Anda di halaman 1dari 4

Makanan Minang dalam budaya kuliner Indonesia

Apa yang terlintas di benak kita apabila mendengar kata Minangkabau?


Rasanya kebanyakan akan menjawab kulinernya yang menggoda.
Tidak salah karena salah satu ciri khas suku Minangkabau yang terkenal adalah
masakannya.
Saat mendengar kata Minangkabau, otomatis yang terlintas di pikiran orang-orang adalah
soal kulinernya yang menggugah selera.
Sejak zaman dahulu kala Minangkabau terkenal akan makanan dan cara pengolahan nya
yang unik dengan menggunakan bahan-bahan dari alam terutama untuk bumbu yang
mempunyai banyak manfaat mulai dari penambah cita rasa sampai pengawet alami untuk
makanan.
Dalam sejarah Indonesia, maka Suku Minangkabau merupakan bagian dari kelompok
Deutro Melayu
(Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari belahan daratan Asia kurang lebih 500
tahun sebelum masehi. Diperkirakan alur penyebaran nenek moyang dari kelompok
melayu muda ini, bermula dari daratan Asia, menuju Thailand , kemudian masuk ke
Malaysia Barat dan terus masuk menuju tempat-tempat di Nusantara. Nenek moyang
suku Minangkabau. Dari Malaysia barat kemudian, bangsa ini masuk kearah Timur pulau
Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar hingga tiba di dataran tinggi yang disebut
negeri Periangan, dilereng Gunung Merapi.
Sebagaimana yang dikisahkan dalam Tambo, sejalan dengan perkembangan penduduk
dan kelompok masyarakat ketika itu, nenek moyang etnis Minangkabau mencari tempat
pemukinan penduduk dan menemukan tiga lokasi untuk perluasan yang disebut Luhak
nan Tigo (darek). Dari Luhak nan Tigo inilah suku Minang menyebar ke seluruh wilayah
yang disebut alam Minangkabau.
Persentuhan bangsa yang telah mendiami alam minangkabau dengan bangsa yang berasal
dari jazirah Arab, Persia dan India, telah berlangsung jauh sebelum munculnya agama
islam. Wilayah minangkabau banyak dikunjungi, karena ketersedian hasil alam berupa ;
rempah-rempah khususnya pala dan merica, kapur barus, emas, menyebabkan mereka
ingin menguasai wilayah ini. Tidak kurang pula seperti ekspedisi Pamalayu dari Kerajaan
Mojopahit, yang juga bermaksud untuk menguasai sumber-sumber hasil alam di wilayah
ini.
Adat dan budaya semakin berkembang, selain berasal dari Luhak nan Tigo, kemudian
menyebar kewilayah pesisir pantai pulau Sumatera. Wilayah rantau disebut Luhak rantau
(luhak nan bungsu).
Kedatangan bangsa Arab, India, Persia terjadi ketika pantai barat Sumatera menjadi
pelabuhan alternatif perdagangan selain Malaka. Demikian pula pesisir pantai jatuh ke
tangan Portugis, ketika perairan Malaka dikuasai oleh bangsa ini. Interaksi masyarakat
pesisir pantai, banyak terjadi dengan kedatangan pedagang pedagang ini.
Interaksi sosial, yaitu hubungan sosial yang dinamis, baik hubungan antar individu, antar
individu dan masyarakat dan antar masyarakat sendiri. Pengaruh timbal balik diperbagai
segi kehidupan manusia, melahirkan sesuatu hal yang dapat memenuhi semua kebutuhan
hidup manusia, termasuk dibidang kuliner.
Masyarakat Minangkabau adalah salah satu masyarakat yang telah berhasil
mengembangkan pengolahan berbagai sumber daya alamnya menjadi berbagai jenis
makanan.
Makanan sebagai material budaya dapat kita lihat dari dua sisi, yang pertama makanan
sebagai sesuatu yang telah menjadi tradisi budaya dalam kehidupan sebuah masyarakat
(life culture) dan makaan sebagai gaya hidup yang dijadikan sebagai suatu budaya yang
dikembangkan (style culture).

Pada masyarakat Minangkabau, semua bahan dari alam (tumbuhan dan hewan) berhasil
diolah menjadi sebuah makanan yang bisa dikonsumsi. Biasanya jenis bahan tumbuhan
lebih banyak diolah menjadi jenis makanan ringan (kue dan cemilan) sementara jenis
bahan hewani lebih banyak diolah menjadi lauk-pauk (samba). Orang Minang biasanya
menyebut lauk-pauk dengan istilah samba.
Bahan hewani yang sering diolah menjadi lauk-pauk biasanya adalah daging.
istilah untuk makanan penutup adalah (Parabuang) yang sifatnya adalah sebagai
makanan tambahan (cemilan) biasanya pada acara.
Hidangan khas Minang tersedia di seluruh pelosok Nusantara dan Mancanegara. Hampir
bisa dipastikan setiap orang pernah mencicipinya. Variasi bahan baku untuk masakan asal
Minang ini sungguh banyak. Kita dapat membedakan jenis masakan tersebut dalam
kategori sebagai berikut, yaitu :
1. Makanan utama
2. Makanan selingan
3. Kue-kue tradisional
4. Aneka Minuman khas Minang
Cita rasa yang utama di temui pada masakan khas Minang adalah gurih dan pedas. Rasa
gurih dan pedas tersebut diperoleh dari santan dan cabai merah yang memang banyak di
konsumsi orang Minang.
Rasa gurih dan pedas ini yang berasal dari santan dan cabe, dapat dicampur dengan bahan
baku apa saja. Semisal, bahan baku hewani , yaitu ; daging sapi, ayam atau bebek, ikan
laut, ikan tambak, termasuk telur ayam. Sementara sayurannya lebih banyak
menggunakan kacang panjang, daun singkong, pakis, nangka, buncis, serta petai dan
jengkol.

