Aritmia
Aritmia
ANTI ARITMIA
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
KELAS :E
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
BAB I
LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi Uni Eropa dan
Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun,
apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80 tahun resiko terjadinya fibrilasi
serambi jantung semakin tinggi dapat terjadi. Kejadian fibrilasi tidak kuncup
yang terjadi pada bilik jantung maka akan mengakibatkan kefatalan karena
tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap saja
orang dapat meninggal. Akibatnya Gangguan Irama pada serambi jantung ini
membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam
serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana
kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan
stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan meyangkut di ginjal serta
menimbulkan gagal ginjal.
(Accelerated Idioventrikular)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular
(ventrikel Fibrilasi/VF)
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.
SA Node
( Sinus Bradikardia)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai
bentuk sama dalam 1 lead panjang.
Frekuensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.
(Sinus Takikardia)
Ciri-cirinya):
Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi
jantung (HR)
lebih dari 100x/menit.
(Sinus Aritmia)
Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada
sinus aritmia
iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.
(Sinus Arrest)
Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
(Sinus Blok)
Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang
muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval.
Junctional Region
(Junctional Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.
(Junctional Takikardia)
Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional
takikardia lebih
dari 100 x/menit
.
1. Selama fase naik potensial membran dengan cepat berbalik ke nilai positif
sebesar +30 mV akibat peningkatan mendadak permeabilitas membran
terhadap Na+ yang diikuti oleh influx massif Na+. Sejauh ini, prosesnya sama
dengan proses di neuron dan sel otot rangka. Permeabilitas Na+ kemudian
dengan cepat berkurang ke nilai istirahatnya yang rendah, tetapi, khas untuk
sel otot jantung, membrane potensial dipertahankan di tingkat positif ini
selama beberapa ratus milidetik dan menghasilkan fase datar (plateau phase)
potensial aks. Sebaliknya, potensial aksi di neuron dan sel otot rangka
berlangsung kurang dari satu milidetik.
2. Perubahan voltase mendadak yang terjadi selama fase naik potensial aksi
menimbulkan dua perubahan permeabilitas bergantung-voltase yang
bertanggung jawab mempertahankan fase datar tersebut : pengaktifan saluran
C++ “lambat” dan penurunan mencolok permeabilitas K+. Pembukaan saluran
CA++ menyebabkan difusi lambat Ca++ masuk ke dalam sel karena
konsentrasi Ca++ di CES lebih besar. Influks Ca++ yang bermuatan positif ini
memperlama kepositivan di bagian dalam sel dan merupakan penyebab utama
fase datar. Efek ini diperkuat oleh penurunan permeabilitas K+ yang
bermuatan positif mencegah repolarisasi cepat membrane dan dengan
demikian ikut berperan memperlama fase datar.
3. Fase turun potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi
saluran Ca++ dan pengaktifan saluran K+. Penurunan permeabilitas Ca++
menyebabkan Ca++ tidak lagi masuk ke dalam sel, sedangkan peningkatan
mendadak permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan menyebabkan difusi cepat
K+ yang positif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat yang terjadi
pada akhir fase datar terutama disebabkan oleh efluks K++, yang kembali
membuat bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan
memulihkan potensial membran ke tingkat istirahat.
1. Derajat 1 AV Blok
Terjadi pemanjangan interval PR pada EKG (> 200/ lebih dari 5 kotak kecil
msec pada dewasa dan >160 pada anak-anak). Pada AV blokderajat 1 semua
impuls atrium mencapai ventrikel. Namun, konduksinya mengalami
keterlambatan sampai ke AV node. Interval PR konstan.
2. Derajat 2 AV Blok
3. Derajat 3 AV Blok
Kuinidin merupakan obat paling umum yang digunakan secara oral sebagai
antiaritmia di Amerika Serikat. Kuinidin menekan kecepatan pacu jantung
serta menekan konduksi dan ekstabilitas terutama pada jaringan yang
mengalami depolarisasi. Kuinidin bersifat penghambat adrenoseptor alfa yang
dapat menyebabkan atau meningkatkan refleks nodus sinoatrial. Efek ini
lebih menonjol setelah pemberian intravena. Biasanya diberikan peroral dan
segera diserap oleh saluran cerna. Digunakan pada hamper segala bentuk
aritmia.
Lidokain adalah obat antiaritmia yang paling lazim dipakai dengan pemberian
secara intravena. Insidens toksisitasnya rendah dan mempunyai efektivitas
tinggi pada aritmia dengan infark otot jantung akut. Lidokain merupakan
penghambat kuat terhadap aktivitas jantung yang tidak normal, dan
tampaknya selalu bekerja pada saluran natrium. Karena obat ini merupakan
metabolisme hati pada lintas pertama, hanya 3% lidokain yang diberikan per
oral terdapat dalam plasma. Lidokain adalah obat pilihan untuk menekan
takikardia ventrikel dan fibrilasi setelah kardioversi.
BRETILIUM
SOTALOL
VERAPAMIL
Mengahmbat saluran kalsium baik yang aktif maupun yang tidak aktif. Jadi,
efeknya lebih jelas pada jaringan yang sering terangsang, yang berpolarisasi
kurang lengkap pada keadaan istirahat, dan aktivitasnya hanya tergantung
pada aliran kalsium, seperti nodus sinoatrial dan atrioventrikular.
ADENOSIN
MAGNESIUM
biasanya digunakan untuk pasien aritmia yang disebabkan oleh digitalis yang
mengalami hipomagnesemia, infuse magnesium telah ditemukan mempunyai
efek antiaritmia pada beberapa pasien yang mempunyai kadar magnesium
normal.
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
III.2 Saran
Dari hasil penulisan makalah ini, maka diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui pengertian hipertensi dan obat antihipertensi, Khasiat dan
penggunaannya, serta klasifikasi dan efek sampingnya beserta cara
mengatasi obatnya.
DAFTAR PUSTAKA