Oleh:
Mei 2014
BAB I
1
PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup memiliki ciri khas sendiri yang berbeda satu sama
lain, yang dikenal dengan istilah keanekaragaman. Keanekaragaman terbagi
menjadi keanekaragaman tingkat jenis dan tingkat gen. Adanya keanekaragaman
makhluk hidup ini salah satunya disebabkan oleh terjadinya pindah silang. Pindah
silang adalah peristiwa bertukarnya segmen dari kromatid – kromatid bukan
saudara (non-sister) dari sepasang kromosom homolog (Campbell et al, 2008).
Pindah silang juga dapat melibatkan kromatid sesaudara, namun sulit untuk
dideteksi karena biasanya bersifat identik (Gardner, 1991). Menurut Suryo (2008),
nilai pindah silang tidak akan melebihi 50%, atau bahkan kurang dari 50%, itu
dikarenakan beberapa alasan yaitu hanya dua dari empat kromatid saja yang ikut
mengambil bagian pada peristiwa pindah silang dan pindah silang ganda akan
mengurangi banyaknya tipe rekombinasi yang dihasilkan. Terbentuknya individu
rekombinan tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan rasio hasil
persilangan (F2) dari Hukum Mendel II.
3
a. Dalam penelitian ini lalat buah yang digunakan adalah Drosophila
melanogaster yang di dapatkan dari laboratorium
b. Strain yang digunakan adalah strain bdp (black body-dumpy wings), bcl (black
body-cloy eyes), dan N (normal)
c. Persilangan P1 meliputi ♂ N >< ♀ bcl, ♂ N >< ♀ bdp, ♂ bcl >< ♀ bdp beserta
resiproknya
d. Persilangan P2 meliputi ♀ F1 (dari hasil persilangan ♂ N >< ♀ bcl dan ♂ N ><
♀ bdp beserta reaiproknya) >< ♂ parental resesif (P1)
e. Persilangan P2 dari ♂ bcl >< ♀ bdp beserta resiproknya adalah ♂ F1 >< ♀ F1
f. Pengamatan fenotip F1 maupun F2 dilakukan selama 7 hari setelah ada pupa
yang menetas
1.5.2 Batasan Penelitian
Adapun batasan penelitian ini adalah pembahasan pada laporan penelitian
ini adalah tentang pindah silang tunggal dan ganda
4
c. Chiasma adalah interpretasi dari tiap silangan pada pindah silang (Rothwell,
1983 dalam Corebima, 2013). Chiasma mempunyai makna bahwa telah terjadi
pertukaran resiprok antara kedua kromatid di dalam bentukan bivalen (satu
kromatid bersifat paternal, sedangkan yang lain bersifat maternal) (Corebima,
2013)
d. Lokus adalah letak suatu gen dalam kromosom (Gardner, 1991). Dalam
penelitian ini melibatkan beberapa lokus yang berada dalam kromosom 2, yaitu
lokus ke 48,5 (b), ke 13,0 (dp), ke 16,5 (cl)
e. Rekombinan adalah tipe turunan yang bukan tipe parental (Corebima, 2013).
Pada penelitian ini rekombinan yang dihasilkan adalah b, dp, cl, dan bdpcl.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pindah Silang
5
Gambar 2.1 Peta Genetik Parsial Empat Kromosom Drosophila melanogaster
(Sumber: Klug, 2012: 122)
Berdasarkan gambar 2.1, dapat diketahui lokus b, dp, dan cl terletak dalam
satu kromosom, yaitu kromosom kedua. Pemetaan kromosom D.melanogaster
tersebut merupakan hasil kajian lebih lanjut mengenai pindah silang yang
dilakukan oleh A.H. Sturtevant, yang membuktikan bahwa faktor-faktor (gen),
tersusun secara linier sepanjang kromosom (Corebima, 2013). Pindah silang
adalah peristiwa bertukarnya segmen dari kromatid – kromatid bukan saudara
(non-sister) dari sepasang kromosom homolog (Campbell et al, 2008). Beberapa
konsep terkait pindah silang (crossing over):
1. Lokasi atau letak gen pada kromosom disebut lokus (jamak: loci). Lokus dari
gen pada kromosom tersusun dalam sekuen linier
2. Dua alel dari suatu gen pada heterozigot menempati posisi yang sesuai dalam
kromosom homolog, misalnya, alel A berada posisi yang sama yaitu pada
homolog 1, dan alel a berada dalam homolog 2
6
4. Pindah silang terjadi pada pachyten setelah terjadi sinapsis pada kromosom
homolog selama profase I pada meiosis. Sejak replikasi kromosom terjadi selama
interfase, pindah silang meiosis terjadi pada kondisi tetrad replikasi akhir, yaitu
setelah setiap kromosom mengganda sehingga terbentuk empat kromatid. Pindah
silang juga dapat melibatkan kromatid sesaudara, namun sulit untuk dideteksi
karena biasanya bersefat identik.
5. Kromosom dengan kombinasi rekombinan dari gen yang terkait terbentuk oleh
adanya pindah silang pada daerah yang berada dintara dua lokus
6. Kemungkinan terjadinya pindah silang semakin besar ketika jarak antara dua
lokus semakin jauh.
(Gardner, 1991)
Peristiwa pindah silang sudah jelas diketahui terjadi selama sinapsis dari
kromosom – kromosom homolog pada zygoten dan pachyten dari profase I
meiosis. Pindah silang juga mencakup kromatid kromatid sesaudara (dua kromatid
dari satu kromosom), tetapi pindah silang tersebut secara genetik jarang dapat
teredeteksi karena kromosom sesaudara biasanya identik (Gardner dkk., 1984
dalam Corebima, 2013). Jelaslah peristiwa pindah silang yang secara genetik
mudah di deteksi adalah yang berlangsung pada kromatid bukan sesaudara (non-
sister chromatids) (Corebima, 2013).
Menurut Elrod dan Stansfield (2007) dalam proses persiapan bagi meiosis,
DNA masing-masing kromosom bereplikasi dan menghasilkan dua kromatid
saudari yang identik secara genetik (kecuali jika ada mutasi). Saat profase I,
kromosom homolog membentuk pasangan yang disebut sinapsis dengan bantuan
protein pada kompleks sinaptonema. Kompleks protein yang amat besar, disebut
modul rekombinasi (diameternya kira-kira 90 nm) terjadi pada setiap jarak
tertentu di sepanjang kompleks sinaptonemal. Masing-masing modul rekombinasi
itu diduga berfungsi sebagai “mesin rekombinasi” multienzim yang
mempengaruhi sinapsis dan rekombinasi. Sebuah retas (nick) adalah pembuangan
ikatan fosfodiester antara nukleotida-nukelotida yang bersebelahan dalam seuntai
DNA.
7
Endonuklease dalam modul rekombinasi membuat retas pada untai tunggal
dari masing-masing kromatid, sehingga memungkinkan untai bukan sesaudara
(non-sister) untuk melakukan pertukaran, dan dengan demikian mempengaruhi
rekombinasi gen yang yang bertautan. Sebuah DNA polymerase bisa
memperpanjang untai yang dipertukarkan, dan sebuah enzim yang disebut enzim
ligase memperbaiki retas yang terjadi . Jika bagian atas untai kromatid diputar
1800, dengan mikroskop dapat terlihat sebuah struktur berbentuk silang yang
disebut bentuk chi (χ) struktur itu disebut juga sebgai model Holliday, sesuai
dengan nama R.Holliday yang mengajukannya tahun 1964. Endonuklease
membuat retas pada dua untai yang sebelumnya tidak terpotong di sekuens
tetranukleotida 5’-(A/T)TT(G/C)-3’. Celah (gap) dan retas lalu diperbaiki,
sehingga terbentuklah empat kromatid rekombinan yang akan bersegregasi saat
pembelahan meiosis kedua. Kromatid rekombinan itu akan diinkorporasikan ke
dalam gamet-gamet yang berbeda (Elrod dan Stansfield, 2007)
8
Gambar 2.2 Mekanisme Rekombinasi antara Molekul DNA Homolog
(Sumber: Snustad, 2012: 355)
9
10
Gambar 2.3 Tahapan Profase I Meiosis I secara Skematis dan dari Preparat
Lilium longiflorum (Sumber: Snustad, 2012: 28)
11
Gambar 2.5 (a) Electron Micrograph dan (b) Diagram dari Struktur
Synaptonemal Complex (Sumber: Snustad, 2012: 30)
12
Gambar 2.6 Fenotip Meiotik dari mnm dan snm pada Jantan Mutan
(Sumber: Thomas, dkk, 2005: 557)
Menurut Suryo (2008), nilai pindah silang tidak akan melebihi 50%, atau
bahkan kurang dari 50%, itu dikarenakan beberapa alasan yaitu hanya dua dari
empat kromatid saja yang ikut mengambil bagian pada peristiwa pindah silang
dan pindah silang ganda akan mengurangi banyaknya tipe rekombinasi yang
dihasilkan. Nilai pindah silang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut.
