Belajar
Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif, dan kegiatan belajar dapat mendatangkan hasil
optimal bila diberi reinforce. Menurut paham behaviorisme, timbulnya tingkah laku
belajar karena adanya hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Soesilo (2015),
terdapat beberapa istilah esensial dalam memahami proses belajar, antara lain:
Processs : Kegiatan belajar bukan merupakan suatu kegiatan yang langsung
mendapatkan sesuatu hasil yang diinginkan, tetapi merupakan kegiatan yang harus
melalui suatu tahapan.
Perubahan Perilaku: Perubahan perilaku merupakan tujuan akan dicapai sebagai hasil
dari kegiatan belajar.
Relatively Permanent: Relatively permanent merupakan suatu perubahan pada individu
yang telah melakukan kegiatan belajar.
Responses Potentiality: Setiap individu yang melakukan belajar selalu memiliki
kemampuan merespon dengan adanya stimulus.
Reinforced atau penguatan: perlu diberikan kepada si pelaku belajar sehingga melalui
penguatan tersebut perilaku yang diharapkan akan dilakukan kembali.
Practise: Practise atau latihan juga perlu diberikan kepada orang yang melakukan
belajar. Tanpa adanya latihan yang terus menerus maka si pembelajar sulit mencapai
sesuatu yang diharapkan.
Definisi Pembelajaran
Proses pembelajaran senantiasa diarahkan pada tercapainya tujuan sesuai
dengna isi kurikulum. Oleh karena itu, guru seyogyanya merencanakan kegiatan
pembelajarannya dengan seksama dan sistematis terhadap berbagai pengalaman belajar
yang memungkinkan perubahan perilaku peserta didik sesuai dengan apa yang
diharapkan
Teori Belajar
Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorime merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang perilaku
belajar individu hanya dari sisi fenomena yang tampak kasatmata atau jasmaniah dan
mengabaikan aspek-aspek mental. Aliran behaviorisme tidak mengakui bahwa dalam
belajar melibatkan minat, emosi, dan perasaan individu. Menurut paham behaviorisme
belajar semata-mata melatih reflek-refleks sedemikian rupa dengan adanya stimulus-
respon sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu (Soesilo, 2015).
Teori Classical Conditioning (Pembiaaan Klasik) Menurut Ivan Pavlov
Teori classical conditioning dikembangkan melalui eksperimen oleh Ivan Pavlov
yang menggunakan anjing sebagai eksperimen. Si anjing diukur air liurnya ketika
dikombinasi antara pemberian makan dengan bunyi bel. Dalam eksperimennya pada
tahap sebelum eksperimen, pemberian makan saja tanpa diikuti stimulus lain
merupakan suatu kejadian yang bersifat alamiah. Oleh karena itu, pemberian makan
saja disebut Unconditioning Stimulus (UCS), dan air liur keluar akibat pemberian
makan itu saja disebut Unconditional Respons (UCR). Jika anjing diberikan respon saja
disebut Conditioning Stimulus (CS) maka tidak ada respon, atau tidak mengeluarkan
air liur.
Teori Operant Conditioning Menurut B.F Skinner
Operan Conditioning dilakukan oleh skiner melalui eksperimen yang
menggunakan seekor tikus dalam “Skiner Box”, yakni tikus dimasukkan ke dalam box.
Ketika dimasukkan ke dalam box, terjadi emitted behavior (tingkah laku yang
terpancar) yang tanpa sengaja menekan pengungkit dan dapat memunculkan reinforcer.