Pada rumah makan Minangkabau akan sulit ditemukan hidangan yang menyuguhkan
berbagai jenis sayuran, kecuali yang umum terlihat adalah pucuak parancih (daun
singkong) berbeda dengan masakan-masakan di pulau Jawa yang mempunyai berbagai
variasi dan jenis hidangan sayuran.
Kecendrungan ini lebih disebabkan karna pada masyarakat petani, dimana sayur
melimpah membuat daging akhirnya menjadi barang (material) yang langka dan makanan
dari bahan daging akhirnya menjadi jenis makanan yang bergengsi.
Oleh sebab itu, biasanya dalam setiap upacara yang dilakukan, kita bisa melihat jenis
makanan olahan dari daging. Tidak saja sekedar sebagai santapan belaka tetapi juga
menjadi simbol untuk menunjuk identitas seseorang.

Salah satu yang membedakan antara masakan Minang dengan masakan di daerah lain
adalah cita rasa yang khas dan bau makanan yang menggugah selera. Hal ini dikarenakan
kemampuan masyarakat Minang mengolah bumbu dan rempah-rempah yang tersedia dari
alam nusantara ini.

Pada 2011, CNN Go merilis poling bertajuk World’s 50 Best Foods. Hasil
poling itu menempatkan rendang dalam urutan pertama sebagai makanan terlezat
di dunia, mengalahkan berbagai makanan dari negara lainnya.
CNN menyebutkan rasa dan tekstur dari daging rendang yang padat namun lembut
disertai dengan kuahnya yang kental membuat rendang menjadi masakan yang disukai
semua kalangan.
Konon secara filosofi adat dan budaya Minangkabau, Rendang memiliki posisi terhormat
dalam setiap hidangan.
Rendang yang terdiri dari 4 bahan pokok, mengandung makna, yaitu:

1. Daging (khususnya Sapi), sebagai bahan utama, pelambang Ninik Mamak dan Bundo
kanduang yang akan memberi kemakmuran pada anak kemenakan dan anak pisang.

2. Kelapa, merupakan lambang Cerdik Pandai (Kaum Intelektual), yang akan merekat
kebersamaan kelompok dan individu

3. Cabe, merupakan lambang Alim Ulama yang pedas, tegas untuk mengajarkan syarak
(agama),

4 Pemasak (Bumbu), peran funsional setiap individu dalam kehidupan berkelompok


danmerupakan unsur yang penting dalam hidup kebersamaan masyarakat Minang.
Mari kita gali setiap hasil dan produk budaya kita disaat dunia semakin global dan
perantau Minang semakin sulit pulang keranah Minang.

Namun terlepas dari semua itu, masyarakat Minang yang terbiasa mengkonsumsi daging
membuat mereka menjadi salah satu etnis yang cukup banyak mengidap penyakit
kolesterol dan jantung. Tapi kebiasaan ini sudah mengakar di masyarakat Minangkabau
(life culture).
selain daging yang menjadi sumber hewani untuk lauk-pauk, ikan juga sering
menjadi olahan samba. ikan sering diolah dengan santan kelapa dan tidak
ketinggalan bumbu rempah - rempah nya. tidak hanya dengan ikan, makanan lain di
sumatera barat sering menggunakan bahan kelapa. kelapa sangat mudah di
temukan di wilayah sumatera barat, salah satu pengahasil kelapa terbanyak yaitu di
daerah padang pariaman. sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan kelapa dalam
pengelohan makanan.
Masakan khas Minang yang bersantan, banyak bumbu dan cabe
telah mengantarkan banyak orang Minang hidup sukses dirantau sebagai pengusaha
rumah makan. Keterampilan memadu kelapa untuk menjadi berbagai jenis gulai
dengan berbagai bahan pangan itu telah menjadi salah satu penggerak ekonomi
masyarakat Minang untuk dapat bertahan pada kerasnya kehidupan dirantau.
Hampir di seluruh daerah di wilayah indonesia memiliki rumah makan khas
Minang, atau dikenal dengan rumah makan Padang. ini merupakan suatu
keuntungan tersendiri bagi masyarakat minangkabau karena masakan minang
memiliki daya jual yang tinggi sehingga dapat menjadi salah satu mata pencaharian
yang menjanjikan dengan membuka rumah makan padang.
Pemakaian bumbu yang banyak membuat masakan Minang berpenampilan atraktif
dengan warna-warna mencolok yakni kuning, merah, hitam dan hijau yang
merangsang indra mata, sedangkan aroma makanan yang khas akan
menyergap indra penciuman. Sehingga dapat dikatakan makan pada rumah makan
Minang adalah sebuah pengalaman kuliner yang lengkap.
Yang membedakan dengan masakan etnis lain adalah pengolahan lauk terutama
ikan dan daging dengan bahan utama paduan antara kelapa, cabe dan bumbu yang
banyak sehingga menghasilkan masakan yang mempunyai cita rasa yang khas.

Kesimpulan
Masakan Minang adalah bagian dari budaya Minang yang telah menjadi salah satu penggerak ekonomi dan
‘Trademark’ bagi masyarakat Minang dimana saja diseluruh Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai