/LP-Sectio-Caesarea.htm
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-umilatifah-5199-3-babiip-f.pdf
http://kti-kebidanan.goodluckwith.us/tag/latar-belakang-operasi-sesar
http://aif27.blogdetik.com/2011/07/11/asuhan-kebidanan-pada-ny-%E2%80%98t%E2%80%99-
g2p10001-uk-39-minggu-janin-tunggal-hidup-intra-uteri-letak-kepala-dengan-riwayat-sectio-
caesaria-atas-indikasi-cpd-di-ruang-bersalin-rsia-muslimat-jomba/
http://bankjudul.wordpress.com/2011/03/22/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-tingkat-
kecemasan-pada-pasien-pre-operasi-apendiktomi-di-bangsal-bedah-brsd-raa-soewondo-pati/
http://eprints.undip.ac.id/18349/1/M_Mukhlis_Rudi_P.pdf
Diposkan oleh Asrey Putri di 01.57
Reaksi:
Poskan Komentar
Favoritku
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN SECTIO CAESAREA EX
CHEPALO PELVIK DISPROPORTION DI RUANG IBS RS TUGUREJO SEMARANG
Arsip Blog
Date
Label
Asuhan Keperawatan (3)
Cerpen (12)
Hari - hari ku (24)
Poetry (21)
Asrey
Selfie
Tentang aku
Gak perlu jadi orang lain untuk menarik perhatian seseorang, cukup jadi pribadi sendiri dan
menjadi unik
Jangan lelah untuk selalu menoleh ke belakang saat kamu melangkah ke depan..
Pengalaman itu guru terbaik, namun belajar dari pengalaman orang lain itu lebih bijak..
Mimpi itu untuk diraih, bukan hanya dirasakan sesaat dan dilanjutkan sewaktu tidur..