13
B. Keterkaitan Pindah Silang dengan Hukum Mendel
14
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Pindah silang dapat terjadi pada individu Pindah silang terjadi pada individu betina
jantan Droshopila melanogaster Droshopila melanogaster
Hasil Persilangan ♂ N >< ♀ bcl dengan ♂ N >< ♀ bdp ,♂ bcl >< ♀ bdp
beserta resiproknya dapat menghasilkan anakan rekombinan ≤ 50 %
Hasil Persilangan ♂ bcl >< ♀ bdp beserta Terdapat perbedaan frekuensi rekombinan
resiproknya dapat menghasilkan strain Persilangan ♂ N >< ♀ bcl dengan ♂ N ><
bdpcl ♀ bdp beserta resiproknya
15
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Rasio F1 dari persilangan ♂ N >< ♀ bcl, ♂ N >< ♀ bdp, ♂ bcl >< ♀ bdp
beserta resiproknya sesuai dengan Hukum Mendel I dan II
2. Rasio F2 dari persilangan ♂ N >< ♀ bcl, ♂ N >< ♀ bdp, ♂ bcl >< ♀ bdp
beserta resiproknya sesuai dengan Hukum Mendel II
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
a. Alat
17
Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: botol selai, spons,
kertas pupasi, selang bening, kuas halus, kompor, panci, pengaduk, blender,
timbangan, pisau, mikroskop stereo, plastik bening, kassa, wadah penyipan
medium, alat tulis.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: pisang raja mala,
gula merah, tape, fermipan, air.
a. Pengamatan fenotip
1. Semua strain (N, bdp, bcl) yang didapatkan dari laboratorium diamati
fenotipnya mulai dari warna tubuh, warna mata, keadaan sayap, dan faset mata di
bawah mikroskop stereo
b. Pembuatan medium
1. Disiapkan bahan yang akan digunakan meliputi pisang raja mala 700 gram,
gula merah 100 gram, dan tape 200 gram
3. Pisang dimasukkan ke dalam blender beserta tape yang juga sudah ditimbang
sebanyak 200 gram dan ditambahkan air secukupnya
5. Dicairkan gula merah dalam panci yang sudah ditambahkan air secukupnya
6. Hasil blender dimasukkan dalam panci besar dan ditambahakan gula merah
yang sudah dicairkan
18
7. Diaduk perlahan dan kondisi api kompor sedang selama 45 menit.
c. Peremajaan
1. Medium baru dimasukkan dalam botol selai dan ditunggu hingga dingin, lalu
kertas pupasi diletakkan dalam botol selai tersebut dan ditutup dengan spons
3. Selang dipotong ± 5 cm
4. Pisang dipotong tipis, lalu diambil dengan selang dan diletakkan di tengah
selang
e. Persilangan P1
3. Setelah muncul larva botol pertama diberi label botol A dan betina dipindahkan
ke botol baru dan diberi label B
19
4. Setelah muncul larva di botol B betina dipindahkan ke botol C sampai minimal
di botol D
f. Persilangan P2
1. Setelah terdapat pupa hitam F1 dari botol hasil persilangan, sebagian diampul
dan sebagian dibiarkan tetap dalam botol untuk diamati fenotipnya
4. F2 hasil persilangan F1 ♀ N >< ♂ resesif dari stok (F1 dari persilngan ♂ N ><
♀ bcl, ♂ N >< ♀ bdp, beserta resiproknya) diamati fenotip selama 7 hari sejak
penetasan pertama berdasarkan jenis kelaminnya dan dihitung rasio fenotipnya
1. Segera setelah terdapat pupa hitam pada F2 dari persilangan ♂ bcl >< ♀ bdp
beserta resiproknya semuanya diampul dan diamati fenotipnya
2. Apabila menemukan strain bdpcl dipindahkan dalam medium baru dan semua
strain bdpcl yang didapatkan dijadikan dalam 1 botol
20
4.7 Teknik Analisis Data
21
BAB V
DATA DAN ANALISIS DATA
5.1 Data
Tabel 5.1 Data Pengamatan Fenotipe
22
Sayap : menutup dengan sempurna
23